Anda di halaman 1dari 6

Ukhwah Asyifusyinen

"Apa yang Kita Tuju Itulah Yang Kita Maksud"

Thursday, April 16, 2015

SKALA PENGUKURAN,JENIS PENGUKURAN,TIPE SKALA PENGUKURAN,CIRI PENGUKURAN YANG BAIK

SKALA PENGUKURAN

Skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan atau tolak ukur untuk menentukan
panjang pendeknya interval yang ada pada alat ukur sehinga alat ukur tersebut bila digunakan dalam
pengukuran akan menghasilkan data. (Ramli : 2011).

Menurut Wikipedia, Skala pengukuran atau aras pengukuran memiliki empat tipe, sebagaimana
dikembangkan konsepnya oleh seorang psikolog bernama Stanley Smith Stevens pada artikel di majalah
Science berkepala On the theory of scales of measurements. Pada artikel ini, Stevens mengemukakan
bahwa dalam sains dikenal empat tipe skala pengukuran yang masing-masing disebutnya sebagai skala
nominal, ordinal, interval, dan rasio.

Jenis-Jenis Pengukuran

1. Skala Nominal

Skala nominal adalah skala pengukuran paling sederhana. skala yang memungkinkan peneliti
mengelompokkan objek, individual atau kelompok kedalam kategori tertentu dan disimbolkan dengan
label atau kode tertentu, selain itu angka yang diberikan kepada obyek hanya mempunyai arti sebagai
label saja dan tidak menunjukan tingkatan.

Skala nominal bersifat mutually excusive atau setiap objek hanya memiliki satu kategori (Lababa : 2008)

2. Skala Ordinal
Skala nominal tidak hanya menyatakan kategori tetapi juga menyatakan peringkat kategori tersebut
(Septyanto : 2008). hasil pengukuran skala ini dapat menggambarkan posisi atau peringkat tetapi tidak
mnegukur jarak antar peringkat.

Tingkat pendidikan atau kekayaan, dalam pengukuran yang mengelompakan status sosial, hasil
pengukuran tidak dapat memberikan informasi mengenai perbedaan antara status sosial (tinggi ke
rendah, rendah ke sedang dan tinggi ke sedang) belum tentu sama.

Ø Tingkat keparahan penyakit

Ø Tingkat kesembuhan

Ø Derajat keganasan kanker

3. Skala Interval

Skala interval adalah suatu skala pemberian angka pada klasifikasi atau kategori dari objek yang
mempunyai sifat ukuran ordinal, ditambah satu sifat lain yaitu jarak atau interval yang sama dan
merupakan ciri dari objek yang diukur. Sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan.

Skala interval bisa dikatakan tingkatan skala ini berada diatas skala ordinal dan nominal. Selanjutnya
skala ini tidak mempunyai nilai nol mutlak sehingga tidak dapat diinterpretasikan secara penuh besarnya
skor dari rasio tertentu.

4. Skala Rasio (Skala Nisbah)

Skala rasio mempunyai semua sifat skala interval ditambah satu sifat yaitu memebrikan keterangan
tentang nilai absolut dari objek yang diukur. Skala rasio merupakan skala pengukuran yang ditujukan
pada hasil pengukuran yang bisa dibedakan, diurutkan, mempunyai jarak tertentu, dan bisa
dibandingkan (paling lengkap, mencakup semuanya dibanding skala-skala dibawahanya).

Tipe Skala Pengukuran


Dari ke empat jenis skala, ternyata skala interval lah yang sering di gunakan untuk mengukur
fenomena/gejala social. Para ahli sosiologi membedakan dua tipe skala menurut fenmena social yang di
ukur yaitu :

1) Skala pengukuran untuk mengukur prilaku susila dan kepribadian

a. Skala sikap

b. Skala moral

c. Test karakter

d. Skala partisipasi social

2) Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya dan lingkungan social.

a. Skala untuk mengukur status social ekonomi

b. Lembaga-lembaga social kemasyarakatan

c. Kondisi kerumahtanggaaan

Ciri-Ciri Pengukurang Yang Baik

Menurut Suharsimi Arikunto bahwa suatu tes dikatakan sebagai alat pengukur yang baik jika memiliki
validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis.

1. Validitas

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur.
Artinya, tes yang diberikan kepada peserta didik harus dapat menjadi alat ukur terhadap tujuan yang
sudah ditentukan sebelum tes dilaksanakan.

2. Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability, reliable yang artinya dapat dipercaya, berketetapan. Sebuah tes
dikatakan memilki reliabilitas apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. Artinya, jika
peserta didik diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan maka setiap siswa akan tetap berada
pada urutan yang sama dalam kelompoknya.

3. Objektivitas

Objektivitas dalam pengertian sehari-hari berarti tidak mengandung unsur pribadi. Kebalikannya adalah
subjektivitas, yang berarti terdapat unsur pribadi. Jadi, sebuah tes dikatan objektif apabila tes itu
dilaksanakan dengan tidak ada faktor pribadi yang mempengaruhi, terutama pada sistem scoring.

4. Praktikabilitas

Sebuah tes dikatakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis. Artinya, tes
itu mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk yang jelas sehingga
dapat diberikan atau diawali oleh orang lain dan juga mudah dalam membuat administrasinya.

5. Ekonomis

Tes memilki sebutan ekonomis apabila pelaksanaan tes itu tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang
mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.

Pengembangan Pengukuran Yang Baik

Menurut Hadjar, dalam suatu penelitian tertentu, peneliti harus mengikuti langkah-langkah
pengembangan instrumen, yaitu:

1) Mendefinisikan variabel;
2) Menjabarkan variabel ke dalam indikator yang lebih rinci;

3) Menyusun butir-butir;

4) Melakukan uji coba;

5) Menganalisis kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability).

Suryabrata berpendapat bahwa langkah-langkah pengembangan alat ukur khususnya atribut non-kognitif
adalah:

a. Pengembangan spesifikasi alat ukur;

b. Penulisan pernyataan atau pertanyaan;

c. Penelaahan pernyataan atau pertanyaan;

d. Perakitan instrumen (untuk keperluan uji-coba);

e. Uji-coba;

f. Analisis hasil uji-coba;

g. Seleksi dan perakitan instrumen;

h. Administrasi instrumen;

i. Penyusunan skala dan norma.

Syinen di 9:10 AM

Share

No comments:

Post a Comment


Home

View web version

Na Neuturi

Syinen

View my complete profile

Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai