Anda di halaman 1dari 9

Identifikasi Faktor Faktor Penyebab Kegemukan Anak Tunagrahita SLB C

Wiyata Dharma 2 Yogyakarta (Imron Fatkhudin)

PENDAHULUAN (energy intake) lebih besar dibandingkan


Dewasa ini tidak sedikit orang yang energi yang diperlukan untuk aktivitas
sadar atau tidak sadar menyepelekan atau (energy output) (Irianto, 2006: 155).
tidak peduli menjaga kesehatan. Setelah Prevalensi obesitas menurut Riset
sakit, orang baru menyadari arti pentingnya Kesehatan Dasar (Riskesdas ) 2013
kesehatan. Derajat kesehatan masyarakat meningkat jika dibandingkan dengan
dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yakni: Riskesdas 2010. Angka obesitas pria pada
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan 2010 sekitar 15% dan sekarang menjadi
dan keturunan (herediter). 20%. Pada wanita persentasenya dari 26%
Sakit dan penyakit selalu timbul menjadi 35%. Semakin meningkatnya
karena dua sebab, (1) Faktor internal atau prevalensi obesitas dikarenakan perubahan
faktor keturunan. Hal ini merupakan sebuah gaya hidup, misalnya pola makan yang
kecenderungan, apabila orang tua menderita cenderung tinggi karbohidrat dan lemak,
diabetes atau tekanan darah tinggi maka serta menurunnya laju aktifitas fisik.
anak yang dilahirkan akan memiliki Menurut Guyton & Hall, ( 2010: 1116c),
kecenderungan untuk menderita penyakit ada beberapa faktor penyebab kegemukan,
tersebut. Pernyataan tersebut tidak berarti diantaranya:
kalau orang tuanya tidak menderita suatu 1. Faktor psikogenik
penyakit, demikian juga anak- anaknya, Penelitian penderita obesitas
namun persentasenya lebih kecil. (2) Faktor disebabkan oleh faktor psikogenik. Faktor
eksternal, yaitu pola makan dan gaya hidup. psikogenik yang paling sering berperan pada
Erat kaitannya dengan faktor penyebab obesitas adalah gagasan yang berbahaya
kedua, masalah atau gangguan yang sering bahwa kebiasaan makan yang sehat
dialami oleh sebagian orang adalah memerlukan tiga kali sehari, dan setiap kali
kegemukan atau yang biasa di kenal dengan makan harus penuh. Banyak anak dipaksa
obesitas. mengikuti kebiasaan ini oleh para orang tua
Kegemukan (Obesity) adalah yang terlalu bersemangat, dan anak- anak
keadaan kelebihan berat badan 10% diatas terus melanjutkan kebiasaan tersebut
berat badan ideal atau jumlah persentase sepanjang hidupnya.
lemak tubuh melebihi 20% untuk pria dan 2. Kelainan neurogenik
25% untuk wanita. Kelebihan berat badan Pada pembahasan terdahulu
diatas 25% dari berat badan ideal disebut mengenai pengaturan makan, ditunjukkan
obesitas. Hal senada juga diungkapkan oleh bahwa lesi pada nukleus ventromedialis
Atika Proverawati (2010: 71) bahwa hipotalamus menyebabkan binatang makan
obesitas adalah keadaan dimana seseorang secara berlebihan dan menjadi gemuk. Lesi
memiliki berat badan yang lebih berat yang demikian juga menyebabkan kelabihan
dibandingkan berat badan idealnya yang produksi insulin, yang selanjutnya
disebabkan terjadinya penumpukkan lemak meningkatkan penyimpanan lemak,
ditubuh. Penyebab utama terjadinya sehingga menggambarkan bahwa obesitas
kelebihan berat badan adalah asupan makan pada manusia juga dapat dengan pasti

2
Identifikasi Faktor Faktor Penyebab Kegemukan Anak Tunagrahita SLB C
Wiyata Dharma 2 Yogyakarta (Imron Fatkhudin)
dihasilkan karena kerusakan pada yang berkelainan mental dalam arti kurang
hipotalamus. atau tunagrahita, yaitu anak yang
3. Faktor genetik diidentifikasi memiliki tingkat kecerdasan
Obesitas secara pasti terjadi secara yang sedemikian rendahnya (dibawah
familial. Lebih lanjut, kembar identik normal) sehingga untuk meniti tugas
biasanya mampu mempertahankan selisih perkembangannya memerlukan bantuan atau
berat badan sekitar 2 pon antara keduanya layanan secara khusus, termasuk di
sepanjang hidup mereka, jika mereka hidup dalamnya kebutuhan program pendidikan
dalam lingkungan yang sama, atau sekitar 5 dan bimbingannya. Sedangkan menurut
pon jika lingkungan hidup mereka berbeda Hallahan & Kauffman dalam Efendi, (2006:
dengan nyata. Hal ini sebagian terjadi 9) berdasarkan kapabilitas kemampuan yang
karena kebiasaan makan yang berasal dari bisa dirujuk sebagai dasar pengembangan
masa kanak- kanak, tetapi biasanya diyakini potensi, anak tunagrahita dapat
bahwa ada kemiripan yang dekat antara diklasifikasikan menjadi 3 yaitu anak
kedua anak kembar yang dikendalikan tunagrahita memiliki kemampuan untuk
secara genetik. Gen dapat mengatur tingkat dididik dengan rentang IQ 50 – 75, anak
makan dengan berbagai cara, termasuk (1) tunagrahita memiliki kemampuan untuk
kelainan genetik pusat makan untuk dilatih dengan rentang IQ 25 – 50, dan anak
mengatur tingkat penyimpanan energi tinggi tunagrahita memiliki kemampuan untuk
atau rendah, dan (2) kelainan faktor psikis dirawat dengan rentang IQ 25 - kebawah.
secara herediter, baik yang meningkatkan Menurut Mohammad Efendi (2006: 98)
nafsu makan, atau menyebabkan orang keterlambatan perkembangan kognitif pada
tersebut makan sebagai mekanisme anak tunagrahita menjadi masalah besar
“pelepasan”. bagi anak tunagrahita ketika meniti tugas
4. Kelebihan nutrisi pada masa kanak- perkembangannya. Beberapa hambatan
kanak yang tampak pada anak tunagrahita dari segi
Laju pembentukan sel lemak baru kognitif dan sekaligus menjadi
terutama cepat pada beberapa tahun pertama karakteristiknya, yaitu cenderung memiliki
kehidupan, dan semakin besar laju kemampuan berpikir konkret dan sukar
penyimpanan lemak, semakin besar pula berpikir, mengalami kesulitan dalam
jumlah sel lemak. Pada anak yang gemuk, konsentrasi, kemampuan sosialisasinya
jumlah sel lemak seringkali sampai tiga kali terbatas. tidak mampu menyimpan instruksi
lipat jumlah sel lemak pada anak normal. yang sulit, kurang mampu menganalisis dan
Setelah akil balik, jumlah sel tetap hampir menilai kejadian yang dihadapi, dan pada
sama sepanjang sisa kehidupan. tunagrahita mampu didik, prestasi tertinggi
Kegemukan bisa dialami oleh semua pada bidang baca, tulis, hitung tidak lebih
orang dengan gaya hidup tidak sehat baik itu baik dari anak normal setingkat kelas III- IV
orang normal ataupun yang berkebutuhan Sekolah Dasar. Berdasarkan
khusus tidak terkecuali anak tunagrahita. karakteristiknya, anak tunagrahita kurang
Menurut Mohammad Efendi (2006: 9) anak mampu menganalisis dan menilai kejadian

3
Identifikasi Faktor Faktor Penyebab Kegemukan Anak Tunagrahita SLB C
Wiyata Dharma 2 Yogyakarta (Imron Fatkhudin)
yang di hadapinya termasuk bagaimana dihitung menggunakan bantuan software
mengatur pola makan yang harus seimbang SPSS dan dengan rumus
dengan aktifitas yang mereka lakukan.
Anak tunagrahita SLB C Wiyata Dharma 2 Waktu dan Tempat Penelitian
Yogyakarta yang mengalami obesitas Penelitian ini dilakukan di SLB C
mempunyai kesulitan dalam beraktifitas Wiyata Dharma 2 Yogyakarta, dusun
diantaranya adalah mengikuti jam pelajaran Plumbon lor, Mororejo, kecamatan Tempel,
olahraga yang membutuhkan gerakan tubuh kabupaten Sleman, provinsi Daerah
yang aktif. Oleh karena itu perlu dilakukan Istimewa Yogyakarta. Subjek penelitian
penelitian guna mengetahui faktor- faktor yang digunakan adalah anak tunagrahita
penyebab kegemukan anak tunagrahita SLB SLB C Wiyata Dharma 2 Yogyakarta yang
C Wiyata Dharma 2 Yogyakarta. Sebelum mengalami kegemukan yaitu 6 orang anak.
dilakukan penelitian tentang faktor- faktor Waktu pengumpulan data dilakukan pada
penyebab kegemukan, sebagai tahap awal tanggal 8 juni 2015 sampai dengan 10 juli
untuk mengetahui status gizi anak dilakukan 2015 pada saat jam pelajaran Penjasorkes
tes pengukuran berat badan dan tinggi pukul 7.15-9.00 WIB.
badan.
Target/Subjek Penelitian
METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah
Jenis Penelitian anak tunagrahita SLB C Wiyata Dharma 2
Penelitian ini adalah penelitian Yogyakarta yang berjumlah 47 orang siswa.
deskriptif, yaitu dalam penelitian ini peneliti Sampel penelitian ini berjumlah 6 orang
hanya ingin memaparkan apa yang terdapat anak tunagrahita SLB C Wiyata Dharma 2
atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, Yogyakarta yang mengalami kegemukan/
atau wilayah tertentu. Data yang terkumpul obesitas. Cara pengambilan sampel dengan
diklasifikasikan atau dikelompok- purposive sampling dengan beberapa
kelompokkan menurut jenis, sifat, atau ketentuan, yaitu: seluruh anak diukur berat
kondisinya. (Suharsimi Arikunto, 2013: 3). badan dan tinggi badannya, berat badan dan
Penelitian ini merupakan penelitian tinggi badan yang telah diukur di masukkan
deskriptif kuantitatif, adapun teknik kedalam rumus perhitungan Indeks Massa
pengumpulan datanya menggunakan survei Tubuh, sehingga dapat diketahui status gizi
dan angket. Data yang dikumpulkan anak mulai dari kategori sangat kurus, kurus,
merupakan hasil dari pengukuran berat noemal, gemuk/ preobesitas sampai dengan
badan dan tinggi badan yang selanjutnya kegemukan/ obesitas.
dihitung dan dikategorikan berdasarkan
klasifikasi obesitas. Teknik analisis data Prosedur
dalam penelitian ini menggunakan Penelitian ini merupakan penelitian
perhitungan statistik deskriptif dengan deskriptif dengan dua variabel, yaitu:
frekuensi dan persentase yang dapat kegemukan, dan anak tunagrahita dengan
metode yang digunakan adalah survey

4
Identifikasi Faktor Faktor Penyebab Kegemukan Anak Tunagrahita SLB C
Wiyata Dharma 2 Yogyakarta (Imron Fatkhudin)

dengan teknik pengumpulan data P = angka presentase


menggunakan tes pengukuran dan angket. Untuk mendapatkan data yang akurat
Prosedur penelitian yaitu dengan memberi juga dilakukan analisis data menggunakan
pengarahan kepada responden untuk software SPSS.
menuruti tata cara pengukuran yang
dijelaskan oleh peneliti yang kemudian HASIL PENELITIAN DAN
responden akan di ukur dengan PEMBAHASAN
menggunakan alat yang sudah disiapkan Deskripsi data hasil penelitian ini
oleh peneliti. dimaksudkan untuk mengetahui
persentase kegemukan dan faktor
Instrumen, dan Teknik Pengumpulan penyebab kegemukan anak tunagrahita
Data SLB C Wiyata Dharma 2 Yogyakarta.
Dalam penelitian ini alat ukur yang Berdasarkan perhitungan Indeks Massa
digunakan untuk pengambilan data, yaitu: Tubuh dan Z Score dari 47 siswa dapat di
a) Timbangan adalah alat untuk mengukur ketahui bahwa 3 (6,38%) orang siswa
berat badan dengan ketetilitian satu berada pada kategori kurus, 29 (61,70%)
angka di belakang koma, satuan siswa normal, 9 (19,14%) siswa gemuk
pengukuran menggunakan kilogram dan 6 (12,76%) siswa mengalami
(kg). Tujuan: Untuk mengetahui berat obesitas, dari data diatas penulis akan
badan. Petunjuk pelaksanaan: a. meneliti 6 siswa yang berada pada
Penimbangan dilakukan subyek dengan ambang batas obesitas menggunakan
pakaian olahraga tampa alas kaki, b. instrumen angket.
Subjek berdiri di atas timbangan tidak
boleh berpegangan pada benda lain.
Kategori siswa berdasarkan
b) Staturemeter adalah alat untuk Indeks Massa Tubuh
mengukur tinggi tubuh dengan ketelitian
satu angka di belakang koma, satuan 12,76 6,38
pengukuran menggunakan centimeter
Kurus
(cm). 19,14
Normal
61,7 Gemuk
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian Obesitas
ini adalah deskriptif presentase. Rumus
untuk menentukan presentase adalah sebagai
berikut:
Hasil penelitian dan analisis data
dari angket yang diberikan kepada
responden (orang tua siswa) dijelaskan
Keterangan:
sebagai berikut:
f = frekuensi yang dicari presentasenya
Tabel 9. Orang tua yang
N = banyaknya individu
mengalami obesitas

5
Identifikasi Faktor Faktor Penyebab Kegemukan Anak Tunagrahita SLB C
Wiyata Dharma 2 Yogyakarta (Imron Fatkhudin)

Jawaban Frekuensi Persen obesitas ketika berusia 0-2 tahun, 3 anak


dengan persentase 50% mengalami
Ayah saja 2 3,3 %
obesitas saat masa balita, dan 2 anak
Ibu saja 2 3,3%
mengalami obesitas saat masa kanak-
Tidak ada 2 33,3%
kanak dengan usia 5-12 tahun, selain itu
Total 6 100% diketahui juga bahwa seluruh anak SLB
Obesitas cenderung untuk C Wiyata Dharma 2 Yogyakarta yang
diturunkan, sehingga diduga memiliki mengalami obesitas mengalami proses
penyebab genetik. Atika Proverawati kelahiran normal 9 bulan. Menurut
(2010: 72) menyatakan bahwa rata- rata Guyton & Hall (2010: 1116c) Laju
faktor genetik memberikan kontribusi pembentukan sel lemak baru terutama
sebesar 33% terhadap berat badan cepat pada beberapa tahun pertama
seseorang. Gen merupakan faktor penting kehidupan, dan semakin besar laju
dalam timbulnya obesitas, namun penyimpanan lemak, semakin besar pula
lingkungan seseorang juga memegang jumlah sel lemak. Oleh karena itu, telah
peranan yang cukup berarti, yang disarankan bahwa kelebihan nutrisi pada
teramasuk lingkungan dalam hal ini anak, terutama pada masa bayi dan
adalah perilaku atau pola gaya hidup, sebagian kecil pada masa kanak- kanak
misalnya apa yang dimakan dan berapa yang lebih lanjut, dapat menyebabkan
kali seseorang makan, serta bagaimana obesitas sepanjang hidup.
aktivitasnya setiap hari. Seseorang tidak Tabel 11. Pemberian ASI saat
dapat mengubah pola genetiknya, namun anak usia 0-2 tahun
dapat mengubah pola makan dan Jawaban Frekuensi Persen
aktifitasnya. Selalu 5 83%
Tabel 10. Awal mula terjadinya ASI
obesitas eksklusif
Jawaban frekuensi Persen ASI 1 16,7%
Saat lahir 1 16,7% diselingi
(usia 0-2 susu
tahun) formula
Balita (2-5 3 50% Total 6 100%
tahun) Berdasarkan tabel di atas, dapat
Masa 2 33,3% diketahui bahwa 5 anak selalu diberikan
Kanak- ASI eksklusif ketika anak berusia 0-2
kanak (5-12 tahun dan 1 anak ketika usia 0-2 tahun
tahun) diselingi dengan susu formula. Kadar
Total 6 100% hormon insulin yang lebih tinggi pada
bayi yang minum susu formula
Berdasarkan tabel diatas, dapat dibandingkan bayi yang mendapat ASI
diketahui bahwa 1 anak mengalami akan merangsang deposit lemak,

6
Identifikasi Faktor Faktor Penyebab Kegemukan Anak Tunagrahita SLB C
Wiyata Dharma 2 Yogyakarta (Imron Fatkhudin)
sehingga resiko obesitas sudah mulai Jawaban Frekuensi Persen
terjadi sejak dini. Dari ke enam subyek Antar 4 66,7%
penelitian penulis dapat mendiskripsikan jemput
bahwa keseluruhan anak mengkonsumsi orang tua
nasi ketika sarapan. Naik 2 33,3%
Tabel 12. Konsumsi Minuman kendaraan
Jawaban Frekuensi Persen umum
Minuman 4 66,7% Total 6 100%
manis Jarak tempuh dari rumah sampai
dengan ke sekolah yang cukup jauh
gula menyebabkan anak selalu menggunakan
Minuman 2 33,3% kendaraan transportasi untuk berangkat
instan dan pulang sekolah, hal tersebut
kemasan membuat anak semakin jarang untuk
Total 6 100% melakukan aktifitas fisik. Keseringan
Berdasarkan tabel diatas dapat anak dalam melakukan olahraga dapat
diketahui bahwa 4 dari 6 anak sering dilihat pada data berikut:
mengkonsumsi minuman manis yang Tabel 14. Rutinitas olahraga
mengandung gula sementara sisanya anak setiap harinya
lebih sering mengkonsumsi minuman Jawaban Frekuensi Persen
instan. Apabila asupan karbohidrat Olahraga 5 83,3%
berlebih sedangkan kapasitas hati dan saat
otot dalam menyimpan glikogen terbatas, disekolah
maka karbohidrat akan disimpan dalam Kadang- 1 16,7%
bentuk lemak dan akan disimpan dalam kadang
jaringan lemak. Asupan karbohidrat yang berolahraga
tinggi akan memicu peningkatan glukosa Total 6 100%
dalam darah. Kondisi seperti ini tentu Kurang dan terbatasnya aktifitas
akan membuat anak dengan asupan tinggi olahraga ketika di sekolah yang
karbohidrat akan mengalami peningkatan dilakukan hanya 1- 2 kali dalam satu
berat badan, selain itu sebagian besar minggu sangatlah tidak seimbang sebagai
mereka hanya melakukan olahraga ketika output energi dibandingkan dengan
berada disekolah saat mengikuti pelajaran konsumsi makanan dan minuman yang
penjasorkes, kurangnya aktifitas gerak dikonsumsi anak setiap harinya.
dapat menyebabkan penumpukkan energi Seseorang dengan aktifitas fisik yang
input yang apabila tidak diimbangi kurang dapat meningkatkan prevalensi
dengan output maka dapat menyebabkan terjadinya obesitas. Orang- orang yang
obesitas, kurang aktif memerlukan kalori dalam
Tabel 13. Transportasi ke jumlah sedikit dibandingkan dengan.
sekolah Seseorang yang hidupnya kurang aktif

7
Identifikasi Faktor Faktor Penyebab Kegemukan Anak Tunagrahita SLB C
Wiyata Dharma 2 Yogyakarta (Imron Fatkhudin)
(sedentary life) atau tidak melakukan Berdasarkan analisis data dan
aktifitas fisik yang seimbang dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab
mengkonsumsi makanan yang tinggi sebelumnya, penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa ketidakseimbangan
lemak, akan cenderung mengalami
antara energi input ( pola makan) dengan
obesitas. energi output ( aktifitas fisik) berpengaruh
Tabel 15. Makanan alternatif secara signifikan terhadap kejadian
pengganti nasi saat jam makan tiba kegemukan (obesitas), 66,6% anak yang
Jawaban Frekuensi Persen mengalami obesitas adalah anak yang orang
Mie instan 5 83,3% tuanya mengalami obesitas sedangkan
33,3% sisanya bukan anak dengan orang tua
Jajan 1 16,7%
obesitas.
makanan
ringan
Saran
Total 6 100% Berdasarkan kesimpulan di atas,
Berdasarkan tabel diatas dapat penelitian memiliki implikasi, yaitu:
diketahui bahwa 5 anak (83,3%) memilih 1. Orang tua sebagai orang terdekat dan
mengkonsumsi mie instan selain nasi saat yang paling mengerti tentang kehidupan
jam makan tiba, mie instan memiliki anak harus memahami dan
kandungan zat yang berbahaya bagi membedakan jenis makanan yang sehat
dan jenis makanan yang tidak sehat dan
kesehatan yaitu Natrium (Na) yang dapat
menimbulkan obesitas.
menyebabkan tekanan darah tinggi, 2. Orang tua harus mulai mengajarkan
hipertensi, maag dan obesitas. sementara kepada anak bagaimana mengatur pola
1 anak mengkonsumsi jajan makanan makan yang sehat dan tidak berlebihan.
ringan dari pada mengkonsumsi makanan 3. Orang tua sebaiknya mulai
yang lain. Orang tua sebagai orang membiasakan mengajak anak untuk
melakukan aktivitas olahraga rutin dan
terdekat yang mengerti tentang
teratur
kehidupan anaknya harus bisa 4. Anak yang mengalami obesitas karena
mengontrol pola makan dan aktifitas fisik keturunan dari orangtua sebaiknya lebih
anak. Anak tunagrahita mempunyai waspada dengan meningkatkan pola
karakteristik yang berbeda dengan anak hidup sehat dengan mengatur gaya
normal pada umumnya, anak tunagrahita hidup sehat untuk memperkecil
harus mendapat perhatian khusus dalam kemungkinan terjadinya obesitas.
5. Orang tua dan guru harus bisa
segala hal dalam hidupnya termasuk
mengontrol kebiasaan anak yang sering
kesehatan yang berkaitan dengan membeli makanan yang tidak sehat baik
obesitas/ kegemukan dengan harapan dirumah maupun disekolah.
dapat mengurangi dan mencegah resiko
terhadap penyakit- penyakit degeneratif Diskusi
yang dapat menyerang sewaktu- waktu. 1. Penelitian ini memiliki arti, yaitu tidak
seimbangnya antara energy output
SIMPULAN, SARAN, DISKUSI (aktifitas fisik) dengan energy input
(asupan makanan) anak tunagrahita SLB
Simpulan C Wiyata Dharma 2 Yogyakarta .

8
Identifikasi Faktor Faktor Penyebab Kegemukan Anak Tunagrahita SLB C
Wiyata Dharma 2 Yogyakarta (Imron Fatkhudin)
2. Kurangnya kemampuan anak untuk Irianto, Djoko Pekik. (2006). Panduan Gizi
menjaga pola makan dan aktifitas fisik Lengkap Keluarga Dan
yang seimbang harusnya menjadi Olahragawan. Yogyakarta: CV
perhatian yang lebih bagi orang tua Andi Offset
sebagai orang yang paling dekat dengan
anak. Hal tersebut dimaksudkan agar Suharsimi Arikunto. (2013). Prosedur
kesehatan anak bisa lebih terjaga. Penelitian Suatu Pendekatan
Penelitian ini dilakukan sebaik Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
mungkin, namun tidak terlepas dari
keterbatasan yang ada. Keterbatasan selama
penelitian yaitu:
1. Peneliti tidak menganalisis pengaruh
faktor psikologis dan neurologis yang
berkaitan dengan syaraf yang apabila
syaraf tertentu dari dalam tubuh itu rusak
dapat mempengaruhi nafsu makan dan
sistem pencernaan, hal itu dikarenakan
peneliti kesulitan mendapatkan sumber
referensi penelitian.
2. Dalam penelitian ini tidak
memperhatikan penyakit atau kelainan
saraf yang menyebabkan anak
mengalami obesitas.
3. Penelitian ini hanya berlaku pada anak
tunagrahita di SLB C Wiyata Dharma 2
Yogyakarta.
Dalam skripsi ini masih banyak
kekurangan, untuk itu bagi peneliti
selanjutnya hendaknya mengembangkan
dan menyempurnakan instrumen
penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Atika Proverawati. (2010). Obesitas dan
Gangguan Perilaku Makan pada
Remaja. Yogyakarta: Nuha Medika.

Guyton & Hall. (2007). Fisiologi


Kedokteran. Jakarta: Peberbit Buku
Kedokteran EGC

Mohammad Efendi. (2006). Pengantar


Psikopedagogik Anak Berkelainan.
Jakarta: PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai