Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Benda asing adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam
tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing di liang telinga
dapat bervariasi, baik berupa benda mati atau benda hidup. Sampai saat ini
benda asing merupakan salah satu kasus gawat darurat yang utama dan menjadi
masalah besar yang sering ditemukan oleh dokter bagian Telinga Hidung
Tenggorok (THT) (Bashirudin et al, 2007).

Corpus alineum atau benda asing adalah benda yang berasal dari
luar atau dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh.
Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari
luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh). Benda asing eksogen
terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terbagi
terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan (yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka bintang) dan zat
organik seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain-lain. Benda asing
eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif seperti zat
kimia, dan benda cair non iritatif yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda asing
eksogen dapat berupa sekret kental, darah, bekuan darah, nanah, krusta.
Benda asing pada hidung merupakan masalah kesehatan keluarga yang
sering terjadi pada anak-anak. Pada anak-anak cenderung mengeksplorasi
tubuhnya, terutama daerah yang be rlubang, termasuk telinga, hidung, dan
mulut.

Benda asing di telinga merupakan kasus yang sering ditemukan pada


instalasi gawat darurat THT. Insidennya mencapai 11% untuk semua kasus
benda asing termasuk di hidung dan tenggorok. Dalam pelayanan darurat
THT di rumah sakit tersier, Sao Paulo, benda asing menyumbang 827

1
kunjungan (5,3%) dari semua kasus, 386 adalah perempuan (46,7%) dan
441 adalah laki-laki (53,3%). Benda asing (94,8%) terletak ditelinga (Cutolo
et al, 2010).

B. Rumusan masalah

1. Apa saja benda asing pada mata?

2. Apa saja benda asing pada hidung?

3. Apa saja benda asing pada telinga?

4. Apa saja benda asing pada tenggorokan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui benda asing pada mata

2. Untuk mengetahui benda asing pada hidung

3. Untuk mengetahui benda asing pada telinga

4. Untuk mengetahui benda asing pada tenggorokan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Benda asing pada mata


Benda asing yang dapat masuk ke dalam mata dibagi dalam beberapa
kelompok:
a. Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah hitam, besi tembaga.
Terbagi menjadi benda logam magnit dan bukan magnit.
b. Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan tumbuh-tumbuhan, bahan
pakaian.
c. Benda inert, yaitu benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak
menimbulkan reaksi jaringan mata, kalau terjadi reaksipun hanya ringan
saja dan tidak mengganggu fungsi mata. Contoh: emas, platina batu,
kaca, dan porselin.
d. Benda reaktif : terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi
jaringan mata sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam,
seng, nikel, aluminium, tembaga, bulu ulat.
Pengobatan yaitu dengan mengeluarkan benda asing tersebut. Bila
lokalisasi di palpebra dan konjungtiva, kornea maka dengan mudah dapat
dilepaskan setelah pemberian anestesi lokal.Untuk mengeluarkan perlu
kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam.Arah pengambilan adalah
dari tengah ke tepi.Bila benda bersifat magnetik maka dapat dikeluarkan
dengan magnet portable atau giant magnet. Kemudian diberi antibiotika
lokal, sikloplegik dan mata dibebat. Pecahan besi yan terletak di iris, dapat
dikeluarkan dengan dibuat insisi di limbus, melalui luka ini ujaung dari
magnit dimasukkan untuk menarik benda tersebut, bila tidak berhasil dapat
dilakukan iridektomi dari iris yang mengandung benda asing tersebut.
Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat dikeluarkan
dengan magnit pula seperti pada iris. Bila letaknya di lensa juga dapat
ditarik denga magnit, sesudah dibuat sayatan di limbus kornea, jika tidak
berhasil dapat dilakukan pengeluaran lensa denga cara ekstraksi linier pada
orang muda dan ekstraksi ekstra kapsuler atau intrakapsuler pada orang
yang lebih tua. Bila lokalisasinya di dalam badan kaca dapat dilakukan
pengeluaran dengan magnit raksasa, setelah dibuat sayatan dari skera. Bila

3
tidak berhasil atau benda asing itu tidak magnetik dapat dikeluarkan dengan
opersai viterektomi. Bila benda asing itu tidak dapat diambil harus
dilakukan enukleasi bulbi untuk mencegah timbulnya oftalmia simpatika
pada mata sebelahnya
1. Trauma Kimia
Truma Kimia dibagi menjadi : trauma kimia asam dan trauma kimia basa
a. Trauma Kimia Asam pada Mata
1) Pengertian
Trauma asam merupakan salah satu jenis trauma kimia
mata dan termasuk kegawatdaruratan mata yang disebabkan zat
kimia bersifat asam dengan pH < 7
2) Etiologi
Trauma kimiawi biasanya disebabkan akibat bahan-bahan
yang tersemprot atau terpercik pada wajah.
a) Bahan kimia asam
Asam sulfat, sulfurous acid, asam hidroklorida, asam nitrat,
asam asetat, asam kromat, danasam hidroflorida.
1) Ledakan
Baterai mobil, yang menyebabkan luka bakar asam
sulfat,mungkin merupakan penyebab tersering dari luka bakar
kimiawi
2) Asam
a) Hidroflorida dapat ditemukan dirumah pada cairan
penghilang karat, pengkilap aluminum, dan cairan
pembersih yang kuat. Industri (pembersih dinding, glass
etching (pengukiran pada kaca dengan cairan kimia),
electropolishing, dan penyamakan kulit., fermentasi pada
pengolahan bir).
b) Cairan atau gas

3) Penatalaksanaan

4
1. Irigasi jaringan yang terkena secepat-cepatnya, selama
mungkin untuk menghilangkan dan melarutkan bahan
yang mengakibatkan trauma. Irigasi dapat dilakukan
dengan air bersih lainnya paling sedikit 15-30 menit.
Anestesi topikal (blefarospasme berat)
2. Penetralisir ---> natrium bikarbonat 3%.
3. Antibiotik---> bila perlu
4. Biasanya trauma akibat asam akan normal kembali,
sehingga tajam penglihatan tidak banyak terganggu
b) Trauma Kimia Basa pada Mata
a. Pengertian
1) Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat
yang sangat gawat pada mata.
2) Alkali akan menembus dengan cepat kornea, bilik mata
depan, dan sampai pada jaringan retina

b. Etiologi
1) Semen
2) Soda Kuat
3) Amonia
4) NaOH
5) CaOH
6) Cairan Pembersih dalam Rumah Tangga
c. Penatalaksanaan
1) Irigasi dengan garam fisiologis selama mngkn (2000 ml
selama ± 30 menit)
2) Pemeriksaan kertas lakmus.
3) Bila penyebab CaOH -----> diberi EDTA (bereaksi dengan
basa pada jaringan)
4) Antibiotik -----> mencegah infeksi.
5) Siklopegi -----> mengistirahatkan irir, mengatasi iritis.
6) Anti glaucoma -----> mencegah glaukoma sekunder.

5
7) Steroid (7 hari pertama) -----> anti inflmasi.
8) Kolagenase inhibitor (sistein, 1 minggu) -----
> menghilangi efek kolagenase.
9) Vitamin C -----> membentuk jaringan kolagen.
10) Bebat (perban) pada mata, lensa kontak lembek dan tetes
air mata buatan. Operasi keratoplasti -----> bila kekeruhan
kornea sangat mengganggu penglihatan.
B. Benda asing pada hidung
1. Benda asing hidup (benda organik)
a) Larva lalat
Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di hidung manusia
dan hewan di Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari spesies
Chryssonya bezziana adalah serangga yang termasuk dalam famili
Calliphoridea, ordo dipteral subordo Cyclorrapha kelas Insecta.
b) Lintah
Lintah (Hirudinaria javanica) merupakan spesies dari kelas
hirudinae. Hirudinae adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang
belakang yang termasuk filum annelida. Anggota jenis cacing ini
tidak mempunyai rambut, parapodia, dan seta. Tempat hidup hewan ini
ada yang berada di air tawar, air laut, dan di darat. Lintah merupakan
hewan penghisap darah. Pada saat menghisap darah, lintah
mengeluarkan zat penghilang rasa sakit dan mengeluarkan zat anti
pembekuan darah sehingga darah pada pasin tidak akan membeku.
Setelah selesai menghisap darah, lintah akan menjatuhkan diri.
c) Cacing
Ascaris Lumbricoides merupakan nematode usus yang masih
menjadi masalah di negara berkembang seperti Indonesia. Hidung dapat
menjadi part d’entry atau tempat cacing tersebut bermigrasi dari
usus untuk mendapatkan oksigen yang lebih banyak.
2. Benda asing tak hidup (benda anorganik)
Benda asing tak hidup yang tersering adalah manik-manik, baterai logam,
dan kancing baju. Kasus baterai logam di hidung merupakan salah
satu kegawatan yang harus segera dikeluarkan karena kandungan zat
kimianya yang dapat bereaksi terhadap mukosa hidung. Lokasi tersering
benda asing hidung ( Steven WH, Karen LM, 2007)

6
Beberapa benda asing menetap di dalam rongga hidung tanpa
menimbulkan perubahan mukosa. Namun, kebanyakan objek yang berupa
benda mati menyebabkan kongesti dan edema pada mukosa hidung,
dapat terjadi ulserasi, epistaksis, jaringan granulasi, erosi, dan dapat
berlanjut menjadi sinusitis.
Sekret yang tertinggal, dekomposisi benda asing, dan ulserasi yang
menyertai dapat menghasilkan fetor yang berbau busuk. Benda asing
yang berupa benda hidup, menyebabkan reaksi inflamasi dengan derajat
bervariasi, dari infeksi lokal sampai destruksi masif tulang rawan dan
tulang hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan
berbau.
a. Penatalaksanaan
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan
cepat dan tepat perlu diketahui dengan sebaik-baiknya gejala
tersangkutnya benda asing tersebut. Adapun pemilihan teknik untuk
mengeluarkan benda asing sebaiknya didasarkan pada lokasi yang tepat,
bentuk, dan komposisi benda asing. Pengeluaran benda asing hidung
jarang bersifat emergensi dan dapat menunggu saran dari spesialis
terkait. Bahaya utama pengeluaran benda asing pada hidung adalah
aspirasi, terutama pada anak-anak yang tidak kooperatif dan menangis,
pasien gelisah yang kemungkinan dapat menghirup benda asing ke
dalam jalan napas dan melukai jaringan sekitar, sehingga menimbulkan
keadaan emergensi.

Beberapa persiapan pengeluaran benda asing pada hidung antara lain:


1. Posisi ideal saat pengeluaran benda asing pada hidung adalah meminta
pasien untuk duduk, pada pasien pediatrik maka akan di pangku,
kemudian akan menahan tangan dan lengan pasien, dan seseorang
lainnya akan membantu menahan kepala pasien dalam posisi ekstensi
300.
2. Visualisasi yang adekuat penting untuk membantu pengeluaran
benda asing pada hidung. Lampu kepala dan kaca pembesar dapat
membantu pemeriksa untuk memeroleh sumber pencahayaan yang
baik dan tidak perlu di pegang, sehingga kedua tangan pemeriksa
dapat digunakan untuk melakukan tindakan.

7
3. Anestesi lokal sebelum tindakan dapat memfasilitasi ekstraksi
yang efisien dan biasanya dalam bentuk spray. Lignokain
(Lidokain) 4% merupakan pilihan yang biasa digunakan, walaupun
kokain biasa digunakan dan bersifat vasokonstriktor. Namun,
penggunaan kokain pada anak-anak dapat menimbulkan toksik,
sehingga biasanya digantikan dengan adrenalin (epinefrin)
1:200.000. Akan tetapi, penggunaan anestesi local tidak terlalu
bermanfaat pada pasien pediatric, sehingga anestesi umum lebih
sering digunakan pada kasus anak-anak.
Alat-alat yang diguanakan dalam proses ekstraksi benda asing pada
hidung adalah forsep bayonet, serumen hook, kateter tuba eustasius,
dan suction. Adapun, beberapa teknik pengeluaran benda asing
pada hidung yang dapat digunakan antara lain :
a. Penatalaksanaan benda asing hidung yang tidak hidup
1. Pengeluaran atau ekstraksi benda yang berbentuk bulat
merupakan hal yang sulit karena tidak mudah untuk
mencengkram benda asing tersebut. Serumen hook yang
sedikit dibengkokkan merupa kan alat yang paling tepat untuk
digunakan. Pertama-tama, pengait menyusuri hingga bagian
atap cavum nasi hingga belakang benda asing hingga
terletak di belakangnya, kemudian pengait diputar ke
samping dan diturunkan sedikit, lalu ke depan. Dengan cara
ini benda asing itu akan ikut terbawa keluar. Selain itu,
dapat pula digunakan suction. Tidaklah bijaksana bila
mendorong benda asing dari hidung kearah nasofaring
dengan maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara
itu, benda asing dapat terus masuk ke laring dan saluran
napas bagian bawah yang menyebabkan sesak napas, sehingga
menimbulkan keadaan yang gawat. Pemberian antibiotika
sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus benda
asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun
sinus.
2. Suction (teknik tekanan negatif) biasanya digunakan apabila
ekstraksi dengan forsep atau hook tidak berhasil dan juga

8
digunakan pada benda asing berbentuk bulat. Suction dapat
dengan mudah ditemukan pada bagian emergensi dan
kemudian diatur pada tekanan 100 dan 140 mmHg sebelum
digunakan.
3. Benda asing mati yang bersifat non-organik pada hidung
lainnya seperti spons dan potongan kertas dapat diekstraksi
dengan menggunakan forsep.
4. Benda asing mati lain yang bersifat organik seperti kacang-
kacangan dapat diekstraksi dengan menggunakan pengait
tumpul.
5. Apabila tidak terdapat peralatan atau instrument, dapat
digunakan cara : pasien dapat mengeluarkan benda asing hidung
tersebut dengan cara menghembuskan napas kuat-kuat melalui
hidung sementara lubang hidung yang satunya di tutup. Jika
cara ini tidak berhasil atau benda asing pada hidung tersebut
terdapat pada pasien pediatrik yang tidak kooperatif, maka
dapat digunakan ventilasi tekanan positif melalui mulut.
Pada teknik ini, orang tua penderita melekatkan mulutnya
ke mulut anaknya, lalu menutup lubang hidung yang tidak
terdapat benda asing dengan jari, lalu meniupkan udara
secara lembut dan cepat melalui mulut. Walaupun secara
reflex epiglottis anak akan tertutup untuk melindungi paru-
paru dari tekanan, penting diperhatikan bahwa tidak boleh
diberikan hembusan bertekanan tinggi dan volume yang
banyak.
b. Penatalaksanaan benda asing hidung yang hidup
1. Teknik berbeda diterapkan pada benda asing hidup. Pada
kasus benda asing hidup berupa cacing, larva, dan lintah,
penggunaan kloroform 25% yang dimasukkan ke dalam
hidung dapat membunuh benda asing hidup tersebut. Hal ini
mungkin harus kembali dilakukan 2 -3 perminggu selama 6
minggu hingga semua benda asing hidup mati. Setiap
tindakan yang selesai dilakukan, ekstraksi dapat dilanjutkan
dengan suction, irigasi, dan kuretase.

9
2. Pada pasien myasis dengan angka komplikasi dan morbiditas
yang tinggi, dilakukan operasi debridement dan diberikan
antibiotik parenteral, serta Ivermectin (antiparasit) dapat
dipertimbangkan. Setelah proses ekstraksi selesai dilakukan,
pemeriksaan yang teliti harus dilakukan untuk mengeksklusi
kehadiran benda asing lainnya. Orang tua juga harus diberikan
edukasi untuk menjauhkan paparan benda asing hidung
potensial lainnya dari anak-anaknya.
C. Benda Asing pada telinga
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang telinga
yaitu :
1. Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
2. Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu
menggunakan alat alat pembersih telinga misalnya kapas, tangkai korek api
atau lidi yang tertinggal di dalam telinga, yang terakhir adalah faktor
kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk kedalam telinga
contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.
Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga
danpenangangan pertama yang bisa dilakukan:
a. Air
Sering kali saat kita mandi, berenang dan keramas, membuat air masuk
ke dalam telinga. Jika telinga dalam keadaan bersih, air bisa keluar
dengan sendirinya. Tetapi jika di dalam telinga kita ada kotoran, air
justru bisa membuat benda lain di sekitarnya menjadi mengembang dan
air sendiri menjadi terperangkap di dalamnya.Segera kunjungi dokter
THT untuk membersihkan kotoran kuping yang ada.
b. Cotton Buds
Cotton buds tidak di anjurkan secara medis untuk membersihkan telinga.
Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bahaya lainnya adalah dapat
menusuk selaput gendang bila tidak hati-hati menggunakannya.
c. Benda-benda kecil
Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke dalam
telinganya. Misalnya, manik-manik mainan. Jika terjadi, segera bawa ke
dokter THT. Jangan coba-coba mengeluarkannya sendiri, karena bisa
menimbulkan masalah baru. Di ruang praktek, dokter mempunyai alat
khusus untuk mengeluarkan benda tersebut.
d. Serangga

10
Bila telinga sampai kemasukan semut, berarti ada yang salah dengan
bagian dalam telinga. Pada prinsipnya, telinga punya mekanisme sendiri
yang dapat menghambat binatang seperti semut untuk tidak masuk ke
dalam.
3. Penatalaksanaan
1. Jika benda asing masih hidup, harus dimatikan terlebih dahulu sebelum
dikeluarkan. Biasanya cukup dengan memasukkan tampon basah ke
liang telinga lalu meneteskan cairan, misalnya larutan rivanol di telinga
kurang lebih 10 menit, kemudian benda asing tersebut diirigasi dengan
air bersih untuk mengelurkannya, atau dengan pinset atau kapas (yang
dililitkan dengan pelilit kapas). Benda asing yang besar dapat ditarik
dengan pengait serumen, yang kecil bias diambil dengan cunam atau
pengait. Bila ada laserasi, liang telinga diberikan antibiotic ampisilin
selama 3 hari dan analgetik jika perlu.

2. Jika benda asing ringan dan mudah bergerak, keluarkan dengan


suction, jika benda asing keras dan sferis, dan pasien tidak kooperatif,
benda asing dapat dikeluarkan dengan pengait, kuret telinga, atau wire
loop.

3. Forsep alligator dipakai untuk mengeluarkan benda asing yang lunak


seperti kapas dan kertas. Tangkai yang terbuat dari kayu dan dibalut
kapasswab pada ujungnya dapat digunakan untuk mengambil benda
asing yang halus, kering dan bersih dengan memberikan 1 tetes dari
cyanoacrylate (Super Glue).

4. Benda asing seperti karet busa, bunga, kapas, dijepit dengan pinset
dan ditarik keluar.

5. Korpus alienum yang licin dan keras seperti batu, manik-manik, biji-
bijian pada anak yang tidak kooperatif harus dikeluarkan dalam
narcosis. Dengan memakai lampu kepala yang sinarnya terang, korpus
alienum lebih jelas terlihat dan dikeluarkan dengan hati-hati memakai
pengait, karena tindakan tersebut dapat menyebabkan trauma pada

11
membrane timpani dan korpus alienum yang licin tersebut terdorong
masuk melului robekan ke dalam kavum timpani.

D. Benda asing di tenggorokan

Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing pada saluran


nafas adalah :

1. Usia yaitu pada anak-anak, dimana mereka sering memasukkan segala


sesuatu ke dalam mulut, gigi geligi yang belum lengkap dan refleks menelan
yang belum sempurna.
2. Faktor kejiwaan (emosi,dan gangguan psikis)
3. Kegagalan mekanisme proteksi, misalnya penurunan kesadaran, keadaan
umum buruk, penyakit serebrovaskuler, dan kelainan neurologik.
4. Faktor kecerobohan, misalnya kebiasaan menaruh benda di mulut, makan
dan minum tergesa-gesa.
5. Faktor medikal dan surgikal
Faktor fisiologik dan sosiologik lain yang juga merupakan faktor
predisposisi antara lain: pertumbuhan gigi belum lengkap, belum terbentuk gigi
molar, belum dapat menelan makanan padat secara baik, kemampuan anak
membedakan makanan yang dapat dimakan dan tidak dapat dimakan belum
sempurna. Benda tersangkut pada saat makan sambil tertawa, bicara menangis,
dan berlari. Pada orang tua, terutama yang mempunyai gangguan neurologis
dan berkurangnya refleks menelan dapat disebabkan oleh pengaruh alkohol,
stroke, parkinson, trauma, dementia juga mempunyai risiko yang besar untuk
terjadinya aspirasi.
1. Penatalaksanaan
Benda asing dapat menyebabkan obstruksi jalan napas sebagian (parsial)
atau komplit (total). Pada obstruksi jalan napas partial korban mungkin
masih mampu melakukan pernapasan, namun kualitas pernapasan dapat
baik atau buruk. Pada korban dengan pernapasan yang masih baik, korban
biasanya masih dapat melakukan tindakan batuk dengan kuat, usahakan agar
korban tetap bisa melakukan batuk dengan kuat sampai benda asing tersebut
dapat keluar. Bila sumbatan jalan napas partial menetap, maka aktifkan

12
sistem pelayanan medik darurat. Obstruksi jalan napas partial dengan
pernapasan yang buruk harus diperlakukan sebagai Obstruksi jalan napas
komplit.
Obstruksi jalan napas komplit (total), korban biasanya tidak dapat
berbicara, bernapas, atau batuk. Biasanya korban memegang lehernya
diantara ibu jari dan jari lainya. Saturasi oksigen akan dengan cepat
menurun dan otak akan mengalami kekurangan oksigen sehingga
menyebabkan kehilangan kesadaran, dan kematian akan cepat terjadi jika
tidak diambil tindakan segera.
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat
dan tepat, perlu diketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing
tersebut. Secara prinsip benda asing di saluran napas dapat ditangani
dengan pengangkatan segera secara endoskopik dengan trauma minimum.
Umumnya penderita dengan aspirasi benda asing datang ke rumah sakit
setelah melalui fase akut, sehingga pengangkatan secara endoskopik harus
dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun personal yang
telah terlatih.
Penderita dengan benda asing di laring harus mendapat pertolongan
segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit.
Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara
total ialah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat
dilakukan pada anak maupun dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing
yang masuk ke dalam laring ialah pada saat inspirasi. Dengan demikian
paru penuh dengan udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup,
dengan menekan botol itu, maka sumbatnya akan terlempar keluar.
Manuver Heimlich (hentakan subdiafragmaabdomen). Suatu hentakan yang
menyebabkan peningkatan tekanan pada diafragma sehingga memaksa
udara yang ada di dalam paru- paru untuk keluar dengan cepat sehingga
diharapkan dapat mendorong atau mengeluarkan benda asing yang
menyumbat jalan napas. Setiap hentakan harus diberikan dengan tujuan
menghilangkan obstruksi, mungkin dibutuhkan hentakan 6 - 10 kali untuk
membersihkan jalan napas.

13
Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur
lambung atau hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya
cara menolongnya tidak dengan menggunakan kepa- lan tangan tetapi
cukup dengan dua buah jari kiri dan kanan.
Pada sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak
dapat digunakan. Dalam hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit
terdekat yang memiliki fasilitas endoskopik berupa laringoskop dan
bronkoskop.
Pasien dengan benda asing ditrakea harus di rujuk ke rumah sakit dengan
fasilitas bronskopi, Benda di keluarkan dengan bronskopi secara segera
pada pasien tidur terlentang dengan posisi Trendelenburg supaya tidak lebih
turun ke bronkus, benda asing dipegang dengan cunam yang sesuai dan
dikeluarkan melalui laring, bila bronkospi tidak tersedia, dilakukan
trakeostomi dan benda asing dikeluakan memakai cunam atau alat
penghisap melalui stoma tersebut, jika tidak berhasil dirujuk ke rumah sakit
dengan fasilitas endoskopi.
Benda asing di bronkus di keluarkan dengan bronskop kaku atau serat
optik dan cunam yang sesuai, Tindakan ini harus segera di lakukan, apalagi
benda asing bersifat organik, bila tidak dapat di keluarkan, misalnya tajam,
tidak rata, dan tersangkut pada jaringan, dapat dilakukan servikotomi atau
tarakotomi, antibiotik dan kortikosteroid tidak rutin diberikan setelah
endoskopi, Dilakukan fisioterapi dada pada kasus pnemonia, bronkitis
purulenta, dan atelektasis,Pasien dipulangkan 24 jam setelah tindakan jika
paru bersih dan tidak demam, Pasca bronkoskopi dibuat foto torak hanya
bila gejala pulmonum tidak menghilang pada keadaan tersebut perlu di
selidiki lebih lanjut dan diobati secara tepat dan adekuat.
Benda asing di dasar lidah di lihat dengan kaca tenggorokan yang besar,
pasien diminta menarik lidahnya sendiri dan pemeriksa memegang kaca
tenggorokan dengan tangan kiri, cunam dengan tangan kanan untuk
mengambil benda tersebut, Bila perlu dapat disemprotkan dengan silokain
dan pantokain, Untuk mengeluarkan benda asing di velekula dan sinus
piriformis dilakukan laringoskopi langsung. Di Instalasi Gawat Darurat,

14
terapi suportif awal termasuk pemberian oksigen, monitor jantung dan pulse
oxymetri dan pemasangan IV dapat dilakukan. Bronkoskopi merupakan
terapi pilihan untuk kasus aspirasi. Pemberian steroid dan antibiotik
preoperatif dapat mengurangi komplikasi seperti edema saluran napas dan
infeksi. Metilprednisolon 2 mg/kg IV dan antibiotik spektrum luas yang
cukup mencakup Streptokokus hemolitik dan Staphylococcus aureus dapat
dipertimbangkan sebelum tindakan bronkoskopi.
Sebenarnya tidak ada kontraindikasi absolut untuk tindakan bronkoskopi,
selama hal itu merupakan tindakan untuk menyelamatkan nyawa (life
saving). Pada keadaan tertentu dimana telah terjadi komplikasi radang
saluran napas akut, tindakan dapat ditunda sementara dilakukan pengobatan
medikamentosa untuk mengatasi infeksi. Pada aspirasi benda asing organik
yang dalam waktu singkat dapat menyebabkan sumbatan total, maka harus
segera dilakukan bronkoskopi, bahkan jika perlu tanpa anestesi umum.
Benda asing di bronkus dapat dikeluarkan dengan bronkoskopi kaku
maupun bronkoskopi serat optik. Pada bayi dan anak-anak sebaiknya
digunakan bronkoskopi kaku untuk mempertahankan jalan napas dan
pemberian oksigen yang adekuat, karena diameter jalan napas pada bayi dan
anak-anak sempit. Pada orang dewasa dapat dipergunakan bronkoskop kaku
atau serat optik, tergantung kasus yang dihadapi. Ukuran alat yang dipakai
juga menentukan keberhasilan tindakan. Keterampilan operator dalam
bidang endoskopi juga berperan dalam penentuan pelaksanaan tindakan
bronkoskopi.
Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukurannya lebih
besar variasi cunam lebih banyak, mempunyai kemampuan untuk
mengekstraksi benda asing tajam dan kemampuan untuk dilakukan ventilasi
yang adekuat. Selain keuntungan di atas, penggunaan bronkoskop kaku juga
mempunyai kendala yaitu tidak bisa untuk mengambil benda asing di distal,
dapat menyebabkan patahnya gigi geligi, edema subglotik, trauma mukosa,
perforasi bronkus dan perdarahan. Pada pemakaian teleskop maupun cunam
penting diperhatikan bahwa ruang untuk pernapasan menjadi sangat
berkurang, sehingga lama penggunaan alat-alat ini harus dibatasi sesingkat

15
mungkin. Bronkoskop serat optik dapat digunakan untuk orang dewasa
dengan benda asing kecil yang terletak di distal, penderita dengan ventilasi
mekanik, trauma kepala, trauma servikal dan rahang.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen
(dari luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh) yang dalam
keadaan normal benda tersebut tidak ada
Benda asing eksogen terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan,
tulang, dan lain-lain; dan zat anorganik seperti peniti, jarum dan lain-lain.
Benda asing endogen contohnya krusta, nanah, secret kental, darah atau bekuan
darah, dan mekonium
Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing pada saluran
nafas adalah usia, jenis kelamin, faktor kejiwaan (emosi,dan gangguan psikis)
kegagalan mekanisme proteksi, faktor kecerobohan, misalnya kebiasaan
menaruh benda di mulut, makan dan minum tergesa-gesa.
Benda asing organik seperti kacang mempunyai sifat higroskopik, mudah
jadi lunak,mengembang oleh air serta dapat menyebabkan iritasi pada mukosa,
mukosa bronkus edema, meradang dapat terjadi jaringan granulasi disekitar
benda asing, sehingga gejala sumbatan bronkus menghebat timbul
laringotrakeo-brokitis, toksemia,btuk, dan demam yang iregular.

16
DAFTAR PUSTAKA
Lucente, F.E. & Har- El , G . 2011. Ilmu THT Esensial ed. 5. Jakarta: EGC.
Ludman, H. & Bradley, P.J. 2007. ABC Telinga, Hidung, dan Tenggorok edisi
kelima.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Junizaf,M.H. Buku Ajar Ilmu Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher.
FK UI. Jakarta, 2007

17

Anda mungkin juga menyukai