PROPOSAL PENELITIAN
Universitas Andalas
Oleh:
Dyhan Purna Setia
Pembimbing :
1
BAB I
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator dari suatu sistem kesehatan.
Pada tahun 2015, diperkirakan 303.000 wanita di seluruh dunia meninggal karena
kehamilan dan persalinan ( WHO, 2018 ). Di Indonesia, Tren AKI hingga tahun 2007
mengalami penurunan, namun meningkat tajam pada tahun 2012 (dari 228 pada
2007 menjadi 359 pada 2012). Jumlah kematian ibu tertinggi di kelompok usia 25-
29, 30-34, dan 35- 39 tahun (BKKBN, BPS, Kemenkes RI & ICF International,
2013). Dari profil kesehatan Propinsi Sumatera Barat (tahun 2011/2012), AKI pada
tahun 2008 sebesar 266 per 100.000 KH, tahun 2009 AKI sebesar 234 per 100.000
KH, pada tahun 2010 AKI sebesar 209 per 100.000 KH, pada tahun 2011 AKI
sebesar 208 per 100.000 KH dan pada tahun 2012 AKI sebesar 209 per 100.000
KH.
Penyebab utama kematian ibu menurut SDKI tahun 2001, dikelompokkan
menjadi penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung biasanya erat
dengan kondisi kesehatan ibu sejak proses kehamilan, proses persalinan, dan pasca
persalinan seperti perdarahan (28 %), infeksi (11 %), komplikasi peurperium (8 %),
partus macet/lama (5 %), abortus (5 %), trauma obstetri (5 %), emboli obstetri (5 %),
dan lain-lain (11 %). Sedangkan penyebab tidak langsung lebih terkait dengan
kondisi sosal ekonomi, geografis serta perilaku budaya masyarakat yang terangkum
dalam empat T “terlalu” (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu sering) dan
2
tiga terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat membawa, dan terlambat
mendapatkan pelayanan) (Depkes, 2008).
Rujukan harus berupa kegiatan yang terencana, bukan sebagai reaksi sesaat
terhadap suatu keadaan yang tidak diinginkan menjadi rujukan terlambat. Ibu hamil
dengan masalah risiko tinggi membutuhkan pelayanan berkelanjutan yang adekuat
dan spesialistik di pusat rujukan rumah sakit kabupaten/kota (Diflayzer, 2017), maka
untuk itu diperlukan sistem rujukan yang tepat sehingga dapat terwujudnya derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk itu rujukan harus dilakukan
secara tepat dan harus menghindari tiga terlambat dan resiko resiko yan
mengancam ibu dan janin.
3
kesehatan dan. dan tenaga yang terlibat dalam perawatan obstetri terdiri dari dukun,
perawat, bidan, dokter umum dan dokter ahli yang jumlah dan penyebarannya masih
terbatas ( Soedigdamarto,1990).
Rujukan di bidang obstetri di bagi menjadi dua yaitu rujukan dini berencana
dan rujukan tepat waktu. Rujukan dini berencana dilakukan pada ibu hamil dengan
Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO) dan Ada Gawat Obstetri (AGO) yang
diperkirakan mungkin masih mengalami komplikasi dalam persalinan, sedangkan
rujukan tepat waktu dilakukan upaya penyelamatan nyawa ibu dan bayinya pada ibu
dengan Ada Gawat Obstetri (AGDO) dan ibu komplikasi obstetri dini dalam
persalinan (Afriani, 2013). Seperti yang disampaikan oleh Murray (2001), rujukan
yang efektif memerlukan komunikasi antar fasilitas. Tujuan dari komunikasi adalah
agar pihak fasilitas terujuk mengetahui keadaan pasien dan dapat menyiapkan
secara dini penanganan yang diperlukan pasien segera setelah pasien sampai di
rumah sakit.
4
pengetahuan masyarakat tentang kegawatdaruratan maternal & neonatal,
Kemampuan ibu dalam mengambil keputusan ( Depkes RI, 2003).
Dari data yang ada bahwa angka kematian ibu pada kasus-kasus
kegawatdaruratan obstetri ke RSUP.Dr.M. Djamil Padang masih tinggi, maka
permasalahan pada penelitian ini adalah :
5
3. Untuk mengetahui jumlah Angka Kematian Ibu dan faktor faktor yang
mempengaruhinya pada kasus kasus rujukan obsteri yang dirujuk ke Unit
Gawat Darurat RSUP.Dr.M.Djamil Padang dalam kurun waktu 1 Januari –
31 Desember 2018.
Penelitian ini dapat dijadikan dasar dan digunakan untuk evaluasi, masukan
dan pertimbangan dalam perbaikan program rujukan obstetri pada waktu yang akan
datang dan juga meningkatkan pelayanan obstetri di Sumatera Barat.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kematian ibu adalah kematian wanita dalam masa kehamilan, persalinan dan
usia kehamilan maupun tempat melekatnya janin, oleh sebab apa pun yang berkaitan
( Maternal Mortality Rate ) yaitu kematian ibu pada saat persalinan per 100.000
kelahiran hidup. Lebih dari satu wanita meninggal setiap menit akibat komplikasi
kehamilan dan persalinan, yaitu sekitar 585.000 wanita setiap tahun. Kurang dari
satu persen dari kematian ini terjadi di negara-negara maju. Risiko Kematian di
Ini angka kematian ibu dijadikan sebagai indikator kesehatan baik bagi negara maju
meningkat tajam pada tahun 2012 (dari 228 pada 2007 menjadi 359 pada 2012).
Jumlah kematian ibu tertinggi di kelompok usia 25-29, 30-34, dan 35- 39 tahun
(BKKBN, BPS, Kemenkes RI & ICF International, 2013). Dari profil kesehatan
Propinsi Sumatera Barat (tahun 2011/2012), AKI pada tahun 2008 sebesar 266 per
100.000 KH, tahun 2009 AKI sebesar 234 per 100.000 KH, pada tahun 2010 AKI
7
sebesar 209 per 100.000 KH, pada tahun 2011 AKI sebesar 208 per 100.000 KH
dan pada tahun 2012 AKI sebesar 209 per 100.000 KH.
a. Penyebab Langsung
Kematian ibu yang disebakan oleh penyuli obstetri pada masa kehamilan,
persalinan dan nifas atau kematian yang disebabka oleh suatu tindakan atau
berbagai hal yang terjadi akibat tindakan tersebut yang dilakukan selama
kehamilan, persalinan atau nifas (Kassebaum NJ, 2018).
Kematian ibu yang diakibatkan penyakit yang sudah ada sebelumnya yang
berkembang selama kehamilan dan dan diperburuk oleh efek fisiologis dari
pelayanan kesehatan dan empat terlalu yaitu, yaitu terlalu muda (batasan
8
atas 30 tahun), terlalu sering (jarak ideal untuk melahirkan : 2 tahun) dan
1. Pendidikan
perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat
kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah
dirinya, dalam hal ini seorang ibu hamil dengan pendidikan yang tinggi apabila
tersebut dan akhirnya dapat memperkecil risiko yang tidak diinginkan (Skiner, 2010).
9
2. Pekerjaan
Tidak ada rekomendasi dalam asuhan kehamilan dimana ibu hamil sama
sekali tidak boleh melakukan aktivitas pekerjaan rumah atau bekerja di luar rumah,
3. Pendapatan Keluarga
hamil dengan pendapatan yang tinggi dapat dengan teratur memeriksakan dirinya
dengan pendapatan rendah (<US$1/hari) memiliki risiko kurang lebih 300 kali untuk
menderita kesakitan dan kematian ibu bila dibanding dengan mereka yang memiliki
yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah, dan kodrati. Mereka
merasa tidak perlu memeriksakan kehamilannya secara rutin ke bidan atau dokter.
Hal ini mengakibatkan tidak terdeteksinya faktor-faktor risiko tinggi yang mungkin
dialami, risiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang seringkali kasusnya
10
sosial budaya yang mempengaruhi kehamilan dan persalinan antara lain adalah
a. Pengetahuan (knowledge)
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya
Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat
yang lain.
Analisis (Analysis)
11
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikator bahwa
pengetahuan orang tersebut sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
Sintesis (Synthesis)
pengetahuan yang dimiliki, dengan kata lain dapat menyusun suatu formulasi baru
Evaluasi (Evaluation)
penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan
b. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan reaksi tertutup, akan
2010).
Menurut Allport dalam soekidjo (2010), sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dalam
12
bagian lain Alport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen
pokok:
Ketiga komponen ini secara bersama membentuk sikap yang utuh, pengetahuan,
Menerima (receiving)
yang diberikan (objek). Misalnya, sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari
Merespons (Responding)
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan lepas pekerjaan itu
Menghargai (Valving)
Bertanggung jawab atas segala suatu yang telah telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Pengalaman langsung
berkembang atau berubah dan disimpan dalam memori ingatan. Bila dikaitkan
13
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan sikap masyarakat dapat diartikan
sebagai kecenderungan untuk berespon atau partisipasi secara positif atau negatif
tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas,sarana, dan prasarana.
Praktek atau tindakan ini dapat dibedakan atas 3 tingkatan menurut kualitasnya:
berkembang, artinya apa yang dilakukan tidak hanya sekedar rutinitas, tetapi
5. Keputusan Merujuk
Menurut Kemenkes (2013), dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut ini :
tenaga kesehatan tersedia 24/7 (24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam
14
keputusan di keluarga, dan ketidakmampuan menyediakan biaya non medis dan
komplikasi secara dini. Hal ini dikarenakan kompetisi tenaga kesehatan tidak
2013).
1. ANC
Ibu hamil sebaiknya dianjurkan untuk mengunjungi bidan atau dokter sedini
ANC. Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap
15
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif
kali kunjungan selama kehamilan, yaitu satu kali pada triwulan pertama, satu kali
Pelayanan yang dilakukan pada ANC adalah standar minimal yang dikenal dengan
’’7T’’ yaitu:
Menurut Kemenkes (2012), dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, dikenal
beberapa jenis tenaga yang memberi pertolongan persalinan yakni, dokter umum,
16
Dalam Permenkes No.369/Menkes/SK/III/2007 dikatakan, defenisi Bidan
oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia dan diakui oleh WHO dan Federation
telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari
pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (diregister) dan atau
memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan (Kemenkes, 2012).
seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui Pemerintah dan
dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi
asuhan, dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan, dan masa nifas,
bayi baru lahir dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi
persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses medis atau
(Kemenkes, 2012).
Kewenangan Bidan sesuai Permenkes No. 1464 Tahun 2010 Tentang Izin
17
3. Kewenangan menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter.
fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas
oleh karena apabila timbul komplikasi dukun tidak mampu mengatasinya, bahkan
memperbolehkan lagi dukun bayi sebagai tenaga penolong persalinan tetapi hanya
sebagai pendamping dari bidan yang merupakan penolong persalinan yang telah
Tenaga pelaksana yang berfungsi sebagai tim inti pelaksana PONED harus
yang sudah terlatih dan bersertifikat dari Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat)
PONED. Tim inti pelaksana puskesmas PONED minimal terdiri dari 1 orang Dokter
Umum, 1 orang Bidan (minimal Diploma tiga), dan 1 orang Perawat (minimal
Diploma tiga), yang selalu siap on side selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu
(Kemenkes, 2017).
PONED yang dibantu oleh dokter kebidanan, dokter anak, dakter/petugas anestesi,
dokter penyakit dalam, dan dokter spesialis lain yang berhubungan (Kemenkes,
2017).
18
3. Tempat Pemeriksaan Kesehatan
(2012) tempat pemeriksaan kesehatan ibu hamil, bersalin, dan nifas adalah di
4. Penanganan Adekuat
adalah:
Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih
Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani
petugas terlatih
tingkat dasar dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu (Kemenkes, 2013).
maupun komprehensif terhadap ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas baik yang
datang sendiri atau atas dasar rujukan masyarakat, bidan, puskesmas, dan
pelayanan dan penanganan yang adekuat kepada ibu hamil, bersalin, dan nifas. Ibu
19
hamil, bersalin, dan nifas mendapatkan pelayanan dan pertolongan yang sesuai
dengan masalahnya dan tepat waktu sehingga nantinya kasus-kasus kematian ibu
5. Akses
lain jarak tempat tinggal dan waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan, serta
1. Aksesibilitas fisik
jaraknya terhadap pengguna pelayanan. Akses fisik dapat dihitung dari waktu
tempuh, jarak tempuh, jenis transportasi, dan kondisi dari pelayanan kesehatan.
Sarana pelayanan kesehatan yang paling mudah dijangkau berada pada jarak
Pengukuran akses pelayanan kesehatan dapat dilihat dari waktu tempuh dari
2. Aksesibilitas ekonomi
Aksesibilitas ekonomi dari sisi pengguna dapat dilihat dari kemampuan finansial
pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh harga atau biaya yang dibebankan kepada
20
kesehatan tertentu mudah untuk dijangkau maka orang akan cenderung untuk
berobat ke sana.
3. Aksesibilitas Sosial
ibu dan kematian bayi, antara lain melalui penempatan bidan di desa,
dan Anak (buku KIA) dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Hal tersebut didasari fakta bahwa salah satu kendala utama lambatnya
saat ini, masih bertumpu pada fasilitas pelayanan kesehatan lanjutan di rumah sakit,
dengan baik. Oleh karena itu diperlukan adanya jenjang pembagian tugas di antara
berbagai unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan (Depkes
RI, 2007; Palimbo, 2015). Di Indonesia juga telah dibuat berbagai program
21
1. Making Pregnancy Safer (MPS)
adekuat (memadai).
kesehatan untuk mengatasi tiga keterlambatan dalam keadaan darurat obstetri dan
untuk mendapatkan perawatan, dan rujukan dari obstetri dan neonatal. Sejak
22
2.3. Sistem Rujukan
ataupun masalah kesehatan secara timbal balik secara vertikal, dalam arti antar
sarana pelayanan kesehatan yang berbeda stratanya, atau secara horizontal dalam
arti antar sarana pelayanan kesehatan yang sama stratanya (Depkes RI, 2009).
kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal yang wajib
dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial, dan
1. Rujukan Medis
2011).
23
2. Rujukan Kesehatan
1. Rujukan Internal
2. Rujukan Eksternal
Rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik
24
c. Memudahkan masyarakat di daerah terpencil atau desa dapat
merujuk
c. Membuat surat rujukan dan juga melampirkan hasil diagnosis pasien dan
catatan medisnya
perjalanan
SKTM dan badan penjamin kesehatan lainnya tetap berlaku (Jabar, P).
25
b. Mencatat kasus-kasus rujukan dan membuat laporan penerimaan rujukan
rujukan
e. Membuat surat rujukan kepada sarana pelayanan kesehatan lebih tinggi dan
f. Membuat rujukan balik kepada fasilitas pelayanan perujuk bila sudah tidak
26
1. Pelayanan tingkat primer
Tahap ini disebut tahap awal atau kontak pertama pasien dengan dokter yang
pasien semestinya harus ke DPU dulu kecuali bila terjadi kasus gawat
darurat.
sekunder. Untuk itu DPU akan menulis surat konsultasi atau rujukan yang
menjelaskan masalah medis dan kendala yang dihadapi pada pasien yang
rumah sakit (kelas C atau B1), klinik spesialis atau klinik pribadi. Jika masalah
kesehatan yang sulit telah diselesaikan pasien akan dikirim balik ke DPU
yang mengirimnya dengan bekal surat rujuk balik yang berisi anjuran
kelanjutan pengobatannya.
Jika masalahnya juga tidak dapat atau tidak mungkin diselesaikan oleh
pelayanan tingkat tersier (top referral). Di sini pasien akan dilayani oleh para
pendidikan atau rumah sakit besar yang mempunyai berbagai pusat riset
primer yang dapat dirujuk langsung ke fasilitas kesehatan tersier hanya untuk
27
pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier. Rujuk balik pun
tetap berlaku di sini dan bukan tidak mungkin berisi anjuran untuk kembali ke
DPU-nya jika masalah telah diatasi. Jika masalahnya tidak mungkin dapat
perawatan di rumah, maka yang terakhir ini pun menjadi tugas DPU
b. Bencana;
Daerah
Selain tiga tahapan di atas masih ada tahapan pelayanan kesehatan yang
kedudukannya lebih rendah dari pelayanan tingkat primer, seperti pelayanan tingkat
rumah tangga dan tingkat masyarakat yang secara swadana, misalnya: Bidan,
dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi pemberi
pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam kondisi gawat darurat dan
28
2.4 Sistem Rujukan dalam bidang Obstetri
Sistem rujukan obstetri merupakan salah satu bagian dari upaya kesehatan
yang termasuk dalam ruang lingkup sistem kesehatan nasional yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak (Laili et al, 2014). Dalam mewujudkan
strategi pendekatan risiko, Rochjati P, membagi ibu hamil dalam dua kelompok yaitu
Rujukan yang dilakukan pada ibu hamil dengan APGOdan AGO yang
(Rocjati P, 2004).
29
persalinan dini yang dapat terjadi pada semua ibu hamil dengan atau
RTW hanya akan berhasil bila didukung dengan empat syarat yang bisa
maupun biaya.
30
Tabel 1. Hubungan antara kelompok risiko, Gambara Klinis dan Jenis Rujukan.
31
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Karakteristik
- Umur
Rujuk ke RSUP DR. M.
- Paritas
Djamil Padang
- Alamat
- Pendidikan
- ANC
Hidup Mati
- U
m
u
r
- P Kematian Ibu
a
r
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian
i
Keterangan : t
a
s Variabel yang diteliti
- A
l
a
m
a
t
- P
e 32
n
d
i
3.2. Hipotesis Penelitian
kasus kasus rujukan di instalasi gawat darurat RSUP. Dr. M. Djamil Padang.
kematian ibu pada kasus kasus rujukan di instalasi gawat darurat RSUP. Dr.
M. Djamil Padang.
33
BAB IV
METODE PENELITIAN
Populasi penelitian adalah semua ibu hamil, bersalin dan nifas ( 6 minggu
setelah berakhirnya kehamilan ) yang dirujuk ke Instalasi Gawat Darurat RSUP. Dr.
M. Djamil Padang, mulai dari 1 Januari 2018 hingga 31 Desember 2018. Sampling
Sampel Penelitian adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi
dan ekslusi. Adapun kriteria Inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :
1. Penderita adalah semua ibu hamil, bersalin dan nifas ( 6 minggu setelah
yang berasal dari Rumah Sakit ataupun klinik persalinan dalam kurun waktu 1
34
2. Penderita adalah semua ibu hamil, bersalin dan nifas ( 6 minggu setelah
berasal dari Rumah Sakit ataupun klinik persalinan yang mempunyai atau
tercatat dalam rekam medis pada kurun waktu 1 Januari 2018 hingga 31
Desember 2018.
3. Penderita yang di anter oleh tenaga kesehatan atau disertai dengan surat
4. Indikasi rujukan adalah karena alasan medis atau alasan lainnya selain
yang dirujuk ke Instalasi Gawat Darurat RSUD. Dr. M. Djamil Padang yang
tercatat dalam data kematian ibu dalam kurun waktu 1 Januari 2018 hingga
31 Desember 2018.
1. Ibu hamil, ibu bersalin dan nifas yang dirujuk ke Instalasi Gawat Darurat
RSUD. Dr. M. Djamil Padang yang tidak tercatat atau tidak mempunyai
2018.
35
4.4.1. Perhitungan Besar Sampel
dari Slovin :
n= N
1+ N. e
n = Jumlah sampel
N = Populasi Sampel
e = Margin of error
n= 517 = 99 sampel
1+ 517 x 0,01
Sampel dipilih jika memenuhi seluruh kriteria inklusi dan eksklusi dengan
1. Variabel Bebas
a. Karakteristik Pasien
- Umur
- Paritas
- Alamat
- Pendidikan
36
2. Variabel Terikat
Pengukuran
masa 42 hari (6
minggu) setelah
berakhirnya kehamilan
kehamilan maupun
tempat melekatnya
oleh kehamilan
atau pengelolaannya,
bukan akibat
kecelakaan
37
Umur usia responden dari Nominal Tahun
awal kelahiran
penelitian dilakukan
jenjang pendidikan
formal.
diakhiri dengan
pengelolaan wanita
dilakukan secara
vertika
Dalam penelitian ini data yang di kumpulkan berasal dari, medical record ibu
hamil, melahirkan dan nifas yang dirujuk ke instalasi gawat darurat RSUP. Dr. M.
38
4.8. Prosedur Penelitian
Tahap Persiapan
Andalas
Djamil Padang.
- alamat pasien.
39
- riwayat persalinan dan pertolongan sebelum dirujuk kerumah
sesarea.
yang dikumpulkan memiliki sifat yang jelas dan dimasukkan ke dalam program
komputer untuk proses analisis data. Data dianalisis dan diinterpretasikan dengan
Etika Penelitian
Adapun etika dalam penelitian menurut Setiadi (2007) adalah sebagai berikut:
1. Informed Consent
ibu dan faktor faktor yang mempengaruhi nya serta melakukan evaluasi pada
40
2. Tanpa Nama (Anonimity)
mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh
subyek. Lembar tersebut hanya akan diberi inisial dari nama responden dan
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
kerahasiaannya.
41
DAFTAR PUSTAKA
42
14. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Sistem Rujukan
Terstruktur dan Berjenjang dalam Rangka Menyongsong Jaminan
Kesehatan Nasional (Regionalisasi Sistem Rujukan) Jakarta.
15. Kemenkes 2012, pelayanan kesehatan ibu dan anak, www.depkes.go.id
16. Latuamury, Siti Rabiah. (2001). Hubungan Antara Keterlambatan Merujuk
dengan Kematian Ibu di RSUD Tidar Kota Magelang Propinsi Jawa Tengah.
Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
17. McCarthy J and Maine D. 1992. A Framework for Analyzing the
Determinants of Maternal Mortality.
18. Murray SF, Davies S, Phiri RK, Ahmed Y. (2001) Tools for monitoring the
effectiveness of district maternity referral systems. Health Policy Plan, 16; p.
353-61.
19. Mundiharno, Thabrany H. (2012). Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan
Nasional. Jakarta
20. Nasution, S,A. (2003). Gambaran Penanganan Kasus Kedaruratan Obstetri ,
USU Digital Libarary, Medan.
21. Prawirohardjo (2009), pelayanan kesehatan maternal dan Neonatal, Jakarta
PT Bina Pustaka.
22. Pranoko & Dhanab halan. (2012). Sistem Rujukan Puskesmas Batealit
Jepara. Semarang
23. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
24. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013.
25. Permenkes. (2012) Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor
001 tahun 2012 tentang sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan.
26. Rochjat, P. (2011). Sistem Rujukan dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi
dalam. Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: Hal 258-75
27. Syafrudin, Hamidah. (2009). Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Kebidanan komunitas. Jakarta : EGC.
28. Soedigdamarto, H.M. (1990). Menuju Kesehatan Reproduksi Bagi Semua
Wanita Indonesia dalam Majalah Obstetri Dan Ginekologi Indonesia: 217-24.
29. Saddiyah Rangkuti. (2015) .upaya menekan angka kematian ibu melahirkan.
Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3.
43
30. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN).
31. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS.
44