DAN BALI
Daya mampu netto pembangkit sistem tenaga listrik Jawa Bali Tahun 2010 adalah
sebesar 21.596 MW.Gardu Induk.Sistem tenaga listrik Jawa Bali Tahun 2010 Jumlah Gardu
Induk sebanyak 435 dengan 24 GITET 500 kV, 310 GI 150 kV, 101 GI 70 kV. Sedangkan
Trafo, pada Tahun 2010 daya terpasang IBT 500/150 kV dan IBT 150/70 kV sistem tenaga
listrik Jawa Bali sebesar 19.500 MVA dan 3.819 MVA. Daya terpasang trafo distribusi total
31.185 MVA.
Energi yang dibangkitkan sistem tenaga listrik Jawa Bali Tahun 2010 sebesar 125.909
GWh dibandingkan dengan tahun 2009 mengalami pertumbuhan 7,5 %.PT. Indonesia Power
memberikan kontribusi sebesar 36 %, PT PJB memberikan kontribusi sebesar 25 %, Tanjung
Jati B sebesar 7 %, Pembangkitan Muara Tawar sebesar 2 %, PLTGU Cilegon sebesar 4 %,
Pembangkit Lontar 2 % dan pembangkit Non PLN sebesar 23 %.
Pemanfaatan energi tersedia dalam sistem untuk pemakaian sendiri Gardu Induk 66
GWh, susut transmisi 2.716 GWh, disalurkan ke Distribusi sebesar 122.578 GWh, ke
pembangkit PLN sebesar 490 GWh, ke pembangkit non PLN 58 GWh.
Jenis Bahan
GWh
Bakar
Air 10.834
Batu Bara 59.627
Gas 30.617
Minyak (MFO) 5.499
Minyak (HSD) 10.564
Panas Bumi 8.768
Total 125.909
Pada saluran transmisi ini memiliki tegangan operasi antara 30kV sampai
150kV. Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau doble sirkuit, dimana 1
sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan
penghantar netralnya diganti oleh tanah sebagai saluran kembali. Apabila kapasitas
daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-masing phasa terdiri dari
dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas konduktor disebut Bundle
Conductor.
3. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30kV-150kV
Saluran kabel bawah tanah (underground cable), saluran transmisi yang
menyalurkan energi listrik melalui kabel yang dipendam didalam tanah. Kategori
saluran seperti ini adalah favorit untuk pemasangan didalam kota, karena berada
didalam tanah maka tidak mengganggu keindahan kota dan juga tidak mudah terjadi
gangguan akibat kondisi cuaca atau kondisi alam. Namun tetap memiliki kekurangan,
antara lain mahal dalam instalasi dan investasi serta sulitnya menentukan titik
gangguan dan perbaikkannya. Saluran transmisi ini menggunakan kabel bawah tanah,
dengan alasan beberapa pertimbangan :
a. ditengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat
sulit mendapatkan tanah untuk tapak tower.
b. Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit karena padat bangunan dan banyak
gedung-gedung tinggi.
c. Pertimbangan keamanan dan estetika.
d. Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.
Untuk saluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antara menara/tiang
berjauhan, maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, oleh karena itu digunakan
kawat penghantar ACSR. Kawat penghantar alumunium, terdiri dari berbagai jenis,
dengan lambing sebagai berikut :
1. AAC (All-Alumunium Conductor), yaitu kawat penghantar yang
seluruhnya terbuat dari alumunium.
2. AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang
seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.
3. ACSR (Alumunium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu kawat penghantar
alumunium berinti kawat baja.
4. ACAR (Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat penghantar
alumunium yang diperkuat dengan logam campuran.
GI / GITET
Gardu Induk (GI) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari saluran transmisi
distribusi listrik.Dimana suatu system tenaga yang dipusatkan pada suatu tempat berisi
saluran transmisi dan distribusi,perlengkapan hubung bagi,transfomator, dan peralatan
pengaman serta peralatan control. Sistem tenaga listrik Jawa Bali Tahun 2010 Jumlah
Gardu Induk sebanyak 435 dengan 24 Gardu Induk tegangan Ekstra Tinggi (GITET)
500 kV, 310 GI 150 kV, 101 GI 70 kV.
Fungsi utama dari gardu induk :
1. Untuk mengatur aliran daya listrik dari saluran transmisi ke saluran transmisi
lainnya yang kemudian didistribusikan ke konsumen
2. Sebagai tempat control
3. Sebagai pengaman operasi system
4. Sebagai tempat untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan
distribusi
Oleh karena itu,jika dilihat dari segi manfaat dan kegunaan dari gardu induk itu
sendiri,maka peralatan dan komponen dari gardu induk harus memiliki keandalan yang tinggi
serta kualitas yang tidak diragukan lagi,atau dapat dikatakan harus Optimal dalam kinerjanya
sehingga masyarakat sebagai konsumen tidak merasa dirugikan oleh kinerjanya.OLeh karena
itu,sesuatu yang berhubungan dengan rekonstruksi pembangunan gardu induk harus memiliki
syarat-syarat yang berlaku dan pembanguna gardu induk harus diperhatikan besarnya
beban.Maka prencanaan suatu gardu induk harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Operasi,yaitu dalam segi perawatan dan perbaikan mudah
2. Flexsibel
3. Konstruksi sederhana dan Kuat
4. Memiliki tingkat keandalan dan daya guna yang tinggi
5. Memiliki tingkat keamanan yang tinggi
Busbar atau rel adalah titik pertemuan/hubungan trafo-trafo tenaga, SUTT, SKTT dan
peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik/daya listrik.
Berdasarkan busbar gardu induk dibagi menjadi:
1. Gardu Induk dengan sistem ring busbar
2. Gardu Induk dengan busbar tunggal / single busbar
3. Gardu Induk dengan busbar ganda / double busbar
4. Gardu Induk dengan satu setengah / one half busbar
No Nama Gitet Region
1 Gandul
2 Balaraja Baru
3 Cawang
4 Kembangan DKI Banten R1)
5 Depok
6 Cibinong
7 Bekasi
8 Suralaya
9 Cirata
10 Muara Tawar
11 Saguling
12 Cilegon Jabar (R2)
13 Bandung Selatan
14 Mandirancan
15 Tasikmalaya
16 Cibatu
17 Pedan
18 Ungaran Jateng DIY (R3)
19 Tanjung Jati B
20 Gresik
21 Paiton
22 Grati
Jatim Bali (R4)
23 Kediri
24 Kriyan
25 Ngimbang
Sistem Tegangan
Uraian Satuan Total
70 kv 150kv 500kv
Gardu Induk Unit 101 310 24 435
Unit 127 641 40 808
Trafo
MVA 2.751 32.253 19.500 54.504
Transmisi kms 3.608 12.371 5.052 21.031