TUBERKULOSIS
Disusun Oleh
2016
A. RANGKUMAN KASUS
Status pasien
Nama : Tn. S.W.
Usia : 51 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anamnesis
Keluhan Utama : Lemas dan sesak nafas
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien diantar dengan keluhan lemas. Pasien juga mengeluhkan sesak nafas
(+), batuk (+), pilek (-), mual (+), muntah (-). Beberapa hari terakhir pasien
tidak makan.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat DM (-), HT (-)
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat DM (-), HT (-)
Riwayat personal sosial
Pasien merupakan penarik becak tuna wisma, sudah sekitar 27 tahun hidup di
jalanan. Pasien merupakan seorang perokok dan peminum minuman keras
Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : CM
Vital sign
Tekanan darah : 141/129 mmHg
Nadi : 107 kali/ menit
Pernapasan : 28 kali/ menit
Temperatur : 38,1 C
Kepala : CA (+/+), SI (-/-), pupil isokor
Leher : JVP tidak meningkat, Limfonodi tidak teraba
Thorax
Pulmo : Vesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
Cor : Suara regular
Abdomen : Distensi (-), BU(+)N, Ascites (-),turgor ↓, NT Suprapubic (+),
Hepar, lien ttb.
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Diagnosis kerja
Low intake dehidrasi,
Anemia,
TB paru dd CAP
Terapi :
RL
Antrain
Transfusi PRC 3 kolf
Rimactazid 1x1
Ethambutol 2x1
Pyrazinamid 2x1
B. MASALAH YANG DIKAJI
C. ANALISIS MASALAH
Gejala
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik.
1. Gejala respiratorik
• batuk ≥ 3 minggu
• batuk darah
• sesak napas
• nyeri dada
2. Gejala sistemik
• Demam
• gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
menurun
Diagnosis Tuberkulosis paru pada pasien dewasa
a. Dalam upaya pengendalian TB secara Nasional, maka diagnosis TB paru
pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu dengan pemeriksaan
bakteriologis. Pemeriksaan bakteriologis yang dimaksud ialah pemeriksaan
mikroskopis langsung, biakan, dan tes cepat.
b. Apabila pemeriksaan secara bakteriologis hasilnya negatif, maka penegakan
diagnosis TB dapat dilakukan secara klinis menggunakan hasil pemeriksaan
klinis dan penunjang (setidaknya pemeriksaan foto thoraks) yang sesuai dan
ditetapkan oleh dokter yang telah terlatih TB
c. Pada sarana terbatas, penegakan diagnosis secara klinis dilakukan setelah
pemberian terapi antibiotika spektrum luas (Non OAT dan Non Kuinolon)
yang tidak memberikan perbaikan klinis.
d. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan serologis
e. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto
thoraks saja. Foto thoraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik
pada TB paru, sehingga dapat menyebabkan terjadi overdiagnosis atau
underdiagnosis
f. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya dengan pemeriksaan uji tuberkulin.
Regimen pengobatan
Regimen
Kategori Pasien TB
Awal Lanjut
TBP BTA (+), BTA 2 SHRZ 6 HE
1 negatif 2 SHRZ 4 HR
2 SHRZ 4H3R3
Relaps 2 SHZE/ 1 HRZE 5 H3R3E3
2
Kegagalan 2 SHZE/ 1 HRZE 5 HRE
TBP BTA (-) 2 HRZ/ 2 H3R3Z3 6 HE
3 Ekstraparu 2 HR/4H
2 H3R3/4H
Kasus Kronis (BTA
4 Tidak dapat diaplikasikan
tetap positif)
Pustaka
Dirjen P2PL. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI, 2014.
Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 tahun
2014. 2014.
Sudoyo, Aru W., Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, and
Siti Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing,
2009.