Anda di halaman 1dari 8

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

Pengertian Tindakan yang dilakukan untuk membebaskan


jalan napas dengan tetap memperhatikan kontrol
servikal
Tujuan Membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan
masuknya udara ke paru secara normal sehingga
menjamin kecukupan oksigenase tubuh
Indikasi  Gangguan ventilasi.
 Disfungsi otot-otot pernapasan, kelelahan otot
napas.
 Kelainan dinding thorax.
 Penyakit neuromuskuler yang menyebabkan
kelumpuhan otot napas.
 Kekuatan ventilasi yang menurun atau tidal
volume rendah.
 Peningkatan resistensi atau obstruksi jalan
napas.
 Gangguan Oksigenasi.
 Hipoksemia yang sukar diatasi, misalnya :
edema paru atau penyakit paru yang lain.
 Kerja napas yang berlebihan (frek. Nafas lebih
dari 35 x / menit).
Persiapan Pasien 1. Beritahukan pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan.
2. Mintakan persetujuan keluarga / informed
consent.
3. Berikan support mental.
4. Hisap cairan / sisa makanan dari naso gastric
tube.
5. Yakinkan pasien terpasang IV line dan infus
menetes dengan lancar
Persiapan Alat  SUCTION / PENGISAPAN :
1. Alat penghisap lendir dengan botol berisi
larutan desinfektan.
2. Kateter penghisap lendir steril.
3. Pinset steril.
4. Sarung tangan steril.
5. Dua kom berisi larutan aquades atau NaCl
0,9 % dan larutan desinfektan.
6. Kasa steril.
7. Kertas tissue.
8. Stetoskop

 PEMASANGAN PIPA OROFARING /


NASOFARING :
1. Pipa oro/nasofaring.
2. Suction/alat penghisap.
3. Kanula dan masker oksigen.
4. Ambu bag.
5. Pipa endotrakheal dan stylet.
6. Pelumas (jelly).
7. Forcep magill.
8. Laringoscop (handle dan blade).
9. Obat-obatan sedatif i.v.
10. Sarung tangan.
11. Plester dan gunting.
12. Bantal kecil tebal 10cm (bila tersedia).

 INTUBASI TRAKEA :
1. Laryngoscope.
2. Endotracheal tube (ETT) sesuai ukuran
(Pria : no. 7,7.5, 8 ) (Wanita no. 6.5, 7).
3. Mandrin.
4. Xylocain jelly.
5. Sarung tangan steril.
6. Xylocain spray.
7. Spuit 10 cc.
8. Orofaringeal tube (guedel).
9. Stetoskop.
10. Bag Valve Mask (ambubag).
11. Suction kateter.
12. Plester.
13. Gunting.
14. Masker.
Prosedur Kerja 1. Lihat, Dengar, Raba ( Look, Listen, Feel )
i. Mengambil posisi di sebelah kanan
brancart pasien.
ii. Membungkukkan badan dengan wajah
kita menghadap ke arah dada pasien
sambil melihat ( Look ) :
 pergerakan dinding dada.
 kesimetrisan naik turunnya dinding
dada, dengan membandingkan
pergerakan dinding dada kanan dan
kiri pada saat inspirasi.
 frekwensi cepat / pelan.
 nafas dalam / dangkal.
 nafas sesak / longgar.
 nafas pendek / panjang.
 pernafasan cuping hidung ada / tidak.
 nafas dengan otot-otot bantu nafas
ditandai dengan adanya retraksi
dinding dada.
iii. Telinga kita dekatkan dengan hidung dan
mulut pasien untuk mendengarkan suara
nafas pasien :
 suara tambahan, wheezing, rhonki.
 batuk-batuk.
 Rasakan hembusan udara di pipi pada
saat pasien mengeluarkan nafas, baik
dari hidung ataupun mulut, bila perlu
dekatkan jari kita didepan hidung
pasien dan rasakan adanya hembusan
nafas.
 Apabila tidak terdengar suara nafas
ataupun hembusan nafas, maka
kemungkinan pasien mengalami
sumbatan pada jalan nafasnya dan
harus segera bebaskan jalan nafas
pasien.
iv. Bebaskan jalan nafas dengan :

2. CHIN LIFT-HEAD TILT


v. Posisikan pasien dalam keadaan
terletang, letakkan satu tangan di dahi
dan letakkan ujung jari yang lain di
bawah daerah tulang pada bagian tengah
rahang bawah pasien.
vi. Tengadahkan kepala dengan menekan
perlahan dahi pasien.
vii. Gunakan ujung jari untuk mengangkat
dagu dan menyokong rahang bagian
bawah. Jangan menekan jaringan lunak
di bawah rahang karena dapat
menimbulkan obstruksi jalan nafas.
viii. Usahakan mulut untuk tidak menutup.
Untuk mendapatkan pembukaan mulut
yang adekuat, gunakan ibu jari untuk
menahan dagu supaya bibir bawah pasien
tertarik ke belakang.
ix. Tidak disarankan bila curiga ada patah
tulang leher.

3. JAW THRUST pada pasien dengan curiga


cedera leher :
- Ambil posisi di atas kepala pasien,
letakkan lengan sejajar dengan
permukaan pasien berbaring.
- Pertahankan dengan hati-hati agar posisi
kepala, leher dan tulang belakang tetap
satu garis.
- Perlahan letakkan tangan pada masing-
masing sisi rahang bawah pasien, pada
sudut rahang di bawah telinga.
- Stabilkan kepala pasien dengan lengan
bawah anda.
- Dengan menggunakan jari telunjuk,
dorong sudut rahang bawah pasien ke arah
atas dan depan.
- Bila perlu dengan menggunakan ibu jari
kita dorong bibir bawah sedikit ke depan
untuk mempertahankan mulut tetap
terbuka.
- Jangan mendongakkan atau memutar
kepala pasien

2. Bersihkan jalan nafas dengan cara cross finger


atau bila perlu lakukan penghisapan (suction).
 CROSS FINGER :
- Posisikan kepala pasien miring kurang
lebih 45 derajat ke arah kita.
- Silangkan ibu jari dan jari telunjuk tangan
yang sama dengan arah berlawanan
letakkan pada gigi bagian atas dan bawah
di sudut mulut pasien.
- Lebarkan/jauhkan jari untuk membuka
rahang pasien.
- Usap keluar bila terdapat sisa muntah,
darah, gigi, atau benda asing lainnya yang
menyumbat jalan nafas dengan cara
melakukan usapan memutar searah jarum
jam kearah luar.
- Hati-hati jangan sampai mendorong
benda asing (sisa makanan, gigi palsu)
masuk lebih jauh ke jalan nafas

 SUCTION / PENGISAPAN :
- Petugas memakai alat pelindung (masker
dan sarung tangan sekali pakai) (lihat SOP
memakai masker dan sarung tangan).
- Menyediakan 1 botol cairan pembilas (
Normal Saline).
- Menyalakan unit penghisap, tempelkan
kateter dan cobalah untuk menghisap
pada baju.
- Posisikan pasien miring ke kanan kurang
lebih 30 derajat sehingga akan membuat
sekret bebas mengalir ke mulut saat
dilakukan penghisapan.
- Ukur panjang kateter penghisap. Panjang
kateter yang harus dimasukkan ke dalam
mulut pasien sebanding dengan jarak
antara sudut mulut dengan lobulus
telinga.
- Perlahan dan tanpa tekanan, masukkan
ujung kateter ke daerah yang perlu
dihisap. Saat memasukkan lubang kontrol
pada selang penghisap dibiarkan terbuka
(Jika tidak hati-hati ujung penghisap kaku
dapat menyebabkan kerusakan jaringan
dan perdarahan).
- Setelah masuk, mulai penghisapan
dengan meletakkan ibu jari dan
telunjuk tangan kiri pada samping mulut,
tutup lubang kontrol dan hisap sambil
perlahan menarik ujung penghisap dari
mulut pasien, gerakkan ujung penghisap
dari satu sisi ke sisi yang lain.
- Jangan pernah melakukan penghisapan
lebih 10 detik pada waktu yang sama,
karena suplementasi oksigen atau
ventilasi dihentikan selama penghisapan,
sehingga harus dipertimbangkan untuk
mempertahankan oksigenasi pasien.
- Bila terdapat sekret yang pekat dan
menyumbat, kita bilas dengan cairan
pembilas dengan cara memasukkan ujung
pipa suction kedalam cairan pembilas dan
menutup lubang kontrol.
- Jika ujung pipa penghisap menyebabkan
reflek muntah, segera tarik ujung
penghisap dan pindah ke posisi yang lain.

3. Apabila jalan nafas masih tersumbat, meskipun


sudah kita lakukan manuver tersebut, maka kita
pasang alat bantu jalan nafas, untuk menjaga
lidah menutupi jalan nafas.
- Non invasif, dengan pipa orofaring dan pipa
nasofaring
 PEMASANGAN PIPA OROFARING :
- Petugas memakai masker dan sarung
tangan sekali pakai (lihat SOP memakai
masker dan sarung tangan).
- Menempatkan pasien pada posisi
terlentang dan menggunakan teknik chin
lift-head tilt / jaw thrust untuk
mempertahankan jalan nafas secara
manual.
- Menentukan ukuran pipa yang akan
dipakai dengan cara membentangkan
pipa dari sudut mulut penderita ke arah
ujung daun telinga sisi wajah yang sama.
- Silangkan ibu jari dan jari telunjuk tangan
yang sama dan letakkan pada gigi bagian
atas dan bawah di sudut mulut
pasien. Lebarkan/jauhkan jari untuk
membuka rahang pasien.
- Masukkan pipa secara terbalik (ujung
pipa ke langit-langit) dan jalankan
sepanjang dasar mulut pasien, melewati
jaringan lunak menggantung dari
belakang (uvula) atau hingga anda
menemukan tahanan melewati palatum
mole.
- Putar pipa 180 dengan hati-hati sehingga
ujungnya mengarah ke bawah ke arah
faring pasien.
- Menempatkan pasien non trauma dalam
posisi head tilt. Jika ada kemungkinan
cedera spinal, dilakukan stabilisasi leher
dengan collar neck.
- Memeriksa respon pasien setelah pipa
terpasang (lihat SOP pemeriksaan
airway).

 PEMASANGAN PIPA NASOFARING :


- Petugas memakai masker dan sarung
tangan sekali pakai(lihat SOP memakai
masker dan sarung tangan).
- Posisi pasien terlentang dan kita gunakan
teknik chin lift-head tilt/jaw thrus untuk
mengamankan jalan nafas secara manual.
- Lubrikasi bagian luar pipa dengan
lubrikan berbahan dasar air sebelum
dimasukkan dengan mencelupkan dalam
aquades steril. Bahan seperti jelly dan
bahan lain dapat merusak jaringan yang
melapisi rongga hidung dan faring
sehingga meningkatkan resiko infeksi.
- Ujung hidung didorong dengan hati-hati
ke arah atas. Hampir semua pipa
nasofaring dirancang untuk digunakan
pada lubang hidung kanan. Bevel (bagian
sudut ujung selang) harus menghadap
dasar lubang hidung atau septum nasi.
- Memasukkan pipa ke dalam lubang
hidung, majukan terus hingga bagian
pinggir pipa berhenti dan tertahan kuat
pada lubang hidung pasien . Jangan
pernah mendorong kuat, jika sulit untuk
memajukan pipa tarik keluar dan coba
pada lubang hidung yang lain.

Tehnik invasif dengan Endotracheal Tube


 INTUBASI TRAKEA :
- Menempatkan pasien pada posisi sniffing
dengan meletakkan bantal setinggi kurang
lebih 10 cm di oksiput dan pertahankan
kepala tetap ekstensi.
- Melakukan preoksigenasi, yaitu memberi
oksigen 100 % selama minimal 5 menit
melalui baging. (lihat SOP bagging).
- Laringoskop dipegang dengan tangan kiri,
kemudian bilah dimasukkan dari sudut
mulut pasien sebelah kanan menyusuri
lidah.Setelah mendekati pangkal lidah,
laringoskop digeserkan ke sebelah kiri
sampai berada di garis tengah dengan
menyingkirkan lidah ke sebelah kiri. Jika
menggunakan bilah lengkung
(macintosh), maka ujung bilah
ditempatkan di dalam valekula pada
pangkal epiglotis, sedangkan bila
mengunakan bilah lurus, maka ujung
bilah ditempatkan di bawah epiglotis
secara langsung.
- Mengangkat epiglotis dengan bilah
sehingga terlihat pita suara. Setelah pita
suara terlihat maka tangan kanan
memasukkan ETT ke dalam trakea
melalui celah diantara pita suara. Batas
garis hitam pada ETT terletak tepat
dibawah pita suara.
- Mengembangkan balon udara dengan
menggunakan spuit 20 atau 10 cc dengan
volume secukupnya melalui ujung ETT
sampai tidak terdengar kebocoran di
rongga mulut pada saat dilakukan
ventilasi.Melakukan fiksasi dengan
plester agar tidak terdorong atau tercabut.
- Melakukan konfirmasi posisi ETT dengan
cara melakukan auskultasi pada dada kiri
, kanan serta lambung. Setelah suara
napas di paru kiri dan kanan sama, lalu
dilakukan fiksasi dengan menggunakan
plesterdi wajah atau pipi.
- Menghubungkan ETT dengan manual
baging atau ventilator

Anda mungkin juga menyukai