Anda di halaman 1dari 2

Basis karakter kemajuan

Dalam amanat proklamasi, 17 agustus 1945, bungkarno mengingatkan pentingnya bangsa memiliki kekuatan
karakter yang dibangun atas dasar kedalaman penghayatan, atas dasar pandangan hidup bangsa. bangsa
Indonesia harus mempunyai isi-hidup dan arah hidup. kita harus mempunyai levensinhoud dan levensrichting.
bangsa yang tudak mempunyai isi hidup dan arah hidup adalah bangsa yang hiduonya tidak dalam, bangsa
yang dangkal, bangs yang cetel, bangsa yang tidak mempunyai levansdiepte sama sekali. ai adalah bangsa
penggemar emas sepuhan, dan bukan emas batin. ia mengagumkan kekuasaan pentung, bukan kekuasan
moril. ia cinta kepada gebyarnya lahir, bukan kepada nurnya kebenaran dan keadilan. ia kadang-kadang kuat
tetapi kuatnya adalah kuatnya kulit, padahal ia kosong melompong dibagian dalamnya.”bangsa yang
berkarakter memiliki kepercayaan pada nilai-nilai kepribadian dan kemandirian bangsa sendiri. dan
kepercayaan ini sangat penting, karena menurutnya, ‘suatu bangsa yang tidak memiliki kepercayaan pada diri
sendiri tidak data berdiri langsung. Anation without fait canot stand.” beberapa puluh tahun kemudian, seorang
intelektual amerika serikat, john gardner, seperti mengamini pandangan bungkarno. beliau mengatakan, “Tidak
ada bangsa yang dapat mencapai kebesaran jika bangsa itu tidak percaya pada sesuatu, dan jika sesuatu yang
dioercayainya itu tidak mengandung dimensi-dimensi moral yang dapat menopang peradaban besar” (gardner,
1992).
bagi bangsa Indonesia, sebagai tumpuan karakter kolektif yang dapat menopang kemajuan peradaban itu tiada
lain adalah pancasila. dalam pandangan soekarno diakatakn, “ kecuali pancasila adalah satuweltanschauung,
satu dasar falsafah, pancasila adalah satu alat pemersatu, yang saya yakin seyakin-yakinnya bangsa Indonesia
dari sabang sampai ke merauke hanyalah dapat bersatu padu diatas dasar pancasila itu. dan bukan saja alat
pemersatu untuk di atasnya kita letakkan negara republic Indonesia, tetapi pula pada hakikatnya satu alat
mempersatu dalam perjuangan kita melenyapkan segala penyakit yang telah kita lawan berpuluh-puluh tahun,
penyakit terutama sekali, imperialism. “ perjuangan suatu bangsa, perjuangan melawan imperialisme,
perjuangan mencapai kemerdekan, perjuangan sesuatu bangsa yang membawa corak sendiri-sendiri. tidak ada
dua bangsa yang cara perjuangannya sama. tiap-tiap bangsa mempunyai cara berjuang sendiri, mempunyai
karakteristik sendiri. oleh karena pada hakikatnya bangsaa sebagai individu mempnyai kepribadian sendiri.
kepribadian yang terwujud dalam pelbagai hal,dalam kebudayaanya, dalam wataknya dan lain-lain sebagainya.”
(soekarno :1958).
pancasila sebagai dasar kehidupan bersama itu disarikan oleh bungkarno pada pidato 1 juni 1945, yang
disebutnya sebagai “dasar falsafah” (philosofiche gronslag) atau “pandangan dunia” (weltanschauung) Negara/
bangsa Indonesia. kelima sila menurutnya, merupakan unsur “meja statis” yang menyatukan bangsa Indonesia,
sekaligus leistar (bintang pimpinan) dinamis, yang memandu perkembangan bangsa kedepaan.dengan
semangat dasar kelima sila tersebut, Negara/bangsa Indonesia memiliki pandangan dunia yang begitu visioner
dari tahan banting. prinsip- prinsip dalam pancasila mampu mengantisipasi dan merekonsiliasikan antara
paham kenegaraan radikalisme sekularis dan radikalisme keagamaan, antar paham kebangsaan homogenis
dengan tribalisme atavisitis, antara kebngsaan yang chauvinis dengan globalisme triumpalis, antar
pemerintahan autokratis dan demokrasi pasar individualis, antar ekonomi etatisme dan kapitalis predatoris.
diperlukan puluhan tahun sejak perang dunia II bagi bangsa-bangsa lain untuk memasuki jalan tengah keemsan
itu. adapun bangsa Indonesia telah meletakkannya dititik awal berdirinya republic. sayang, masalah bangsa ini
memang kerap pandai memulai, tapi gagal memlihara dan menakhiri. tatkala bangsa-bangsa lain mulai
menengok warisan pemikiran terbaik bangsa ini, bangsa Indonesia sendiri mulai mengabaikannya.
alhasil, tantangan bangsa Indonesia adalah bagaimana mencetak nilai-nilai ideal pancasila itu menjadi karakter
kebangsaan melalui pendalaman pemahaman, peneguhan keyakinan, dan kesungguhan komitmen untuk
mengamalkan nilai-nilai pancasila itu alam segala lapis dan bidang kehidupan kenegaraan dan kebangsaan.
untuk itu, diperlukan pendekatan sosialisasi pancasila secara lebih kreatif dan holistik, meliputi dimensi kognitif,
efektif dan konatif yang dapat memengaruhi pola pikir, pola sikap, dan pola tindak sesuai dengan nilai-nilai
pancasila. dalam memahami,meyakini dan mengamalkan nilai-nilai pancasila tersebut, hendaklah diingat
bahwa pancasila bukan hanya dasar statis, melainkan juga bintang pimpinana yang dinamis yang mesti
responsive terhadap dinamika perkembangan zaman.
untuk itu pancasila senantiasa terbuka bagi proses pengisian dan penafsiran baru, dengan syarat
memperhatika semanagt dasar yang terkandung di dalamnya serta kesalingketerkaitan antarsila. maknanya,
keterbukaan pengisian dan penafsiaran atas setiap sila pancasila itu dibatasi oleh prinsip-prinsip pokoknya dan
oleh keharusan untuk menjaga koherensinya dengan sila-sila yang lain, dan jika sampai itu dilanggar akan
menimbulkan makna yang berbeda. itu juga adala salah satu keistimewaan sila-sila dari pancasila.dan saling
keterbukaan dan penafsiran selalu diperhatikan. semoga bangsa ini tidak mengabaikan warisan pemikiran
bangsa ini,
No Nama Nim Tempat Tgl lahir Alamat No.tlp Foto
lahir
1 JUHIRA 201309211 Nasiri 4 agustus Jln.cenkeh 082398860725
ALWANI 1995 kel.namaelo
Rt 10

Anda mungkin juga menyukai