PENDAHULUAN
Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam industri
proses. Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau pengeluaran kalor,
untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu proses
berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai keadaan yang dibutuhkan untuk
pengerjaan, terjadi umpamanya bila pengerjaan harus berlangsung pada suhu tertentu
dan suhu ini harus dicapai dengan jalan pemasukan atau pengeluaran kalor. Kondisi
kedua yaitu mempertahankan keadaan yang dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat
pada pengerjaan eksoterm dan endoterm. Disamping perubahan secara kimia, keadaan
ini dapat juga merupakan pengerjaan secara alami. Dengan demikian, Pada
pengembunan dan penghabluran (kristalisasi) kalor harus dikeluarkan. Pada penguapan
dan pada umumnya juga pada pelarutan, kalor harus dimasukkan. Hukum alam
menyatakan bahwa kalor adalah suatu bentuk energi.
Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari suatu
daerah ke daerah lainnya, sebagai akibat dari perbedaan temperatur antara kedua daerah
tersebut. Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem yang
suhunya berbeda disinggungkan,maka akan terjadi perpindahan energi. Proses ini
disebut sebagai perpindahan panas (Heat Transfer). Dari titik pandang teknik
(engineering), Analisa perpindahan panas dapat digunakan untuk menaksir biaya,
kelayakan, dan besarnya peralatan yang diperlukan untuk memindahkan sejumlah panas
tertentu dalam waktu yang ditentukan. Ukuran ketel, pemanas, mesin pendingin, dan
penukar panas tergantung tidak hanya pada jumlah panas yang harus dipindahkan, tetapi
terlebih-lebih pada laju perpindahan panas pada kondisi-kondisi yang ditentukan.
Beroperasinya dengan baik komponen-komponen peralatan, seperti misalnya sudu-sudu
turbin atau dinding ruang bakar, tergantung pada kemungkinan pendinginan logam-
logam tertentu dengan membuang panas secara terus menerus pada laju yang tinggi dari
suatu permukaan. Juga pada rancang-bangun (design) mesin-mesin listrik, transformator
1
dan bantalan, harus diadakan analisa perpindahan panas untuk menghindari konduksi-
konduksi yang akan menyebabkan pemanasan yang berlebihan dan merusakan
peralatan.
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair
(contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini adalah
kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan
secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan.Penguapan
ialah bagian esensial dari siklus air. Uap air di udara akan berkumpul dan menjadi
awan.Lantaran pengaruh suhu, partikel uap air yang berukuran kecil bisa bergabung
(berkondensasi) menjadi butiran air dan turunlah hujan. Siklus air terjadi terus-menerus.
Energi surya menggerakkan penguapan air dari danau, samudera, embun serta sumber
air lainnya.Dalam hidrologi penguapan & transpirasi (yang melibatkan penguapan di
dalam stomata tumbuhan) dengan kolektif diistilahkan sebagai evapotranspirasi.
Evaporasi merupakan penguapan air dari permukaan air, tanah, dan bentuk
permukaan bukan vegetasi lainnya oleh proses fisika. Energi (radiasi) matahari dan
ketersediaan air adalah dua unsur utama dari proses evaporasi. Evaporasi dapat terjadi
pada tubuh perairan (seperti laut, sungai, danau, waduk) permukaan tanah dan tumbuh-
tumbuhan (disebut transpirasi), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan dan
kelambatan evaporasi dan transpirasi disuatu kawasan ada bermacam-macam antara
lain: temperatur air dan udara, kelembaban udara, kecepatan tiupan angin, tekanan
udara, intensitas sinar matahari, dan lain-lain.
Sedangkan alat yang digunakan dalam proses evaporasi dinamakan evaporator,
yaitu suatu alat yang memiliki fungsi untuk mengubah keseluruhan atau sebagian suatu
pelarut dari sebuah larutan berbentuk cair menjadi uap sehingga hanya menyisakan
larutan yang lebih padat atau kental.
Unit operasi yang digunakan untuk proses evaporasi disebut evaporator.
Evaporator umumnya memiliki empat komponen dasar, yaitu tabung penguapan, alat
penukar panas, kondensor, dan sistem untuk menjaga tekanan vakum. Evaporator
banyak digunakan pada industri kimia dan mineral, karena unit operasi tersebut
merupakan unit yang vital.
2
Pemisahan evaporasi berbeda dengan distilasi. Pada evaporasi, uap yang
dihasilkan biasanya komponen tunggal, dan jika uap yang dihasilkan masih berupa
campuran, tidak ada usaha untuk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Dalam distilasi,
uap yang dihasilkan masih memiliki komponen yang lebih dari satu, dan terkadang
masih dipisahkan lagi menjadi fraksi-fraksi.
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mempelajari lebih dalam tentang evaporasi
2. Mahasiswa menjadi paham tentang hal – hal yang berkaitan dengan
evaporasi dan cara kerja dari evaporator
3. Mahasiswa dapat memahami proses perpindahan panas pada evaporator
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2 Jenis-Jenis Evaporator
5
permukaan pindah panas berukuran n-kali dari pada yang dibutuhkan untuk alat
penguapan berefek tunggal, untuk pekerjaan yang sama.
Pada evaporator jenis ini cocok untuk mengoparasikan zat yang sensitive
terhadap panas pada konsentrasi tinggi,contohnya pada pemekatan orange juice.
Evaporator ini berbentuk tabung panjang (4-8 meter) yang dilapisi dengan jaket uap
(steam jacket). Distribusi larutan yang seragam sangat penting. Larutan masuk dan
memperoleh gaya gerak karena arah larutan yang menurun. Kecepatan gerakan larutan
akan mempengaruhi karakteristik medium pemanas yag juga mengalir menurun. Tipe
ini cocok untuk menangani larutan kental sehingga sering digunakan untuk industri
kimia, makanan, dan fermentasi.
Proses :
6
Cairan yang akan dipekatkan dimasukkan dari bagian atas kolom yang
kemudian mengalir kebawah bagian tube yang telah dipanaskan, (besarnya tube 1 2-10o
diameter). Pada bagian bawah dilengkapi pompa untuik mensirkulasi cairan keatas
guna mendapatkan konsentrasi yang diinginkan. Problem utama alat ini adalah
bagaiman kita dapat mendistribusikan liquid secara merata ke tube bagian dalam
sebagai film. Dalam hal ini kita bisa memasang :
Proses :
Long vertikal tube evaporator (kestner evaporator) dengan sirkulasi alam
(natural circulation) dimana liquida masuk kedalam tube dan steam mengalir diluarnya
(dalam steam chest) liquida yang masuk tube tingginya tidak lebih dari 2 atau 3 ft
7
diatas dasar tube. Setelah mengalami pendidihan maka kecepatan liquida
didalam akan tinggi,sehingga pada vapor head dipasang buffle (deflektor) untuk
mencegah buih atau busa yang terjadi. Pada alat ini dipasang reflux untuk
mempertinggi ukuran tube. 1 1/4 - 2 1/2 inc diameter. 10 – 20 ft panjang.
Alat ini cocok untuk cairan atau larutan yang berbusa dan sensitive pada
panas,dan tidak cocok untuk larutan yang membentuk salting (garam).
RisingFilmEvaporator
8
Long Tube Evaporator dengan Forced Circulation
Pada evaporator jenis ini larutan dipompa melalui HE karena adanya tekanan
hidrostatik dari liquida sendiri maka mendidihnya larutan dalam tube dapat dicegah dan
larutan baru mendidih ini di dalam evaporator secara flashing,dimana larutan yang
mendidih tersebut bila terdapat entraitment dan buih akan dipecahkan oleh deflector
sehingga terjadi penetesan kembali. Letak HE bila didalam evaporator atau diluar
evaporator yang sering dipakai dipabrik-pabrik adalah LTVE dengan external heating
karena mudah dalam membersihkan,perbaikan,dan penggantian tube.
9
Perbedaan Internal Heating dan External Heating
Internal :
o Pemeriharaan dan perbaikkan sukar
o Jarang dipakai
o Pemanasan terjadi didalam tabung
External :
o Pemeliharaan dan perbaikkan lebih mudah
o Lebih umum dipakai
o Pemanasan terjadi diluar tabung dan
o Memakan tempat yang luas.
Kekurangannya :
10
Mudah terjadi kerak pada bagian luar tube
Kapasitas kecil
Proses
Feed masuk (diluar pipa), baru kemudian steam (didalam pipa), didalam pipa
atau tube terjadi perpindahan panas karena adanya pemanasan, sehingga liquid
yang diluarnya mendidih dan uap yang terjadi mengalir keatas, kemidian
liquidnya menjadi pekat, lalu dikeluarkan melalui lubang bagian dasar
evaporator, sedangkan kondensat dikeluarkan melalui lubang yang sudah disediakan,
demikian juga gas non kondensat dikeluarkan melalui vent.
11
4. Vertikal-tabung Evaporator (Vertikal Tube Evaporator)
Evaporator jenis ini yang sering digunakan adalah tipe standart. Pada mulanya
vertikal tube evaporator yang dibuat tanpa adanya “down tube” ( ruang kosong antara
2 tube-sheet ) tetapi kemudian dengan adanya “down tube” ini lebih menguntungkan
pada perpindahan panas.Dibanding dengan horisontal tube evaporator perpindahan panas
vertikal tube evaporator lebih baik. Aliran liquida yang ada didalam vertikal tube
evaporator terjadi karena perbedaan density. Kerak-kerak yang mungkin terjadi mudah
dibersihkan. Dengan menggunakan tabung vertikal, bukan horizontal, sirkulasi alami
dari cairan dipanaskan dapat dibuat untuk memberikan transfer panas yang baik.
Dalam vertikal tube evaporator dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian
antara lain:
a. Standard Vertikal Tube Evaporator
Untuk jenis ini letak tube pada body evaporator adalah vertical.
Proses
Feed masuk evaporator kemudian masuk tube melalui bawah (tinggi cairan
hampir sama dengan tinggi tube) steam masuk ke pembungkus tube (dirongga
steam). Jadi cairan berada didalam tube sedangkan steam berada diluarnya, cairan
akan mendidih didalam tube. Cairan yang sudah pekat keluar disalurkan melaluyi
12
down take dan dikeluarkan dari bawah evaporator, sedangkan kondensat, vapol,
dan non kondensat gas keluar dari tempat ytang sudah disediakan. Luas down take
75-100% dari luias gabungan seluruh tube.
Proses
Feed masuk evaporator kemudian melalui bagian bawah masuk kedalam tube-
tubenya. Steam dimasukkan ke pembungkus tube, hingga mendidihkan feed dalam tube.
Cairan yang telah pekat keluar melalui saluran bagian dasar evaporator,sedangkan uap
yang mungkin masih mengandung air yang sangat halus ditangkap oleh deflector untuk
kemudian dimasukkan pipa lagi,sedangkan uap yang bebas air keluar melalui saluran
bagian atas evaporator.
Gambar :
13
Aplikasi Multiple Effect Evaporators :
2. Produksi Garam
5. Cat
14
lebih rendah sehingga dihasilkan larutan yang lebih pekat serta memiliki konsentrasi
yang tinggi.
1. Pemekatan larutan didasarkan pada perbedaan titik didih yang sangat besar
antara zat-zatnya.
2. Titik didih cairan murni dipengaruhi oleh tekanan.
3. Dijalankan pada suhu yang lebih rendah dari titik didih normal.
4. Titik didih cairan yang mengandung zat tidak mudah menguap (misalnya: gula)
akan tergantung tekanan dan kadar zat tersebut.
5. Beda titik didih larutan dan titik didih cairan murni disebut Kenaikan titik didih
(boiling point rise).
Keterangan :
𝜔𝐹 = Umpan, lb/hr
t1, t2, t3, t4 = Boiling points dari cairan di efek 1-4, (°F)
15
Forward feed :
𝑊𝑠 𝜆𝑠 + 𝜔𝐹 𝑐𝐹 (𝑡𝐹 − 𝑡1 ) = 𝑊1 𝜆1
Neraca massa :
𝜔1−4 = 𝜔1 + 𝜔2 + 𝜔3 + 𝜔4
𝑄 𝑊𝑠 𝜆𝑠
𝐴1 = =
𝑈𝑝 𝑥 ∆𝑡 𝑈1 (𝑇𝑠 − 𝑡1 )
𝑊1 𝜆1
𝐴2 =
𝑈2 (𝑡1 − 𝑡2 )
𝑊2 𝜆2
𝐴3 =
𝑈3 (𝑡2 − 𝑡3 )
𝑊3 𝜆3
𝐴4 =
𝑈3 (𝑡3 − 𝑡4 )
Backward feed
16
𝑊𝑠 𝜆𝑠 + 𝜔𝐹 𝑐𝐹 (𝑡𝐹 − 𝑡4 ) = 𝑊4 𝜆4
Neraca massa :
𝜔1−4 = 𝜔1 + 𝜔2 + 𝜔3 + 𝜔4
(Sumber : Anonim)
17
Dimana:
18
Tabel dibawah memberikan pedoman pemilihan evaporator dengan memperhitungkan
faktor-faktor diatas (sumber: Coulson and Richardson, 1983, Chemical Engineering
Volume .6).
Penghematan panas pada sistim evaporasi dapat dilakukan dengan dua cara:
a. Multiple-Effect Evaporators
19
Tekanan pada evaporator I (P-I)> P-Il> P-Ill, sehingga suhu evaporasi
pada evaporator 1(TI) > TII > TIII. Koneksi dibuat pada vapor line, dimana
uap yang dihasilkan dan evaporator sebelumnya digunakan sebagai pemanas
evaporator berikutnya. Uap dari evaporator I (besuhu TI pada P-I) praktis dalam
keadaan lewat jenuh pada tekanan P-Il. Steam segar (fresh steam) hanya dimasukkan
pada efek pertama (evaporator-I), dimana tekanannya pahng tinggi.
Pada efek terakhir, vapor line dihubungkan dengan sistim vakum, yang bisa
berupa condenserdengan pompa vakum atau jet ejector(pada gambar diatas
digunakan jet ejector).
Untuk penguapan sampai konsentrasi yang sama dengan kadar umpan yang
sama, penggunaan tri/e effect evaporator, dapat menghemat steam sampal 2/3-nya
dibandingkan jika digunakan evaporator tunggal. (Catatan: Kebutuhan steam pada
triole effect evaporator 1/3 x kebutuhan steam untuk evaporator tunggal).
20
• Operasi dan pengendaliannya lebih sulit.
Keuntungan:
Jumlah uap (tekanan rendah) yang dapat dihandle Iebih banyak. Alat Iebih
murah dan mudah perawatannya.
Kerugian:
21
Tidak fleksibel terhadap perubahan kondisi operasi.
Gambar dibawah adalah contoh penggunaan TVR pada falling film evaporator dua
tingkat
Prinsip kerja mechanical vapor recompression dapat dilihat pada gambar dibawah.
Uap yang dihasilkan dan evaporator dikompresi dengan kompresor (positive
displacement compressor atau centrifugal compressor, tergantung tekanan yang
diinginkan), sehingga suhu uap akan naik melebihi suhu didih larutan dalam
evaporator. Uap kemudian digunakan semabagi pemanas dalam evaporator
22
BAB III
ANALISA PERHITUNGAN
1. Analisa perhitungan luas permukaan evaporator, 10,000 lb/hr dari air yang terdistilasi
diperlukan dari air biasa. Steam ada pada 300°F, dan condenser akan melepas ke
atmosfer.Berapa luas permukaan dari evaporator ?
Answers :
1. Neraca Panas :
Qeva = 10,000 lb/hr x 961 Btu/lb = 9,610,000 Btu/hr
Q300°F = 10,550 x 910 = 9,610,000 Btu/hr
23
2. Temperature head :
∆t = (300 – 226)°F = 74°F
3. Overall Coefficient :
Dari fig 14.7, dengan temperature head 74°F dan temperature uap 226°F,
didapatkan koefisien 86.5 percent of base. Menggunakan basis 700
Btu/(hr)(ft2)°F
UD = 700 Btu/(hr)(ft2)°F x 0.865 = 605 Btu/(hr)(ft2)°F
Q
A=U
D ∆t
9,610,000 Btu/hr
= Btu
605(hr)(ft2 °F x 74°F
)
= 2150 ft2
(Asumsikan a negligible BPR, spesifik panas rata-rata 1.0 untuk setiap efek, kondensat
dari setiap efek keluar pada temperature saturasinya and that there are negligible
radiation losses.) Hitung : a) Konsumsi steam, b) panas permukaan yang diperlukan
untuk setiap bagian, c) kebutuhan air kondenser. Overall coefficients dari seluruh
pertukaran panas untuk efek yang berbeda U1 = 600, U2 = 250, and U3 = 125
Btu/(hr)(ft2)(°F)
Answers :
24
Total solids di feed = 0.10 x 50,000 lb/hr = 5000 lb/hr
5000 𝑙𝑏/ℎ𝑟
Total produk = = 10,000 lb/hr
0.50
Cf = 1.0
Material : w1 + w2 + w3 = w1-3
tF = 100°F
26.70−1.95
Rata-rata perbedaan tekanan = = 8.25 psi/effect
3
25
efek ketiga in.Hg)
w1 + w2 + w3 = 40,000
w1 = 12,400
w2 = 13,300
w3 = 14,300
w1-3 = w1 + w2 + w3 = 40,000
WS = 19,100
𝑊𝑆 𝜆𝑆 19,100 𝑥 949
- A1 = 𝑈 = = 1510 ft2
1 (𝑇𝑆 − 𝑡1 ) 600 𝑥 20
𝑤1 𝜆1𝑆 12,400 𝑥 961
- A2 = 𝑈 = = 1590
2 (𝑡1 − 𝑡2 ) 250 𝑥 30
𝑊2 𝜆2 13,300 𝑥 981
- A3 = 𝑈 = = 1510 (Use 1600 ft2 / effect)
2 (𝑡2 − 𝑡3 ) 125 𝑥 69
= 420,000 / 500
= 840 gpm
26
3.2 Soal-Soal Tentatif
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
27
3. Jenis-jenis dari Evaporator : Horizontal Tube Evaporator, Basket Evaporator,
Standard Vertical-tube Evaporator, Long Tube Vertical Evaporator, Vertical
Tube Evaporator with Forced Circulation, Forced Circulation Evaporator with
External Heater, Climbing Film Long Tube Vertical Evaporator with External
Heater, Falling Film Evaporator, Agitated Film Evaporator, Direct Contact
Evaporator.
4. Penghematan panas pada sistim evaporasi dapat dilakukan dengan dua cara:
a. M ultiple Effect Evaporators
b. Vapor Recompression
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Jenny Novianti M. Soetedjo ST, MSc dan Prof. Dr. Ign. Suharto, Ir. APU. 2009.
Perancangan Alat dan Uji Coba Alat Evaporator Nira Aren.
http://journal.unpar.ac.id/index.php/rekayasa/article/viewFile/21/12
Kern, D.Q,. 1950. Process Heat Transfer. New York: Mc Graw-Hill Book
Company, Inc.
McCabe, W., Smith, J.C., and Harriot, P., 1993, “Unit Operation of Chemical
Engineering”, McGraw Hill Book, Co., United States of America.
28
29