Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada tahun 2015, WHO memperkirakan ada sekitar 214 juta kasus baru malaria dengan
kematian sekitar 438 ribu orang diseluruh dunia. Dari seluruh jumlah kematian akibat malaria di
dunia, sekitar sepertiga atau 306 ribu terjadi pada balita. Menurut WHO, angka kesakitan dan
kematian akibat malaria juga cenderung menurun pada periode 2005-2015. Meskipun demikian,
masih ada lebih kurang 3,2 milyar jiwa atau hampir separuh penduduk dunia yang berisiko
tertular penyakit malaria (Kemenkes RI, 2016).
Pada tahun 2010, di Indonesia terdapat 465.764 kasus positif malaria dan angka ini telah
menurun pada tahun 2015 menjadi 209.413 kasus. Untuk menurunkan angka kejadian malaria,
pemerintah mengupayakan agar seluruh rumah tangga di daerah endemis malaria mendapatkan
kelambu anti nyamuk dan memanfaatkannya dengan baik untuk mencegah malaria.Sampai
dengan 2015, daerah endemis tinggi telah mencapai 87%. Lebih dari 80% Kabupaten/Kota di
wilayah Jawa, Bali, dan Sumatera Barat telah mencapai eliminasi malaria. Artinya, sekitar 74%
penduduk Indonesia telah hidup di daerah bebas penularan malaria (Kemenkes RI. 2016) .
Keadaan jumlah trombosit pada penderita malaria akut dan kronis serta ditemukan
penurunan jumlah trombosit pada semua jenis malaria, tetapi kelainan yang paling berat
ditemukan pada infeksi malaria Plasmodium falciparum. Efek dari trombositopenia ini adalah
timbulnya berupa petechie dan ruam merah dibawah kulit dan tidak menimbulkan perdarahan.
Pada kasus malaria, trombosit akan kembali naik seiring dengan pemberian obat dan daya tahan
tubuh yang meningkat (Kemenkes RI, 2016).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kab.Lahat. Rumah Sakit Umum Daerah Lahat
pada tahun 2018, terdapat kasus malaria plasmodium falciparum dan plasmodium vivax.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis melakukan penelitian tentang “gambaran
jumlah trombosit pada penderita malaria di Rumah Sakit Umum Daerah Lahat tahun 2018”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran jumlah trombosit pada penderita malaria di Rumah Sakit
Umum Daerah Lahat Tahun 2018?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui gambaran jumlah trombosit pada penderita malaria di Rumah Sakit Umum
Daerah Lahat tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekwensi jumlah trombosit pada penderita malaria di Rumah Sakit
Umum Daerah Lahat tahun 2018.
b. Diketahui persentasi penderita malaria dengan jumlah trombosit yang rendah, normal
dan tinggi di Rumah Sakit Umum Daerah Lahat tahun 2019.
c. Diketahui persentasi penderita malaria (sesuai stadium malaria) Plasmodium falciparum
dan Plasmodium vivax di Rumah Sakit Umum Daerah Lahat tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi mengenai gambaran jumlah trombosit pada penderita malaria di
Rumah Sakit Umum Daerah Lahat tahun 2018.
2. Manfaat Aplikatif
Memberikan informasi data kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat tentang
kelainan jumlah trombosit pada penderita malaria di Rumah Sakit Umum Daerah Lahat
tahun 2018.

E. Ruang Lingkup.
Bidang kajian penelitian ini adalah malaria dan jumlah trombosit. Jenis penelitian ini
secara deskriptif, penelitian ini dibatasi pada pengambilan data jumlah trombosit pada penderita
malaria, di Rumah Sakit Umum Daerah Lahat tahun 2018. Penelitian ini dilaksanakan di Unit
Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Lahat pada bulan Juli 2018
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Trombosit
Darah merupakan cairan khusus yang beredar dalam sistem pembuluh darah yang di
dalam tubuh berfungsi untuk membantu respirasi, ekskresi, mempertahankan keseimbangan PH,
air dan asam basa, salah satu unsur yang ada dalam darah adalah trombosit. Trombosit berasal
dari sumsum tulang melalui fragmentasi sitoplasma megakariosit dari induk megakarioblas.
Megakariosit mengalami pematangan dengan replikasi inti endomitotik yang sinkron,
memperbesar volume sitoplasma sejalan dengan penambahan lobus inti menjadi kelipatan
keduanya. Trombopoitin adalah mengatur utama produksi trombosit dan dihasilkan oleh hati dan
ginjal (Hoffbrand, 2005).
a. Produksi trombosit dan struktur trombosit
Trombosit dalam sirkulasi darah adalah pecahan yang berasal dari sitoplasma megakariosit,
yaitu suatu sel besar berinti banyak yang terdapat dalam sumsum tulang. Umur trombosit dalam
sirkulasi adalah 7 – 10 hari. Pengaturan produksi trombosit dilakukan oleh trombopoetin, tetapi
substansi maupun aktifitas zat ini belum diketahui pasti. Jumlah trombosit normal 150.000 –
400.000/µl darah.bila kebutuhan hemostasis meningkat atau ada rangsangan terhadap sumsum
tulang, produksi trombosit dapat meningkat 7 – 8 kali. Trombosit yang baru dibentuk biasanya
berukuran lebih besar dan memiliki kemampuan hemostatis yang lebih baik daripada trombosit
tua yang dalam sirkulasi membran trombosit kaya akan fosfolipid diantaranya faktor III yang
dapat meningkat pembekuan pada saat hemostatis. Trombosit mengandung serabut-serabut
protein yang dapat mengerut yang disebut aktin dan myosin, pipa-pipa halus sejenis kerangka
yang memungkinkan trombosit berubah bentuk, granula halus berisi adenosine difosfat (ADP)
dan adenosine trifosfat (ATP), ion Ca+ dan serotonin, serta granula α (alfa) yang juga
mengandung enzim lisozom. Faktor IV dan β (beta) tromboglobulin adalah zat-zat yang terdapat
didalam trombosit yang utuh.
Adanya protein ini didalam plasma menunjukan adanya penghancuran trombosit berlebihan
(Hoffbrand, 2005).
b. Fungsi Trombosit
Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbat mekanik selama respon hemostatis
normal terhadap cidera vasculer. Tanpa trombosit, dapat terjadi kebocoran darah spontan melalui
pembuluh darah kecil. Reaksi trombosit berupa adhesi, sekresi, agregasi dan aktivitas
prokoagulan yang sangat penting untuk fungsinya.
c. Adhesi Trombosit
Trombosit menjadi aktif apabila terpajan ke kolagen sub-endotal dan bagian yang cidera.
Adhesi trombosit melibatkan suatu interaksi antara glikoprotein membran trombosit dan jaringan
yang terpajan atau cidera. Adhesi trombosit bergantung pada faktor protein plasma yang disebut
faktor Von Willebrand, yang memiliki hubungan integral dan kompleks dengan faktor koagulasi
antihemofilia VIII, plasma dan reseptor trombosit yang disebut protein Ib membran trombosit.
Adhesi trombosit berhubungan dengan peningkatan daya lekat trombosit sehingga trombosit
berlekatan satu sama lain serta dengan endotel atau jaringan yang cidera (Hoffbrand, 2005).
d. Agregasi Trombosit
Agregasi adalah kemampuan trombosit melekat satu sama lain untuk membentuk suatu
sumbat. Agregasi awal terjadi akibat kontak permukaan dan pembebasan ADP dari trombosit
lain yang melekat pada permukaan endotel. Hal ini disebut gelombang agregasi primer.
Kemudian seiring dengan makin banyaknya trombosit yang terlibat, maka lebih banyak ADP
yang dibebaskan sehingga terjadi gelombang agregasi berkaitan dengan perubahan bentuk
trombosit dari discoid menjadi bulat. gelombang agregasi sekunder merupakan suatu fenomena
ireversibel, sedangkan perubahan bentuk awal dan agregasi primer masih reversibel (Hoffbrand,
2005).
e. Reaksi Pembebasan trombosit
Selama proses ini faktor trombosit III, suatu senyawa yang dibebaskan dari sitoplasma
internal trombosit meningkat jenjang koagulasi (yaitu fase berikutnya pada hemostatis dan
pembentukan sumbat hemostatik sekunder yang stabil). In vitro agregasi trombosit dapat dipicu
dengan reagen ADP, trombin, epinefrin, serotonin, kolagen, atau antibiotik ristosetin. dimana
agregasi primer melibatkan perubahan bentuk trombosit dan disebabkan oleh kontraksi
mikrotubulus dan agregasi sekunder melibatkan terutama pelepasan mediator-mediator kimiawi
yang terdapat didalam granula padat. Pelepasan ini melengkapi fungsi utama ketiga trombosit
yaitu reaksi diperkuat oleh peningkatan kalsium intrasel yang semakin mengaktifkan dan
meningkatkan pembebasan tromboksanA2 (Hoffbrand, 2005).
f. Kelainan Trombosit
1. Kelainan fungsi trombosit
a. Penyakit Von Willbrand; kelainan konginital yang diturunkan secara autosomal- dominan
.
b. Sindrom bernand – souner suatu penyakit autosomal resesif yang di tandai dengan
morfologi trombosit yang besar dan aneh.
c. Trombostenia Glazmann: penyakit autosomal resesif yang disertai dengan tidak adanya
retraksi bekuan dan agregasi abnormal trombosit.
d. Kelainan sekresi ADP: Suatu kelompok kelainan yang heterogen yang ditandai oleh
gangguan agregasi sekunder akibat sekresi abnormal ADP.
2. Kelainan jumlah trombosit.
a) Trombositopenia
Trombositopenia dapat terjadi akibat penurunan sintesis trombosit atau kehilangan
trombosit berlebihan. Kehilangan ini terjadi akibat perdarahan karena destruksi langsung atau
karena trombosit tertahan oleh limpa secara berlebihan. Trombositopenia berat jumlah
trombosit dapat kurang dari 10.000/µl darah. Trombositopenia pada splenomegali umumnya
tidak disertai perdarahan, jumlah trombosit pada penyakit malaria sampai 30.000/µl darah
pada penderita tidak ada tanda-tanda pendarahan, jumlah ini akan meningkat kembali, seiring
dengan pengobatan yang tepat dan daya tahan tubuh yang meningkat (Hoffbrand, 2005).
b) Trombositosis
Pada Trombositosis jumlah trombosit lebih dari 1.000.000/µl darah. trombositosis
lebih umum terjadi pada polisitomiavera, mielofibrisis primer dan trombositopenia primer
dibanding pada leukimia granulositik kronis. Perdarahan lazim terjadi pada penderita ini.
Trombosit juga cenderung berkelompok dalam mikrosirkulasi dan dapat berperan terhadap
masalah-masalah trombosit S (Hoffbrand, 2005).
g. Splenomegali
Limpa adalah satu organ tubuh berukuran kecil yang terletak tepat pada bagian bawah
tulang rusuk sebelah kiri yang berukuran sekepalan tangan. Limpa memiliki tugas penting untuk
membentuk sel darah merah, saat sel darah merah tersebut rusak karena parasit malaria, maka
kerja limpa akan semakin berat dalam memproduksi sel darah dan akhirnya membuat ukuran
limpa menjadi besar. yang disebut dengan splenomegali. Splenomegali dapat dideteksi selama
satu minggu dari timbulnya gejala klinis. Selama stadium akut pembesaran biasanya sedang,
tetapi pada malaria kronis limpa dapat membesar lebih dari 20 kali ukuran normal. Splenomegali
merupakan suatu gambaran regular pada malaria kronis dan prevalensinya dalam skala
masyarakat berhubungan dengan intensitas inang – parasit (Harijanto, 2004).

2.Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang disebut Plasmodium, yang
dalam perkembangbiakannya akan menghancurkan sel-sel darah merah. Vektor yang berperan
dalam penularan penyakit malaria adalah nyamuk Anopheles, terutama Anopheles
sundaicus.cara penularan penyakitnya melalui gigitan pada manusia dimana air liur nyamuk
mengandung stadium infektif yang disebut sporozoid (Gandahusada, 2005).
a. Jenis Plasmodium
Ada 4 jenis plasmodium yang dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu:
1. Plasmodium vivax, yang disebut malaria tersiana
2. Plasmodium falciparum, yang disebut malaria tropika
3. Plasmodium malariae, yang disebut malaria kuartana
4. Plasmodium ovale, gejala mirip dengan malaria Plasmodium vivak dan dapat sembuh dengan
sendirinya (Gandahusada, 2005).
b.Morfologi
1. Plasmodium vivax

Sumber : Dirjen PP&PL


Kemenkes,RI. 2011
Gambar 2.1 Stadium
parasit Plasmodium vivax
a) Bentuk cincin: ukuran 1/3 eritrosit, cincin lebih tebal, kromatin halus, tidak
berpigmen.
b) Bentuk Tropozoit: Eritrosit membesar, vakuola lebih jelas, sitoplasma sangat halus,
sering terdapat titik scufners.
c) Bentuk Schizon: hampir mmemenuhi seluruh eritrosit, bersegmen, terdiri dari 14-24
merozoit
d) Bentuk Gamet: bulat/oval, sitoplasma berwarna biru pucat
2. Plasmodium falciparum

Sumber :Dirjen PP&PL Kemenkes,RI. 2011


Gambar 2.2 Bentuk-bentuk parasit Plasmodium falciparum
a) Bentuk cincin; ukuran 1/5 dari eritrosit, accole, seringkali cincin mempunyai 2 inti.
b) Bentuk Tropozoit; Eritrosit tidak membesar, sitoplasma berwarna biru pucat, terdapat
titik maurer.
c) Bentuk Shcizon: Pigmen pada granula yang berwarna biru padat.
d) Bentuk Gamet : seperti buah pisang dan seperti bulan sabit, kromatin lebih padat
2. Plasmodium ovale

Sumber
:Dirjen PP&PL Kemenkes,RI. 2011
Gambar 2.3 Bentuk-bentuk parasit Plasmodium ovale
a) Bentuk cincin: ukuran 1/3 eritrosit, cincin padat, tidak berpigmen.
b) Bentuk Tropozoit: lebih kecil dan padat, kromatin besar, pigmen kuning
kecoklatan.
c) Bentuk Schizon: hampir memenuhi seluruh eritrosit, bersegmen, terdiri dari
6-12 merozoit
d) Bentuk gamet: sebesar eritrosit, sitoplasma berwarna biru pucat
4. Plasmodium malariae

Sumber :
Dirjen PP&PL Kemenkes,RI. 2011
Gambar 2.4 Bentuk-bentuk parasite Plasmodium malariae
a) Bentuk cincin: ukuran 1/3 eritrosit tidak membesar
b) Bentuk Tropozoit: Eritrosit membesar, pigmen lebih kasar.
c) Bentuk skizon: memenuhi seluruh eritrosit, bersegmen, terdiri dari 6-12 merozoit,
bersusun seperti bunga
d) Bentuk gamet: bulat dan padat, sitoplasma berwarna birutua, pigmen kecil.
d. Daur Hidup

Sumber :
Dirjen PP & PL
Kemenkes, RI.
2011

Gambar 2.5 Siklus hidup malaria dalam tubuh manusia

1. Pembiakan secara seksual


Pembiakan ini terjadi dalam tubuh nyamuk melalui proses sporogoni, bila mikro
gametosit (sel jantan) dan makrogametosit (sel betina) terhisap vektor bersama darah penderita,
maka proses perkawinan antara kedua sel kelamin itu akan terjadi. Dari proses ini akan terbentuk
zigot yang kemudian akan berubah menjadi ookinet dan selanjutnya akan terbentuk
ookista.terakhir ookista pecah dan membentuk sporozoid yang tinggal dalam kelenjar ludah
vektor. Perubahan dari mikrogametosit dan makrogametosit sampai menjadi sporozoid di dalam
ludah vektor disebut masa tunas ekstrinsik atau siklus sporogoni. Jumlah sporokista pada setiap
ookista dan lamanya siklus sporogoni, pada masing-masing species plasmodium adalah berbeda,
yaitu:
a. Plasmodium vivax: jumlah sporozoid dalam ookista adalah 30 -40 butir dan siklus sporogoni,
selama 8 -9 hari.
b. Plasmodium falciparum : selama 10 hari.
c. Plasmodium malariae : jumlah sporozoid dalam ookista adalah 6 – 8 butir dan siklus
sporogoni selama 26 – 28 hari.
2. Pembiakan secara aseksual
Pembiakan ini terjadi di dalam tubuh manusia melalui proses sizogoni yang terjadi
melalui proses pembelahan sel secara ganda. inti tropozoid dewasa membelah diri menjadi 2,4,8
dan seterusnya sampai batas tertentu tergantung pada species plasmodium. Bila pembelahan inti
telah selesai, sitoplasma sel induk dibagi-bagi kepada setiap inti dan terjadilah sel baru yang
disebut merozoid. plasmodium memberikan reaksi terhadap rangsangan yang datang dari luar, ini
sebagai upaya plasmodium untuk mempertahankan diri dari rangsangan itu berupa ancaman
terhadap dirinya. misalnya, plasmodium bisa membentuk sistem kekebalan (resistensi) terhadap
obat anti malaria yang digunakan penderita.dengan adanya proses-proses pertumbuhan dan
pembiakan aseksual didalam sel darah merah manusia, maka dikenal ada tiga tingkatan
(stadium) plasmodium, yaitu:
a. Stadium tropozoid: Plasmodium ada dalam proses pertumbuhan.
b. Stadium schizon: Plasmodium ada dalam proses pembiakan.
c. Stadium gametosit: Plasmodium ada dalam proses pembentukan sel kelamin.
Oleh karena dalam setiap stadium terjadi proses, maka dampaknya bagi morfologi parasit
juga akan mengalami perubahan. dengan demikian, dalam stadium–stadium itu sendiri terdapat
tingkatan umur yaitu: tropozoid muda, tropozoid setengah dewasa, dan tropozoid dewasa.
Schizon muda, schizon tua, dan shcizon matang. Gametosit muda, gametosit tua dan gametosit
matang.untuk sizon berproses berawal dari sizon dewasa pecah menjadi merozoit-merozoit dan
bertebaran dalam plasma darah. merozoit kemudian menginvestasi sel darah merah yang
kemudian tumbuh menjadi tropozoid muda berbentuk cincin atau ring form. ring form tumbuh
menjadi tropozoid setengah dewasa, lalu menjadi tropozoid dewasa. Selanjutnya berubah
menjadi sizonmuda dan sizon dewasa. Pada saat menjadi merozoit-merozoit, sizon dewasa
mengalami sporulasi yaitu pecah menjadi merozoit-merozoit baru.disini dapat dikatakan, proses
dari sizon dewasa untuk kembali ke sizon lagi, disebut satu siklus.
Lamanya siklus ini dan banyaknya merozoit dari satu sizon dewasa, tidak sama untuk setiap
spesies plasmodium. pada Plasmodium falciparum, jumlah merozoit di dalam satu sel sizon
dewasa sebanyak 32 dan lama siklusnya 24 jam. Artinya reproduksi tinggi dan cepat sehingga
kepadatan tropozoid pada darah sangat tinggi. Plasmodium vivax; jumlah merozoit didalam satu
sel sizon dewasa sebanyak 8 dan lama siklusnya 24 jam. Artinya reproduksi rendah dan lebih
lambat, sehingga kepadatan tropozoid pada darah sering rendah. Plasmodium malariae; jumlah
merozoit didalam satu sel sizon dewasa sebanyak 8 dan lama siklusnya 72 jam. Artinya
reproduksi rendah dan lebih lambat. ini mungkin yang menjadi penyebab jarangnya spesies ini
ditemukan akhirnya, karena perbedaan proses perkembangan, maka masa tunas atau prepaten
atau masa inkubasi plasmodium didalam tubuh manusia intrinsik, masing-masing spesies
lamanya berbeda. Plasmodium falciparum selama 9 – 14 hari, Plasmodium vivax selama 12 – 17
hari, dan Plasmodium malariae 18 hari.
d. Tanda dan Gejala Klinis Malaria
Masa tunas atau inkubasi penyakit ini dapat beberapa hari sampai beberapa bulan yang
kemudian muncul tanda dan gejala yaitu demam, menggigil, linu atau nyeri persendian kadang
sampai muntah, anemis, hati dan limpa membesar, urine keruh pekat dan mengalami kekejangan.
tanda yang klasik adalah perasaan yang tiba-tiba kedinginan dan kaku kemudian muncul demam
serta banyak keringat setelah 4 – 6 jam (Depkes, 2008).
Masa inkubasi intrinsik berbeda setiap spesiesnya, yaitu:
1. Plasmodium falciparum : 9 – 14 hari
2. Plasmodium vivax : 12-17 hari
3. Plasmodium malariae : 18-40 hari
4. Plasmodium ovale : 16-18 hari
e. Cara Penularan Penyakit Malaria
Penularan secara alamiah (Natural infection) melalui gigitan nyamuk anopheles betina, dapat
juga secara sebab lain, yaitu:
1. Malaria bawaan (kongenital)
Terjadi pada bayi yang baru lahir, karena ibunya menderita malaria penularan terjadi melalui
tali pusat atau placenta.
2. Secara mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik yang digunakan secara
bergantian (Depkes,2008).
f. Derajat Beratnya Penyakit
Pada penderita malaria, penurunan kadar trombosit sampai kurang dari 100.000/µl darah,
masih dapat teratasi dan tidak mengakibatkan perdarahan, bahkan apabila ditemukan jumlah
parasit lebih dari 5/Lp, maka jumlah trombosit akan terus menurun secara bertahap sampai pada
dosis pengobatan penderita mencapai sasaran untuk melemahkan parasit dalam tubuhnya dan
jumlah trombosit akan naik kembali seiring dengan daya tahan tubuh yang meningkat.hal ini
yang membedakan trombositopenia pada DHF (Hoffbrand, 2005).
g. Epidemiologi
Malaria ditemukan tersebar luas diseluruh dunia , di indonesia ditemukan diseluruh
kepulauan dengan derajat dan beratnya infeksi yang bervariasi dari ringan sampai berat. Infeksi
Plasmodium falciparum merupakan bentuk malaria yang paling ganas secara epidemiologis
maupun klinis karena dapat menimbulkan manivestasi yang berat dan terjadi resistensi terhadap
obat anti malaria.
Merebaknya penyakit malaria diberbagai daerah disebabkan oleh :
1. Mobilitas penduduk yang tinggi, yang mendorong penduduk ke daerah rawan malaria.
2. Kepadatan penduduk yang meningkat membuat penduduk membuka hutan.
3. Adanya kegiatan usaha oleh masyarakat maupun swasta yang kurang memperdulikan
lingkungan yang mengakibatkan genangan air dan tempat perindukan nyamuk.
4. Penderita yang resisten terhadap anti malaria yaitu Chloroquin (Depkes, 2008).
h. Cara Pemberantasan dan Pencegahan Nyamuk
Pemberantasan nyamuk bertujuan untuk mencegah kematian akibat malaria.
Pemberantasan malaria haruslah rasional berbasis pada epidemiologi parasit, vektor dan
lingkungan. Program pemberantasan malaria dapat didefisikan sebagai usaha terorganisasi untuk
melaksanakan berbagai upaya menurunkan penyakit dan kematian yang diakibatkan malaria,
sehingga tidak menjadi masalah kesehatan yang utama.
Kegiatan yang dapat dijalankan untuk mengurangi malaria adalah:
1. Menghindari atau mengurangi kontak/gigitan nyamuk anopheles, (pemakaian kelambu,
penjaringan rumah, obat nyamuk, dsb)
2. Membunuh nyamuk dewasa (dengan menggunakan berbagai insektisida)
3. Membunuh jentik (kegiatan anti larva) baik secara kimiawi (larvasida) maupun biologi (ikan,
tumbuhan, jamur, bakteri)
4. Mengurangi tempat perindukan (source reduction)
5. Mengobati penderita malaria
6. Pemberian pengobatan pencegahan (profilaksis)
7. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Malaria
pemeriksaan malaria secara mikroskopik, dengan membuat sediaan apusan darah tipis dan
tebal pada objek glas, fiksasi dengan menggunakan larutan methanol, kemudian dilakukan
pewarnaan giemsa sesuai SOP kemudian dibaca dibawah mikroskop.
b. Pemeriksaan Trombosit
pemeriksaan trombosit dilakukan dengan pemeriksaan secara langsung menggunakan alat
automatic analyzer Mindray BC 5000 5 diff.

B. Kerangka Konsep

Penderita malaria Jumlah Trombosit


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian bersifat deskriptif, dengan variabel malaria dan jumlah trombosit pada
penderita malaria di Rumah Sakit Umum Daerah Lahat tahun 2018
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Unit Laboratorium Rumah Umum Daerah Lahat tahun 2018
2. Waktu penelitian
Pelaksanaan penelitian bulan Juni 2018
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien dengan diagnosa klinis positif malaria
di Rumah Sakit Umum Daerah Lahat Juni 2018
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sampel jenuh yang memenuhi kriteria.
D. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Alat Hasil Skala
Penelitia Ukur Ukur Ukur
n
Orang yang dinyatakan positif malaria Re- Penderita
Penderita berdasarkan hasil pemeriksaan Obser- kam Malaria Nomi-
1. malaria laboratorium dengan sediaan apusan vasi Me- nal
darah tipis dan tebal di Rumah Sakit dik
Umum Daerah Lahat periode Juni 2019.

Impe- Auto- Sel/mm³ Ordinal


2 Jumlah Jumlah trombosit pada penderita malaria dance matic darah
Trom- yang positif Juni 2019 di Rumah Sakit Ana-
bosit Umum Daerah Lahat . lyzer
E. Pengumpulan Data
1. Surat ijin penelitian dari Poltekes Palemban Program RPL Prodi D III Analis
Kesehatan diterima oleh penulis.
2. Surat ijin penelitian diantar oleh penulis ke Rumah Sakit Umum .
3. Surat ijin penelitian diterima dan didisposisikan oleh staf Urdal selanjutnya diperiksa dan
di tandatangani oleh Direktur Rumah Sakit Umum untuk diberikan ijin melakukan
penelitian
4. Kepala Rumah Sakit Umum, memberikan balasan surat izin penelitian atas nama Kgs.
Zulkarnain NIM RPL 70.34.1.18.115, kepada Direktur Poltekes Program RPL Prodi D
III Analis Kesehatan Palembang
5. Data dari unit Rekam Medis dan Unit Laboratorium dikumpulkan oleh penulis untuk
dianalisa.
6. Hasil penelitian di laporan kepada Direktur Rumah Sakit oleh penulis.
7. Peneliti melaporkan dan melampirkan hasil penelitian sebagai bahan Laporan Tugas
Akhir.
F. Pengolahan data /Analisa Data
Data penderita malaria yang diambil dari bulan Januari – Desember 2018. Data yang
didapatkan dalam penelitian ini dianalisa secara univariat untuk melihat distribusi frekwensi
jumlah trombosit rendah dan normal. Persentasi penderita malaria dengan jumlah trombosit
rendah dan normal dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑋
1. A (%) = 𝑥 100%
𝑁
𝑌
2. B (%) = 𝑥 100%
𝑁

Keterangan:
A : persentasi penderita malaria dengan trombosit normal
B : Persentasi penderita malaria dengan trombosit rendah
X :Jumlah penderita malaria dengan trombosit normal
Y : Jumlah penderita malaria dengan trombosit rendah
N : Jumlah sampel

Anda mungkin juga menyukai