Tinjauan pustaka
Ester natril dari asam butirat ini dibentuk dari produk fermentasi
jamur tertentu dan berdaya menurunkan kadar LDL dan kolesterol total
dalam 2-4 minggu. Kadar VLDL dan TG juga dapat diturunkan, sedangkan
HDL dinaikan sedikit. Digunakan tersendiri atau dikombinasi dengan damar.
Pada umumnya efeknya sudah nyata setelah 2 minggu dan maksimal sesudah
1 bulan. Khasiat menurunkan LDL-nya kuat tetapi lebih lemah daripada
atorvastatin. Dosis 10 mg setiap hari dapat menurunkan kadar LDL-
kolesterol dengan 27%. Reabsorbsinya dari usus baik, tetapi mengalami FPE
besar. PP-nya tinggi, didalam hati simvastatin inaktif. Eksresinya
berlangsung 69% melalui empedu dan tinja serta 13% lewat kemih (tjay,tan
han.2007). Simvastatin yang memiliki kemampuan lebih besar untuk
menurunkan kadar LDL dan meningkatkan kadar HDL. Simvastatin dengan
rute administrasi peroral mengalami metabolisme lintas pertama di hati yang
menyebabkan bioavailabilitas oral yang sangat rendah yaitu 5%, dengan
ikatan protein 95-98%, serta memiliki waktu paruh yang pendek yaitu 2 jam
(Qomariah.2017).
Mekanisme kerja simvastatin menghambat aktifitas enzim3-3-
hidroksi-metil-gulatryl-koensim reduktase A sebagai katalis pembentukan
kolesterol ( Azhara.2017)
Farmakokinetik semua statin, kecuali lovastatin dan simvastatin
berada dalam bentuk ß-hidroksi. Kedua statin tersebut merupakan produk
dalam bentuk lakton dan harus dihidrolisis lebih dahulu menjadi bentuk
asam ß-hidroksi. Statin diabsorbsi sekitar 40-75% kecuali fluvastatin yang
diabsorbsi hampir sempurna. Semua obat mengalami metabolisme lintas
pertama di hati. Obat-obat ini sebagian besar di ekskresi oleh hati dalam
cairan empedu dan sebagian kecil lewat ginjal.
Farmakodinamik statin bekerja dengan cara menghambat sintesis
kolesterol dalam hati, dengan menghambat enzim HMG CoA reduktase.
Akibat penurunan sintesis kolesterol ini, maka SREBP yang terdapat dalam
membran di pecah protease, lalu di angkut ke nukleus. Faktor-faktor
transkripsi kemudian akan berikatan dengan gen reseptor LDL, sehingga
terjadi peningkatan sintesis reseptor LDL. Peningkatan jumlah reseptor LDL
pada membran sel hepatik akan menurunkan kadar kolesterol darah lebih
besar, selain VLDL, LDL, dan IDL juga menurun, sedangkan HDL
meningkat (Departemen farmakologi dan terapi. 2016)
Efek samping simvastatin selain efek umum juga rambut rontok,
gangguan psikis (depresi, ketakutan, kecenderungan bunuh diri) dan hati
(hepatitis) (tjay,tan han.2007). menurut American pharmacists association,
2012. Simvastatin memiliki efek samping berupa atrial fibrasi, pusing,
konstipasi,myalgia, ISPA, muntah, lemas, dan sebagainya.
2.2.3.2. Atorvastatin
Gambar Cara penanganan mencit untuk pemberian obat baik injeksi maupun
peroral. (a) ditarik ekor mencit diatas kawat bergaris. (b) dipegang tungkak leher
mencit. (c) dibalikkan mencit dengan ekor melingkar di jari manis.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Spuit injeksi 1 ml, jarum oral (ujung tumpul), stopwatch, beaker glass, gelas
ukur, mortir dan stamper, pipet, kertas saring, corong, alat ukur kolesterol, handscoon,
masker, tisu, kertas koran.
3.1.2. Bahan
1. Propylthiuoracil (PTU) 5. Suspensi Simvastatin,
10mg/Kgbb 6. Lemak Kambing,
2. Aquadest 7. Kuning Telur Puyuh 0,2 Ml,
3. Suspensi Atorvastatin, 8. Larutan CMC-Na 0,5%.
4. Suspensi Rosuvastatin,
3.1.3. Hewan Uji
Mencit jantan
1. Hewan uji yang telah diadaptasikan dengan lingkungan selama 10-14 hari, dipuaskan
selama semalam sebelum uji dilakukan dan hanya diberi air minum saja.
3. Seluruh mencit di induksi secara oral terlebih dahulu dengan PTU 10mg/kgBB dan
30 menit kemudian dengan kuning telur puyuh 0,2 ml. Selain itu juga pakan mencit
dikombinasi dengan lemak kambing. Pemberian induksi dilakukan selama 2 minggu.
4. Setelah 2 minggu dilakukan pengecekan kadar kolesterol untuk mendapatkan data pre
test
5. Selanjutnya mencit mendapatkan perlakukan sesuai Kelompoknya masing-masing di
langkah 2 selama 2 minggu berturut-turut. Pemberian induksi yang tetap dilanjutkan
adalah PTU 10mg/kgBB peroral dan pakan mencit dikombinasi dengan lemak kambing
(total pemberian 4 minggu)
7. Dilakukan analisis data terhadap prosentase kadar kolesterol dan berat badan mencit
(before-after)
Dari praktikum yang dilakukkan kadar kolesterol total didapatkan hasil sebagai
berikut:
Dari praktikum yang dilakukkan kadar kolesterol total didapatkan hasil presentase
𝐵𝐸𝐹𝑂𝑅𝐸
sebagai berikut: RUMUS : 𝐵𝐸𝐹𝑂𝑅𝐸−𝐴𝐹𝑇𝐸𝑅 𝑋 100 %
Data data tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara obat atorvastatin, simvastatin, rosuvastatin.
5.4. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senyawa obat
antidislipidemia yaitu Simvastatin, Atorvastatin dan Rosuvastatin terhadap hewan coba
mencit (Mus musculus). Pada praktikum kali ini digunakan mencit jantan karena
menurut syamsudin darmono, 2011 mencit jantan tidak memiliki daur estrus sehingga
perubahan metabolisme dalam tubuh tidak terlalu fluktuatif dan tidak berpengaruh pada
hormone sedangkan pada mencit betina memiliki hormone estrogen sehingga
berpengaruh pada kadar kolesterol. Dan Pemilihan mencit sebagai hewan coba karena
mewakili kelas mamalia sehingga sistem reproduksi, pernapasan, dan peredaran darah
menyerupai manusia.
Sebelum mencit percobaan diberi perlakuan, mencit diberi asupan kolestrol
terlebih dahulu dengan menginduksi PTU sebesar 10 mg/BBkg dan kuning telur selama
14 hari dapat membuat kadar kolesterol darah mencit meningkat. Di berikan kuning
telur dari burung puyuh karena dalam telur burung puyuh mengandung kolesterol
sebesar 2138,17/100mg (Pamungkas 2013). Selain itu juga pakan mencit di campur
dengan lemak kambing dan telur puyuh. Setelah 14 hari di ambil darah untuk mengecek
kolesterol dari mencit. Pemberian PTU bertujuan untuk meningkatkan kadar kolesterol
dengan cara menghambat sintesis hormon. Peningkatan hormone tiroid dapat
menurunkan kadar kolesterol dengan cara meningkatkan kadar sekresi kolesterol
menuju empedu dan selanjutnya dibuang melalui feces.
Hewan uji yang telah di dihiperkolesterol kemudian diberikan perlakuan
pemberian obat golongan statin selama 14 hari yang bertujuan untuk mengobati mencit
dari hiperkolesterol, obat yang digunakan yaitu simvastatin, atorvastatin, dan
rosuvastatin, setelah 14 hari di ambil lagi darahnya untuk cek kolesterol mencit sesudah
perlakuan.
Pada kelompok kontrol negatif terdapat penurunan kolesterol dengan persentase
penurunan kadar kolesterol sebesar -10,66%, -61% dan 33 % dan mendapatkan hasil uji
normaitas sebesar P= 0,4571. Hal ini di sebabkan karena dalam tubuh memiliki
pengendalian jumlah kolesterol yang terdapat dalam hati.
Pada kelompok simvastatin terdapat penurunan koleseterol lebih besar dari pada
kemlopok rosuvastatin dan kotrol negatif. Hal ini karena secara invivo simvastatin akan
di hidrolisa menjadi metabolit aktif. Mekanisme dari metabolit aktif itu dengan cara
menghambat kerja 3-hidroksi-metilglutaril koenim A reduktase, dimana enim ini
mengakatalis perubahan HMG CoA menjadi asam mevalonat yang merupakan langkah
awal dari sintesa kolesterol (Margarita, 2014).
Perlakuan pada mencit dengan pemberian obat atorvastatin mendapatkan hasil
dengan penurunan kadar kolesterol paling bagus dibandingkan dengan simvastatin dan
rosuvastatin. Hal ini disebabkan karena obat atorvastatin cepat diserap disaluran
pencernaan dan menurunkan kadar kolesterol darah dan lipoprotein dengan
menghambat HMG-CoA reduktase dan sistesis kolesterol di hati. Atorvastatin juga
meningkatkan jumlah reseptor LDL hepatic pada permukaan sel di hati,yang
menghasilkan peningkatan penyerapan dan katabolisme LDL (Tan, Tjay Hoan. 2007)
Hasil uji rosuvastatin efek penurunan kadar koleseterolnya sangat rendah dari
pada kelompok atorvastatin dan simvastatin, hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada.
Dalam sargowo 2005 mengatakan bahwa kelopok rosuvastatin dalam percobaan
menggunakan rentang dosis dan perbandingan yang beragam pada pasien penderita
hiperkolestrol, dosis 10 mg rosuvastatin menurunkan kolesterol LDL hingga 52 % dan
sebanyak 63% pada dosis 40mg. Rosuvastatin 10-40 mg menghasilkan pengurangan
kolesterol LDL yang signifikan secara statistik 52%-63% dalam 6 minggu,
dibandingkan dengan placebo. Pada percobaan 6 minggu yang lain pada pasien
penderita hiperkolesterol yang membandingkan rosuvastatin dan atorvastatin antar
rentang dosis, rosuvastatin 10-40 mg mengurangi kolesterol LDL dari 47%-57%,
dibandingkan dengan 38%-54% menggunakan atorvastin 10-80mg (n=165); reaksi
penurunan kolesterol LDL tergantung dosis dengan menggunakan rovustatin secara
signifikan lebih besar daripada reaksi dengan menggunakan atorvastatin (P<0,001)
(Sargowo, 2005 dalam ). Hal ini disebabkan kemungkinan pada pembuatan suspensi
rosuvastatin yang kurang efektif.
Dari analisis data menggunakan metode statistik R STUDIO Pada uji shapiro
wilk p-value kelompok uji kontrol negatif adalah 0,4574; p-value kelompok uji
simvastatin adalah 0.0004533; p-value kelompok uji atorvastatin adalah 0.2113; p-value
kelompok uji rosuvastatin adalah 0.1503, menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi
normal karena dari 4 data ada 1 data yaitu data simvastatin nilai ( p > 0,05 ).
Selanjutnya uji dunn.test mendapatkan hasil bahwa pada kelompok kontrol,
atorvastatin, Rosuvastatin dan simvastatin tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arsana, P.M., Rulli, R., Asman, M., AAG, B., Hikmat, P. 2015.
Panduaanpengelolaandislipidemia Di Indonesia. Penerbit: PB PERKENI
Trevor, A.J. 2008. Pharmacology Examination And Board Review Eight Edition.
Singapura. MC-Graw Hill.
Qomariyah Nurul., Lidya Ameliana., Lusia Oktora Ruma Kumala Sari. 2017. Optimasi
Konsentrasi Hidroksipropil Selulosa dan Polivinilpirolidon dalam Sediaan Buccal
Film Simvastatin (Optimization Of Hydroxypropyl Cellulose and
Polyvynylpyrolidone Concentration in Simvastatin Buccal Film). Universitas
jember;fakultas farmasi. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 5 (no. 1)
Lampiran
Perhitungan PTU