Disusun oleh:
1. Septia Deby (17.72.018068)
2. Yuvita (17.72.018074)
3. Adinda Chairunnissa (17.72.018076)
4. Setrima (17.72.018078)
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang……………………………………………………………………..1
2. Rumusan Masalah………………………………………………………………….1
3. Tujuan……………………………………………………………………...……….1
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengambilan Sampel Urine…………………..…………………………………….2
2. Urin Porsi Tengah………..…………………………………………………………3
3. Cara Pengambilan Sampel Urine Porsi Tengah……………………………………3
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………....5
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti sering mendengar istilah urine. Bukan hanya
mendengar namun kita selalu menemui dan melakukan pembuangan urine atau metabolisme tubuh
melalui urine yang biasa kita sebut buang air kecil (BAK). Buang air kecil merupakan suatu hal yang
normal namun kenormalan tersebut dapat menjadi tidak normal apabila urine yang kita keluarkan
tidak seperti biasanya. Mengalami perubahan warna atau merasakan nyeri saat melakukan proses
buang air kecil. Jika hal itu terjadi maka yang perlu kita lakukan adalah dengan cara melakukan
pemeriksaan.
Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau specimen urine.
Pemeriksaan pada urine dapat menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh seseorang. Oleh
sebab itu dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana proses pengumpulan urine.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pengambilan sampel urine.
2. Untuk mengetahui sampel urine porsi tengah.
3. Untuk mengetahui cara pengambilan sampel urine porsi tengah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Banyaknya urine yang dikeluarkan oleh ginjal dalam 24 jam. Dihitung dalam gelas ukur.
Volume urine normal : 1200-1500 ml/24 jam. Volume urine masingmasing orang bervariasi
tergantung pada luas permukaan tubuh, pemakaian cairan, dan kelembapan udara / penguapan.
2. Bau
Bau urine yang normal, tidak keras. Bau urine yang normal disebabkan dari sebagian oleh asam-
asam organik yang mudah menguap.
3. Buih
Buih pada urine normal berwarna putih. Jika urine mudah berbuih, menunjukkan bahwa urine
tersebut mengandung protein. Sedangkan jika urine memiliki buih yang berwarna kuning, hal tersebut
disebabkan oleh adanya pigmen empedu(bilirubin) dalam urine.
4. Warna urine
Warna urine ditentukan oleh besarnya dieresis. Makin besar dieresis, makin muda warna urine
itu. Biasanya warna urine normal berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan
oleh beberapa macam zat warna, terutama urochrom dan urobilin. Jika didapat warna abnormal
disebabkan oleh zat warna yang dalam keadaan normal pun ada, tetapi sekarang ada dalam jumlah
besar.
2
5. Kejernihan
Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna yaitu jernih, agak keruh, keruh atau sangat
keruh. Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urine normal pun akan menjadi keruh jika
dibiarkan atau didinginkan. Kekeruhan ringan disebut nubecula dan terjadi dari lender, sel-sel epitel,
dan leukosit yang lambat laun mengendap.
3
labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut
dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang
mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang
lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari
urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke
laboratorium.
Cara pengambilan dan penampungan urine porsi tengah pada pria :
1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara uretra. Satu
potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua
potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan
kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah
steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan selesai.
2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis dengan kasa
yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu
keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke
dalam tempat sampah.
4. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter
urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi
sepertiga sampai setengahnya.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari
urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke
laboratorium.
Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan menyebabkan bakteri
yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan koloni yang tumbuh pada biakan
menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat pengambilan. Sampel
harus diterima maksimun 1 jam setelah penampungan. Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2
jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan
dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel baru. Bila pengiriman
terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 40 C selama tidak lebih dari 24 jam.
4
BAB III
PENUTUP
Urin tengah merupakan cara pengambilan spesimen untuk pemeriksaan kultur urin yaitu
untuk mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih. Sekalipun ada
kemungkinan kontaminasi dari bakteri di permukaan kulit, namun pengambilan dengan menggunakan
kateter lebih berisiko menyebabkan infeksi. Perlu mekanisme khusus agar spesimen yang didapat
tidak terkontaminasi.
Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Pengambilan
spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan yang tidak memungkinkan).
Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi penjelasan tentang tata cara pengambilan yang
benar. Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp), dari
kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin
porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril.
5
Daftar Pustaka
Potter & Perry. (2000). Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar, edisi 3. Jakarta: EGC
Sabinton, C. D. (1997). Wound Healing: Biologic and Clinical Feature. Textbook of Surgery The
Biological Basic of Modern Surgical Practice, 15 edition. Philadelphia: WB. Saunder.
Wieck, et al. (1981). illustrated manual of nursing techniques, 3 edition. Philladelphia: Lippincott Co.