Anda di halaman 1dari 13

A.

Defenisi Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang sedang
terjadi atau telah terjadi atau yang digambarkan dengan kerusakan jaringan.Rasa sakit (nyeri)
merupakan keluhan yang sering didapatkan dalam klinik, walaupun istilah ³sakit´ ini tampaknya
sulit didefinisikan. Persepsi tiap orang akan berbeda ± beda, karena keluhan ini berasal dari
pengalaman subjektif seseorang yang sulit dilakukan pengukurannya.Ada banyak rasa sakit yang
dijumpai pada pasien salah satunya adalah sakit kepala. Sakit kepala adalah rasa sakit atau tidak
nyaman antara orbita dengan kepala yang berasal dari struktur sensitif terhadap rasa sakit (
sumber : Neurology and neurosurgery illustrated Kenneth).

Nyeri kepala adalah perasaan sakit atau nyeri, termasuk rasa tidak nyaman yang
mnyerang daerah tengkorak (kepala) mulai dari kening kearah atas dan belakang kepala. dan
daerah wajah.

B. Anatomi Dan Fisiology Nyeri Kepala Dan Leher Yang Terkait Nyeri
 Anatomi
Sebelum membahas anatomi sakit kepala, akan membahas anatomi otak secara
garis besar terlebih dahulu. Walaupun merupakan keseluruhan fungsi, otak disusun
menjadi beberapa daerah yang berbeda. Bagian ± bagian otak dapat secara bebas
dikelompokkan ke dalam berbagai cara berdasarkan perbedaan anatomis, spesialisasi
fungsional, dan perkembangan evolusi.
Otak terdiri dari (1) batang otak terdiri atas otak tengah, pons, dan medulla, (2)
serebelum, (3) otak depan (forebrain) yang terdiri atas diensefalon dan serebrum.
Diensefalon terdiri dari hipotalamus dan talamus. Serebrum terdiri dari nukleus basal dan
korteks serebrum.
Masing ± masing bagian otak memiliki fungsi tersendiri. Batang otak berfungsi
sebagai berikut: (1) asal dari sebagian besar saraf kranialis perifer, (2) pusat pengaturan
kardiovaskuler, respirasi dan pencernaan, (3) pengaturan refleks otot yang terlibat dalam
keseimbangan dan postur, (4) penerimaaan dan integrasi semua masukan sinaps dari
korda spinalis; keadaan terjaga dan pengaktifan korteks serebrum, (5) pusat tidur.
Serebellum berfungsi untuk memelihara keseimbangan, peningkatan tonus otot,
koordinasi dan perencanaan aktivitas otot volunter yangterlatih.
a.hipotalamus

Hipotalamus berfungsi sebagai berikut: (1) mengatur banyak fungsi homeostatik,


misalnya kontrol suhu, rasa haus, pengeluaran urin, dan asupan makanan, (2) penghubung
penting antara sistem saraf dan endokrin, (3) sangat terlibatdalam emosi dan pola perilaku
dasar.Talamus berfungsi sebagai stasiun pemancar untuk semua masukan sinaps, kesadaran kasar
terhadap sensasi, beberapa tingkat kesadaran, berperan dalam kontrol motorik.

b.Nukleus basal

Nukleus basal berfungsi untuk inhibisi tonus otot, koordinasi gerakan yang lambat dan
menetap, penekanan pola ± pola gerakan yang tidak berguna.

c.Korteks serebrum

Korteks serebrum berfungsi untuk persepsi sensorik, kontrol gerakan volunter, bahasa,
sifat pribadi, proses mental canggih misalnya berpikir, mengingat, membuat
keputusan, kreativitas dan kesadaran diri. Korteksserebrum dapat dibagi menjadi 4 lobus yaitu
lobus frontalis, lobus, parietalis, lobus temporalis, dan lobus oksipitalis. Masing ± masing lobus
ini memiliki fungsi yang berbeda ± beda.

Struktur peka nyeri pada extra Dan intra cranium

* Struktur peka nyeri extra cranium :

1. kulit kepala, periosteum,


2. arteri2 (a. frontalis, a.temporalis, a.occipitalis);
3. saraf2 (n.frontalis, n.temporalis, n.occipitalis mayor / minor)
4. otot2 (m.frontalis, m.temporalis, m.occipitalis)

* Struktur peka nyeri intracranium :

1. duramater (spjg a.meningeal, sekitar sinus venosus, basis cranii, dan tentorium serebelli)
2. leptomenings sekitar arteri besar di basis cranii
3. bag. Prox atau basal arteri, vena, saraf, tertentu (V, VII, IX, Nn. Spinales)
*Struktur yang tidak peka terhadap nyeri :

1. tulang kepala, parenchym otak, ependym ventrikel, plexus choroideus, sebagian besar
duramater dan piamater yang meliputi konveksitas otak.

Nyeri kepala dipengaruhi oleh nukleus trigeminoservikalis yang merupakan nosiseptif yang
penting untuk kepala, tenggorokan dan leher bagian atas. Semua aferen nosiseptif dari saraf
trigeminus, fasial, glosofaringeus, vagus, dan saraf dari C1 ± 3 beramifikasi pada grey matter
area ini. Nukleus trigeminoservikalis terdiri dari tiga bagian yaitu pars oralis yang berhubungan
dengan transmisi sensasi taktil diskriminatif dari regio orofasial, pars interpolaris yang
berhubungan dengan transmisi sensasi taktil diskriminatif seperti sakit gigi, pars kaudalis yang
berhubungan dengan transmisi nosiseptif dan suhu.

Terdapat over lapping dari proses ramifikasi pada nukleus iniseperti aferen dari C2
selainberamifikasike C2, juga beramifikasi ke C1 dan C3. Selain itu, aferen C3 juga akan
beramifikasi ke C1 dan C2. Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya nyeri alih dari pada kepala
dan leher bagian atas.

Nyeri alih biasanya terdapat pada oksipital dan regio fronto orbital dari kepala dan yang jarang
adalah daerah yang dipersarafi oleh nervus maksiliaris dan mandibularis. Ini disebabkan oleh
aferen saraf tersebut tidak atau hanya sedikit yang meluas ke arah kaudal. Lain halnya
dengansaraf oftalmikus dari trigeminus. Aferen saraf ini meluas ke pars kaudal.

Saraf trigeminus terdiri dari 3 yaitu V1, V2, dan V3. V1 , oftalmikus, menginervasi daerah orbita
dan mata, sinus frontalis, duramater dari fossa kranial dan falx cerebri serta pembuluh darah
yang berhubungan dengan bagian duramater ini.

V2, maksilaris, menginervasi daerah hidung, sinus paranasal, gigi bagian atas, dan duramater
bagian fossa kranial medial. V3, mandibularis, menginervasi daerah duramater bagian fossa
cranial medial, rahang bawah dan gigi, telinga, sendi temporomandibular dan otot menguyah
(lihat gambar 3).

Selain saraf trigeminus terdapat saraf kranial VII, IX, X yang innervasi meatus auditorius
eksterna dan membran timfani. Saraf kranial IX menginnervasi rongga telinga tengah, selain itu
saraf kranial IX dan X innervasi faring dan laring.

Servikalis yang terlibat dalam sakit kepala adalah C1, C2, dan C3. Ramus dorsalis dari C1
menginnervasi otot suboccipital triangle - obliquus superior, obliquus inferiorda n rectus capitis
posterior majorda n minor. Ramus dorsalis dari C2 memiliki cabang lateral yang masuk ke otot
leher superfisial posterior, longis simus capitisda n splenius sedangkan cabang besarnya bagian
medial menjadi greater occipital nerve. Saraf ini mengelilingi pinggiran bagian bawah dari
obliquus inferior, dan balik ke bagian atas serta ke bagian belakang melalui semispinalis capitis,
yang mana saraf ini di suplai dan masuk ke kulit kepala melalui lengkungan yang dikelilingi oleh
superior nuchal line dan the aponeurosis of trapezius. Melalui oksiput, saraf ini akan bergabung
dengan saraf lesser occipital yang mana merupakan cabang dari pleksus servikalis dan mencapai
kulit kepala melalui pinggiran posterior dari sternokleidomastoid. Ramus dorsalis dari C3
memberi cabang lateral ke longissimus capitisda n splenius. Ramus ini membentuk 2 cabang
medial. Cabang superfisial medial adalah nervus oksipitalis ketiga yang mengelilingi sendi C2-
3 zygapophysial bagian lateral dan posterior

Daerah sensitif terhadap nyeri kepala dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu intrakranial dan
ekstrakranial. Intrakranial yaitu sinus venosus, vena korteks serebrum, arteri basal, duramater
bagian anterior, dan fossa tengah serta fossa posterior. Ektrakranial yaitu pembuluh darah dan
otot dari kulit kepala, bagian dari orbita, membran mukosa dari rongga nasal dan paranasal,
telinga tengah dan luar, gigi, dan gusi. Sedangkan daerah yang tidak sensitif terhadap nyeri
adalah parenkim otak, ventrikular ependima, dan pleksus koroideus.

Fisiology nyeri kepala

Nyeri (sakit) merupakan mekanisme protektif yang dapat terjadi setiap saat bila ada jaringan
manapun yang mengalami kerusakan, dan melalui nyeri inilah, seorang individu akan bereaksi
dengan cara menjauhi stimulus nyeri tersebut.

Rasa nyeri dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor nyeri oleh stimulus nyeri.
Stimulus nyeri dapat dibagi tiga yaitu mekanik, termal, dan kimia. Mekanik, spasme otot
merupakan penyebab nyeri yang umum karena dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah ke
jaringan ( iskemia jaringan), meningkatkan metabolisme di jaringan dan juga perangsangan
langsung ke reseptor nyeri sensitif mekanik.

Termal, rasa nyeri yang ditimbulkan oleh suhu yang tinggi tidak berkorelasi dengan jumlah
kerusakan yang telah terjadi melainkan berkorelasi dengan kecepatan kerusakan jaringan yang
timbul. Hal ini juga berlaku untuk penyebab nyeri lainnya yang bukan termal seperti infeksi,
iskemia jaringan, memar jaringan, dll. Pada suhu 45 C, jaringan ± jaringan dalam tubuh akan
mengalami kerusakan yang didapati pada sebagian besar populasi.

Kimia, ada beberapa zat kimia yang dapat merangsang nyeri seperti bradikinin, serotonin,
histamin, ion kalium, asam, asetilkolin, dan enzim proteolitik. Dua zat lainnya yang
diidentifikasi adalah prostaglandin dan substansi P yang bekerja dengan meningkatkan
sensitivitas dari free nerve endings. Prostaglandin dan substansi P tidak langsung merangsang
nyeri tersebut. Dari berbagai zat yang telah dikemukakan, bradikinin telah dikenal sebagai
penyebab utama yang menimbulkan nyeri yang hebat dibandingkan dengan zat lain. Kadar ion
kalium yang meningkat dan enzim proteolitik lokal yang meningkat sebanding dengan intensitas
nyeri yang sirasakan karena kedua zat ini dapat mengakibatkan membran plasma lebih
permeabel terhadap ion. Iskemia jaringan juga termasuk stimulus kimia karena pada keadaan
iskemia terdapat penumpukan asam laktat, bradikinin, dan enzim proteolitik.
Semua jenis reseptor nyeri pada manusia merupakan free nerve endings. Reseptor nyeri banyak
tersebar pada lapisan superfisial kulit dan juga pada jaringan internal tertentu, seperti periosteum,
dinding arteri, permukaan sendi, falx, dan tentorium. Kebanyakan jaringan internal lainnya
hanya diinervasi oleh free nerve endings yang letaknya berjauhan sehingga nyeri pada organ
internal umumnya timbul akibat penjumlahan perangsangan berbagai nerve endings dan
dirasakan sebagaisl ow ± chronic- aching type pain.

Nyeri dapat dibagi atas dua yaitu fast pain dan slow pain. Fast pain, nyeri akut, merupakan nyeri
yang dirasakan dalam waktu 0,1 s setelah stimulus diberikan. Nyeri ini disebabkan oleh adanya
stimulus mekanik dan termal. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda
spinalis melalui serat A dengan kecepatan mencapai 6 ± 30 m/s. Neurotransmitter yang
mungkin digunakan adalah glutamat yang juga merupakan neurotransmitter eksitatorik yang
banyak digunakan pada CNS. Glutamat umumnya hanya memiliki durasi kerja selama beberapa
milliseconds.

Slow pain, nyeri kronik, merupakan nyeri yang dirasakan dalam wkatu lebih dari 1 detik setelah
stimulus diberikan. Nyeri ini dapat disebabkan oleh adanya stimulus mekanik, kimia dan termal
tetapi stimulus yang paling sering adalah stimulus kimia. Signal nyeri ini ditransmisikan dari
saraf perifer menuju korda spinalis melalui serat C dengan kecepatan mencapai 0,5 ± 2 m/s.
Neurotramitter yang mungkin digunakan adalah substansi P.

Meskipun semua reseptor nyeri adalah free nerve endings, jalur yang

ditempuh dapat dibagi menjadi duapat hway yaitufast-sharp pain pathway dansl ow-

chronic pain pathway. Setelah mencapai korda spinalis melalui dorsal spinalis, serat nyeri ini
akan berakhir pada relay neuron pada kornu dorsalis dan selanjutnya akan dibagi menjadi dua
traktus yang selanjutnya akan menuju ke otak. Traktus itu adalah neospinotalamikus untukfast
pain dan paleospinotalamikus untuk slow pain.

Traktus neospinotalamikus untukfast pain, pada traktus ini, serat A yang mentransmisikan nyeri
akibat stimulus mekanik maupun termal akan berakhir pada lamina I (lamina marginalis) dari
kornu dorsalis dan mengeksitasis econd - or der neurons dari traktus spinotalamikus. Neuron ini
memiliki serabut saraf panjang yang menyilang menuju otak melalui kolumn anterolateral. Serat
dari neospinotalamikus akan berakhir pada: (1) area retikular dari batang otak (sebagian kecil),
(2) nukleus talamus bagian posterior (sebagian kecil), (3) kompleks ventrobasal (sebagian besar).
Traktus lemniskus medial bagian kolumn dorsalis untuk sensasi taktil juga berakhir pada daerah
ventrobasal. Adanya sensori taktil dan nyeri yang diterima akan memungkinkan otak untuk
menyadari lokasi tepat dimana rangsangan tersebut diberikan.

Traktus paleospinotalamikus untuk slow pain, traktus ini selain mentransmisikan sinyal dai serat
C, traktus ini juga mentransmisikan sedikit sinyal dari serat A . Pada traktus ini , saraf perifer
akan hampir seluruhnya nerakhir pada lamina II dan III yang apabila keduanya digabungkan,
sering disebut dengan substansia gelatinosa. Kebanyakan sinyal kemudian akan melalui sebuah
atau beberapa neuron pendek yang menghubungkannya dengan area lamina V lalu kemudian
kebanyakan serabut saraf ini akan bergabung dengan serabut saraf darif ast- sharp pain pathway.
Setelah itu, neuron terakhir yang panjang akan menghubungkan sinyal ini ke otak pada jaras
anterolateral.

Ujung dari traktus paleospinotalamikus kebanyakan berakhir pada batang otak dan hanya
sepersepuluh ataupun seperempat sinyal yang akan langsung diteruskan ke talamus. Kebanyakan
sinyal akan berakhir pada salah satu tiga area yaitu : (1) nukleus retikularis dari medulla, pons,
dan mesensefalon, (2) area tektum dari mesensefalon, (3) regio abu ± abu dari peraquaductus
yang mengelilingi aquaductus Silvii. Ketiga bagian ini penting untuk rasa tidak nyaman dari tipe
nyeri. Dari area batang otak ini, multipel serat pendek neuron akan meneruskan sinyal ke arah
atas melalui intralaminar dan nukleus ventrolateral dari talamus dan ke area tertentu dari
hipotalamus dan bagian basal otak.

1.EPIDEMIOLOGI NYERI KEPALA

Populasi penelitian adalah sampel acak dari 1.000 pria dan wanita berusia 25-64. Tingkat
partisipasi 76%. prevalensi dari berbagai bentuk sakit kepala yang dinilai dan penelitian
menyediakan data deskriptif tentang simtomatologi, menyebabkan faktor, dampak dari hormon
wanita, penggunaan pelayanan medis dan konsekuensi kerja dari gangguan sakit kepala dan
menjelaskan berbagai faktor yang terkait dengan gangguan. Hanya separuh dari migraineurs dan
seperenam dari subyek dengan sakit kepala tipe tegang berkonsultasi praktisi umum mereka
karena sakit kepala dan bahkan kurang berkonsultasi dengan seorang spesialis. Angka ini
mencerminkan konsultasi pemilihan kasus yang mungkin bias studi pada populasi klinik. Studi
ini mendukung gagasan bahwa migrain dan sakit kepala ketegangan-tipe entitas klinis terpisah
dan bahwa migrain tanpa aura dan migrain dengan aura yang berbeda subforms migrain.
Migraine dan sakit kepala ketegangan-tipe seks dan gangguan tergantung usia dengan jumlah
lebih besar wanita dan prevalensi rendah pada kelompok umur yang lebih tua.
Terkonsentrasikannya perempuan dapat dijelaskan oleh faktor-faktor klinis yang terkait dengan
hormon wanita. Tidak ada bukti jelas adanya hubungan antara variabel sosiodemografi dan
migrain atau sakit kepala tipe tegang. Ketegangan-jenis sakit kepala terkait dengan serangkaian
variabel psikososial sementara migrain tidak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa migrain
terutama kelainan konstitusional dan sakit kepala ketegangan-jenis fenomena yang lebih
kompleks yang dipengaruhi oleh beberapa faktor psikososial. Keterbatasan data cross-sectional
menunjukkan faktor risiko dengan pasti cukup tertekan. studi longitudinal tindak lanjut adalah
tantangan yang paling penting dalam penelitian epidemiologi sakit kepala masa depan.

2.KLASIFIKASI NYERI KEPALA

Sakit kepala dapat diklasifikasikan menjadi sakit kepala primer, sakit kepala sekunder, dan
neuralgia kranial, nyeri fasial serta sakit kepala lainnya. Sakit kepala primer dapat dibagi
menjadimi gr ai ne, tension type headache, cluster headache dengan sefalgia trigeminal /
autonomik, dan sakit kepala primer lainnya. Sakit kepala sekunder dapat dibagi menjadi sakit
kepala yang disebabkan oleh karena trauma pada kepala dan leher, sakit kepala akibat kelainan
vaskular kranial dan servikal, sakit kepala yang bukan disebabkan kelainan vaskular intrakranial,
sakit kepala akibat adanya zat atau withdrawal, sakit kepala akibat infeksi, sakit kepala akibat
gangguan homeostasis, sakit kepala atau nyeri pada wajah akibat kelainan kranium, leher,
telinga, hidung, dinud, gigi, mulut atau struktur lain di kepala dan wajah, sakit kepala akibat
kelainan psikiatri

KLASSIFIKASI :The Internatinal Headache Society (1988)

1. nyeri kepala tegang episodik

a. berhubungan dengan gangguan otot

perikranial

b. tak berhubungan dengan gangguan

otot perikranial

2. nyeri kepala tegang otot kronis

a. berhubungan dengan gangguan otot

perikranial

b. tak berhubungan dengan gangguan

otot perikranial

3. nyeri kepala tegang otot yang tidak terklassifikasikan

Klasifikasi :the internatinal headache society (2004)

1.infrequent episodic tension type headache (ietth)

–minimal terdapat 10 episode serangan dalam <1 hari >

–nyeri kepala berakhir dalam 30 menit - 7 hari

–bilateral, menekan, mengikat, tidak berdenyut

–sifat nyeri ringan sampai sedang

–tdak ada mual / muntah

–mungkin ada fonofobia / fotofobia


–tidak ada hubungan dengan penyakit nk lain

•1.1 ietth associated with pericranial tenderness

–episode sesuai ietth

–disertai nyeri tekan yg bertambah daerah perikranial pada palpasi manual

•1.2 ietth not associated with pericranial tenderness

–episode sesuai ietth

–tanpai nyeri tekan yg bertambah daerah perikranial pada palpasi manual

2. probable tension type headache (ptth)

–memenuhi kriteria tth akan tetapi kurang satu kriteria untuk tth bercampur dengan salah satu
kriteria probable migren

•2.1 probable inrequent episodic tension t.headache

–episode memenuhi kriteria etth akan tetapi kurang satu kriteria saja dari point 1.1 dan tidak
memenuhi kriteria migrentanpa aura, dan tidak ada hubungan nk lain

•2.2 probable frequent episodic tension t.headache

–episode memenuhi kriteria etth akan tetapi kurang satu kriteria saja dari point 1.2 dan tidak
memenuhi kriteria migrentanpa aura, dan tidak ada hubungan nk lain

•2.3 probable inrequent episodic tension t.headache

–nk berlangsung > 15 hr/bulan selama >3 (atau >180 hr/th)

–nk berlangsung selama sekian jam atau kontinyu

–bilateral, rasa menekan, mengikat,

–intensitas ringan sampai sedang

–tidak ada mual / muntah yang berat

–mungkin ada fotofobia / fonofobia

–tdk ada hub.nya n lain minimal 2 bln terakhir


PATOMEKANISME NYERI KEPALA

Nociseptor yang diterima reseptor2 di kulit, pembuluh darah, visera, muskulusskeletal,dan lain-
lain, jalannya sebagai berikut : reseptor– syaraf tepi — medulla spinalis– thalamus–korteks. Dari
sini baru ada reaksi emosi – psikis- motorik tanpa ada modulasi, sedangkan dalam perjalanan
hanya kesan sensorik. Batasan sekarang : nyeri adalah pengalaman subjektif, sangat pribadi
dipengaruhi oleh pendidikan, budaya, makna situasi dan kognitif ( menurut Bonica,Melzack).

Ada beberapa teori mengenai mekanisme nyeri kepala : - Teori Melzack & Wall (1985) : “ Teori
gerbang nyeri “ bahwa : Nyeri diteruskan dari perifer melalui saraf kecil A delta dan C rasa raba,
mekanik dan termal melalui A delta A beta dan C ( serabut besar, kecepatan hantar serabut besar
lebih tinggi dari serabut kecil ). Disubstamtia Gelatinosa (SG) ada sel-sel gerbang yang dapat
bekerja menutup dan membuka sel T (targaet). Serabut besar aktif merangsang sel gerbang di
SG, sel gerbang aktif dan sel T tertutup, maka nyeri tidak dirasa. Serabut kecil aktif, sel SG tidak
aktif, dan sel T terbuka maka nyeri dirasa. Bila dirangsang bersama-sama, misal antara rasa raba,
mekanik,vibrasi,dll dengan rangsang nyeri maka nyeri tidak dirasa (seperti pada teknik tens,
DCS, koyo-koyo, dll.) Didapatkan kontrol desenden ke medulla spinalis dari pusat2 supra spinal
(emosi,pikiran, dll).

- Konsep II: “Central Biasing mekanism” Diduga ada daerah batang otak jadi ”CBM” yang
menyebarkan impuls nyeri keberbagai tempat diotak dan dapat menimbulkan inhibisi ke medulla
spinalis. Ternyata formatioreticularis peri-acuaductus dan peri-ventriculer kaya akan reseptor2
morpin dan serotonin.

- Konsep III ; Pembangkit pola Bila nyeri khronik telah membuat pola (gambar diotak), yang
dapat dicetuskan oleh input sensorik lain.

GAMBARAN KLINIS

·Nyeri kepala berdenyut yang bersifat unilateral tetapi dapat bilateral atau ganti sisi

·Serangan nyeri kepala yang timbul secara tiba – tiba dan biasanya unilateral

·Lamanya serangan antara 4 – 24 jam atau bisa lebih

·Intensitas nyeri sedang – berat

·Gejala penyerta : mual, muntah, wajah pucat, tinitus.

·Nyeri dirasakan sebagai nyeri kepala yang berdenyut-denyut, menusuk-nusuk, dan rasa kepala
mau pecah

·Anoreksia mual, muntah, takut cahaya, atau kelainan otonom lainnya

PEMERIKSAAN UNTUK NYERI KEPALA

- Pemeriksaan fisik : Dilakukan lengkap : pemeriksaan umum, internus dan neurologik.


Pemeriksaan lokal kepala, nyeri tekan didaerah kepala, gerakan kepala ke segala arah, palpasi
arteri temporalis,spasme otot peri-cranial dan tengkuk, bruit orbital dan temporal. - Pemeriksaan
Penunjang : Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu mendiagnosa nyeri
kepala seperti :1. Foto Rongten kepela 2. EEG 3. CT-SCAN 4. Arteriografi, Brain Scan Nuklir 5.
Pemeriksaan laboratorium(Tidak rutin atas indikasi) 6. Pemeriksaaan psikologi (jarang
dilakukan).

9.PENATALAKSANAAN NYERI KEPALA

1.pengobatan proses dasar atau kelainan fisiologik spesifik (kausa etiologi,patogenesa), missal
antibiotik untuk infeksi, spasmolitik untuk kolik, ergot untuk migren, dll termasuk pembedahan
bila diperlukan.
2pengobatan psikologik/psikiatrik dan atau psikotropik yang bertujuan untuk : menolong
penderita untuk menyesuaikan diri dengan stress akibat nyeri, dan mengobati faktor2 [sikologik
yang mnyebabkan atau mengkambuhkan nyeri..

3 terapi medikamentosa berupa analgetik untuk pengobatan simptomatik


nyeri, apabila pengobatan spesifik tidak ada atau kurang memadai

4terapi2 dengan metoda fisik yang sifatnya simptomatik apabila pengobatan 1,2, dan 3 kurang
memadai atau dianggap gagal..

PROGNOSIS NYERI KEPALA

Prognosis dari sakit kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya sedangkan indikasi merujuk
adalahsebagai berikut:

(1) sakit kepala yang tiba ± tiba dan timbul kekakuan di leher,

(2) sakit kepala dengan demam dan kehilangan kesadaran,

(3) sakit kepala setelah terkena trauma mekanik pada kepala,

(4) sakit kepala disertai sakit pada bagian mata dan telinga,

(5) sakit kepala yang menetap pada pasien yang sebelumnya tidak pernah mengalami serangan,

(6) sakit kepala yang rekuren pada anak.

INFORMASI TAMBAHAN

PATOFISIOLOGI NYERI KEPALA

Struktur-struktur yang peka terhadap nyeri kepala : A. Jaringan2 yang menutupi tengkorak,
scalp( kulit, jaringan kulit areolar,periosteum),otot-otot kepala, mata, hidung, telinga, gigi geligi
dll.

B. Beberapa struktur intra cranial: a. saraf2 otak(N.cranial), b. saraf2 spinal: C1,C2 dan C3 c.
arteri2 diotak dan duramater d. vena2 dan sinus2 dipermukaan otak e. duramater didasar otak

Struktur2 tidak peka terhadap nyeri kepala : 1. Cranium 2. otak (hampir seluruhnya) 3. sebagian
besar dura 4. pleksus khoroidalis 5. dinding ependym ventrikel

Diduga hanya mekanisme perifer saja (nyeri perifer) sebagai penyebab nyeri kepala, tetapi
Raskin(1988) menemukan kemungkinan nyeri sentral dapat sebagai penyebab nyeri kepala.

Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab memicu nyeri kepala adalah
sebagai berikut(Lance,2000) :
(1) peregangan atau pergeseran pembuluh darah; intrakranium atau ekstrakranium,

(2) traksi pembuluh darah,

(3) kontraksi otot kepala dan leher ( kerja berlebihan otot),

(3) peregangan periosteum (nyeri lokal),

(4) degenerasi spina servikalis atas disertai kompresi pada akar nervus servikalis (misalnya,
arteritis vertebra servikalis), defisiensi enkefalin (peptida otak mirip- opiat, bahan aktif pada
endorfin).

KESIMPULAN

Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari; sekalipun
demikian, jarang yang disebabkan oleh kelainan struktural otak.

Bila anamnesis/riwayat penyakitnya sesuai dengan salah satu jenis nyeri kepala, dan
pemeriksaan fisik dan neurologik tidak menemukan kelainan, umumnya tidak diperlukan peme-
riksaan tambahan. Pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan

radiologik (foto Röntgen kepala, CT scan), pemeriksaan elektro- fisiologik (EEG, EMG,
potensial cetusan) atau pemeriksaan laboratorium lain dilakukan hanya bila terdapat kecurigaan
ada- nya penyakitlgangguan struktural otak atau penyakit sistemik yang mendasarinya.

Diagnosis umumnya ditegakkan terutama berdasarkan anainnesis;pemeriksaan fisik dan


neurologik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan yang (mungkin) mendasari keluhan
Tersebut. Keluhan nyeri kepala yang perlu diwaspadai ialah yang

berubah sifatnya dan keluhan sebelumnya, yang progresif, di- sertai dengan gejala (neurologik)
lain dan yang disertai gejala- gejala sistemik. Dalam kaitan ini, perlu selalu diingat bahwa
seseorang yang telah diketahui menderita (salah satu jenis) nyeri kepala selama bertahun-tahun,
suatu saat dapat terkena gangguan lain

yang salah satu gejalanyajuga berupa nyeri kepala; oleh karena itu harus diwaspadai, terutama
pada orang-orang yang meng-alami perubahan sifat nyeri kepalanya danlatau yang disertai
gangguan neurologik.

DAFTAR PUSTAKA

M.mardjono dan P.sidarta.neurologi dasar klinis.

Guyton dan hall.fisiologi kedokteran.

Prof.dr.priguna sidharta,MD.Ph.D.neurologi klinis dalam praktek umum.PT.dian rakyat.2004-


2005.
(kapita selekta kedokteran edisi3, jilid 2 dan kapita selekta neurologi edisi 2).

Anda mungkin juga menyukai