Anda di halaman 1dari 12

Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 13 Nomor 2 A, Juli 2017 : 145 - 156

STRATEGI PENGEMBANGAN CABAI KERITING DI KECAMATAN MODAYAG


KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR

Novia Cristi Lumika


Oktavianus Porajouw
Melissa L.G. Tarore

ABSRACT
The purpose of this study is to describe the development strategy of curly pepper. The research
conducted for 3 months from April to June 2017. The research sites were in three villages in Modayag Sub-
district, East Bolaang Mongondow District, in Purworejo, Purworejo Timur and Sumber Rejo villages. This
study used primary data and secondary data. Primary data obtained from observation and direct interview with
respondent based on questionnaire. Secondary data collected and obtained from Agriculture Department,
Implementation Agency for extension of farming, fishery and forestry (BP4K), BPS-Statistics of East Bolaang
Mongondow, Traders / Entrepreneurs, Modayag District Offices and Village Offices in Villages Purworejo,
Purworejo Timur and Sumber Rejo. Sampling method using purposive sampling method, as many as 15 samples
from the total population in three villages. Samples taken are the curly chili farmers that produce in 2016.
Descriptive data analysis and, using analysis of Strengths, Weakness, Opportunities and Threats (SWOT). Based
on the result of the research, it can concluded that the alternative strategy of Strength Opportunity (SO) as
follows: Utilization of education and experience and skills of farmers in producing quality production and
superior in the market and can meet consumer needs and demand. Establish good relationships between farmers
and agricultural institutions, in order to sustain the successful development of agriculture and farming. With the
development of increasingly modern technology, and the utilization of facilities and infrastructure that allows
to obtain optimal results. The need for agricultural products never changes according to their development; the
price must always adjusted to market conditions.

Keywords: the development strategy, curly pepper, Modayag Sub-district, East Bolaang Mongondow District

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan strategi pengembangan cabai keriting. Penelitian ini
dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan April sampai bulan Juni 2017. Tempat penelitian di tiga (3) desa
di Kecamatan Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur yaitu di Desa Purworejo, Purworejo Timur dan
Sumber Rejo. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari
pengamatan dan wawancara langsung dengan responden berdasarkan daftar pertanyaan. Data sekunder
dikumpulkan dan diperoleh dari instansi-instansi terkait dengan penelitin ini antara lain, Dinas Pertanian, Badan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan (BP4K), BadanPusat Statistik (BPS) Bolaang
Mongondow Timur, Pedagang/Pengusaha, Kantor Kecamatan Modayag dan Kantor Desa di Desa Purworejo,
Purworejo Timur dan Sumber Rejo. Metode pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling,
sebanyak 15 sampel dari jumlah populasi yang ada di tiga desa. Sampel yang diambil yaitu petani cabai keriting
yang berproduksi di tahun 2016. Analisis data secara deskriptif dan, menggunakan analisis Strengths, Weakness,
Opportunities and Threats (SWOT). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa alternatif strategi
Strength Opportunity (SO) sebagai berikut: Pemanfaatan pendidikan dan pengalaman serta ketrampilan petani
dalam menghasilkan produksi yang berkualitas serta unggul di pasaran dan dapat memenuhi kebutuhan dan
permintaan konsumen. Menjalin hubungan yang baik antara petani dan lembaga pertanian, agar dapat menopang
keberhasilan pengembangan pertanian dan usahatani. Dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin
modern, serta pemanfaatan sarana dan prasarana yang memungkinkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Kebutuhan akan hasil pertanian tidak pernah berubah sesuai perkembangannya, harga juga harus selalu
disesuaikan dengan kondisi pasar.

Kata kunci: strategi pengembangan, cabai keriting, Kecamatan Modayag, Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur

145
Strategi Pengembangan Cabai Keriting.......................(Novia Lumika, Oktavianus Porajouw, Melissa Tarore)

PENDAHULUAN sudah berpengalaman dalam budidaya cabai


keriting, dengan pengalaman yang dimiliki maka
Latar Belakang petani sudah mengetahui cara mencegah turunnya
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya produksi akibat serangan penyakit, bahkan petani
alam dan keanekaragaman hayati yang sangat dapat memperkirakan waktu tanam yang baik saat
tinggi, sejarah menunjukan bahwa sektor pertanian harga pasar naik. Secara geografis Kecamatan
memegang peranan penting dalam pembangunan Modayag di sebelah utara berbatassan dengan
ekonomi secara keseluruhan, menurut Sunu dan Kecamatan Passi Timur Kabupaten Bolaaang
Wartoyo (2006) dalam Liu dan Madiono (2013). Mongondow, sebelah timur berbatassan dengan
Kekayaan alam yang kita miliki menjadi hak Kecamatan Nuangan, di sebelah Barat berbatassan
semua masyarakat untuk mengelola, dengan Kecamatan Modayag Barat, dan di sebelah
mengembangkan dan memanfaatkannya untuk timur berbatassan dengan kecamatan Modoinding
mensejahterakan kehidupan bangsa, tentunya kita Kabupaten Minahasa Selatan. Kecamatan
juga harus mengelola, menjaga dan Modayag terletak di ketinggian 564 meter dpl.
melestarikannya. Pembangunan di seluruh sektor Kecamatan Modayag memiliki 14 desa, tiga
merupakan salah satu pemanfaatan potensi dan diantaranya yaitu desa Purworejo, Purworejo
kekayaan alam di Indonesia yang hasilnya Timur dan Sumber Rejo.
diharapkan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat. Pengembangan dalam sektor
pertanian sangat dibutuhkan untuk menunjang Tabel 1. Produksi Cabai Keriting tahun 2016
keberhasilan pembangunan pertanian agar dapat Desa
Luas Lahan Petani Produksi
berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi suatu (Ha) (Orang) (Kg)
wilayah. Pengembangan adalah rancangan Purworejo 2,25 3 3085
mengembangkan sesuatu yang sudah ada, dalam Purworejo Timur 3,5 7 5670
Sumber Rejo 2,5 5 4400
hal ini dilakukan berbagai usaha untuk membuat Jumlah 8,25 15 13155
produk semakin berkualitas serta meningkatkan
mutu dan hasil yang ada. Salah satu cara alternatif Sumber : Diolah dari data Primer 2016
dalam mengembangkan suatu wilayah diperlukan
adanya pengembangan dalam sektor pertanian. Tabel 1 menunjukan bahwa hasil produksi
Cabai keriting merupakan tanaman yang dapat petani cabai keriting di desa Purworejo, Purworejo
dikembangkan di daerah manapun termasuk di Timur dan Sumber Rejo di tahun 2016 dengan
Kecamatan Modayag. Cabai keriting merupakan jumlah 13,155 Kg merupakan hasil yang banyak,
tanaman musiman dengan tinggi yang dapat dengan harga yang ada dipasar waktu itu berkisar
mencapai satu meter, daun berwarna hijau tua, Rp.35.000,- banyak petani yang merasakan
berbentuk bujur telur dan bunga soliter dengan keuntungan dari hasil produksi ini. Namun dari
daun bunga putih. Cabai keriting menghendaki sekian banyak produksi yang dihasilkan pemasaran
tanah yang subur, gembur, kaya akan organik, cabai keriting di tiga desa tersebut hanya melalui
tidak mudah becek, bebas cacing, dan penyakit pelanggan tetap dan sedikit diantaranya yang
tular tanah agar mendapatkan kuantitas dan dikirim ke Kota Manado, untuk usaha perluasan
kualitas hasil yang tinggi. Cabai keriting pemasaran ke wilayah lainnya belum tersalurkan,
merupakan salah satu bahan makanan yang banyak itulah sebabnya petani harus membangun
diminati masyarakat oleh karena itu cabai keriting kemitraan dengan pemerintah bahkan lembaga-
harus dikembangkan agar kebutuhan akan pasar lembaga yang bersangkutan agar dapat menopang
dapat terpenuhi (Situmeang, 2011). Kendala yang usaha dari petani. Terciptanya hubungan yang baik
harus dihadapi oleh para petani cabai keriting antara petani dan pemerintah, maka kegiatan
dengan memperhatikan aspek teknik budidayanya, pertanian dapat terlaksana dengan baik karena
mulai dari pola tanam yang baik sesuai dengan adanya campur tangan dari pemerintah dan
kondisi alam, oleh sebab itu dibutuhkan keahlian lembaga-lembaga yang terkait. Penunjang
khusus dalam membudidayakan cabai keriting, keberhasilan usahatani bisa dipengaruhi juga dari
seperti para petani cabai yang ada di kecamatan sarana prasarana dan infrastruktur yang ada, karena
Modayag khususnya di desa Purworejo, Purworejo dalam memperluasan daerah pemasaran sarana dan
Timur dan Sumber Rejo banyak diantaranya yang prasarana sangat dibutuhkan.

146
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 13 Nomor 2 A, Juli 2017 : 145 - 156

Rumusan Masalah keriting di Kecamatan Modayag ada 76 petani,


Dari latar belakang yang sudah diuraikan, peneliti mengambil 15 sampel dari jumlah
maka yang menjadi permasalahannya adalah populasi yang ada di tiga desa. Sampel yang
bagaimana strategi pengembangan cabai keriting di diambil yaitu petani cabai keriting yang
Kecamatan Modayag Kabupaten Bolaang berproduksi di tahun 2016.
Mongondow Timur.
Konsep Pengukuran Variabel
Tujuan Penulisan Adapun variabel dari penelitian ini yaitu :
Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk 1. Mengidentifikasi indikator-indikator Kekuatan
mendeskripsikan strategi pengembangan cabai (Strengths) cabai keriting yang terdapat di
keriting di Kecamatan Modayag Kabupaten Kecamatan Modayag Kabupaten Bolaang
Bolaang Mongondow Timur. Mongondow Timur.
2. Mengidentifikasi indikator--indikator
Manfaat Penelitian Kelemahan (Weakness) cabai keriting yang
Manfaat yang diharapkan dari hasil terdapat di Kecamatan Modayag Kabupaten
penelitian ini, dari segi akademis dapat Bolaang Mongondow Timur.
memperluas ilmu pengetahuan tentang tanaman 3. Mengidentifikasi indikator-indikator Peluang
cabai keriting, sebagai tambahan ilmu bagi penulis (Opportunities) cabai keriting yang terdapat di
tentang pengembangan cabai keriting dan untuk Kecamatan Modayag Kabupaten Bolaang
menambah wawasan bagi petani dalam Mongondow Timur.
mengembangkan cabai keriting di Kecamatan 4. Mengidentifikasi indikator-indikator Ancaman
Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. (Threats) cabai keriting yang terdapat di
Kecamatan Modayag Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur.
METODE PENELITIAN
Metode Analisis Data
Waktu dan Tempat Penelitian Untuk mengetahui potensi pertanian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan khususnya tanaman cabai keriting di kecamatan
yaitu dari bulan April sampai bulan Juni 2017 Modayag, semua data primer dan data sekunder
dimulai dari persiapan sampai penyusunan laporan dikumpulkan, selanjutnya di analisis secara
hasil penelitian. Tempat penelitian di 3 Desa di deskriptif dan untuk menganalisis strategi
Kecamatan Modayag Kabupaten Bolaang pengembangan cabai keriting di desa Purworejo,
Purworejo Timur dan Sumber Rejo Kecamatan
Mongondow Timur.
Modayag, menggunakan analisis SWOT yang
bertujuan untuk mengetahui tentang kekuatan,
Metode Pengumpulan Data kelemahan, peluang dan ancaman (faktor internal dan
Penelitian ini menggunakan data primer faktor eksternal). Menyusun dan menentukan faktor-
dan data sekunder. Data primer diperoleh dari faktor strategis eksternal dan internal untuk
pengamatan dan wawancara langsung dengan menyusun dan menghitung nilai bobot, rating dan
responden berdasarkan daftar pertanyaan skor untuk tabel eksternal dan internal dibuat teknik
(kuisioner) pertanyaan yang diajukan berdasarkan skala sebagai berikut (Rangkuti, 2008) :
dengan data yang diperlukan untuk penelitian. a. Bobot nilai
Data sekunder dikumpulkan dan diperoleh dari 1.00 = sangat penting
instansi-instansi terkait dengan penelitin ini antara 0,75 = penting
lain, Dinas Pertanian, BP4K, BPS Bolaang 0,50 = standar
Mongondow Timur, Pedagang/Pengusaha, Kantor 0,25 = tidak penting
Kecamatan Modayag dan Kantor Desa di Desa 0,00 = sangat tidak penting
Purworejo, Purworejo Timur dan Sumber Rejo. b. Rating nilai
4 = Sangat kuat
Metode Pengambilan Sampel 3 = Kuat
Metode pengambilan sampel dalam 2 = Kurang Kuat
1 = Lemah
penelitian ini yaitu memakai metode Purposive
c. Skor nilai
sampling, yaitu dengan mengambil sampel secara
sengaja, jumlah populasi petani cabai merah

147
Strategi Pengembangan Cabai Keriting.......................(Novia Lumika, Oktavianus Porajouw, Melissa Tarore)

Untuk skor nilai dihitung dengan menggunakan sangat penting) sampai 0,0 (tidak penting).
rumus SN = BN * RN Pemberian bobot setiap variabel menunjukan
Keterangan : pengaruh masing-masing variabel terhadap faktor
SN = Skor nilai strategi perusahaan. Menurut Kinnear (1991) dalam
BN = Bobot nilai Palit (2017), bobot setiap variabel diperoleh dengan
RN = Rating nilai menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah
Dalam melakukan pertimbangan profesional nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan
pada analisis faktor strategis internal dan eksternal rumus:
memiliki pembatas. Pembobotan pada lingkungan 𝑥𝑖
αi =∑𝑛 𝑥𝑖
internal tingkat kepentingannya didasarkan pada 𝑖=1

besarnya pengaruh faktor strategis terhadap posisi Dimana:


strategisnya, sedangkan pada lingkungan eksternal αi = bobot variabel ke-i
xi = nilai variabel ke-i
didasarkan pada kemungkinan memberikan dampak
i = 1,2,3,
terhadap faktor strategisnya (Rangkuti, 2015).
n = jumlah variabel
Jumlah bobot pada masing - masing lingkungan
Kolom 3: Hitung rating (dalam kolom 3)
internal dan eksternal harus berjumlah= l (satu):
untuk masing-masing faktor denagan memberikan
Skor total internal total bobot kekuatan + total bobot
skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1
kelemahan= l. Skor total ekstemal total bobot
(poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap
peluang + total bobot ancaman= l. Sedangkan nilai
kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian
bobot menurut Freddy Rangkuti (2015) berdasarkan
nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif
ketentuan sebagai berikut : “Skala 1.0 (sangat
(peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting)”.
jika peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian
Besarnya rata - rata nilai bobot tergantung pada
nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya,
jumlah faktor strategisnya (5-l0 faktor strategis) yang
jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah
dipakai. Nilai rating berdasarkan besarnya pengaruh
1. Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit
faktor strategis terhadap kondisi dirinya (Rangkuti,
ratingnya 4. Variabel yang bersifat positif (semua
2015) dengan ketentuan sebagai berikut:
variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai
1. Skala mulai dari 4 (sangat kuat), 3 (kuat), 2 (kurang
+1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan
kuat) sampai dengan l (tidak kuat/ lemah).
membandingkan rata industri atau dengan pesaing
2. Variabel yang bersifat positif (variabel kekuatan dan
utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif
peluang) diberi nilai dari l sampai dengan 4 dengan
kebalikanya. Contohnya jika kelemahan besar sekali
membandingkan dengan rata-rata pesaing
dibandingkan dengan rata-rata industri yang nilainya
utama/kondisi wilayah didaerah lain. Sedangkan
adalah 1, sedangkan jika kelemahan dibawah rata-
variable yang bersifat negative kebalikannya, jika
rata industri, nilainya adalah 4. Pada kolom 4:
kelemahan dan ancaman besar sekali (dibanding
Mengalikan bobot dan rating untuk memperoleh skor
dengan rata-rata pesaing sejenis) nilainya adalah 1,
pembobotan. Setelah mengetahui skor pembobotan,
sedangkan ancaman kecil di bawah rata - rata
jumlahkan skor pembobotan (kolom 4) untuk
pesaingnya nilainya adalah 4 dapat dilihat pada Tabel
memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan
2.
yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan
Tabel 2. Matriks IFAS dan EFAS
bagaimana perusahaan tertentu beraksi terhadap
Faktora Strategi Bobot Rating Skor faktor-faktor strategis dapat dilihat pada Gambar 1.
Internal:
 Strength (S) S1 (0,0-1,0) S2 (1-4) S1 x S2 = S3 Gambar 1. DIAGRAM, ANALISIS SWOT
 Weakness (W) W1 (0,0-1,0) W2 (1-4) W1 xW2 = W3
BERBAGAI PELUANG
Total 1,0
Eksternal: 3. mendukung 1. Mendukung Strategi yang
Strategi dengan orientasi
 Opportunity (O) O1 (0,0-1,0) O2 (1-4) O1 xO2 = O3 “putar balik”
agresif

 Treaths (T) T1 (0,0-1,0) T2 (1-4) T1 x T2 = T3 KELEMAHAN KEKUATAN


INTERNAL
Total 1,0 INTERNAL
Sumber: Rangkuti 2015 2. mendukung
4. mendukung Strategi Strategi diversifikasi
defensif
Kolom 1: Disusun faktor-faktor yang BERBAGAI ANCAMAN
menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancamanperusahaan. Kolom 2: Memberikan bobot Kuadran 1 : ini merupakan situasi yang
masing-masing faktor dengan skala mulai dari 1,0 ( sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut

148
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 13 Nomor 2 A, Juli 2017 : 145 - 156

memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat Keadaan Penduduk


memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang Jumlah penduduk yang ada di Desa
harus diterapkan dalam kondisi ini adalah Purworejo 620 Jiwa, Purworejo Timur 838 Jiwa
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. dan Sumber Rejo 442 Jiwa, dengan jumlah 579
Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbagai kepala keluarga.
ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan
dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan Karakteristik Responden
adalah menggunakan kekuatan untuk Umur
memanfatkan peluang jangka panjang dengan Umur akan mempengaruhi produktifitas
cara strategi diversifikasi (produk/pasar). dalam bekerja dan dalam proses pengambilan
Kuadran 3 : perusahaan menghadapi peluang pasar keputusan diberbagai pekerjaan yang dilakukan,
yang sangat besar, tetapi dilain pihak ia umur juga dapat mempengaruhi kemampuan
menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. seseorang untuk bekerja secara fisik serta
Fokus strategi perusahaan ini adalah menentukan cara berpikir. Menurut hasil penelitian
meminimalkan masalah-masalah internal yang dilakukan di desa Purworejo, Purworejo
perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar Timur dan Sumber Rejo di Kecamatan Modayag,
yang lebih baik. Kuadran 4 : ini merupakan situasi umur responden dapat dilihat pada Tabel 4.
yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
tersebut menghadapi berbagai ancaman dan Tabel 4. Jumlah Responden menurut tingkat Umur
kelemahan internal. Umur Jumlah Responden (Orang)
No
(Tahun) Jumlah Presentase %
1 <30 4 26.67
HASIL DAN PEMBAHASAN 2 30-50 8 53.33
3 >50 3 20.00
Deskripsi Lokasi Penelitian Jumlah 15 100
Sumber : Diolah dari data primer, 2017
Keadaan Geografis Lokasi Penelitian
Tabel 5 menunjukan bahwa sebagian besar
Modayag adalah salah satu Kecamatan di
petani cabai keriting berada pada usia produktif
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Provinsi
yaitu dari usia 30-50 tahun.
Sulawesi Utara. Secara geografis Kecamatan
Modayag memiliki batasan-batasan wilayah
sebagai berikut: Tingkat Pendidikan
- Di sebelah Utara dengan Kecamatan Passi Timur Tingkah laku individu atau seseorang
- Di sebelah Timur dengan Kecamatan Nuangan sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang telah
- Di sebelah Barat dengan Kecamatan Modayag Barat dicapai. Peran pendidikan formal sangat penting
- Di sebelah Selatan dengan Kecamatan Modoinding dalam usaha peningkatan kualitas penduduk serta
Kecamatan Modayag terletak di peningkatan intelektual serta wawasan seseorang.
ketinggian 564 meter dpl. Kecamatan Modayag Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pendidikan
memiliki 14 desa, tiga diantaranya yaitu desa responden sangat bervariasi, hal tersebut dapat
Purworejo, Purworejo Timur dan Sumber Rejo dilihat pada Tabel 5.
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Petani Menurut Jumlah
Responden
Tabel 3. Luas Wilayah Penelitian
Tingkat Jumlah Responden (Orang)
No
Luas Wilayah Pendidikan Jumlah Presentase %
Desa Presentase %
(Ha) 1 SD 5 33.33
Purworejo 315 54,34 2 SMP 6 40.00
Purworejo 3 SMA 4 26.67
234,578 40,46 4 S1 - -
Timur
Sumber Jumlah 15 100
30.18 5,20
Rejo Sumber : Diolah dari data Primer 2017
Jumlah 579,758 100
Sumber : Kantor Desa Kecamatan Modayag 2017 Tabel 5 menunjukan tingkat pendidikan
petani sampel didaerah penelitian sebagian besar

149
Strategi Pengembangan Cabai Keriting.......................(Novia Lumika, Oktavianus Porajouw, Melissa Tarore)

berada pada tingkat SMP (Sekolah Menengah lahan yang berstatus sewa hanya sebagian kecil
Pertama) yaitu dengan presentase 40.00%, SD dengan presentase 20%.
(Sekolah Dasar) dengan presentase 33.33%, dan
SMA (Sekolah Menengah Atas) dengan presentase Luas Lahan
26.67%. Secara umum luas lahan sangat
mempengaruhi jumlah produksi yang akan
Jumlah Anggota Keluarga dihasilkan dengan begitu juga mempengaruhi
Dilihat secara umum, semakin banyak pendapatan petani. Dari hasil penelitian luas lahan
anggota keluarga maka semakin besar jumlah responden dapat dilihat pada Tabel 8.
tanggungan yang ditanggung oleh kepala keluarga.
Berikut jumlah anggota keluarga dari responden Tabel 8. Luas Lahan
yang merupakan jumlah tanggungan dari kepala Jumlah Responden (Orang)
No Luas Lahan (Ha)
Jumlah Presentase %
keluarga, dapat dilihat pada Tabel 6. 1 < 0,5 - -
2 0,5 - 1 15 100
Tabel 6. Jumlah Responden Menurut Jumlah Anggota Jumlah 15 100
Keluarga Sumber : Diolah dari data Primer 2017
Jumlah Responden (Orang)
No Anggota Keluarga
Jumlah Presentase %
1 1-2 4 26.67
Tabel 8 menunjukan luas lahan yang
2 3-4 9 60.00 digunakan dalam budidaya cabai keriting dengan
3 >5 2 13.33 presentase 100% semua pada luas lahan 0,5 – 1 Ha.
Jumlah 15 100
Sumber : Diolah dari data Primer 2017 Lamanya Berusahatani
Cara berusaha tani seseorang sebagian
Tabel 6 Menunjukan tanggungan anggota besar dipengaruhi oleh lamanya mereka
keluarga terbanyak pada jumlah anggota keluarga berusahatani, karena semakin lama melakukan
3 – 4 dengan presentase 60.00%, dari jumlah ini usahatani tersebut semakin dalam pengetahuannya
dapat dilihat bahwa anggota keluarga dapat serta semakin luas wawasan petani terhadap
membantu dalam proses budidaya cabai keriting usahatani yang dijalankan. Tabel 9 menunjukkan
dalam penyedia tenaga kerja dalam keluarga. jumlah Responden menurut lamanya pengalaman
bekerja.
Status Kepemilikan Lahan
Tabel 9. Lamanya Berusahatani Menurut Jumlah
Penting untuk diketahui tentang status Responden
Lama Jumlah Responden
kepemilikan lahan, karena saat ini banyak petani No Berusahatani Keterangan (Orang)
yang sudah tidak memiliki lahan sendiri karena (Bulan) Jumlah Presentase %
telah dijual sehingga menyewa lahan orang lain 1 0 – 12 Kurang 2 13,33
untuk diusahakan. Status kepemilikan lahan juga Berpengalaman
mempengaruhi pendapatan karena ada yang harus 2 13 – 24 Berpengalaman 5 33,34
3 >25 Sangat 8 53,33
membayar biaya sewa lahan. Berikut jumlah Berpengalaman
responden menurut status penguasaan lahan, dapat Jumlah 15 100
dilihat pada Tabel 7. Sumber : Diolah dari data Primer 2017

Tabel 7. Status Kepemilikan Lahan Tabel 9 menunjukan bahwa lamanya petani


Jumlah Responden (Orang) berusahatani cabai keriting pada 0-12 bulan dengan
No Status Lahan
Jumlah Presentase %
presentase 13,33%, 13-24 bulan dengan presentase
1 Milik Sendiri 12 80
2 Sewa 3 20 33,34%, dan yang sangat berpengalaman yaitu di >25
Jumlah 15 100 bulan dengan presentase 53,33%. Dengan demikian
Sumber : Diolah dari data Primer 2017 tingkat pengalaman berusahatani cabai keriting oleh
sebagian besar petani sudah sangat berpengalaman
sehingga dalam menjalankan usahatani tersebut
Tabel 7 menunjukan kepemilikan lahan
banyak petani yang sudah cukup baik dan sangat
petani cabai keriting sebagian besar adalah lahan
produktif dalam hal membudidayakan cabai keriting
milik sendiri dengan presentase 80%, sedangkan

150
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 13 Nomor 2 A, Juli 2017 : 145 - 156

dikarenakan lamanya pengalaman petani dan dalam petani, itulah sebabnya perluasan wilayah pemasaran
teknik pembudidayaan sudah berpengalaman. harus di lakukan.

Keadaan Sarana Dan Prasarana Produksi Ketersediaan Pupuk dan Benih


Pertanian Pupuk adalah aspek penting dalam rangka
Sarana dan prasarana merupakan salah satu membantu pertumbuhan dan pembudidayaan
penunjang dalam keberhasilan suatu usaha pertanian, tanaman. Petani di desa Purworejo, Purworejo Timur
juga merupakan faktor penunjang untuk perluasan dan Sumber Rejo pada umumnya menggunakan
wilayah pemasaran. Saat ini alat dan mesin pertanian pupuk untuk tanaman cabai keriting mereka, sebagian
yang digunakan oleh petani dalam kegiatan pertanian besar petani menggunakan pupuk kimia karena
di Desa Purworejo, Purworejo Timur dan Sumber ketersediaan toko obat-obatan dan pupuk tanaman
Rejo pada umumnya menggunakan alat pertanian hampir di setiap desa di kecamatan Modayag. Selain
yang tradisional seperti, cangkul, bajak, gerobak dan pupuk, petani juga selalu menggunakan pestisida
lainnya, untuk ketersediaan teknologi pertanian di untuk pemeliharaan tanaman, pupuk dan benih,
desa Purworejo, Purworejo Timur dan Sumber Rejo didapat dari perusahaan yang bekerjasama dengan
Kecamatan Modayag terbilang masih sangat kurang petani.
untuk komoditi hortikultura, kebanyakan teknologi
pertanian yang disediakan khusus untuk komoditi Serangan Penyakit Tanaman
padi sawah, namun perlahan-lahan petani mulai Penyakit pada tanaman merupakan hal yang
memanfaatkan teknologi yang semakin canggih sangat di takuti para petani yang sementara
untuk memperluas pengetahuan dalam berusahatani, melakukan kegiatan usahatani, hal ini menjadi
diantaranya penggunaan mulsa saat proses budidaya. kelemahan yang paling besar dalam proses usahatani.
Kerugian yang dialami para petani akibat penyakit
Ketersediaan Pasar tanaman tidaklah sedikit banyak diantara para petani
Untuk Ketersediaan pasar banyak petani cabai keriting yang mengalami kerugian akibat
yang memilih untuk membuka usaha sendiri di tanaman cabai keriting mereka terserang penyakit
halaman rumah dengan mendirikan kios khusus untuk keriting daun, layu, bakteri pada akar dan yang sangat
komoditi hortikultura, adapula yang menjualnya ditakuti oleh para petani cabai adalah busuk buah
langsung ke pasar dan pengepul, untuk pasar yang (patek) akibat penyakit ini para petani merugi besar
ada di kecamatan Modayag sangat berdekatan karena banyak pohon cabai yang buahnya tidak dapat
langsung dengan desa Purworejo, Purworejo Timur dipanen, akibatnya para petani tidak mendapat
dan Sumber Rejo, ini sangat memudahkan para petani keuntungan yang besar, serangan penyakit seperti ini
dalam menjual hasil pertanian mereka, adapula tidak dapat diobati oleh petani tetapi dapat di cegah
sebagian kecil petani selain menjual ke pengepul sebelum terjadi, bagi para petani yang sudah
mereka juga memenuhi permintaan dari kota Manado berpengalaman dalam berusahatani cabai keriting
untuk dipasarkan di pasar-pasar yang ada di Manado. pun sering mengalami kesusahan dalam menangani
Harga yang tidak menentu dapat menyebabkan penyakit seperti ini, oleh karena itu para petani cabai
kerugian bagi para petani, namun demikian untuk keriting di desa Purworejo, Purworejo Timur dan
masa panen akhir tahun 2016 sampai awal tahun 2017 Sumber Rejo di kecamatan Modayag, melakukan
sesuai dengan hasil penelitian bahwa banyak petani pencegahan dengan menggunakan pestisida,
yang mengalami keuntungan besar akibat harga cabai fungisida dan insektisida setiap hari dalam
yang melonjak naik. Harga dipasaran berkisar menangani serangan penyakit.
Rp.35.000,- saat harga cabai keriting naik sedangkan
harga normal berkisar Rp.6.000 sampai Rp.7.000. Ketersediaan Tenaga Kerja
Dalam keadaan seperti ini petani memang mengalami Tenaga kerja sangat berperan penting dalam
keuntungan yang melimpah, namun tidak selalu usaha pertanian, berdasarkan penelitian untuk
dalam kondisi seperti ini para petani mengaku bahwa ketersediaan tenaga kerja dalam pembudidayaan
jika dalam keadaan yang tidak beruntung maka petani tanaman cabai keriting di desa Purworejo, Purworejo
sering merasa rugi akibat hasil panen yang melimpah Timur dan Sumber Rejo di kecamatan Modayag,
sedangkan harga yang ditawarkan di pasaran sangat tergolong sangat kurang karena tenaga kerja yang ada
kecil. Ini merupakan beban bagi petani yang hasil di sana juga mempunyai lahan sendiri untuk
produksinya melimpah, karena selain dipasarkan di dikelolah, adapun tenaga kerja yang digunakan yaitu
wilayah sekitar dan kota Manado, tidak ada tempat untuk proses pemanenan jika hasil panen melimpah,
lain lagi untuk memasarkan hasil produksinya selain untuk proses panen biasanya tenaga kerja wanita
membangun kios milik sendiri di halaman rumah yang di pakai sekitar 5 – 7 orang dalam sehari, untuk

151
Strategi Pengembangan Cabai Keriting.......................(Novia Lumika, Oktavianus Porajouw, Melissa Tarore)

tenaga kerja pria di pakai untuk proses pengangkutan kendala antara lain persaingan dengan desa atau
dari kebun ke rumah petani dan untuk mengirimkan wilayah lain dalam memasarkan hasil produksi,
permintaan dari luar daerah. Namun dari hasil biasanya dalam pemasaran ada persaingan untuk
penelitian, tenaga kerja yang ada sering tidak cukup menguasai pasar atau lokasi dimana cabai dapat
akibat banyak tenaga kerja yang sibuk mengurus dipasarkan bahkan dalam hal menarik perhatian
lahan pertanian mereka, itu sebabnya para petani para konsumen, oleh sebab itu banyak petani yang
memilih untuk menggunakan tenaga kerja tambahan memilih membuka pasar sendiri di pinggir jalan
dalam keluarga. agar sisa dari produksi yang dikirim keluar kota
dapat langsung dijual di pasar milik sendiri.
Modal Wilayah lainnya yang memproduksi cabai keriting
Modal merupakan penunjang kegiatan merupakan ancaman bagi para petani dalam
pertanian dalam hal membantu para petani untuk memasarkan hasil produksi mereka, oleh sebab itu
melakukan usaha pertanian dan pengelolaan
petani harus menjalin hubungan baik dengan
tanaman. Petani di desa Purworejo, Purworejo Timur
konsumen, agar para konsumen tidak akan beralih
dan Sumber Rejo pada umumnya menggunakan
modal sendiri dalam usaha budidaya cabai keriting,
ke penjual lain di wilayah lain.
mulai dari membeli bibit, pupuk, pestisida, untuk
pemeliharaan tanaman bahkan untuk membayar Analisis Faktor Internal
tenaga kerja, modal tersebut didapatkan dari hasil
produksi sebelumnya, adapula petani yang Tabel 10. Analisis SWOT Untuk Faktor Internal
meminjam modal di bank dan koperasi setempat. No Uraian

Strengths Bobot Rating Skor


Hubungan Dengan Lembaga Keuangan 1
(Kekuatan)
Lembaga-lembaga keuangan yang ada
mampu membantu para petani dalam 1 Luas lahan 0,16 4 0,64
memimjamkan modal untuk usaha pertanian, ini Kerjasama
merupakan jalan alternatif bagi para petani dalam 2 dengan 0,13 3 0,39
memulai usahanya dalam bidang pertanian, karena perusahaan
lembaga keuangan dalam hal ini bank dan koperasi 3
Ketersediaan
0,13 3 0,39
merupakan aspek yang sangat berpengaruh dalam pupuk dan benih
menjalankan setiap usaha. Di Kabupaten Bolaang SDM
Mongondow Timur tersedia beberapa lembaga 4 0,08 2 0,16
(Pendidikan)
keuangan diantaranya ada bank dan koperasi yang
SDA yang
sangat memudahkan bagi para petani yang tidak 5 0,13 3 0,39
menunjang
memiliki sumber modal untuk mengajukan Jumlah 0,63 15 1,97
pinjaman lewat lembaga keuangan yang tersedia. No Uraian
1 Weaknesses
Permintaan Terhadap Cabai Keriting (Kelemahan)
Berdasarkan hasil penelitian, cabai
keriting merupakan salah satu dari sekian komoditi 1 Pasar/pengepul 0,08 2 0,16
hortikultura yang dihasilkan di desa Purworejo, 2 Modal/sumberdan 0,04 1 0,04
Purworejo Timur dan Sumber Rejo, dari hasil a
produksi yang dihasilkan untuk saat ini sudah dapat
3 Serangan 0,04 1 0,04
memenuhi permintaan dipasaran baik di wilayah penyakit
sekitar maupun di luar kota, misalnya permintaan 4 Sistem pemasaran 0,13 3 0,39
dari Kotamobagu dan Manado. Untuk peningkatan yang belum
permintaan biasanya disaat hari-hari besar seperti moderen
perayaan Idul Fitri dan Natal.
5 Kurangnya tenaga 0,08 2 0,16
kerja
Persaingan Dengan Wilayah Lain
Dalam memasarkan hasil pertanian Jumlah 0,37 9 0,79
khususnya cabai keriting di desa Purworejo, Jumlah (S+W) 1 24 2,76
Purworejo Timur dan Sumber Rejo, terdapat Selisih = Skor Kekuatan – Kelemahan = 1,97 – 0,79 = 1,18

152
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 13 Nomor 2 A, Juli 2017 : 145 - 156

Tabel 10 menunjukan bahwa faktor - Dengan adanya perkembangan teknologi


(Strength) Kekuatan mempunyai total skor yang semakin modern, serta pemanfaatan
1,97 dan (Weaknesses) Kelemahan sarana dan prasarana yang memungkinkan
mempunyai total 0,79 dimana faktor kekuatan memperoleh hasil yang optimal.
lebih tinggi dari faktor kelemahan. Kegiatan - Kebutuhan akan hasil pertanian tidak
pengembangan dibutuhkan untuk pernah berubah sesuai perkembangannya,
meningkatkan perekonomian suatu wilayah harga juga harus selalu disesuaikan dengan
dalam hal ini pemerintah harus bekerjasama kondisi pasar.
dengan para petani agar dapat menopang
kegiatan usaha dalam bidang pertanian, 2. Strategi WO
bahkan pemerintah dapat memberikan bantuan - Harus ada pendekatan dengan lembaga-
bagi para petani di desa Purworejo, Purworejo lembaga keuangan maupun pemerintah
Timur dan Sumber Rejo dalam berusahatani, dalam hal mendapatkan bantuan ataupun
dan sumber daya manusia yang ada kiranya modal usahatani.
dapat menopang kemajuan perekonomian - Pembinaan khusus dalam hal ikut serta
wilayah dengan mentrampilkan diri untuk pelatihan dan sosialisasi oleh dinas
mulai mengusahakan kegiatan pertanian pertanian atupun pihak terkait agar petani
tentunya ini tidak lain bantuan dari pemerintah dapat memanfaatkan sumber daya yang ada.
dalam bersosialisasi mengenai cara - Mampu menjalin ikatan yang baik dengan
berusahatani dalam bidang pertanian. pihak-pihak yang memungkinkan para
petani mudah dalam mendapatkan benih
Analisis Faktor Eksternal yang unggul maupun pupuk, agar petani
Analisis pada Tabel 11, faktor terhindar dari kelangkaan benih dan pupuk.
eksternal menunjukan bahwa untuk faktor
peluang (Opportunities) total skor adalah 2,62 3. Strategi ST
sedangkan untuk ancaman (Threats) total skor - Meningkatkan efisiensi pemasaran cabai
adalah 0,32 diketahui selisih nilai peluang keriting agar tidak hanya di pasarkan dalam
(Opportunities) dengan nilai ancaman wilayah penghasil namun dapat dipasarkan
(Threats) adalah 2,3 dan Kekuatan (Strength) sampai keluar daerah/perluasan daerah
dengan Kelemahan (Weaknesses) selisinya penjualan cabai keriting.
adalah 1,18. Dari analisis diagram SWOT pada - Berupaya untuk membangun kemitraan
gambar 2 disusun juga matriks SWOT untuk dengan lembaga keuangan dan lembaga-
menganalisis rumusan alternatif strategi SO, lembaga yang akan mendukung
WO, ST, dan WT, dan hasil analisisnya perkembangan pertanian untuk memenuhi
disajikan pada Tabel 12. Sesuai dari grafik kebutuhan petani dalam permodalan
analisis SWOT diatas dihasilkan beberapa usahatani, sehingga para petani
alternatif strategi dalam pengembangan cabai dimudahkan dalam perolehan bantuan dana
keriting, antara lain sebagai berikut : dalam bentuk modal, alat mesin pertanian
maupun bibit serta pupuk.
1. Strategi SO
- Pemanfaatan Pendidikan dan pengalaman 4. Strategi WT
serta ketrampilan petani dalam - Cuaca yang tidak menentu menjadi kendala
menghasilkan produksi yang berkualitas bagi petani karena dengan keadaan iklim
serta unggul dipasaran dan dapat memenuhi yang buruk, maka serangan penyakit pada
kebutuhan dan permintaan konsumen. tanaman menjadi semakin meningkat oleh
- Menjalin hubungan yang baik antara petani sebab itu petani perlu memperkirakan
dan lembaga pertanian, agar dapat faktor alam dalam memproduksi hasil
menopang keberhasilan pengembangan pertanian, untuk menghindari kerugian
pertanian dan usahatani.

153
Strategi Pengembangan Cabai Keriting.......................(Novia Lumika, Oktavianus Porajouw, Melissa Tarore)

Tabel 11. Analisis SWOT Untuk Faktor Eksternal


N
Uraian
o Bobot Rating Skor
1 Opportunities (Peluang)
1 Tingginya tingkat permintaan 0,15 3 0,45
Kebutuhan untuk komoditi
2 0,19 4 0,76
hortikultura
3 Sarana Dan Prasarana Penunjang 0,15 3 0,45
4 Harga Cabai Keriting 0,19 4 0,76
5 Teknologi yang semakin canggih 0,10 2 0,2
Jumlah 0,78 16 2,62
N Uraian
o
1 Threats (Ancaman)
1 Ketidak pastian perolehan dana 0,04 1 0,04
2 Faktor cuaca/iklim 0,04 1 0,04
3 Fluktuasi harga yang tidak tetap 0,04 1 0,04
4 Persaingan dengan daerah lainnya 0,10 2 0,2
Jumlah 0,22 5 0,32
Jumlah (O+T) 1 21 2,94
Selisih = Skor Peluang – Ancaman = 2,62 – 0,32 = 2,3

Tabel 12. Analisis Dan Keputusan Strategi Dengan Pendekatan Matriks SWOT

IFAS
Kelemahan (W)
Kekuatan (S)
EFAS
Strategi SO Strategi WO
1.Pemanfaatan pendidikan dan pengalaman serta ketrampilan 1.Harus ada pendekatan dengan lembaga-
petani dalam menghasilkan produksi yang berkualitas serta lembaga keuangan maupun pemerintah dalam
unggul dipasaran dan dapat memenuhi kebutuhan dan permintaan hal mendapatkan bantuan ataupun modal
konsumen usahatani
2.Menjalin hubungan yang baik antara petani dan lembaga
pertanian, agar dapat menopang keberhasilan pengembangan 2.Pembinaan khusus dalam hal ikut serta
pertanian dan usahatani pelatihan dan sosialisasi oleh dinas pertanian
Peluang 3.Dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin atupun pihak terkait agar petani dapat
(O) modern, serta pemanfaatan sarana dan prasarana yang memanfaatkan sumber daya yang ada
memungkinkan memperoleh hasil yang optimal 3. Mampu menjalin ikatan yang baik dengan
4. Kebutuhan akan hasil pertanian tidak pernah berubah sesuai pihak-pihak yang memungkinkan para petani
perkembangannya, harga juga harus selalu disesuaikan dengan mudah dalam mendapatkan benih yang unggul
kondisi pasar maupun pupuk, agar petani terhindar dari
kelangkaan benih dan pupuk.

Strategi ST Strategi WT

1. Meningkatkan efisiensi pemasaran cabai keriting agar tidak 1. Cuaca yang tidak menentu menjadi kendala
hanya di pasarkan dalam wilayah penghasil namun dapat bagi petani karena dengan keadaan iklim yang
dipasarkan sampai keluar daerah/perluasan daerah penjualan buruk, maka serangan penyakit pada tanaman
cabai keriting. menjadi semakin meningkat oleh sebab itu
Ancaman petani perlu memperkirakan faktor alam
2. Berupaya untuk membangun kemitraan dengan lembaga dalam memproduksi
(T)
keuangan dan lembaga-lembaga yang akan mendukung
perkembangan pertanian untuk memenuhi kebutuhan petani hasil pertanian, untuk menghindari kerugian
dalam permodalan usahatani, sehingga para petani dimudahkan
dalam perolehan bantuan dana dalam bentuk modal, alat mesin
pertanian maupun bibit serta pupuk.

154
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 13 Nomor 2 A, Juli 2017 : 145 - 156

KESIMPULAN DAN SARAN pertanian untuk memberikan arahan dan


sosialisasi serta penyuluhan kepada para petani
Kesimpulan dalam berusahatani agar para petani lebih
Berdasarkan hasil penelitian mengenai berwawasan serta mempunyai ketrampilan
Strategi Pengembangan Cabai Keriting di desa dalam bidang pertanian khususnya dalam
Purworejo, Purworejo Timur dan Sumber mencegah terjadinya serangan penyakit pada
Rejo, dapat disimpulkan bahwa hasil analisis tanaman dan pemanfaatan lahan yang baik
pada matriks SWOT diperoleh koordinat 2,3 : oleh para petani dalam membudidayakan
1,18 yang menunjukan koordinat ini berada tanaman cabai keriting agar produksi semakin
pada kuadran 1 yaitu mendukung strategi bertambah agar pemasaran cabai keriting
agresif. Bahwa dari semua kekuatan luas lahan semakin meluas di wilayah-wilayah lainnya.
mempunyai nilai bobot 0,16 dan rating 4,
Kerjasama dengan perusahaan dengan bobot
0,13 rating 3, Ketersediaan pupuk dan benih DAFTAR PUSTAKA
bobot 0,13 dan rating 3, SDA yang menunjang
dengan bobot 0,13 dan rating 3, SDM
(Pendidikan) bobot 0,08 dan rating 2, maka Adisasmita, Sakti Adji. 2011. Transportasi
dari semua indikator kekuatan yang ada Dan Pengembangan Wilayah.
pengembangan cabai keriting di Kecamatan PT.Graha Ilmu, Yogyakarta.
Modayag mempunyai kekuatan untuk BPS, 2016. Modayag Dalam Angka 2016. BPS
dikembangkan. Kebutuhan untuk komoditi Kota Kotamobagu
hortikultura dan harga cabai keriting yang Daniel, M. 2001. Ekonomi Pembangunan.
merupakan peluang besar bagi petani untuk Bumi Aksara, Medan.
dapat di manfaatkan dengan sebaik-baiknya Fahmi. 2013. Manajemen Strategi. Alfabeta,
dalam pengembangan cabai keriting di desa Bandung.
Purworejo, Purworejo Timur dan Sumber Kahana B, 2008.Klasifikasi Cabai Keriting.
Rejo, sehingga di dapati alternatif strategi SO Jurnal Pertanian IPB
sebagai berikut: Pemanfaatan Pendidikan dan Konore, A. 2017. Studi Komparasi Distribusi
Pendapatan Petani Wilayah Berbasis
pengalaman serta ketrampilan petani dalam Sawah Dan Hortikultura Di Kota
menghasilkan produksi yang berkualitas serta Tomohon. Skripsi Fakultas Pertanian,
unggul dipasaran dan dapat memenuhi Universitas Sam Ratulangi. Manado.
kebutuhan dan permintaan konsumen. Liu S.M.N dan Madiono E. 2013. Pengelolaan Dan
Menjalin hubungan yang baik antara petani Pengembangan Usaha Hortikultura. Jurnal
dan lembaga pertanian, agar dapat menopang program manajeman bisnis. Universitas
Kristen Petra. Surabaya.
keberhasilan pengembangan pertanian dan
Maindoka I, 2009. Peranan Dinas Pertanian Dalam
usahatani. Dengan adanya perkembangan Pemberdayaan Petani Hortikultura Di
teknologi yang semakin modern, serta Kecamatan Modoinding Kabupaten Minahasa
pemanfaatan sarana dan prasarana yang Selatan.
memungkinkan memperoleh hasil yang Muljono D, 2012. Buku Pintar Strategi Bisnis Koperasi.
optimal. Kebutuhan akan hasil pertanian tidak ANDI, Yogyakarta.
Palit, I. 2017. Strategi Pengembangan Kawasan
pernah berubah sesuai perkembangannya, Agrowisata Rurukan. Skripsi Fakultas
harga juga harus selalu disesuaikan dengan Pertanian, Universitas Sam Ratulangi Manado.
kondisi pasar. Rangkuti F, 2008. Analisis SWOT : Teknik
Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia
Saran Pustaka Utama, Jakarta.
Untuk mendukung Strategi Simbolon R, 2007. Prospek Pengembangan
Pengembangan Cabai Keriting di Kecamatan Usahatani Bunga Melati Putih. Skripsi
Modayag, maka peneliti menyarankan adanya Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
kerjasama yang baik antara petani dan dinas Utara. Medan.

155
Strategi Pengembangan Cabai Keriting.......................(Novia Lumika, Oktavianus Porajouw, Melissa Tarore)

Situmeang H, 2011. Analisis Risiko Produksi Todaro, M & Smith, S. 2006. Pembangunan
Cabai Merah Keriting Pada Kelompok Ekonomi. Edisi kesembilan. Jakarta:
Tani Pondok Menteng Desa Citapen Penerbit Erlangga.
Kecamatan Ciawi Bogor. Institut Pertanian Wardhani.D.K. 2011.Strategi Pengembangan
Bogor, Bogor.
Komoditi Pertanian di Bojonegoro.
Sucipto A.B, 2012. Budidaya Cabe. CV Sentani
Gemilang, Magelang.
Perpustakaan.uns. ac.id
Suhdan K, dkk, 2015. Potensi Komoditi Zulkarnain H. 2014. Dasar-dasar Hortikultura.
Unggulan Agribisnis Hortikultura Dan PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Strategi Pengembangannya Di _______2014. Strategi Dan Kebijakan
Kabupaten Halmahera Selatan. Jurnal Pengembangan Hortikultura Di
Prody agronomi, Program Pasca Indonesia. PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Sarjana. Universitas Sam Ratulangi 1; 10-14.
Manado.
Sukirno, S. 2010. Ekonomi Pembangunan.
Edisi kedua. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.

156

Anda mungkin juga menyukai