Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu mineral utama penyusun tulang adalah kalsium. Kurangnya konsumsi
kalsium akan mengakibatkan berkurangnya kalsium yang terdapat pada tulang, sehingga
semakin lama akan terjadi perubahan pada struktur tulang. Akibatnya tulang menjadi
kehilangan kepadatan dan kekuatannya, sehingga mudah retak atau patah.
Osteomalasia adalah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang
yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah kadar yang
diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara
mineral tulang dengan matriks tulang berkurang.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia . Kekurangan kalsium dan
vitamin D terutama di masa kecil dan remaja saat di mana terjadi pembentukan massa
tulang yang maksimal, merupakan penyebab utama osteomalasia Konsumsi kalsium yang
rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium yang umumnya
terjadi pada dewasa , dapat menyebabkan osteomalasia ,selain itu ganguan pada sindroma
malabsorbsi usus ,penyakit hati ,gagal ginjal kronis dapat juga menyebab terjadinya
osteomalasia.
Terjadinya osteomalasia merupakan rangkaian awal terjadinya osteoporosis .pada
saat sekarang ini angka kejadian tersebut sangat meningkat tajam baik pada anak – anak,
dewasa atau pun orang tua. Berdasarkan hasil penelitian University of Otago, Selandia
Baru, bekerja sama dengan Seameo Tropmed RCCN, Universitas Indonesia dan
Universitas Putra Malaysia, yang dipublikasikan European Journal of Clinical Nutrition
tahun 2007, perempuan Indonesia hanya mengonsumsi 270 miligram kalsium per hari.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui konsep penyakit dan konsep askep Osteoporosis & Osteomalasia

1.3 Sitematika Penulisan


1. BAB I Pendahuluan: Dalam bab ini terdiri atas latar belakang, tujuan dan sistematika
penulisan.
2. BAB II Pembahasan
a. Konsep Penyakit Osteoporosis & Osteomalasia
b. Konsep Asuhan Keperawatan Osteoporosis & Osteomalasia
3. BAB III Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
4. Daftar Pustaka
BAB II

PEMBAHASAAN

1) Konsep Penyakit Osteoporosis & Osteomalasia


2.1 Pengertian
A. Osteoporosis
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total.
Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang
lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa
tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah.
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous
berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang
keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah
atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas
jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009).
Lansia mengalamipenurunan pada system muskuloskeletal. Salahsatu diantaranya
adalah osteoporosis yaitu berkurangnya kepadatan tulang yang progresif,sehingga
tulang menjadi rapuh dan mudah patah.(Mickey Stanley, 2006 :158)
B. Osteomalasia
Osteomalasia adalah penyakit metabolic tulang yg dicirikan dengan
ketidakadekuatan mineralisasi tulang. Osteomalasia adalah penyakit pada orang
dewasa yang ditandai oleh gagalnya pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru
tumbuh. Istilah lain dari osteomalasia adalah ”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit
ini mirip dengan rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada
lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang dewasa
sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.
Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang
yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah kadar
yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio
antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang.

2.2 Etiologi
A. Osteoporosis
Beberapa penyebab osteoporosis dalam (Junaidi, 2007), yaitu
1. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurngnya hormon estrogen
(hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium
kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang berusia antara 51-
75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen
produksinya menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus berlangsung 3-4
tahun setelah meopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-
3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.
2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium
yang berhubungan dengan usia dan ketidak seimbangan antara kecepatan
hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang baru(osteoblast). Senilis
berati bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya
terjadi pada orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering wanita.
Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.
3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder
yang disebakan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa
disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid,
paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (mislnya kortikosteroid, barbiturat, anti
kejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan
dapat memperburuk keadaan ini.
4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya
tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki
kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak
memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang

B. Osteomalasia
a) Primer
Kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan kalsium akan
mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian juga apabila ia
kekurangan vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D berfungsi membantu
penyerapan kalsium di dalam tubuh. Jika kedua unsur ini tidak terpenuhi
makan tulang-tulang si kecil menjadi lunak dan mudah patah. Proses
mineralisasi adalah proses proses terakhir pembentukan tulang. Jika kebutuhan
kalsium anak tercukupi maka otomatis proses mineralisasi dalam tubuhnya
akan berlangsung dengan baik.
b) Resiko
a. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ hatinya
tak mampu memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi.
b. Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan
kalsium akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan
terhambat. Dan Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat
(acquired), renal tubular acidosis yang disertai disproteinemia kronik.
c. Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus tertentu, efek
pemakaian obat seperti streroid dalam jangka waktu yang panjang rentan
terhadap penyakit ini.
d. Gangguan malabsorbsi
e. Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit
mukosa usus halus proksimal dan penyakit ileum.
f. Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang me- nyebabkan
peningkatan kerja enzim-enzim oksidase hati.

2.3 Klasifikasi
A. Osteoporosis
Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :
1) Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang
menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga
meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia decade awal pasca
menopause, wanita lebih sering terkena daripada pria dengan perbandingan 68:1
pada usia rata-rata 53-57 tahun.
Osteoporosis primer berkaitan dengan usia dan jenis kelamin penderita, hormon
dibagi 3 subtipe: subtipe pertama, subtipe kedua dan subtipe idiophatik (tak
diketahui persis penyebabnya). Osteoporosis yang disebabkan menurunnya
jumlah hormon estrogen. Osteoporosis primer subtipe pertama terjadi pada
wanita yang telah mengalami menopause. Subtipe kedua didapati pada lansia,
lebih dari 70 tahun. Pada subtipe idiophatik, kasus osteoporosis didapati pada
wanita dan pria dalam usia yang relatif lebih muda, disebabkan faktor
genetika.Kadar kalsium fosfat, vitamin D, hormon pengatur tulang sudah
memadai, namun karena terdapat kelainan fungsi sel-sel osteoblast dalam
menjalankan kerjanya, terjadi kemunduran proses mineralisasi tulang.

2) Osteoporosis Sekunder
Sedangkan Osteoporosis sekunder terjadi akibat penyakit kronis lain seperti
gangguan hati (lever) dan gangguan hormon. Tipe osteoporosis sekunder
disebabkan faktor kelainan hormonal (endokrin), kelainan pola makan,
penggunaan obat-obatan, serta gaya hidup yang tidak sehat.
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit ataus ebab lain diluar tulang
Seperti Determinan pengurangan Massa Tulang

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan massa tulang pada usia


lanjut yang dapat mengakibatkan fraktur osteoporosis pada dasarnya sama
seperti pada factor-faktor yang mempengaruhi massatulang
 Faktor genetic
Factor genetic berpengaruh terhadap resiko terjadinya fraktur. Padase
seorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat resiko
fraktur dari seseorang dengan tulang yang besar.
 Factor mekanis
Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia
dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanik, massa tulang
tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.

Faktor lain
 Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan kalsium yang
rendah dan absorbsinya tidak baik akan mengakibatkan keseimbangan
kalsium yang negative begitu sebaliknya.
 Protein
Parotein yang berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan
keseimbangan kalsium yang negative
 Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan
terjadiny agangguan keseimbangan kalsium, karena menurunnya
efisiensi absorbs kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi
kalsium diginjal.
 Rokokdan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai
masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh rokok terhadap
penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat
memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
 Alkohol
Individu dengan alkoholis memempunyai kecenderungan masukan
kalsium yang rendah, disertai dengan ekskresi lewaturin yang
meningkat.Mekanisme yang pastibelumdiketahui.

2.4 Patofisiologi
A. Osteoporosis
Kartilago hialin adalah jaringan elastis yang 95% terdiri dari air dan matrik ekstra
selular, 5 % sel konrosit. Fungsinya sebagai penyangga juga pelumas sehingga tidak
menimbulkan nyeri pada saat pergerakan sendi.
Apabila kerusakan jaringan rawan sendi lebih cepat dari kemampuannya untuk
memperbaiki diri, maka terjadi penipisan dan kehilangan pelumas sehingga kedua
tulang akan bersentuhan. Inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada sendi lutut.
Setelah terjadi kerusakan tulang rawan, sendi dan tulang ikut berubah.
Defisiensi vitamin D menyebabkan penurunan kalsium serum, yang merangsang
pelepasan hormon paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid meningkatkan
penguraian tulang dan ekskresi fosfat oleh ginjal. Tanpa mineralisasi tulang yang
adekuat, maka tulang menjadi tipis. Terjadi penimbunan osteoid yang tidak
terkristalisasi dalam jumlah abnormal yang membungkussaluran-saluran tulang
bagian dalam, hal ini menimbulkan deformitas tulang. Diperkirakan efek primernya
adalah kekurangan vitamin D aktif yang
memacu absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinal dan memfasilitas imineralisasi
tulang. Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah. Tanpa vitamin D
yang mencukupi, kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan ketempat kalsifikasi
tulang, sehingga mengakibatkan kegagalan mineralisasi,terjadi perlunakan dan
perlemahan kerangka tubuh.Penyebab osteomalasia adalah kekurangan kalsium
dalam diet, malabsorbsi kalsium (kegagalan absorbsi atau kehilangan kalsium
berlebihandari tubuh), kelainan gastrointestinal (absorbsi lemak tidak memadai
sehinggamengakibatkan kehilangan vitamin D dan kalsium) gagal ginjal berat
dapatmengakibatkan asidosis (kalsium yang tersedia dalam tubuh digunakan
untukmenetralkan asidosis, pelepasan kaslsium skelet terus-menerus
mengakibatkandemineralisasi tulang), dan kekurangan vitamin D (diet dan sinar
matahari. Rakhitis (riskets) adalah penyakit tulang pada anak akibat
defisiensi vitamin D. Rakitis menyebabkan disorganisasi tulang, terutama di
lempengpertumbuhan atau epifisis sehingga pertumbuhan terhambat. Rakitis
jarangdijumpai di Amerikan Serikat, tetapi mungkin ditemukan pada keluarga
yangsangat miskin atau yang berada di daerah-daerah pinggiran. Malabsorbsikalsium
dalam makanan pada para pengidap penyakit crohn sindrommalabsorbsi atau fibrosis
kistik dapat menyebabkan osteomalasia atau rakhitis

B. Osteomalasia
Ada berbagai macam penyebab dari Osteomalasia yang umumnya menyebabkan
gangguan metabolisme mineral. Factor yang berbahaya untuk osteomalasia adalah
kesalahan diet, malabsobrsi, gastrectomi, GGK, terapi anticonvulsan jangka lama
(fenytoin, fenorbarbital) dan insufisiensi vitamin D ( diet, sinar matahari ).
Tipe malnurisi ( defisiensi vitamin D sering berhubungan dengan asupan kalsium
yang buruk ) terutama akibat kemiskinan, tetapi mematangkan makanan dan
kurangnya pengetahuan tentang nutrisi juga dapat menjadi factor pencetus. Hal itu
terjadi dengan frekuensi tersering dimana kandungan vitamin D dalam makanan
kurang dan adanya kesalahan diet serta kekurangan sinar matahari.
Osteomalasia dapat terjadi sebagai akibat dari kegagalan dari absorbsi kalsium
atau kehilangan kalsium berlebihan dari tubuh. Gangguan gastrointestinal dimana
kurangnya absorbsi lemak menyebabkan osteomalasia melalui kehilangan vitamin D
(semua vitamin yang larut dalam lemak) dan kalsium. Ekskresi yang paling terakhir
terdapat dalam faeces bercampur dengan asam lemak(fatty acid). Kelainan ini
meliputi penyakit seliac, obstruksi traktus biliaris kronis, pancreatitis kronik dan
reseksi usus halus.
Gagal ginjal berat mengakibatkan asidosis. Kalsium yang tersedia dipergunakan
untuk menetralkan asidosis, dan hormon paratiroid terus menyebabkan pelepasan
kalsium dari kalsium skelet sebagai usaha untuk mengembalikan Ph fisiologis.
Selama pelepasan kalsium skelet terus-menerus ini, terjadi fibrosisi tulang dan kista
tulang. Glomerulonefritis kronik, uropati obstruksi dan keracunan logam berat
mengakibatkan kurangnya kadar fosfat serum dan demineralisasi tulang
Selain itu penyakit hati dan ginjal dapat menyebabkan kekurangan vitamin D,
karena keduanya merupakan organ yang melakukan konversi Vit D ke bentuk aktif.
Akhirnya, hypertiroidime mengakibatkan dekalsifikasi skelet dan artinya
Osteomalasia, dengan peningkatan fosfat didalam urin.

WOC
2.5 Manifestasi Klinis
A. Osteoporosis
a) Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.
b) Nyeri timbul mendadak.
c) Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang.
d) Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.
e) Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan
aktivitas.
f) Deformitas vertebra thorakalis (Penurunan tinggi badan)

B. Osteomalasia
a. Nyeri tukang dan nyeri tekan tulang, Sebagai akibat dari defisiensi kalsium,
biasanya terdapat kelemahan otot. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar,
terutama pada daerah pinggang dan paha.
b. Kelemahan otot akibat defisiensi kalsium
c. Gaya berjalan seperti bebek atau pincang/timpang : tungkai akam ,menjadi
menekuk pada penyakit yg leoih lanjut
d. Fraktur Patologi
e. Vertebrata yg lunak menjadi terkomperessi, memperpendek bat tubuh pasien da
toraks .
f. Kelemahan dan ketidammantapan yg keras agar posisi tubuh, menyebabkan
resiko faktur,
g. Penyakit lanjut, tungkai terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan
tulang, dan tarikan otot), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh
pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).
h. Penurunan berat badan
i. Tulang terasa lunak dan jika disenduh akan merasakan nyeri mengigit
j. Mengalami gangguan motorik karena kurang beraktivitas dan menjadi pasif.

2.6 Penatalaksanaan Medis


A. Osteoporosis
 Diet kaya kasium dan vitamin D yg adekuat dan seimbang
 Tingkatkan asupan kalsium selama masa remaja, deasa muda, dan usia
pertengahan.
 Latihan menahan bobot tubuh secara teratur untuk meningkatkan pembentukan
tulang (20 sampai 30 menit olahraga secara aerobic 3 hari/minggu).
 Diit
Diit tinggi kalsium (melindungiterhadap demineralisasi tulang
 Hormon
Pada menopause dapat diberikan terapi penggantihormone berupa estrogen
diselingi denganprogesterone. (Boedhi Darmojo, 1999 : 200)
 Terapi testosterone untuk mengurangi osteoporosispada pria. (Elizabeth J.
Corwin, 2000 : 304)

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


A. Osteoporosis
 Sinar X rutin ketika telah terjadi deminrelasasi 25% sampai 40%
 DEXA: DXA : memberikan informasi mengenai tulang belakang dan masaa
tulang pinggul serta densitas mineral yulang.
 Pemeriksaan Laboratariun

B. Osteomalasia
 Pemeriksaan sinar X berapa pulang menunjukan pentingnys
 Pemerisaan Lanprsystiua
3) Konsep Askep Osteoporosis & Osteomala
A. Pengkajian
1. Osteoporosis
 Untuk mengidentifikasi risiko dan pengenalan masalah yang berhubungan
dengan osteoporosis, wawancari pasien mengenai riwayat keluarga, frakut
sebelumnya, konsumsi diet kalsium, pola olahraga, awitan menopause , dan
penggunaan kortikostreoid serta alcohol, kebiasaan merokok, dan asupan
kafein.
 Pada pemeriksaan fisik, pantau adanya fraktur, kifosis tulang belakang toraks,
atau pemendekan psotur tubuh : gali setiap gejala yang dialami pasien
 Data demografi : Data ini meliputi nama, usia, jenis kelamin, tempat
tinggal,orang yang dekat dengan klien.
 Riwayat perkembangan : Data ini untuk mengetahui tingkat
perkembanganpada neonatus, bayi, prasekolah, remaja, dewasa dan tua.
 Riwayat sosial : Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang
yangterpapar terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya,
statuskesehatannya dapat dipengaruhi.
 Riwayat penyakit keturunan : Riwayat penyakit keluarga perlu diketahuiuntuk
menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi misalnya(penyakit
diabetes melitus yang merupakan predisposisi penyakit sendidegeneratif, TBC,
artritis, riketsia, osteomielitis, dll)
 Riwayat diet : Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi
inidapat mengakibatkan stress pada sendi penyangga tubuh dan
predisposisiterjadinya instabilitas ligamen, khususnya pada punggung bagian
bawah.Kurangnya asupan kalsium dapat menimbulkan fraktur karena
adanyadekalsifikasi. Bagaimana menu makanan sehari-hari dan konsumsi
vitamin A,D, kalsium, serta protein yang merupakan zat untuk menjaga
kondisimuskuloskeletal.
 Aktivitas kegiatan sehari-hari : Identifikasi pekerjaan pasien dan
aktifitassehari-hari. Kebiasaan membawa benda-benda berat yang
dapatmenimbulkan regangan otot dan trauma lainnya. Kurangnya melakukan
aktivitas mengakibatkan tonus otot menurun. Fraktur atau trauma dapattimbul
pada olahraga sepak bola dan hoki, sedangkan nyeri sendi tangandapat timbul
akibat olah raga tenis. Pemakaian hak sepatu yang terlalu tinggidapat
menimbulkan kontraksi pada tendon achiles dan dapat terjadidislokasi. Perlu
dikaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat ambulasi apakahada nyeri pada
sendi, apakah menggunakan alat bantu (kursi roda, tong katataupun walker)
 Riwayat kesehatan masa lalu : Data ini meliputi kondisi kesehatan individu.
Data tentang adanya efek langsung atau tidak langsung
terhadapmuskuloskeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang
rawan,riwayat artritis dan osteomielitis.
 Riwayat kesehatan sekarang : sejak kapan timbul keluhan, apakan adariwayat
trauma. Hal-hal yang menimbulkan gejala. Timbulnya gejalamendadak atau
perlahan. Timbulnya untuk pertama kalinya atau berulang.Perlu ditanyakan
pula tentang ada-tidaknya gangguan pada sistem lainnya.Kaji klien untuk
mengungkapkan alasan klien memeriksakan diri ataumengunjungi fasilitas
kesehatan, keluhan utama pasien dan gangguanmuskuloskeletal meliputi :

2. Osteomalasia
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.Pengkajian yang
dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi:
a. Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau kekurangan vitamin
D pada masa lalu. Tanyakan apakah dimasa lalu ada pemakaian obat
dalam jangka waktu lama atau panjang.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien merasa ada pembengkokan pada tulang, adanya nyeri, jalan
pincang, anoreksia dan penurunan berat badan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan atau apakah
ada keluarga sebelumnya mempunyai penyakit yang sama.

c. Pemeriksaan fisik
1) Ekstermitas
a) Deformitas skelet
b) Deformitas vertebra
c) Deformitas lengkungan tulang panjang
d) Otot Lemah
2) Pengkajian Tulang Belakang
Deformitas tulang belakang yang sering terjadi perludiperhatikan yaitu :
a) Skoliosis (deviasi kurvantura lateral tulang belakang)
- Bahu tidak sama tinggi
- Garis pinggang yang tidak simetris
- Skapula yang menonjol. Skoliosis tidak diketahui penyebabnya
(idiopatik), kelainan kongenital,atau akibat kerusakan ototpara-spinal.
b) Kifosis (kenaikan kurvantura tulang belakang bagian dada). Sering terjadi
pada lansia dengan osteoporosis atau penyakit neuromuscular
c) Lordosis (membebek, kurvantura tulang bagian pinggang yang berlebihan.
3) Pengkajian Sistem Persendian
Pengkajian sistem persendian dengan pemeriksaan luas gerak sendi baik aktif
maupun pasif, deformitas, stabilitas dan adanya benjolan. Pemeriksaan sendi
menggunakan alat goniometer, yaitu busur derajat yang dirancang khusus untuk evakuasi
gerak sendi.
4) Pengkajian Sistem Otot
Pengkajian sistem otot meliputi kemampuan mengubah posisi, kekuatan dan koordinasi otot,
serta ukuran masing-masing otot. Kelemahan sekelompok otot menunjukkan berbagai
kondisi seperti polineuropati, gangguan elektrolit, miastenia grafis, poliomielitis
dandistrofi otot. Palpasi otot dilakukan ketika ekstrimitas rileks dan digerakkan secara pasif,
perawat akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat diukur dengan memintapasien
menggerakkan ekstrimitas dengan atau tanpa tahanan.
5) Pengkajian Cara Berjalan
Pada pengkajian ini, pasien diminta berjalan.Perhatikan hal berikut :
a) Kehalusan dan irama berjalan, gerakan teraturatau tidak
b) Pincang dapat disebabkan oleh nyeri atausalah satu ekstrimitas pendek.
c) Keterbatasan gerak sendi dapat memengaruhicara berjalan Abnormalitas
neurologis yangberhubungan dengan cara berjalan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Osteoporosis
 Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi
 Nyeri Akut b/d agen pencedera fisiologis
 Risiko Cidera b/d

2. Osteomalasia
 Nyeri b.d agen pencedera fisiologis
 Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang
 Resiko cedera
iNTERVENSI

PERENCANAAN
N Diagnosa Keperawatan Tujuan/kriteria Hasil Rencana Rasional
O (NOC) Tindakan
Keperawatan
(NIC)
1. Nyeri Akut b.d agen pencedera Setelahdilakukanintervensikeperawatansela NIC :
1. Melakukan
fisiologis ma 3 x 24 jam diharapkan MANAJEMEN
pengkajian
(SDKI) (D.0077) NOC : TINGKAT NYERI NYERI nyeri dengan
PQRST
 Dipertahankan di level : 1. Lakukan
Gejala & tanda Mayor  Ditingkatkan di level : pengkajian 2. Melihat
petunjuk
 Subjektif  1. Berat nyeri secara
nonverbal dari
 Pasien mengeluh nyeri  2. Cukup berat komprehensif pasien
 Objektif  3. Sedang 2. Observasi
 Tampak meringis  4. Ringan adanya
 Bersikap protektif (Mis.  5. Tidak ada petunjuk
Waspada, posisi nonverbal
3. Memberikan
menghindari nyeri) Dengan kriteria hasil : mengenai
obat analgesik
 Gelisah 1. Nyeri yang dilaporkan ketidaknyam sesuai resep
dokter
 Frekuensi nadi 2. Menggosok area yang terkena anan

meningkat dampak terutama


4. Melakukan
 Sulit tidur 3. Mengerang dan menangis pada mereka
komunikasi
Gejala & Tanda Minor 4. Ekspresi nyeri wajah yang tidak terapeutik
kepada pasien
 Subjektif 5. Tidak bisa beristirahat dapat
(Tidak Tersedia) berkomunika
 Objektif si secara 5. Memberitahu
pasien tentang
 Tekanan darah efektif
nyeri yang
meningkat 3. Pastikan dirasakannya
 Pola nafas berubah perawatan
 Nafsu makan berubah analgesik 6. Melihat
apakah budaya
 Proses berpikir terganggu bagi pasien
dapat menjadi
 Menarik diri dilakukan penyebab nyeri
pasien
 Berfokus pada diri dengan

sendiri pemantauan 7. Menganjurkan


pasien untuk
yang ketat
 diaforesis istirahat/tidur
4. Gunakan yang baik
strategi
terapeutik
8. Menanyakan
untuk
apakah pasien
mengetahui pernah
mengalami
pengalaman
nyeri
nyeri dan sebelumnya
sampaikan
penerimaan
pasien
terhadap
nyeri
5. Gali
kepercayaan
dan
pengetahuan
pasien
mengenai
nyeri

6. Pertimbangka
n pengaruh
budaya
terhadap
respon nyeri

7. Dukung
istirahat/tidur
yang adekuat
untukmemba
ntu
penurunan
nyeri

8. Evaluasi
pengalaman
nyeri yang
dirasakan
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan Setelahdilakukanintervensikeperawatansela NIC : Mobilitas
integritas struktur tulang ma 3 x 24 jam diharapkan (pergerakan) 1. Menentukan
(SDKI) (D.0054) sendi batas gerakan
NOC : Body Mechanics Performances 1. Kaji yang akan
Gejala & Tanda Mayor (Kinerja Mekanik Tubuh) keterbatasan dilakukan
 Subjetif gerak sendi 2. Motivasi yang
 Mengeluh sulit  Dipertahakan dilevel : tinggi dari
menggerakkan ektremitas  Ditingkatkan ke level : pasien dapat
 Objektif  1. Sangat terganggu 2. Kaji motivasi melancarkan
 Kekuatan otot menurun  2. Banyak terganggu klien untuk latihan
 Rentang gerak (ROM)  3. Cukup terganggu mempertahan 3. Agar pasien
menurun  4. Sedikit terganggu kan beserta
 Tidak terganggu pergerakan keluarga dapat
Gejala & Tanda Minor Dengan kriteria hasil : sendi memahami dan
 Subjektif  Menggunakan posisi duduk yang 3. Jelaskan mengetahui

 Nyeri saat bergerak benar alasan alasan


 Enggan melakukan  Mempertahankan kekuatan otot pemberian pemberian
pergerakan  Mempertahankan fleksibilitas sendi latihan latihan
 Merasa cemas saat kepada 4. Agar dapat
bergerak pasien/keluar memberikan
 Objektif ga intervensi
 Sendi kaku secara tepat

 Gerakan tidak 5. Cedera yang

terkoordinasi timbul dapat

 Gerakan terbatas 4. Monitor memperburuk

 Fisik lemah lokasi kondisi klien


ketidaknyam 6. Memaksimalk
anan atau an latihan
nyeri selama 7. ROM pasif
aktifitas dilakukan jika
klien tidak
5. Lindungi dapat
pasien dari melakukan
cedera secara mandiri
selama
latihan

6. Bantu klien
ke posisi
yang optimal
untuk latihan

7. Anjurkan
untuk
melakukan
range of
motion pasif
jika
diindikasikan

3. Resiko Cedera NIC :


(SDKI) (D.0136) Manajemen 1. Manipulasi
Lingkungan lingkungan
Faktor resiko 1. Identifikasi untuk
 Eksternal kebutuhan mencegah
 Terpapar patogen keselamatan cedera
 Terpapar zat kimia toksin pasien
 Terpapar agen berdasarkan
nosokomial fungsi fisik 2. Mencegah

 Ketidakamanan dan kognitif terjadinya


transportasi serta riwayat resiko cedera
 Internal perilaku di 3. Mencegah
 Ketidaknormalan profil masa lalu resiko cedera
darah 2. Ciptakan
 Perubahan orientasi lingkungan 4. Membantu
afektif yang aman pasien
 Perubahan sensasi bagi pasien memudahkan

 Disfungsi autoimun menjangkau

 Disfungsi biokimia 3. Singkirkan tempat tidur

 Hipoksia jaringan bahaya dan


lingkungan mengurangi
 Kegagalan mekanisme
resiko cedera
pertahanan tubuh
4. Sediakan
 Malnutrisi
tempat tidur
 Perubahan fungsi 5. Mencegah
yang rendah
psikomotor pasien
jika
 Perubahan fungsi diperlukan
mengalami
kognitif resiko cedera
6. Menghindar
resiko cedera

7. Mengurangi
keletihan
5. Menjaga pasien yang
dengan dapat
siderail jika mengakibatkan
diperluka resiko cedera

6. Jauhkan dari
pajanan yang
tidak
diperlukan

7. Batasi
pengunjung
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat
perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar
dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang
secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah.
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh
kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang
disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi
deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada
orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap .( Smeltzer. 2001: 2339 )
Osteomalasia terjadi akibat defisiensi vitamin D ataupun akibat defisiensi
kalsium.Penyakit malabsorbsi ,gangguan hati dan gagal ginjal kronik dapat juga
mengakibatkan terjadinya osteomalasia

3.2 Saran
Dalam mempelajari materi ini, mahasiswa dan pembaca diharapkan dapat lebih
memperdalam lagi pengetahuan tentang konsep penyakit dan konsep askep Osteoporosis
& Osteomalasia dan mengaplikasiannya dalam dunia keperawatan. Diharapkan perawat
dan tenaga kesehatan lainnya mampu memahami dan mendalami materi ini.
DAFTAR PUSTAKA

 Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
 Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC.
 Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi
8. Jakarta : EGC.
 Suratun, Heryati, Santa manurung, Een raenah. 2008. Klien gangguan system
musculuskeletal. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai