Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM THYPOID PADA ANAK

A. PENGERTIAN
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang
disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai
negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis.
(Simanjuntak, 2009)
Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari
satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. (Nursalam,
2005)
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus
dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. (Rampengan, 2007)

B. ETIOLOGI
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan
salmonella parathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang,
gram negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalam air, sampah dan debu.
Namun bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 600 selama 15-20 menit.
Akibat infeksi oleh salmonella thypi, pasien membuat antibodi atau aglutinin
yaitu :
a. Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O
(berasal dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigen H
(berasal dari flagel kuman).
c. Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan
antigen Vi (berasal dari simpai kuman).

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan


titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar pasien menderita
tifoid. (Aru W. Sudoyo, 2009)
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Sjamsuhidayat, (1998) tanda dan gejala demam typoid antara
lain:
a. Pada kondisi demam, dapat berlangsung lebih dari 7 hari, febris reminten,
suhu tubuh berangsur meningkat
b. Ada gangguan saluran pencernaan, bau nafaas tidak sedap,bibir kering pecah-
pecah (ragaden), lidah ditutpi selaput putih kotor (coated tongue, lidah
limfoid) ujung dan tepinya kemerahan, biasanya disertai konstipasi, kadang
diare, mual muntah, dan jarang kembung.
c. Gangguan kesadaran, kesadaran pasien cenderung turun, tidak seberapa
dalam, apatis sampai somnolen, jarang sopor, koma atau gelisah
d. Relaps (kambung) berulangnya gejala tifus tapi berlangsung ringan dan lebih
singkat.

D. PATOFISIOLOGI
Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk ke
dalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam
(pH < 2) banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria,
gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor histamin H2, inhibitor pompa
proton atau antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri
yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus, bakteri melekat pada
sel-sel mukosa dan kemudian menginvasi mukosa dan menembus dinding usus,
tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-sel M, sel epitel khusus yang melapisi Peyer’s
patch, merupakan tempat internalisasi Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel
limfe usus halus, mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang
melewati sirkulasi sistemik sampai ke jaringan RES di organ hati dan limpa.
Salmonella typhi mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear di
dalam folikel limfe, kelenjar limfe mesenterika, hati dan limfe.
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya
ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun pejamu
makaSalmonella typhi akan keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus
masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai
organ manapun, akan tetapi tempat yang disukai oeh Salmonella typhi adalah hati,
limpa, sumsum tulang belakang, kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum
terminal. Invasi kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari darah
atau penyebaran retrograd dari empedu. Ekskresi organisme di empedu dapat
menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui tinja. Peran endotoksin
dalam patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut terbukti dengan tidak
terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan limulus.
Diduga endotoksin dari Salmonella typhi menstimulasi makrofag di dalam hati,
limpa, folikel limfoma usus halus dan kelenjar limfe mesenterika untuk
memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk dari makrofag inilah yang dapat
menimbulkan nekrosis sel, sistem vaskular yang tidak stabil, demam, depresi
sumsum tulang belakang, kelainan pada darah dan juga menstimulasi sistem
imunologik. (Soedarmo, dkk., 2012)
E. PATHWAYS
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah


pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia
tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah
leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan
kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau
infeksi sekunder
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam
typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa
faktor:
a) Teknik pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium
yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang
digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam
tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
b) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu
kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan
bakteremia sehingga biakan darah negatif.
d) Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil
biakan mungkin negatif.
d. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi
terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang
pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah
suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan
dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi,
klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
b) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
c) Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan antigen VI (berasal dari
simpai kuman).

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan


titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita
typhoid.

G. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit,
nomor register dan diagnosa medik
b. Keluhan utama
Keluhan utama demam thypoid adalah panas atau demam yang tidak
turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare
serta penurunan kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke
dalam tubuh.
d. Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam thypoid.
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
f. Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual
dan muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit
bahkan tidak makan sama sekali.
b) Pola eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama.
Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna
urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam
thypoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat
banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan
kebutuhan cairan tubuh.
c) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar
tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
d) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu
tubuh.
e) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit
anaknya.
f) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan
umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham
pada klien.
g. Pemeriksaan Fisik
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 41°C muka
kemerahan. Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
a. Kepala :
Mata : kelopak mata cekung, pucat, dialtasi pupil, konjungtifa
pucat kadang di dapat anemia ringan.
Mulut : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak
sedap. Terdapat beslag lidah dengan tanda-tanda lidah tampak kering
dilatasi selaput tebal dibagian ujung dan tepi lidah nampak
kemerahan, lidah tremor jarang terjadi.
Thorak : Jantung dan paruh tidak ada kelainan kecuali jika ada
komplikasi. Pada daerah perangsang ditemukan resiola spot.
b. Abdomen :
I : Terdapat meteorismus, , dan terdapat rosiola thyposa
P : adanya nyeri tekan, adanya pembesaran hepar dan limpah
P : distensi abdomen,
A : bising usus meningkat
c. Ekstrimitas : Terdapat rosiola dibagian fleksus lengan atas.
2. Diagnose keperawatan
a) Ketidakefektifan termoregulasi b/d penyakit
b) Nyeri akut b/d agen cedera biologis (infeksi)
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang
tidak adekuat
d) Resiko kekurangan volume cairan b/d intake yang tidak adekuat dan
hipertermi
e) Konstipasi b/d penurunan motilitas traktus gastrointestinal

3. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan termoregulasi b/d penyakit
a. Kaji tanda dan gejala hipotermia serta hipertermi
b. Perbanyak asupan cairan oral
c. Untuk hipertermi : batasi aktivitas pada hari yang panas, dan
lepaskan baju yang berlebihan
d. Untuk hipotermi : tingkatkan aktivitas dan pertahankan nutrisi
yang adekuat
e. Laporkan kepada dokter jika hidrasi adekuat tidak dapat
dipertahanka
f. Berikan obat antipiretik jika perlu
2. Nyeri akut b/d agen cedera biologis (infeksi)
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
b. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
c. Berikan informasi tentang nyeri
d. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
e. Kolaborasikan pemberian analgetik, jika perlu
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang
tidak adekuat
a. Timbang pasien pada interval yang tepat
b. Identifikasi faktor yang mempengaruhi kehilangan selera makan
c. Berikan makanan sedikit tapi sering
d. Tawarkan kudapan yang sesuai jika perlu
e. Kolaborasikan pemberian obat antiemetic atau analgetik, jika perlu
4. Resiko kekurangan volume cairan b/d intake yang tidak adekuat dan
hipertermi
a. Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan
b. Pantau status hidrasi
c. Tingkatkan asupan oral
d. Berikan cairan sesuai kebutuhan
5. Konstipasi b/d penurunan motilitas traktus gastrointestinal
a. Identifikasi faktor yang mempengaruhi konstipasi
b. Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang efek diet pada
eleminasi
c. Tingkatkan pemasukan cairan oral
d. Minta program dari dokter untuk pemberian bantuan eleminasi
seperti pemberian laksatif dan supositoria
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Simanjuntak, C. H. (2009). Demam Tifoid, Epidemiologi dan Perkembangan


Penelitian. Cermin Dunia Kedokteran No. 83. Jakarta. Nuha

Sjamsuhidayat. (1998). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta: EGC

Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
http://nursenewbloglpaskep.blogspot.com/2016/07/laporan-pendahuluan-
typoid.html. Diakses pada : 01 September 2018
http://araeybaz.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-ant-dengan.html.
Diakses pada : 01 September 2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN THYPOID
DI RUANG INAYAH KAMAR 11
PKU MUHAMMADIYAH GAMBONG

PENGKAJIAN
Tanggal masuk RS : 10-05-2011
Jam masuk RS : 19.45 WIB
Tanggal pengkajian : 15-05-2011
Jam pengkajian : 20.30 WIB

1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : An.T
Tempat/tgl lahir : Kebumen,06-11-2006
Umur : 4,6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Bahasa yang dimengerti : Jawa/Indonesia
Dx Medis : Thypoid
No Rekam Medis : 0198092

Identitas Penanggung Jawab


Orang tua/wali :
Nama ayah/ibu/wali : Tn.K
Pekerjaan ayah/ibu/wali : Buruh
Alamat ayah/ibu/wali : Wonorejo,1/2 karanganyar
2. KELUHAN UTAMA
Ibu klien mengatakan bahwa badan anaknya panas .

3. RIWAYAT KELUHAN SAAT INI


Pada tanggal 10 mei 20011 pukul 19.45 WIB klien di bawa ke IGD PKU
Muhammadiyah Gombong dengan keluhan panas sejak 5 hari yang
lalu,pusing,mual,lemes,.Pada saat di IGD pasien mendapatkan terapy Aminopilin
2x300 g/l, amoxilin g/l, Infus RL 12tpm, puyer (Paracetamol 250mg 3x1).Tanda
tanda vital Nadi di IGD; 110 x/mnt, suhu; 40º C, RR ; 16x/mnt. BB: 12Kg
Pasien dibawa ke bangsal inayah sekitar jam 20.00 WIB. Pada saat di
ruangan Kondisi klien tampak lemas,akral hangat,pusing,pasien mual,tidak mau
makan, tanda tanda vital; S: 3880C, N: 100x/m, R:20x/m.
4. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
a) Prenatal :
Selama kehamilan ibu klien melakukan ANC ke bidan secara teratur sesuai
dengan anjuran dari bidan, selama hamil tidak ada keluhan dan penyakit yang
diderita ibu klien
b) Perinatal dan post natal
An. N lahir spontan ditolong bidan, BBL 3,2kg, langsung menangis.
c) Penyakit yang pernah diderita
Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah sakit yang mengharuskan dirawat
di RS, baru kali ini.
d) Hospitalisasi/tindakan operasi
Klien belum pernah mengalami hospitalisasi sebelum sakit yang sekarang.
e) Injuri/kecelakaan
Ibu klien mengatakan anaknya belum pernah mengalami kecelakaan.
f) Alergi
Ibu klien mengatakan anaknya tidak mempunyai riwayat alergi demikian juga
dengan keluarga, tidak ada yang mempunyai riwayat alergi.
g) Imunisasi dan tes laboratorium
Ibu klien mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap.
h) Pengobatan
i) Apabila klien sakit ibu klien membawa ke bidan atau dokter.

5. RIWAYAT SOSIAL
a) Yang mengasuh :
Yang mengasuh klien adalah ibunya sendiri
b) Hubungan dengan anggota keluarga :
Hubungan dengan keluarga dan orang lain baik, komunikasi masih belum
lancar karena masih dalam taraf perkembangan.
c) Hubungan dengan teman sebaya :
Hubungan dengan teman sebaya baik
d) Pembawaan secara umum :
Klien nampak pendiam, kooperatif, tidak takut dengan petugas
6. RIWAYAT KELUARGA
a) Sosial ekonomi
Ibu klien sebagai seorang ibu rumah tangga dan bapak klien sebagai buruh.
b) Lingkungan rumah
Ibu klien mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih dan ventilasi udara
cukup, lantai rumah dari semen, jumlah jendela 6 buah, tidak ada sumber
polusi yang dekat dengan rumahnya.
c) Penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga, saudara yang mempunyai penyakit menular
ataupun menurun.
7. PENGKAJIAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI
a) Personal sosial
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa memakai baju, gosok gigi
dengan bantuan ibunya, cuci dan mengeringkan tangan, menyebutkan nama
temanya.
b) Motorik halus
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa membuat menara dari 6
kubus,meniru garis vertikal.
c) Bahasa
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa bicara cukup mengerti,
menyebut 4 gambar, mengatakan 2 nama kegiatan
d) Motorik kasar
e) Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa melompat dan melempar
bola lengan ke atas
f) Interpretasi
Pertumbuhan dan perkembangan normal

8. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN KLIEN


a) Pemeliharaan kesehatan :
Selama ini apabila anaknya sakit atau ada anggota keluarga yang sakit maka
akan priksa ke bidan kalau tidak sembuh dibawa ke dokter ataupun di bawa
ke rumahsakit
b) Nutrisi :
Saat ini klien mendapatkan diet bubur kasar ,ibu klien mengatakan klien
susah makan sejak sebelum sakit biasanya hanya makan pagi dan sore saja
dan paling hanya 8- 10 sendok makan, pada saat dikaji ibu klien mengatakan
klien makan hanya 1-3 sendok. Ibu klien mengatakan anaknya muntah.
c) Cairan :
Sebelum sakit klien minum susu 1-3 gelas perhari, selama sakit klien minum
susu 1 gelas dan kadang minum air putih serta mendapatkan terapi cairan IV
RL.
d) Aktivitas :
Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dalam aktifitasnya, dapat bermain
dengan teman-teman sebayanya di rumah, sekarang klien hanya tiduran, tidak
bisa beraktifitas seperti biasanya, ADL dibantu oleh ibunya dan perawat.
e) Tidur dan istirahat :
Sebelum sakit klien tidur sekitar pukul 19.30 s.d 05.00, tidur siang 2x dengan
konsistensi 1 jam , pada saat sakit klien tidur sekitar jam 20.00 sampai jam
05.00, tidur siang sekitar 3 jam dengan konsistensi 1 jam.
f) Eliminasi :
Sebelum sakit klien biasanya BAB 1x /hari BAK: 4-6x/hari
Pada saat dikaji klien BAB 1xkonsistensi padat dan BAK 3-4x/hari
g) Pola hubungan :
Hubungan dengan orang tua baik, dengan orang lain dan perawat baik.
h) Koping atau temperamen dan disiplin yang diterapkan :
Orang tua klien memberikan kebebasan kepada anaknya untuk bermain
bersama teman-temannya asalkan tidak melebihi waktunya beristirahat.
i) Kognitif dan persepsi :
Tidak ada keluhan tentang penglihatan, penciuman, pendengaran dan
perabaan, klien berumur 4,6 tahun kemampuan kognitifnya baik,
j) Konsep diri :
Ibu klien mengatakan pingin anaknya cepat sembuh karena tidak tega melihat
anaknya sakit.
k) Seksual dan menstruasi :
Klien berjenis kelamin perempuan usia 4,6 tahun, belum mengalami
menstruasi.
l) Nilai :
Tidak ada nilai-nilai keluarga yang bertentangan dengan kesehatan.

9. PEMERIKSAAN FISIK :
a) Keadaaan umum :
Tingkat kesadaran : composmentis.
S: 3880C, N: 100x/m, R:20x/m.
BB; 11 kg ,TB; 105 cm , LLA ; 18 cm , LK; 49 cm,LD; 60cm
b) Head to Toe
a) Kulit :
Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku pendek dan bersih, turgor
kulit menurun,
b) Kepala :
Bentuk mesochepal, warna rambut hitam, lurus, tersisir rapi dan bersih.
c) Mata :
Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.
d) Telinga :
Simetris, discharge (-) bersih, bentuk normal.
e) Hidung :
Simetris, discharge (-), bentuk normal,
f) Mulut :
Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal, bersih, karies (-),
Lidah kotor/ putih
g) Leher :
JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran limponodi.
h) Dada
- Paru-paru
I : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
P : tidak ada nyeri tekan
P : sonor
A : vesikuler
- Jantung
S1-S2 murni, tak ada murmur, bising (-).
i) Payudara :
Tak ada keluhan, simetris.
j) Abdomen :
I : terlihat membesar
A : bunyi bising usus 10x/m
P :perut kembung, agak keras
P :bunyi thimpany
k) Genetalia :
Tak ada keluhan.
l) Muskuleskeletal :
Tak ada keluhan, pergerakan sendi sesuai jenis, ROM baik.
m) Neurologi :
Normal, tak ada keluhan.
10. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG
a) Lab darah
Tanggl :15-05-2011
Pukul :10.44 WIB
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Bilirubin total 0,90 mg/dl 0.00-1.00
Bilirubin direk 0.30 mg/dl < 0,20
SGOT 22.0 u/l 40.0 u/l
SGPT 23.0 u/l 41.0 u/l
Leokosit 12.61 4.80-10.80
Eritrosit 4.52 4.20- 5.40
Hemoglobin 11,9 g/dl 12-16 g/dl
Hematokrit 34.9 % 37-47 g/dl
MCV 77.2 79-99
MCH 34.1 g/dl 33.0-47.0
Trombosit 178x 10 /ul 82.0-95.0
HbSag Negative negatif
Gol. Darah O -
Widal (+)
Terapi
Tanggal Per-oral Per-interal
Paracetamol 250 mg 1. Ceftriaxon 2x 3 mg
Ctm3x1 2. Dexa 3 x2 mg
Curliv 2x1 3. Sotatic 2x 1 ½
4. N. 500 /drip
5. Inffus RL 20 tpm
6. D5 15 tpm
11. PROSES KEPERAWATAN
a) ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1 DS : Proses infekksi Hipertermi
ibu Klien mengatakan anaknya badan salmonella thypi
nya panas
DO :
klien tampak lemas,
akral teraba hangat
Suhu: 3880C
Nadi: 100x/ menit
5. RR: 20x/ menit
2 DS : Anoreksia ( mual Resiko nutrisi
ibu klien mengatakan klien makan dan muntah) kurang dari
susah hanya 1-3 sendok. kebutuhan
Ibu klien mengatakan anaknya muntah
± 2-3x setiap makan
ibu Klien mengatakan anaknya badan
nya panas
DO :
klien muntah
BB : 11 kg
Porsi makan dari RS hanya dimakan 1-
3 sendok

b) PRIORITAS MASALAH
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
b. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia ( mual & muntah)
c) RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnoses Tujuan intervensi
1 Hipertermi Setelah dilakukan 1. Mengobserfasi tanda –
berhubungan tindakan tanda vital
dengan proses keperawatan selama 2. Pantau aktifitas kejang
ifeksi 2 x 24 jam 3. Pantau hidrasi
salmonella diharapkan suhu 4. Berikan kompres air hangat
thypi tubuh normal engan 5. Pemberian terapi 0bat anti
KH: piretik sesuai program
Mempertahaankan
suhu tubuh dalam
batas normal
2. Resiko nutrisi Setelah dilakukan 1. Kaji pola dan kebiasaan
kurang dari tindakan makan
kebutuhan b.d keperawatan selama 2. Observasi adanya muntah
anoreksia (2 x 24 jam 3. Menganjurkan keluarga
mual, muntah) kebutuhan nutrisi untuk memberi makanan
adekuat dengan dalam porsi kecil tapi
kriteria hasil : sering dan tidak
Klien tidak muntah merangsang produksi asam
Porsi makan yang (biskuit)
disediakan habis 4. Memberikan terapi
pemberian cairan dan
nutrisi sesuai program
5. Memberikan terapi
pemberian anti emetik
sesuai program
d) IMPLEMENTASI

Tgl Jam Dx Implementasi Respon pasien Ttd


15- 08.00 I Mengukur tanda – tanda vital S: 37,80 C, N:
05- 100x/m, R:20x/m.
2011 08.30 I Memantau aktifitas kejang Pasien tidak
mengalami kejang
09.30 II Menganjurkan keluarga untuk Klien sedikit-
10.00 memberikan sedikit minum tapi sedikit mau minum
sering
10.30 I Memberikan kompres hangat Pasien dikompres
pake air hangat
11.30 I Memberikan terapi sesuai program Terapi diberikan

12.00 II Mengkaji pola dan kebiasaan makan Klien makan


hanya 1-3sdm
12.30 II Mengobservasi adanya muntah klien sudah
muntah 1x
13.00 II Menganjurkan keluarga untuk Ibu klien
memberi makanan dalam porsi kecil mengatakan
tapi sering dan tidak merangsang anaknya masih
produksi asam (biskuit) susah makan
13.30 II Memberikan terapi pemberian cairan Infus RL
dan nutrisi sesuai program terpasang 20tpm
14.00 II Memberikan terapi pemberian anti Terapi diberikan
emetik sesuai program

16– 08.00 I Mengukur kembali tanda – tanda S: 36,8C, N:


05- vital 100x/m, R:20x/m.
2011 08.30 I Memantau kembali aktifitas kejang Pasien tidak
mengalami kejang
09.00 II Menganjurkan kembali keluarga Klien sedikit-
untuk memberikan sedikit minum tapi sedikit mau minum
sering
09.30 II Memberikan kembali terapi sesuai Terapi diberikan
program
10.00 II Mengkaji kembali pola dan kebiasaan Klien
makan menghabiskan ¼
porsi dari RS
10.30 II Mengobservasi kembali adanya Klien sudah tidak
muntah muntah terus
11.00 II Menganjurkan kembali pada keluarga Klien terlihat
untuk memberi makanan dalam porsi makan
kecil tapi sering dan tidak biskuit,pisang
merangsang produksi asam
11.30 II Memberikan kembali terapi Infus RL terpasang
pemberian cairan dan nutrisi sesuai 20 tpm
program
12.00 II Memberikan kembali terapi Terapi diberikan
pemberian obat anti emetik sesuai
program
e). EVALUASI

Tanggal Dx Catatan Perkembangan Ttd


15-05-2011 I S : Klien mengatakan demam anaknya sedikit
berkurang
O : hasl TTV
N : 100 x/menit
S : 37,8 °C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan Intervensi
II S : Klien mengatakan nafsu makan sedikit
bertambah
O : Klien sedikit rileks
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan Intervensi

Anda mungkin juga menyukai