Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Likuidasi adalah pembubaran perusahaan sebagai badan hukum yang meliputi pembayaran kewajiban
kepada para kreditor dan pembagaian harta yang tersisa kepada para pemegang saham (Persero)”.
Tujuan utama dari likuidasi itu sendiri adalah untuk melakukan pengurusan dan pemberesan atas harta
perusahaan yang dibubarkan tersebut.

Oleh karena itu, penulis menulis makalah yang berjudul “Likuidasi Persekutuan “.

1.2.Rumusan Masalah

Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini, penulis ingin menjelaskan mengenai likuidasi, tahap-
tahap likuidasi sampai kepada pembagian harta hasil likuidasi. Hal inilah yang jadi permasalahan dalam
makalah ini, yang mudah-mudahan dapat menjawab semua pertanyaan kita tentang “ Likuidasi
Persekutuan ”.

1. Pengertian Likuidasi Persekutuan.

2. Prosedur Likuidasi Persekutuan.

3. Pencatatan Likuidasi Persekutuan.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Likuidasi Persekutuan

Likuidasi menurut Floyd A.Beams (1988) adalah “suatu proses yang meliputi merubah aktiva non
kas menjadi kas, mengakui laba atau rugi dari proses merubah aktiva non kas menjadi kas, melunasi
kewajiban firma, dan akhirnya membagi semua kas yang dimiliki kepada masing-masing anggota sekutu
sesuai dengan saldo modalnya”. Sedangkan menurut Harry Simon (1990) likuidasi adalah proses
merealisasikan aktiva non kas menjadi uang kas, menyelesaikan dengan para kreditur dan pembagian
sisa aktiva kepada kelompok-kelompok pemilikan.

Dengan melihat definisi diatas, maka dapat dikatakan bahwa likuidasi merupakan proses yang berakhir
dengan pembubaran perusahaan sebagai suatu unit organisasi.

Menurut The Uniform Of Partnership Act (UPA), undang-undang Persekutuan di AS, pasal 31
menyebutkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu persekutuan dibubarkan yang pada intinya
dapat diklasifikasikan sebagai berikut (seperti yang dikutip oleh Arifin (1997) dalam bukunya pokok-
pokok akuntansi lanjutan) :

1. Sistem perkonomian masyarakat atau negara tidak mendukung adanya kegiatan usaha, seperti
adanya undang-undang pemerintah, sistem monopoli perusahaan besar dan sebagainya, yang
kesemuanya itu tidak memungkinkan lagi suatu persekutuan hidup.

2. Ada faktor-faktor ekstern yang berada diluar jangkauan manajemen perusahaan seperti bencana
alam, kecelakaan, kebakaran dan sejenisnya yang kesemuanya tidak memungkinkan lagi suatu
persekutuan mempertahankan hidupnya.

3. Adanya faktor-faktor intern di dalam persekutuan, seperti adanya perselisihan antar anggota,
kesalahan dalam manajemen, ketidakserasian dalam kerja dan sejenisnya yang kesemuanya itu dapat
berakibat tidak memungkinkan lagi suatu persekutuan dipertahankan hidupnya.

2.2. Prosedur Likuidasi Persekutuan.

Secara ringkas urutan (prosedur) dalam melikuidasi persekutuan adalah sebagai berikut :

1. Rekening-rekening pembukuan dilakukan penyesuaian dan penutupan kemudian laba/rugi selama


periode tersebut dipindahkan ke rekening modal masing-masing sekutu.

2. Aktiva dicaikan menjadi kas (bisa dijual atau dibeli sendiri oleh anggota sekutu), jika terjadi selisih
antara nilai buku dengan harga jualnya maka laba rugi yang terjadi dibagikan kepada masing-masing
sekutu sesuai dengan perjanjian.

3. Jika ditemukan rekening modal salah satu sekutu bersaldo debet maka dapat ditutup dengan salah
saldo piutangnya, tetapi jika salado piutangnya tidak punya maka sekutu tersebut harus menyetorkan
modalnya kembali. Dan jika ternyata juga tidak punya maka saldo debet harus ditanggung anggota
sekutu lainnya.

4. Jika uang kas telah tersedia dibagikan, maka terlebih dahulu dibayarkan kepada kreditur luar,
setelah itu baru digunakan untuk membayar saldo modal masing-masing anggota sekutu.

Berdasarkan saat dan cara pembayaran (distribusi) pembagian kas, maka likuidasi dapat dikelompokkan
menjadi 2 yaitu :

1. Likuidasi berlangsung setelah proses realisasi aktiva non kas selesai (likuidasi secara langsung)

2. Likuidasi berlangsung setiap saat setelah realisasi aktiva non kas dilakukan (likuidasi bertahap)

2.3. Pencatatan Likuidasi Persekutuan.

Menurut cara pembagian kasnya, likuidasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Likuidasi Sekaligus/ Sederhana , yaitu likuidasi yang pembagian kasnya dilakukan serentak karena
realisasi non-aktivanya sekaligus.

2. Likuidasi Bertahap/ Berangsur, yaitu likuidasi yang dilakukan sesuai tersedianya kas walaupun
realisasinya belum tuntas.

Likuidasi Sederhana Dengan Kondisi Sekutu Secara Pribadi Masih Mampu

Pengertian Likuidasi Sederhana (Simple Liquidation) Likuidasi sekaligus/ sederhana sering disebut
sebagai likuidasi serentak karena pembagian kasnya dilakukan serentak untuk semua sekutunya.
Disamping itu sering disebut juga sebagai likuidasi tunggal karena realisasi non aktivanya hanya sekali
saja dan menyeluruh. Pembagian kas dilakukan hanya sekali saja yaitu setelah semua aktiva non-kasnya
terjual dan hutang kepada pihak ketiga maupun kepada sekutu telah dilunasi.

Terdapat 5 kemungkinan yang akan terjadi di dalam likuidasi sederhana/ sekaligus, yaitu:

a. Semua sekutu modalnya bersaldo positif.

b. Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif tetapi dapat ditutup dengan utang kepada sekutu yang
bersangkutan.

c. Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif namun tidak dapat ditutup dengan utang-piutang sekutu
yang bersangkutan.
d. Kondisi Khusus: Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif namun sekutu yang harus menyetor
modal secara pribadi dalam keadaan tidak mampu.

e. Kondisi Khusus: Kas yang ada tidak cukup untuk melunasi Utang kepada pihak ketiga.

Pada topik 1 akan dibahas likuidasi sederhana dengan 3 kemungkinan diatas dimana semua sekutu
dalam keadaan mampu, kemudian pada topik kedua dibahas mengenai likuidasi sederhana dalam
keadaan khusus yaitu sekutu dalam keadaan tidak mampu dan realisasi yang terlalu kecil sehingga kas
tidak cukup melunasi hutang kepada pihak ketiga.

1) Saldo Semua Sekutu Setelah Realisasi Bernilai Positif.

Di dalam kasus normal biasanya nilai realisasi lebih kecil daripada nilai bukunya namun kerugian akibat
realisasi tidak begitu besar sehingga saldo masing-masing sekutu setelah realisasi bernilai positif semua.

Langkah-langkah:

1. Realisasi nilai aktiva non-kas.

2. Membagi kerugian realisasi sesuai dengan proporsi rugi-labanya.

3. Pelunasan utang dagang kepada pihak ketiga.

4. Pelunasan hutang sekutu dan pembagian kas sekaligus.

2) Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif akan tetapi dapat ditutup dengan utang kepada
sekutu yang bersangkutan.

Rugi realisasi yang cukup besar dapat menyebabkan saldo milik sekutu bernilai negatif (defisit) sesudah
realisasi. Apabila persekutuan memiliki hutang kepada salah seorang sekutu tersebut, maka defisit
sekutu tersebut dapat ditutup dengan hutang persekutuan kepada sekutu.

Langkah-langkah:

1. Realisasi nilai aktiva non-kas.

2. Membagi kerugian realisasi sesuai dengan proporsi rugi-labanya.

3. Pelunasan utang dagang kepada pihak ketiga.

4. Penutupan defisit dengan pembayaran sebagian hutang sekutu.

5. Pelunasan hutang sekutu.

6. Pembagian kas.
3) Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif akan tetapi tidak dapat ditutup dengan utang kepada
sekutu yang bersangkutan.

Rugi realisasi yang cukup besar dapat menyebabkan saldo milik sekutu bernilai negatif (defisit) sesudah
realisasi. Apabila defisit lebih besar daripada hutang persekutuan kepada salah seorang sekutu tersebut,
maka defisit sekutu tersebut dapat ditutup dengan sebagian hutang namun akhirnya harus ditutup
sekutu yang defisit tersebut dengan setoran kas.

Langkah-langkah:

1. Realisasi nilai aktiva non-kas.

2. Membagi kerugian realisasi sesuai dengan proporsi rugi-labanya.

3. Pelunasan utang dagang kepada pihak ketiga.

4. Penutupan defisit dengan pembayaran sebagian hutang sekutu.

5. Pembagian kas dari selisih antara modal bersih dengan penutupan defisit yang dibebankan kepada
masing-masing sekutu sesuai prosentase yang telah dikurangi prosentase sekutu tidak mampu.

Anda mungkin juga menyukai