Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara
sebagai mengakibatkan akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan
pelepasan listrik serebral yang berlebihan (Betz & Sowden,2002).
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba
yang suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memory yang bersifat
sementara (Hudak and gallo, 1996).
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-
klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang
ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak
pada infeksi bakteri atau virus (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang
menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik
serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang.
b. Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel dan
aktivitas primernya sebagai pusat penyambung sensasi bau yang
diterima semua impuls memori, sensasi dan nyeri melalui bagian ini.
2.3 Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai patologis termasuk tumor otak ,
truma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit
dan gejala putus alcohol dan gangguan metabolic, uremia, overhidrasi, toksik
subcutan, sabagian kejang merupakan idiopatik ( tidak diketahui etiologinya
).
1. Intracranial
a. Asfiksia : Ensefalitis, hipoksia iskemik
b. Trauma (perdarahan) : Perdarahan sub araknoid, sub dural atau
intraventricular
c. Infeksi : Bakteri virus dan parasit
d. Kelainan bawaan : Disgenesis, korteks serebri
2. Ekstracranial
a. Gangguan metabolic :Hipoglikemia, hipokalsemia,
hipomagnesimia, gangguan elektrolit (Na dan K)
b. Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus
obat
c. Kelainan yang diturunkan :Gangguan metabolism asam amino,
ketergantungan dan kekurangan asam amino
3. Idiopatik
Kejang neonates, fanciliel benigna, kejang hari ke 5.
(Lumbang Tebing, 1997)
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi kejang menurut International League Againts Epilepsy (ILAE),
(Harinson,2008) :
Tabel 2.4 : Klasifikasi kejang
Tonik-klonik
Tonik
Atonik
Myoklonik
3. Kejang yang tidak terklasifikasi Kejang neonatus
Spasme infantil
1. Kejang parsial
Kejang parsial berlaku pada sebahagian kecil otak. Jika seseorang itu
sadar sewaktu kejang itu terjadi maka, manifestasi klinisnya adalah
sederhana dan jenis kejang ini diistilah sebagai kejang parsial yang umum.
Jika kesadaran pasien terganggu sewaktu terjadi kejang ini, kejang jenis ini
diistilah sebagai kejang parsial yang kompleks, Selain dua tipe tersebut,
terdapat satu lagi sub-kelompok yaitu kejang parsial dengan kejang umum
yang sekunder. Mula-mulanya pada kejang ini terjadi kejang parsial yang
hanya berlaku pada sebahagian kecil otak dan kemudian ia akan menyebar
ke bahagian korteks secara difus.
a. Kejang parsial yang sederhana
2. Kejang umum
Kejang ini adalah kehilang kesadaran pada suatu masa yang pendek
tanpa terdapat gangguan postural. Ia biasanya terjadi pada beberapa saat
yang diikuti dengan tanda mata kelopak mata berkelap-kelip atau
pergerakkan tangan klonik yang lemah. Ini biasanya terjadi pada anak
kecil dan dapat berlaku 100 dalam satu hari, Pada EEG, akan
menunjukkan gambaran gelombang Spike and wave pada 3Hz
(Harrison’s, 2008).
b. Kejang Grand Mal
Kejang ini adalah jenis tonik-klonik. Pada fase awal kejang ini, akan
terjadi kontraksi otot yang tonik-klonik. Terdapat juga tanda yang
dinama sebagai "Ictal Cry" yang disebabkan oleh kontraksi secara tonik
otot respirasi dan juga larinks. Ini dapat diikuti dengan gangguan
pernafasan yang menyebabkan terjadi sianosis. Selain itu terjadi
peningkatan tonus simpatis. Selain beberapa saat terjadi fase tonik, ia
akan diikuti dengan fase klonik. Selepas fase iktal, diikuti dengan fase
postictal yaitu, ditandai oleh otot pasien akan menjadi flasid, tidak
respons, perembesan air liur meningkat dan bingung. Beberapa jam
kemudian, pasien akan sadar kembali. Pada EEG ketika fase tonik, akan
menunjuk gelombang tegangan volt rendah umum yang meningkat
secara progresif yang diikuti dengan gelombang yang beramplitud
tinggi dengan polyspike discharge. Pada fase klonik, EEG akan
menunjuk gelombang amplitud tinggi yang diantara gelombang itu
terdapat slow-wave (spike and wave pattern).
c. Kejang atonik
Kejang ini ditandai oleh kelemahan yang terjadi secara tiba-tiba yang
terjadi pada 1-2 saat. Kesadaran sering terganggu. Pada EEG akan
menunjukkan gambaran spike and wave yang umum yang diikuti oleh
slow wave.
d. Kejang mioklonik
2.5 Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak
diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glaukosa. Sifat proses itu adalah
oksidasi dimana oksigen disediakan dengan peraataraan fungsi paru dan
diteruskan ke otak melalui system kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak
adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel dikelilingi oleh suatu membrane yang terdiri dari permukaan dalam
adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan normal
membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan
sangat sulit dilalui oleh ion natrium (NA+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion
klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar
sel, maka terdapat perbedaan yang disebut potensial membrane dari sel
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane ini diperlukan
energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membrane ini dapat dirubah oleh adanya :
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.