Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sectio caesarea merupakan “suatu pembedahan untuk mengeluarkan/melahirkan anak


lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus”(Per-angin, Isnaniah, & Rizani, 2014).
Persalinan sectio caesarea merupakan “persalinan buatan dimana janin yang akan
dilahirkan akan keluar melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat di atas 500 gram”(Nurfitriani, 2017).
Tindakan Sectio caesarea (SC) merupakan” salah satu tindakan alternatif bagi seorang
wanita dalam memilih proses persalinan di samping adanya indikasi medis dan indikasi
non medis, tindakan Sectio Caesarea akan memutuskan kontinuitas atau persambungan
jaringan karena insisi yang akan mengeluarakan reseptor nyeri sehingga pasien akan
merasakan nyeri terutama setelah efek anastesi habis”(METASARI & SIANIPAR, 2018).
“ Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan seksio caesarea harus
dipertimbangkan secara teliti indikasi dengan resiko yang mungkin terjadi setelah operasi.
Mengingat bahaya terjadinya ruptur uteri sesudah seksio caesarea yang dilakukan di
segmen bawah uterus, tindakan seksio caesarea hanya dilakukan untuk kepentingan bayi
dan ibu yang mengalami kesulitan persalinan secara normal, misalnya Disproporsi Kepala
Panggul, Disfungsi Uterus, Distosia Jaringan Lunak, Placenta Previa, Janin Besar, Gawat
janin, letak Lintang dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan karena persalinan dengan
operasi seksio caesarea memiliki resiko lima kali lebih besar terjadi komplikasi
dibandingkan dengan persalinan normal”(Netty, 2013).
“ Sensasi nyeri setelah dilakukan sectio caesarea akan berbeda tergantung pada
persepsinya, dan persepsi setiap pasien terhadap nyeri akan berbeda satu sama lain
tergantung pada nilai ambang batas nyerinya. Sehingga respons terhadap nyeri juga akan
berbeda ada yang berteriak, meringis dan lain-lain”(Astutik & Kurlinawati, 2017).
Nyeri pada ibu “ post Seksio Caesarea dapat menimbulkan berbagai masalah, salah
satunya masalah laktasi. Sekitar 68% ibu post Sectio Caesarea akan mengalami kesulitan
dintaranya seperti melakukan perawatan pada bayi, bergerak naik turun dari tempat tidur
dan mengatur posisi yang nyaman selama menyusui akibat adanya nyeri. Rasa nyeri
tersebut dapat menyebabkan pasien menunda pemberian ASI sejak awal pada bayinya,
karena rasa tidak nyaman selama proses menyusui berlangsung atau peningkatan intensitas
nyeri setelah operasi”(Astutik & Kurlinawati, 2017).
Tanpa melihat sifat, pola atau penyebab nyeri, “ nyeri yang tidak diatasi secara adekuat
mempunyai efek yang sangat membahayakan diluar dari ketidaknyamanan, sehingga hal
ini dapat mempengaruhi system pulmonary, kardiovaskular, gastrointestinal, endokrin dan
imunologik . Strategi penatalaksanaan nyeri harus mencakup pendekatan farmakologis dan
non farmakologis. Semua intervensi akan berhasil apabila dilakukan sebelum nyeri menjadi
lebih parah dan keberhasilan dapat dicapai apabila intervensi diterapkan secara tepat ”(Ati,
Andriyani, & Malisa, 2015).
“ Ada dua cara penatalaksanaan nyeri yaitu dengan cara farmakologis dan non-
farmakologis. Secara farmakologis dapat diatasi dengan menggunakan obat-obatan
analgetik misalnya, morphine sublimaze, stadol, demerol dan lain lain. Kelebihan dari
penanganan farmakologis yaitu rasa nyeri dapat diatasi dengan cepat namun pemberian
obat-obatan kimia dalam jangka waktu panjang dapat menimbulkan efek samping yang
membahayakan pemakainya seperti gangguan pada ginjal . Efek samping dari terapi
tersebut diantaranya mual, muntah dan pusing. Sedangkan terapi non farmakologis yang
sering diterapkan antara lain teknik pernafasan,audionalgesia, akupuntur, transcutaneus
electric nerve stimulations (TENS), kompres dengan suhu dingin / panas, sentuhan pijatan
dan aromaterapi”(Utami, 2016).
“ Metode non farmakologis bukan merupakan pengganti obat - obatan, tindakan ini
diperlukan untuk mempersingkat rasa nyeri yang hanya berlangsung beberapa detik atau
menit. Mengkombinasikan metode non farmakologis dengan obat- obatan merupakan cara
yang paling efektif dan mudah untuk mengontrol nyeri. Pengendalian nyeri non
farmakologis menjadi lebih murah, mudah, efektif dan tanpa efek yang merugikan. Salah
satu metode untuk mengatasi nyeri secara non-farmakologis adalah terapi relaksasi”(Ati et
al., 2015).
Terapi relaksasi adalah “ suatu keadaan dimana seseorang akan merasakan bebas
mental dan fisik dari ketegangan dan stress. Teknik relaksasi bertujuan agar individu dapat
mengontrol atau mengendalikan diri ketika terjadi rasa ketegangan dan stres yang membuat
individu merasa dalam kondisi yang tidak nyaman. Ada beberapa intervensi relaksasi yang
dapat meningkatkan penyembuhan pada iskemik jantung dan merupakan tindakan
preventif sekunder diantaranya adalah relaksasi autogenik merupakan relaksasi yang
bersumber dari dalam diri sendiri dengan menggunakan kata-kata atau kalimat pendek yang
bisa membuat pikiran menjadi lebih tenang, serta membantu individu untuk dapat
mengendalikan beberapa fungsi tubuh seperti tekanan darah, frekuensi jantung dan aliran
darah”(Ati et al., 2015). Selain relaksasi autogenik “ upaya untuk mengurangi nyeri pada
ibu post sectio caesarea yaitu dengan aromaterapi. Penggunaan aromaterapi secara inhalasi
dapat merangsang pengeluaran endorphin sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
Aromaterapi bitter orange (Citrus Aurantium) merupakan sebuah terapi non farmakologis
yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri pada ibu melahirkan kala 1”(Utami, 2016).

Selain teknik relaksasi autogenik dan aromaterapi ada teknik lain yang dapat
mempercepat pemulihan post caesaerea yaitu mobilisasi dini. Mobilisasi dini merupakan
“suatu upaya untuk mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara
membimbing klien untuk mempertahankan fungsi fisiologis”(Heryani & Ardenny, 2014).
“Mobilisasi dapat digunakan untuk mencegah timbulnya thrombosis juga tromboemboli,
selain itu mobilisasi juga dapat mengurangi resiko kekakuan otot serta sendi”(Subandi,
2017). Adapun manfaat lain dari mobilisasi dini bagi ibu post caesarea adalah “ mampu
memperlancar pengeluaran lokia dan mengurangi infeksi puerperium, mempercepat
involusi alat kandungan, memperlancar fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan,
meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga nutrisi yang dibutuhkan luka dapat
terpenuhi dengan baik , mempercepat kesembuhan luka, mempercepat fungsi pengeluaran
ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. Sedangkan kerugian jika tidak melakukan
mobilisasi dini terutama bagi ibu post operasi adalah terjadinya peningkatan suhu tubuh,
pendarahan yang abnormal dan involusi uterus yang tidak baik”(Heryani & Ardenny,
2014). Maka dari itu Mobilisasi merupakan “ suatu tindakan/ proses yang sangat penting
untuk dilakukan oleh ibu post partum, karena dengan melakukan mobilisasi akan
membantu mempercepat proses pemulihan masa nifas terutama pada ibu post Sectio
Caesarea supaya ibu mendapatkan perawatan dan penyembuhn luka yang normal. Apabila
mobilisasi tidak segera dilakukan akan berdampak pada proses pemulihan dan
penyembuhan yang lambat dan juga bisa menyebabkan komplikasi seperti infeksi”(Danefi
& Agustini, 2016).
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan dari penulisan asuhan keperawatan ini adalah agar penulis
mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan pada ibu post sectio caesarea.
2. Tujuan Khusus
1. Mengkaji pasien dengan diagnosa medis post sectio caesarea.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien post sectio caesarea.
3. Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis post
sectio caesarea.
4. Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis post
sectio caesarea.
5. Mengevaluasi pasien dengan diagnosa medis post sectio caesarea.
6. Mendokumentasikan asuhahan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis post sectio caesarea.

1.3 Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data


Metode penulisan dan teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah sebagai
berikut :
1 Metode Penulisan
Metode penulisan karya tulis yang dipergunakan oleh penulis adalah metode
deskritif yang berbentuk studi kasus.
2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan yaitu dengan cara :
a. Wawancara
Yaitu melakukan wawancara dengan klien, keluarga dan tim kesehatan
lainnya sehingga data yang diperoleh lebih akurat.
b. Observasi Langsung
Yaitu pengamatan langsung pada klien, dengan menggunakan teknik
inspeksi,palpasi,auskultasi,dan perkusi.
c. Studi Dokumentasi
Yaitu sebagian data diperoleh penulis dari dokumentasi klien
diruangan, seperti catatan medis dan hasil laboratorium.
d. Studi Kepustakaan
Yaitu mencari bahan – bahan berupa teori yang diperlukan untuk
menunjang materi penulisan.
e. Partisipasi Aktif
Yaitu kegiatan penulis dalam melakukan tindakan secara langsung
terhadap klien.

1.4 Sistematika Penulisan


Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penyusunan karya tulis ini, maka
penulis menggunakan sistematika sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode
dan teknik penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjaun Teoritis
Bab ini membahas tentang konsep dasar dan proses keperawatan serta
teori pada klien dengan post operasi sectio caesarea.

BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan

Bab ini membahas tentang tinjauan kasus yang memuat pelaksanaan


asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

Bab ini membahas tentang pembahasan yang memuat kesenjangan


kesenjangan yang ditemukan dan perbandingan antara pendekatan teoritis dan
pelayanan langsung pada kasus.

BAB IV : Simpulan dan Saran

Bab ini memuat tentang simpulan setelah melaksanakan kegiatan asuhan


keperawatan dan saran untuk perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Astutik, P., & Kurlinawati, E. (2017). Pengaruh Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan
Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Delima RSUD Kertosono. Strada
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(2), 30–37. https://doi.org/10.30994/sjik.v6i2.6

Ati, N. N., Andriyani, S., & Malisa, N. (2015). RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP
PENURUNAN SKALA NYERI PADA IBU POST OPERASI SECTIO SAECAREA
AUTOGENIC. JURNAL SKOLASTIK KEPERAWATAN, 1(2), 52–61. Retrieved from
http://www.cder.dz/IMG/pdf/arrete_tarifs_achat_garantis_photovoltaique_eolien.pdf

Danefi, T., & Agustini, F. (2016). HUBUNGAN MOBILISASI IBU POST SC (SECTIO
CAESAREA) DENGAN PENYEMBUHAN LUKA OPERASI DI RUANG 1 RSU dr.
SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015, 2(1), 11–16.

Heryani, R., & Ardenny. (2014). PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP


PENYEMBUHAN LUKA POST SECTIO CAESAREA. Jurnal IPTEKS TERAPAN,
11(1), 109–115. https://doi.org/10.22216/jit.2017.v11i1.661

METASARI, D., & SIANIPAR, B. K. (2018). FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI PENURUNAN NYERI POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI
RS. RAFLESSIA BENGKULU. Journal of Nursing and Public Health, 6(1), 1–7.

Netty, I. (2013). Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan Luka Post Operasi Seksio
Sesarea Di Ruang Rawat Gabung Kebidanan Rsud H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun
2012. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains, 15(1), 59–70.

Nurfitriani. (2017). PENGETAHUAN DAN MOTIVASI IBU POST SECTIO CAESAREA


DALAM MOBILISASI DINI. Jurnal Psikologi Jambi, 2(2), 31–38.

Per-angin, N., Isnaniah, H., & Rizani, A. (2014). PROSESPENYEMBUHAN LUKA POST
OPERASI SECTIO CAESARIADI RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA TAHUN
2013, 5(1), 1–9.

Subandi, E. (2017). Pengaruh mobilisasi dini terhadap tingkat nyeri pada pasien post operasi
sectio caesarea di ruang melati RSUD Gunung Jati Kota Cirebon tahun 2017. Jurnal
Ilmiah Indonesia, 2(5), 58–74.

Utami, S. (2016). Efektivitas Aromaterapi Bitter Orange Terhadap Nyeri Post Partum Sectio
Caesarea. Unnes Journal of Public Health, 5(4), 316.
https://doi.org/10.15294/ujph.v5i4.12422

Anda mungkin juga menyukai