Bab Isi
Bab Isi
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui konsep penyakit dan konsep askep Osteoporosis & Osteomalasia
PEMBAHASAAN
2.2 Etiologi
A. Osteoporosis
Beberapa penyebab osteoporosis dalam (Junaidi, 2007), yaitu
1. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurngnya hormon estrogen
(hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium
kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang berusia antara 51-
75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen
produksinya menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus berlangsung 3-4
tahun setelah meopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-
3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.
2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium
yang berhubungan dengan usia dan ketidak seimbangan antara kecepatan
hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang baru(osteoblast). Senilis
berati bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya
terjadi pada orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering wanita.
Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.
3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder
yang disebakan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa
disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid,
paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (mislnya kortikosteroid, barbiturat, anti
kejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan
dapat memperburuk keadaan ini.
4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya
tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki
kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak
memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang
B. Osteomalasia
a) Primer
Kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan kalsium akan
mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian juga apabila ia
kekurangan vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D berfungsi membantu
penyerapan kalsium di dalam tubuh. Jika kedua unsur ini tidak terpenuhi
makan tulang-tulang si kecil menjadi lunak dan mudah patah. Proses
mineralisasi adalah proses proses terakhir pembentukan tulang. Jika kebutuhan
kalsium anak tercukupi maka otomatis proses mineralisasi dalam tubuhnya
akan berlangsung dengan baik.
b) Resiko
a. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ hatinya
tak mampu memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi.
b. Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan
kalsium akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan
terhambat. Dan Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat
(acquired), renal tubular acidosis yang disertai disproteinemia kronik.
c. Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus tertentu, efek
pemakaian obat seperti streroid dalam jangka waktu yang panjang rentan
terhadap penyakit ini.
d. Gangguan malabsorbsi
e. Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit
mukosa usus halus proksimal dan penyakit ileum.
f. Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang me- nyebabkan
peningkatan kerja enzim-enzim oksidase hati.
2.3 Klasifikasi
A. Osteoporosis
Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :
1) Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang
menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga
meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia decade awal pasca
menopause, wanita lebih sering terkena daripada pria dengan perbandingan 68:1
pada usia rata-rata 53-57 tahun.
Osteoporosis primer berkaitan dengan usia dan jenis kelamin penderita, hormon
dibagi 3 subtipe: subtipe pertama, subtipe kedua dan subtipe idiophatik (tak
diketahui persis penyebabnya). Osteoporosis yang disebabkan menurunnya
jumlah hormon estrogen. Osteoporosis primer subtipe pertama terjadi pada
wanita yang telah mengalami menopause. Subtipe kedua didapati pada lansia,
lebih dari 70 tahun. Pada subtipe idiophatik, kasus osteoporosis didapati pada
wanita dan pria dalam usia yang relatif lebih muda, disebabkan faktor
genetika.Kadar kalsium fosfat, vitamin D, hormon pengatur tulang sudah
memadai, namun karena terdapat kelainan fungsi sel-sel osteoblast dalam
menjalankan kerjanya, terjadi kemunduran proses mineralisasi tulang.
2) Osteoporosis Sekunder
Sedangkan Osteoporosis sekunder terjadi akibat penyakit kronis lain seperti
gangguan hati (lever) dan gangguan hormon. Tipe osteoporosis sekunder
disebabkan faktor kelainan hormonal (endokrin), kelainan pola makan,
penggunaan obat-obatan, serta gaya hidup yang tidak sehat.
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit ataus ebab lain diluar tulang
Seperti Determinan pengurangan Massa Tulang
Faktor lain
Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan kalsium yang
rendah dan absorbsinya tidak baik akan mengakibatkan keseimbangan
kalsium yang negative begitu sebaliknya.
Protein
Parotein yang berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan
keseimbangan kalsium yang negative
Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan
terjadiny agangguan keseimbangan kalsium, karena menurunnya
efisiensi absorbs kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi
kalsium diginjal.
Rokokdan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai
masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh rokok terhadap
penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat
memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
Alkohol
Individu dengan alkoholis memempunyai kecenderungan masukan
kalsium yang rendah, disertai dengan ekskresi lewaturin yang
meningkat.Mekanisme yang pastibelumdiketahui.
2.4 Patofisiologi
A. Osteoporosis
Kartilago hialin adalah jaringan elastis yang 95% terdiri dari air dan matrik ekstra
selular, 5 % sel konrosit. Fungsinya sebagai penyangga juga pelumas sehingga tidak
menimbulkan nyeri pada saat pergerakan sendi.
Apabila kerusakan jaringan rawan sendi lebih cepat dari kemampuannya untuk
memperbaiki diri, maka terjadi penipisan dan kehilangan pelumas sehingga kedua
tulang akan bersentuhan. Inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada sendi lutut.
Setelah terjadi kerusakan tulang rawan, sendi dan tulang ikut berubah.
Defisiensi vitamin D menyebabkan penurunan kalsium serum, yang merangsang
pelepasan hormon paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid meningkatkan
penguraian tulang dan ekskresi fosfat oleh ginjal. Tanpa mineralisasi tulang yang
adekuat, maka tulang menjadi tipis. Terjadi penimbunan osteoid yang tidak
terkristalisasi dalam jumlah abnormal yang membungkussaluran-saluran tulang
bagian dalam, hal ini menimbulkan deformitas tulang. Diperkirakan efek primernya
adalah kekurangan vitamin D aktif yang
memacu absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinal dan memfasilitas imineralisasi
tulang. Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah. Tanpa vitamin D
yang mencukupi, kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan ketempat kalsifikasi
tulang, sehingga mengakibatkan kegagalan mineralisasi,terjadi perlunakan dan
perlemahan kerangka tubuh.Penyebab osteomalasia adalah kekurangan kalsium
dalam diet, malabsorbsi kalsium (kegagalan absorbsi atau kehilangan kalsium
berlebihandari tubuh), kelainan gastrointestinal (absorbsi lemak tidak memadai
sehinggamengakibatkan kehilangan vitamin D dan kalsium) gagal ginjal berat
dapatmengakibatkan asidosis (kalsium yang tersedia dalam tubuh digunakan
untukmenetralkan asidosis, pelepasan kaslsium skelet terus-menerus
mengakibatkandemineralisasi tulang), dan kekurangan vitamin D (diet dan sinar
matahari. Rakhitis (riskets) adalah penyakit tulang pada anak akibat
defisiensi vitamin D. Rakitis menyebabkan disorganisasi tulang, terutama di
lempengpertumbuhan atau epifisis sehingga pertumbuhan terhambat. Rakitis
jarangdijumpai di Amerikan Serikat, tetapi mungkin ditemukan pada keluarga
yangsangat miskin atau yang berada di daerah-daerah pinggiran. Malabsorbsikalsium
dalam makanan pada para pengidap penyakit crohn sindrommalabsorbsi atau fibrosis
kistik dapat menyebabkan osteomalasia atau rakhitis
B. Osteomalasia
Ada berbagai macam penyebab dari Osteomalasia yang umumnya menyebabkan
gangguan metabolisme mineral. Factor yang berbahaya untuk osteomalasia adalah
kesalahan diet, malabsobrsi, gastrectomi, GGK, terapi anticonvulsan jangka lama
(fenytoin, fenorbarbital) dan insufisiensi vitamin D ( diet, sinar matahari ).
Tipe malnurisi ( defisiensi vitamin D sering berhubungan dengan asupan kalsium
yang buruk ) terutama akibat kemiskinan, tetapi mematangkan makanan dan
kurangnya pengetahuan tentang nutrisi juga dapat menjadi factor pencetus. Hal itu
terjadi dengan frekuensi tersering dimana kandungan vitamin D dalam makanan
kurang dan adanya kesalahan diet serta kekurangan sinar matahari.
Osteomalasia dapat terjadi sebagai akibat dari kegagalan dari absorbsi kalsium
atau kehilangan kalsium berlebihan dari tubuh. Gangguan gastrointestinal dimana
kurangnya absorbsi lemak menyebabkan osteomalasia melalui kehilangan vitamin D
(semua vitamin yang larut dalam lemak) dan kalsium. Ekskresi yang paling terakhir
terdapat dalam faeces bercampur dengan asam lemak(fatty acid). Kelainan ini
meliputi penyakit seliac, obstruksi traktus biliaris kronis, pancreatitis kronik dan
reseksi usus halus.
Gagal ginjal berat mengakibatkan asidosis. Kalsium yang tersedia dipergunakan
untuk menetralkan asidosis, dan hormon paratiroid terus menyebabkan pelepasan
kalsium dari kalsium skelet sebagai usaha untuk mengembalikan Ph fisiologis.
Selama pelepasan kalsium skelet terus-menerus ini, terjadi fibrosisi tulang dan kista
tulang. Glomerulonefritis kronik, uropati obstruksi dan keracunan logam berat
mengakibatkan kurangnya kadar fosfat serum dan demineralisasi tulang
Selain itu penyakit hati dan ginjal dapat menyebabkan kekurangan vitamin D,
karena keduanya merupakan organ yang melakukan konversi Vit D ke bentuk aktif.
Akhirnya, hypertiroidime mengakibatkan dekalsifikasi skelet dan artinya
Osteomalasia, dengan peningkatan fosfat didalam urin.
WOC
2.5 Manifestasi Klinis
A. Osteoporosis
a) Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.
b) Nyeri timbul mendadak.
c) Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang.
d) Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.
e) Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan
aktivitas.
f) Deformitas vertebra thorakalis (Penurunan tinggi badan)
B. Osteomalasia
a. Nyeri tukang dan nyeri tekan tulang, Sebagai akibat dari defisiensi kalsium,
biasanya terdapat kelemahan otot. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar,
terutama pada daerah pinggang dan paha.
b. Kelemahan otot akibat defisiensi kalsium
c. Gaya berjalan seperti bebek atau pincang/timpang : tungkai akam ,menjadi
menekuk pada penyakit yg leoih lanjut
d. Fraktur Patologi
e. Vertebrata yg lunak menjadi terkomperessi, memperpendek bat tubuh pasien da
toraks .
f. Kelemahan dan ketidammantapan yg keras agar posisi tubuh, menyebabkan
resiko faktur,
g. Penyakit lanjut, tungkai terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan
tulang, dan tarikan otot), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh
pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).
h. Penurunan berat badan
i. Tulang terasa lunak dan jika disenduh akan merasakan nyeri mengigit
j. Mengalami gangguan motorik karena kurang beraktivitas dan menjadi pasif.
B. Osteomalasia
Pemeriksaan sinar X berapa pulang menunjukan pentingnys
Pemerisaan Lanprsystiua
3) Konsep Askep Osteoporosis & Osteomala
A. Pengkajian
1. Osteoporosis
Untuk mengidentifikasi risiko dan pengenalan masalah yang berhubungan
dengan osteoporosis, wawancari pasien mengenai riwayat keluarga, frakut
sebelumnya, konsumsi diet kalsium, pola olahraga, awitan menopause , dan
penggunaan kortikostreoid serta alcohol, kebiasaan merokok, dan asupan
kafein.
Pada pemeriksaan fisik, pantau adanya fraktur, kifosis tulang belakang toraks,
atau pemendekan psotur tubuh : gali setiap gejala yang dialami pasien
Data demografi : Data ini meliputi nama, usia, jenis kelamin, tempat
tinggal,orang yang dekat dengan klien.
Riwayat perkembangan : Data ini untuk mengetahui tingkat
perkembanganpada neonatus, bayi, prasekolah, remaja, dewasa dan tua.
Riwayat sosial : Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang
yangterpapar terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya,
statuskesehatannya dapat dipengaruhi.
Riwayat penyakit keturunan : Riwayat penyakit keluarga perlu diketahuiuntuk
menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi misalnya(penyakit
diabetes melitus yang merupakan predisposisi penyakit sendidegeneratif, TBC,
artritis, riketsia, osteomielitis, dll)
Riwayat diet : Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi
inidapat mengakibatkan stress pada sendi penyangga tubuh dan
predisposisiterjadinya instabilitas ligamen, khususnya pada punggung bagian
bawah.Kurangnya asupan kalsium dapat menimbulkan fraktur karena
adanyadekalsifikasi. Bagaimana menu makanan sehari-hari dan konsumsi
vitamin A,D, kalsium, serta protein yang merupakan zat untuk menjaga
kondisimuskuloskeletal.
Aktivitas kegiatan sehari-hari : Identifikasi pekerjaan pasien dan
aktifitassehari-hari. Kebiasaan membawa benda-benda berat yang
dapatmenimbulkan regangan otot dan trauma lainnya. Kurangnya melakukan
aktivitas mengakibatkan tonus otot menurun. Fraktur atau trauma dapattimbul
pada olahraga sepak bola dan hoki, sedangkan nyeri sendi tangandapat timbul
akibat olah raga tenis. Pemakaian hak sepatu yang terlalu tinggidapat
menimbulkan kontraksi pada tendon achiles dan dapat terjadidislokasi. Perlu
dikaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat ambulasi apakahada nyeri pada
sendi, apakah menggunakan alat bantu (kursi roda, tong katataupun walker)
Riwayat kesehatan masa lalu : Data ini meliputi kondisi kesehatan individu.
Data tentang adanya efek langsung atau tidak langsung
terhadapmuskuloskeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang
rawan,riwayat artritis dan osteomielitis.
Riwayat kesehatan sekarang : sejak kapan timbul keluhan, apakan adariwayat
trauma. Hal-hal yang menimbulkan gejala. Timbulnya gejalamendadak atau
perlahan. Timbulnya untuk pertama kalinya atau berulang.Perlu ditanyakan
pula tentang ada-tidaknya gangguan pada sistem lainnya.Kaji klien untuk
mengungkapkan alasan klien memeriksakan diri ataumengunjungi fasilitas
kesehatan, keluhan utama pasien dan gangguanmuskuloskeletal meliputi :
2. Osteomalasia
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.Pengkajian yang
dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi:
a. Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau kekurangan vitamin
D pada masa lalu. Tanyakan apakah dimasa lalu ada pemakaian obat
dalam jangka waktu lama atau panjang.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien merasa ada pembengkokan pada tulang, adanya nyeri, jalan
pincang, anoreksia dan penurunan berat badan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan atau apakah
ada keluarga sebelumnya mempunyai penyakit yang sama.
c. Pemeriksaan fisik
1) Ekstermitas
a) Deformitas skelet
b) Deformitas vertebra
c) Deformitas lengkungan tulang panjang
d) Otot Lemah
2) Pengkajian Tulang Belakang
Deformitas tulang belakang yang sering terjadi perludiperhatikan yaitu :
a) Skoliosis (deviasi kurvantura lateral tulang belakang)
- Bahu tidak sama tinggi
- Garis pinggang yang tidak simetris
- Skapula yang menonjol. Skoliosis tidak diketahui penyebabnya
(idiopatik), kelainan kongenital,atau akibat kerusakan ototpara-spinal.
b) Kifosis (kenaikan kurvantura tulang belakang bagian dada). Sering terjadi
pada lansia dengan osteoporosis atau penyakit neuromuscular
c) Lordosis (membebek, kurvantura tulang bagian pinggang yang berlebihan.
3) Pengkajian Sistem Persendian
Pengkajian sistem persendian dengan pemeriksaan luas gerak sendi baik aktif
maupun pasif, deformitas, stabilitas dan adanya benjolan. Pemeriksaan sendi
menggunakan alat goniometer, yaitu busur derajat yang dirancang khusus untuk evakuasi
gerak sendi.
4) Pengkajian Sistem Otot
Pengkajian sistem otot meliputi kemampuan mengubah posisi, kekuatan dan koordinasi otot,
serta ukuran masing-masing otot. Kelemahan sekelompok otot menunjukkan berbagai
kondisi seperti polineuropati, gangguan elektrolit, miastenia grafis, poliomielitis
dandistrofi otot. Palpasi otot dilakukan ketika ekstrimitas rileks dan digerakkan secara pasif,
perawat akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat diukur dengan memintapasien
menggerakkan ekstrimitas dengan atau tanpa tahanan.
5) Pengkajian Cara Berjalan
Pada pengkajian ini, pasien diminta berjalan.Perhatikan hal berikut :
a) Kehalusan dan irama berjalan, gerakan teraturatau tidak
b) Pincang dapat disebabkan oleh nyeri atausalah satu ekstrimitas pendek.
c) Keterbatasan gerak sendi dapat memengaruhicara berjalan Abnormalitas
neurologis yangberhubungan dengan cara berjalan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Osteoporosis
Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi
Nyeri Akut b/d agen pencedera fisiologis
Risiko Cidera b/d
2. Osteomalasia
Nyeri b.d agen pencedera fisiologis
Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang
Resiko cedera
iNTERVENSI
PERENCANAAN
N Diagnosa Keperawatan Tujuan/kriteria Hasil Rencana Rasional
O (NOC) Tindakan
Keperawatan
(NIC)
1. Nyeri Akut b.d agen pencedera Setelahdilakukanintervensikeperawatansela NIC :
1. Melakukan
fisiologis ma 3 x 24 jam diharapkan MANAJEMEN
pengkajian
(SDKI) (D.0077) NOC : TINGKAT NYERI NYERI nyeri dengan
PQRST
Dipertahankan di level : 1. Lakukan
Gejala & tanda Mayor Ditingkatkan di level : pengkajian 2. Melihat
petunjuk
Subjektif 1. Berat nyeri secara
nonverbal dari
Pasien mengeluh nyeri 2. Cukup berat komprehensif pasien
Objektif 3. Sedang 2. Observasi
Tampak meringis 4. Ringan adanya
Bersikap protektif (Mis. 5. Tidak ada petunjuk
Waspada, posisi nonverbal
3. Memberikan
menghindari nyeri) Dengan kriteria hasil : mengenai
obat analgesik
Gelisah 1. Nyeri yang dilaporkan ketidaknyam sesuai resep
dokter
Frekuensi nadi 2. Menggosok area yang terkena anan
6. Pertimbangka
n pengaruh
budaya
terhadap
respon nyeri
7. Dukung
istirahat/tidur
yang adekuat
untukmemba
ntu
penurunan
nyeri
8. Evaluasi
pengalaman
nyeri yang
dirasakan
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan Setelahdilakukanintervensikeperawatansela NIC : Mobilitas
integritas struktur tulang ma 3 x 24 jam diharapkan (pergerakan) 1. Menentukan
(SDKI) (D.0054) sendi batas gerakan
NOC : Body Mechanics Performances 1. Kaji yang akan
Gejala & Tanda Mayor (Kinerja Mekanik Tubuh) keterbatasan dilakukan
Subjetif gerak sendi 2. Motivasi yang
Mengeluh sulit Dipertahakan dilevel : tinggi dari
menggerakkan ektremitas Ditingkatkan ke level : pasien dapat
Objektif 1. Sangat terganggu 2. Kaji motivasi melancarkan
Kekuatan otot menurun 2. Banyak terganggu klien untuk latihan
Rentang gerak (ROM) 3. Cukup terganggu mempertahan 3. Agar pasien
menurun 4. Sedikit terganggu kan beserta
Tidak terganggu pergerakan keluarga dapat
Gejala & Tanda Minor Dengan kriteria hasil : sendi memahami dan
Subjektif Menggunakan posisi duduk yang 3. Jelaskan mengetahui
6. Bantu klien
ke posisi
yang optimal
untuk latihan
7. Anjurkan
untuk
melakukan
range of
motion pasif
jika
diindikasikan
7. Mengurangi
keletihan
5. Menjaga pasien yang
dengan dapat
siderail jika mengakibatkan
diperluka resiko cedera
6. Jauhkan dari
pajanan yang
tidak
diperlukan
7. Batasi
pengunjung
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat
perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar
dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang
secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah.
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh
kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang
disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi
deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada
orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap .( Smeltzer. 2001: 2339 )
Osteomalasia terjadi akibat defisiensi vitamin D ataupun akibat defisiensi
kalsium.Penyakit malabsorbsi ,gangguan hati dan gagal ginjal kronik dapat juga
mengakibatkan terjadinya osteomalasia
3.2 Saran
Dalam mempelajari materi ini, mahasiswa dan pembaca diharapkan dapat lebih
memperdalam lagi pengetahuan tentang konsep penyakit dan konsep askep Osteoporosis
& Osteomalasia dan mengaplikasiannya dalam dunia keperawatan. Diharapkan perawat
dan tenaga kesehatan lainnya mampu memahami dan mendalami materi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC.
Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi
8. Jakarta : EGC.
Suratun, Heryati, Santa manurung, Een raenah. 2008. Klien gangguan system
musculuskeletal. Jakarta : EGC.