Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an menyebut dirinya sebagai Hudan li al-Nas, petunjuk bagi
segenap umat manusia. Akan tetapi, petunjuk Al-Qur’an tersebut tidaklah dapat
ditangkap maknanya bila tanpa adanya penafsiran. Itulah sebabnya sejak Al-
Qur’an diwahyukan hingga dewasa ini gerakan penafsiran yang dilakukan oleh
para ulama tidak pernah ada henti-hnetinya. Hal ini terbukti dengan banyaknya
karya-karya para ulama yang dipersembahkan guna menyingkap dan menguak
rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya dengan menggunakan metode dan
sudut pandang yang berbeda-beda.
Tafsir bisa diartikan dengan al-iddah wa al-tabyin, menjelaskan dan
menerangkan, atau lebih lengkapnya adalah suatu ilmu yang dengannya kitab
Allah dapat dipahami, mengeluarkan makna-maknanya dan mengeluarkan
hukum-hukum serta hikmah-hikmahnya. Dapat juga diartikan dengan ilmu
yang membahas Al-Qur’an al-Karim dari segi dalalahnya sejalan dengan apa
yang dikehendaki Allah, dalam batas kemampuan manusia. Dengan demikan,
tafsir secara sederhana dapat dipahami sebagai usaha manusia dalam
memahami Al-Qur’an.
Salah satu dari sekian banyak tafsir yang ada adalah tafsir al-Jami’ li
Ahkam Al-Qur’an karya al-Qurthubi, yang dikenal dengan Tafsir al-Qurtubi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Siapakah Imam al-Qurthubi?
2. Apa motivasi penulisan dan obsesi penamaan kitab Tafsir al-Qurthubi?
3. Apa mazhab fiqih dan mazhab kalam al-Qurthubi?
4. Apa saja sumber penafsiran dan refrensi penulisan kitab Tafsir al-
Qurthubi?
5. Apa saja metode dan corak Tafsir al-Qurthubi?
6. Apa saja karakteristik penafsiran Tafsir al-Qurthubi?
7. Apa saja keistimewaan dan kekurangan Tafsir al-Qurthubi?

1
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis merumuskan
tujuan makalah adalah untuk mengetahui :
1. Siapa Imam al-Qurthubi
2. Motivasi penulisan dan obsesi penamaan kitab Tafsir al-Qurthubi
3. Mazhab fiqih dan mazhab kalam al-Qurthubi
4. Sumber penafsiran dan refrensi penulisan kitab Tafsir al-Qurthubi
5. Metode dan corak Tafsir al-Qurthubi
6. Karakteristik penafsiran Tafsir al-Qurthubi
7. Keistimewaan dan kekurangan Tafsir al-Qurthubi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Imam Al-Qurthubi
Dia adalah Imam Abu ‘Abdillâh Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar
bin Farh al-Anshâri al-Khazraji al-Andalusi al-Qurthubi.1 Dia adalah seorang
mufassir.2 Beliau lahir dilingkungan keluarga petani di Cordova, Andalusia
pada masa kekuasaan Bani Muwahhidûn tahun 580 H/1184 M.3 Di sanalah dia
mempelajari bahasa Arab dan syair, di samping juga mempelajari Al-Qur’an
Al-Karim. Di sana pula dia memperoleh pengetahuan yang luas dalam bidang
Fiqih, Nahwu, dan Qira’at. Sebagaimana dia juga mempelajari Ilmu Balaghah,
Ulumul Qur’an, dan juga ilmu-ilmu lainnya. Setelah itu, dia datang ke Mesir
dan menetap di sana. Dia meninggal dunia di Mesir pada malam senin, tepatnya
pada tanggal 9 Syawal tahun 671 H. Makamnya berada di Elmeniya, di timur
sungai Nil, dan sering diziarahi banyak orang.4 Sehingga pada tahun 1971 M.
di sana dibangun sebuah masjid sekaligus di abadikan nama Imam al-Qurthubi
pada masjid dengan nama masjid al-Qurthubi. Jika benar perkataan ‘Ali ‘Iyâzi
bahwa al-Qurthubi lahir pada tahun 580 H/1184 M, maka berarti al-Qurthubi
hidup sampai berusia lebih 89 tahun menurut kalender masehi atau kurang lebih
91 tahun berdasarkan tahun hijriah.5
Dia merupakan salah seorang hamba Allah yang shaleh dan ulama yang
sudah mencapai tingkatan ma’rifatullah. Dia sangat zuhud terhadap kehidupan
dunia (tidak menyenanginya), bahkan dirinya selalu disibukkan oleh urusan-
urusan akhirat. Usianya dihabiskan untuk beribadah kepada Allah dan
menyusun kitab.
Mengenai sosok Imam al-Qurthubi ini, Syaikh adz-Dzahabi
menjelaskan, “Dia adalah seorang imam yang memiliki ilmu yang luas dan

1
Ada juga yang mengatakan Abu ‘Abdillâh Muhammad bin Ahmad al-Anshâri al-
Malikî al-Qurthubi. Lihat di Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab
Tafsir Klasik-Modern, (Ciputat : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012),
cet. 2, hlm. 19.
2
Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, penerjemah, Fathurrahman dkk, (Jakarta : Pustaka
Azzam, 2007), jil.1, cet. 1, hlm. xv.
3
Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern,
(Ciputat : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), cet. 2, hlm. 19.
4
Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, penerjemah, Fathurrahman dkk,…hlm. xv.
5
Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy,…hlm. 20.

3
mendalam. Dia memiliki sejumlah karya yang sangat bermanfaat dan
menunjukkan betapa luas pengetahuannya dan sempurna kepandaiannya”.
Kehidupan ilmiah di Maghrib (Maroko) dan Andalusia (Spanyol) pada
masa al-Muwahhidin (514-668 H) berkembang sangat pesat. Masa tersebut
merupakan masa yang di dalamnya al-Qurthubi menjalani beberapa fase dari
kehidupannya, tepatnya ketika dia masih tinggal di Andalusia dan sebelum
berpindah ke Mesir. Di antara faktor yang menambah cepat laju gerakan ilmiah
pada masa ini adalah :
1. Muhammad bin Tumart, pendiri Daulah al-Muwahhidin (united state),
merupakan salah seorang ulama terkemuka pada masanya. Dia telah
menyebarluaskan seruan untuk mencari ilmu pengetahuan dan telah
memberikan dorongan kepada rakyatnya untuk memperoleh ilmu
pengetahuan.
2. Banyaknya buku-buku dan karya-karya tulis yang ada di Andalusia.
Cordova merupakan sebuah negeri di Andalusia (Spanyol) yang memiliki
buku paling banyak serta memiliki penduduk yang paling besar
perhatiannya terhadap perbendaharaan buku. Suasana ilmiah yang telah
menjadi ciri khas pemerintahan khalifah-khalifah dari dinasti al-
Muwahhidin ini, serta banyaknya buku-buku dan karya-karya yang telah
memenuhi negeri Andalusia pada saat itu, telah memberikan dorongan
kepada para ulama untuk terus berkarya dan telah meramaikan bursa ilmu
pengetahuan.
Dari sini, maka jumlah lembaga-lembaga keilmuan yang muncul di
Andalusia, baik di pusat kota maupun di daerah-daerah sekitarnya pun semakin
banyak. Sementara ilmu-ilmu agama seperti fiqih, hadits, tafsir, dan ilmu qira’at
pun berkembang pesat, sebagaimana ilmu bahasa Arab, nahwu, sejarah, sastra,
dan syair juga berkembang pesat. Sungguh semua itu memiliki pengaruh yang
besar terhadap proses pembentukan jiwa keilmuan dalam diri Imam al-
Qurthubi.
Kehidupan ilmiah di Mesir pada saat itu, tepatnya setelah Imam al-
Qurthubi berpindah ke sana pada masa pemerintahan dinasti al-Ayyubiyyin,
juga tidak kalah majunya dengan kehidupan ilmiah di Andalusia pada masa
pemerintahan dinasti al-Muwahhidin. Barangkali fakto-faktor yang
menyebabkan semakin majunya gerakan ilmiah di Mesir hampir sama, atau
4
bahkan sama, dengan factor-faktor yang menyebabkan semakin majunya
gerakan ilmiah di Andalusia.
Di antara guru-guru al-Qurthubi adalah :
1. Ibnu Rawwaj, yaitu al-Imam al-Muhaddits (ahli hadits) Abu Muhammad
‘Abdul Wahhab bin Rawwaj. Nama aslinya adalah Zhafir bil ‘Ali bin Futuh
al-Azdi al-Iskandarani al-Maliki. Dia wafat pada tahun 648 H.
2. Ibnu al-Jumaizi, yaitu al-Allamah Baha’uddin Abu al-Hasan Ali bin
Hibatullah bin Salamah al-Mashri asy-Syafi’i. Dia wafat pada tahun 649 H.
Dia merupakan salah seorang ahli dalam bidang hadits, fiqih, dan ilmu
qira’at.
3. Abu al-Abbas Ahmad bin Umar bin Ibrahim al-Maliki al-Qurthubi, wafat
pada tahun 656 H. Dia adalah penulis kitab al-Mufhim fi Syarh Shahih
Muslim.
4. Al-Hasan al-Bakari, yaitu al-Hasan bin Muhammad bin Muhammad bin
Amaruk at-Taimi an-Naisaburi ad-Dimsyaqi, atau biasa dipanggil dengan
nama Abu Ali Shadruddin al-Bakari. Dia wafat pada tahun 656 H.
Para ahli sejarah menyebutkan sejumlah hasil karya al-Qurthubi selain
kitabnya yang berjudul al-Jâmi’ Li Ahkâm Al-Qur’an, di antaranya adalah :
1. At-Tadzkirah fi Ahwal al-Mauta wa Umur al-Akhirah, merupakan sebuah
kitab yang masih terus dicetak hingga sekarang.
2. At-Tidzkar fi Afdhal al-Adzkar, merupakan sebuah kitab yang masih terus
dicetak hingga sekarang.
3. Al-Asna fi Syarh Asma’illah al-Husna.
4. Syarh at-Taqashshi
5. Al-I’lam bi Mâ fi Din an-Nashara Min al-Mafashid wa al-Auham wa Izhhar
Mahasin Din al-Islam.
6. Qam’u al-Harsh bi az-Zuhd wa al-Qana’ah.
7. Risalah fi Alqam al-Hadits.
8. Kitab al-Aqdhiyyah.
9. al-Mishbah fi al-Jam’i Baina al-Af’âl wa ash-Shahhah. Sebuah kitab
tentang bahasa Arab yang merupakan hasil ringkasan al-Qurthubi terhadap
kitab al-Af’âl karya Abu al-Qasim Ali bin Ja’far al-Qaththa’ dan kitab ash-
Shahhah karya al-Jauhari.
10. Al-Muqtabas fi Syarh Muwaththa’ Malik bin Anas.
5
11. Al-Luma’ fi Syarh al-‘Isyrinat an-Nabawiyyah.
Seseorang yang memperhatikan dengan seksama kitab Tafsir al-
Qurthubi, pasti akan mengetahui bahwa pemikiran al-Qurthubi telah
terpengaruh oleh beberapa ulama yang hidup sebelumnya, di antaranya yaitu :
1. Ibnu Athiyyah. Dia adalah al-Qadhi Abu Muhammad Abdil Haqq bin
Athiyyah, penulis kitab al-Muharrar al-Wajiz fi at-Tafsir.
2. Abu Ja’far an-Nuhas, penulis kitab I’rab Al-Qur’an dan Ma’ani Al-Qur’an.
3. Al-Mawardi. Dia adalah Abu al-Hasan Ali bin Muhammad al-Mawardi,
wafat pada tahun 450 H.
4. Ath-Thabari. Dia adalah Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari,
penulis kitab Jami’ al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an, wafat pada tahun 310 H.
5. Abu Bakar bin al-Arabi. Dia adalah penulis kitab Ahkam Al-Qur’an, wafat
pada tahun 543 H.
Para mufassir yang hidup setelah al-Qurthubi telah terpengaruh oleh
kitab tafsirnya. Mereka telah mengambil manfaat serta belajar banyak hal
darinya. Di antara mereka adalah :
1. Al-Hafidz Ibnu Katsir. Dia adalah Imaduddin Abu al-Fida’ Isma’il bin
Amru bin Katsir, wafat pada tahun 774 H. Dalam menulis kitab tafsirnya,
Ibnu Katsir telah terpengaruh oleh al-Qurthubi. Dia juga telah banyak
meriwayatkan banyak perkataan dari al-Qurthubi tetapi secara maknawi,
yaitu hanya pengertiannya saja dan tidak persis dalam teks aslinya. Akan
tetapi dalam sebagian masalah, Ibnu Katsir mendebat dan mengomentari
pendapat-pendapat al-Qurthubi.
2. Abu Hayyan al-Andalusi al-Gharnathi dalam kitab tafsirnya yang berjudul
al-Bahr al-Muhith, wafat pada tahun 754 H.
3. Asy-Syaukani. Dia adalah al-Qadhi al-Allamah Muhammad bin Ali bin
Muhammad asy-Syaukani, wafat pada tahun 1255 H.6
B. Motivasi Penulisan dan Obsesi Penamaan Kitab Tafsir al-Qurthubi
Dalam muqaddimah kitabnya al-Qurthubi mengatakan, “Kitabullah
mencakup seluruh ilmu-ilmu syari’at. Hal-hal yang sunah dan fardhu termaktub
di dalam kitabullah. Malaikat sebagai kepercayaan Allah di langit
menyampaikannya ke bumi kepada orang yang paling dipercaya di bumi, yaitu

6
Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, penerjemah, Fathurrahman dkk,…hlm. xv-xx.

6
Rasulullah. Oleh karena alasan inilah saya sangat berkeinginan untuk
menyibukkan diri saya dengan Al-Qur’an sepanjang hidup saya. Seluruh
kemampuan saya kerahkan untuk kepentingan Al-Qur’an. Saya berusaha
menuliskan beberapa komentar sederhana dari apa yang terdapat di dalamnya,
yaitu dari segi penafsiran, bahasa, I’rab (kedudukan kata dalam kalimat),
qira’at, dan berusaha membantah pemikiran orang-orang yang zhalim dan sesat.
Banyak sekali hadits-hadits yang menjadi bukti akan benarnya hukum-hukum
dan peristiwa tentang turunnya Al-Qur’an yang kami jelaskan. Kemudian antara
makna Al-Qur’an dan hadits digabungkan dan diperjelas makna-makna yang
belum jelas yang terdapat pada keduanya dengan menggunakan pendapat para
ulama salaf dan generasi setelahnya. Saya melakukan ini semua sebagai sarana
untuk mengingatkan diri saya sendiri dan sebagai bekal untuk hari kemudian.
Mudah-mudahan usaha saya ini dapat menjadi amal shalih setelah saya wafat
kelak.
Dalam penulisan kitab ini ada satu syarat yang harus selalu saya ikuti,
yaitu pendapat-pendapat yang ada harus disandarkan pada orang yang
mengutarakan pendapat tersebut, dan hadits-hadits pun harus disandarkan pada
perawinya. Ada kata bijak yang mengatakan bahwa di antara keberkahan ilmu
pengetahuan adalah mengembalikan suatu pendapat kepada orang yang
mengutarakan pendapat tersebut. Banyak sekali hadits yang terdapat di kitab
fiqih dan tafsir tidak disebutkan secara jelas. Sehingga, tidak diketahui siapa
yang meriwayatkannya. Hanya orang-orang yang merujuk kepada kitab-kitab
hadits saja yang dapat mengetahuinya. Sehingga orang yang tidak memiliki
pengalaman pengetahuan tentang hal ini menjadi bingung, dia tidak dapat
mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Hadits yang tidak
disebutkan periwayatannya maka tidak dapat diterima jika dijadikan sebagai
hujjah dan dalil, sampai hadits tersebut disandarkan pada perawi yang
meriwayatkannya dan para ulama Islam yang tsiqah dan dikenal.
Pada buku ini kami mencoba membahas permasalahan ini. Mudah-
mudahan Allah memberikan taufiq menuju jalan kebenaran. Pada buku ini saya
juga akan memberikan contoh yang diambil dari kisah-kisah yang dijelaskan
oleh para pakar tafsir dan berita-berita dari pakar sejarah. Hanya hadits-hadits
yang telah pasti dan tindak membutuhkan penjelasan lebih lanjut saja yang tidak
saya sertakan contoh-contohnya. Hal lain yang memperkuat adalah penjelasan
7
tentang ayat-ayat hukum dengan menyebutkan permasalahan-permasalahan
yang lebih memperjelas maknanya dan membimbing penuntut ilmu untuk
mengetahui makna tersebut. Pada setiap ayat yang biasanya mengandung satu,
dua, atau lebih permasalahan kami jelaskan pula kandungan-kandungan berupa
asbab an-nuzul (sebab turunnya ayat), tafsir dari kalimat yang asing, dan hukum
yang terkandung pada ayat tersebut. Jika suatu ayat tidak mengandung hukum
maka akan dijelaskan kandungan tafsir dan penakwilan yang terkandung di
dalamnya. Demikianlah seterusnya hingga akhir kitab ini. Saya memberi judul
buku ini dengan al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an wa al-Mubayyin lima
Tadhammanahu min as-Sunnah wa Ayi Al-Qur’an”.7
C. Mazhab Fiqih al-Qurthubi
Dalam persoalan mazhab al-Qurthubi adalah seorang Malikiah. Dan hal
ini dapat dilihat dalam penafsirannya mengenai persoalan hukum/fiqih,
sebagaimana yang terlihat dalam surah al-Mâidah ayat 6 :

‫س ُك ْم َوأ َ ْر ُجلَ ُك ْم ِإلَى‬


ِ ‫س ُحوا ِب ُر ُءو‬
َ ‫ام‬ ِ ِ‫سلُوا ُو ُجو َه ُك ْم َوأ َ ْي ِديَ ُك ْم ِإلَى ا ْل َم َراف‬
ْ ‫ق َو‬ ِ ‫فَا ْغ‬
‫ا ْل َك ْعبَ ْي ِن‬
Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, (Q.S. al-Mâidah
ayat 6)
ِ ‫( فَا ْغ‬maka basuhlah
Imam al-Qurthubi dalam memahami kata ‫سلُوا ُو ُجو َه ُك ْم‬
mukamu), Allah menyebutkan empat anggota tubuh :
1. Wajah, yang diwajibkan untuknya membasuh (nya).
2. Kedua tangan, yang diwajibkan untuk keduanya adalah membasuh
keduanya.
3. Kepala, yang diwajibkan untuknya adalah menyapu (nya). Hal ini sesuai
dengan kesepakatan (ijma).
4. Kedua kaki, terjadi silang pendapat tentang apa yang diwajibkan untuk
keduanya.
Lebih lanjut beliau memaparkan bahwa saat membasuh wajah, air harus
dipindahkan ke wajah, dan tangan pun harus diusapkan kepadanya. Inilah
hakikat membasuh menurut mazhab Maliki. Saat membasuh wajah, air harus

7
Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, penerjemah, Fathurrahman dkk,…hlm. xxix-xxxi.

8
dipindahkan ke wajah, dan tangan pun harus diusapkan kepadanya. Inilah
hakikat membasuh menurut mazhab kami (Maliki).8
D. Madzhab Ilmu Kalam al-Qurthubi
Imam al-Qurthubi, mufassir yang terkenal dengan judul kitabnya al-
Jami’ li Ahkam al-Qur’an merupakan penganut Sunni Asya’ari dan beliau juga
membela dan mempertahankan ahlu sunnah. Dan beliau tidak membiarkan
terhadap serangan-serangan mu’tazilah terhadap pemikiran sunni apakah dalam
persoalan hukum maupun aqidah.9
E. Sumber Penafsiran
Sumber tafsir (mashadir tafsir) adalah pengambilan penjelasan ayat-
ayat al-Qur’an oleh seorang mufassir dalam menafsirkan al-Qur’an. Terdapat
dua macam sumber tafsir, yaitu: bil ma’tsur dan bil ra’yi. Imam al-Qurthubi
menggunakan sumber penafsiran bil ma’tsur dalam menafsirkan ayat-ayat al-
Qur’an. Tafsir bil ma’tsur yaitu menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an,
dengan sunnah karena ia berfungsi menjelaskan Kitabullah, dengan perkataan
sahabat karena merekalah yang paling mengetahui Kitabullah, atau dengan apa
yang dikatakan oleh tokoh-tokoh besar tabi’in karena pada umumnya mereka
menerimanya dari para sahabat.10
F. Referensi
Imam al-Qurthubi dalam menulis tafsir al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an
merujuk ke beberapa kitab karya para ulama yang hidup sebelumnya, di
antaranya adalah:
1. Al-Muharrar al-Wajiz fi at-Tafsir karya Ibn ‘Atiyyah (546H)
2. Tafsir at-Thabari (310H)
3. An-Naktu wal ‘Uyun karya al-Mawardi (450H)
4. Tafsir Abi al-Laits as-Samarqandi (375H)
5. Tafsir al-Baghawi (516H)
6. Ma’ani al-Qur’an, wa I’rabu al-Qur’an, wa an-Nasikh wa al-Mansukh,
karya Abu Ja’far an-Nuhas (338H)
7. Ahkam al-Qur’an karya Abu Bakar bin al-Arabi (543H)

8
Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy,…hlm. 21.
9
Faizah Ali Syibromalisasi dan Jauhar Azizy, …hlm. 20
10
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Bogor : Pustaka Lintera
AntarNusa, 2013), hlm. 482

9
8. Gharibu al-Qur’an karya Ibn Qutaibah (276)11
G. Metode Penulisan Tafsir
Metode adalah cara yang ditempuh oleh seorang mufassir dalam
menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. ‘Abd al-Hayy al-Farmawi menjelaskan bahwa
metode tafsir ada empat, yaitu: tahlili, ijmali, maudhu’i dan muqarran.
Dalam tafsirnya, Imam al-Qurthubi menggunakan metode tahlili.
Metode ini berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai
seginya, sesuai dengan pandangan, kecenderungan dan keinginan mufassirnya
yang dihidangkan secara runtut sesuai dengan perurutan ayat-ayat dalam
mushaf.12 Biasanya yang dihidangkan itu mencakup pengertian umum kosakata
ayat, munasabah, Sabab an-Nuzul, makna global ayat dan tidak jarang juga
pendapat para ulama madzhab.
Dalam buku Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern karya Faizah Ali
Syibromalisasi disebutkan bahwa Imam al-Qurthubi menggunakan metode
ijmali untuk menafsirkan ayat al-Qur’an secara ringkas. Contoh, ketika
menafsirkan surat Yunus ayat ‫يآايها الناس قد جائتكم موعظة من ربكم و شفآء لما فى الصدور‬
‫وهدى و رحمة للمؤمنين‬, beliau menafsirkan kata ‫ موعظة‬dengan ‫( وعظ‬peringatan),
sedangkan kalimat ‫ من ربكم‬yang berarti ‫القرآن‬. Dan kalimat ‫ و رحمة‬dengan ‫النعمة‬
berarti nikmat. Imam al-Qurthubi juga menggunakan metode muqarran dalam
menafsirkan ayat-ayat hukum. Tetapi, yang lebih mendominasi dalam Tafsir al-
Qurthubi adalah metode tahlili.
H. Corak Penafsiran
Kitab Al Jami’ li ahkami Al- Qur’an atau yang dikenal dengan kitab
tafsir Al-Qurthubi menurut keterangan dari Husain Al-Dzahabi dalam kitabnya
tafsir wal mufassiruun beliau menjelaskan bahwa tafsir Al- Qurthubi adalah di
golongkan tafsir yang bercorak fiqhi. Al-Qashabi Mahmud Zallath juga
menyimpulkan bahwa tafsir Al-Qurthubi memiliki kecenderungan fikih yang
bsangat kental. Hal ini dapat dibuktikan dengan uraian-uraian imam Al-
Qurthubi tang secara panjang dan detail ketika memahai sebuah ayat-ayat yang
menyangkuit tentang hukum.13 Karena dominasi dalam tafsir tersebut adalah

11
Abi Abdillah Muhammad ibn Ahmad ibn Abi Bakr al-Qurthubi, Al-Jami’ Li
Ahkam al-Qur’an, hlm. 11
12
Qurais Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang : Lentera Hati, 2013), hlm. 378
13
Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy,….hlm, 28.

10
kajian tentang hukum-hukum maka beliau menamai tafsirnya dengan Al-Jami’
Li Ahkami Al-qur’an yang berarti penghimpun hukum-hukum Al-Qur’an.14
Tafsir Al-Qurthubi adalah salah satu kitab tafsir dengan metode
penafsiran Tahlili (rinci), di dalamnya terdapat beberapa aspek keilmuan
diantaranya membahas tentang aspek teologi, sejarah, hukum, dan lain
sebagainya. Namun setiap mufassir tentu memiliki kecenderungan daam
penafsirannya, dan imam Al-Qurthubi adalah yang cenderung pada persoalan
fikih. Antusias beliau dalam menulis kitab tafsir seolah-olah membuat beliau
tidak menulis kitab tafsir melainkan sedang menulis kitab fikih.15
Imam Al-Qurthubi adalah pengikut setia madzhab maliki, hal ini
mempengaruhi penafsiran tentang ayat-ayat hukun di dalam kitabnya, kendati
seperti itu imam Al-Qurthubi tidak menentang madzhab-madzhab yang lain,
bahlan ia melukakn kajian-kajian krritis terhadap madzhab-madzhab lainnya.
I. Karakteristik Penafsiran
Setiap penulis; dalam hal ini adalah mufassir, biasanya mempunyai
karakteristik tersendiri dalam penulisan karyanya. Begitu juga karya
monumental Al- Qurthubi yang menjadi pembahasan kali ini. Setiap kali imam
Al-Qurthubi hendak menafsirkan ayat selalu disebutkan terlebih dahulu
ayatnya, kemudian menyebutkan i’rab, Qira’at dan beberapa riwayat baik jalur
tabiin maupun lainnya. Selanjutnya beliau mulai menafsirkan ayat yang
dimaksud. Beliau juga memberikan perhatian lebih kepada ayat-ayat yang
menjelaskan tentang hukum namun tidak bertele-tele.16
Imam Al-Qurthubi juga merujuk pada kitab-kitab lain dalam
penafsirannya, beliau kadang sepakat dengan mufassir lainnya tetapi
kadangkala beliau juga mengkritik dengan disertai alasan-alasan. Adapun
diantara rujukan-rujukan beliau adalah :
1. I’rab Al-qur’an ( An-Nuhas)
2. At Tahshil li fawaid at tafshil ( Al- Mahdawi)
3. Tafsir Al-Nukat wal Uyun ( Al-Mawardi)
4. Al- Muharrar Al-Wajiz ( Ibn Athiyah)

14
Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy,…hlm, 28.
15
Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Aziz,… hlm, 30.
16
Husnul Hakim, Ensiklopedia kitab-kitab tafsir, Depok, Lingkar Studi Al-Qur’an ,
2013, hal. 110

11
5. Ahkam Al-Qur’an (Ibn Arabi)
6. Tafsir al bidayah ila bulugh An-Nihayah ( Makki bin Abi Thalib), dan lain-
lain
Dalam penafsirannya Imam Al-Qurthubi juga banyak menggunakan
syi’ir-syi’ir Arab, yang dimaksudkan untuk menjelaskan maksud dari beberapa
kata dari ayat tersebut.17 Terkait teknik penafsiran, Imam Al-Qurthubi
mentakhrij hadis-hadis yang ada dan menyandarkannya pada perowi-perowi
utamanya. Beliau juga sangat menjaga karyanya dari kisah-kisah Israiliyyat dan
hadis-hadis Maudhu’.18 Beliau memang mengutip kisah-kisah Israiliyyat seperti
cerita tentang Harut dan Marut namun beliau juga memberikan komentar “
riwayat-riwayat tentang Harut-Marut semuanya Dhaif. Bahkan beliau
menyangkal bahwa riwayat-riwayat tersebut bersandar pada Ibnu Umar dan
lainnya”.
Dari sisi kebahasaan, Imama Al-Qurthubi banyak membahasnya. Hal-
hal yang sekira berhubungan dan mendukung penafsiran ayat, seperti asal kata,
kata yang bermakna ganda, banyak dibahas di sana. Namun dalam segi
balaghah, seperti halnya ulama’-ulama’ Andalus, beliau tidak terlalu
menje;a;skan panjang lebar mengenai sisi kebalaghahan sebuah ayat.
J. Sistematika Penafsiran
Secara umum, ada tiga jenis sistematika yang diterapkan oleh para
mufassir dalam penulisan kitab tafsur. Ketiga jenis itu ialah :
1. Mushafi
Sistematika ini adalah penulisan sebuah kitab tafsir dengan
berpesoman pada urutan susunan surat-surat dan ayat-ayat sebagaimana
tertera dalam Al-Qur’an, mulain dari al-Fatihah hingga An-naas.
2. Nuzuli
Sistematika Nuzuli yaitu penulisan kitab tafsir dengan berpedoman
pada kroinologi atau Asbabun Nuzul ayat-ayat Al-Qur’an, karena proses
turunnya ayat Al-Qur’an juga merupakan pokok penting yang mendorong
untuk mudah memahami kandungan suatu ayat.
3. Maudhu’i

17
Husnul Hakim,…hal. 111
18
Husnul Hakim,…hal. 111

12
Sistematika Maudhu’i yaitu menafsirkan Al-Qur’an dengan
berdasarkan topik-topik tertentu dengan cara mengumpulkan ayat-ayat yang
relevan dengan topik tertentu kemudian memberi penafsiran. 19
Dari tiga sistematika penulisan diatas, maka kitab Al-Jami’ li Ahkamil
Qur’an masuk dalam kategori sistematika Mushafi karena ia memulai
tafsirnya dari surat Al-Afatihah sampai An-Nas dengan urutan surat dan ayat
seperti apa yang ada dalam mushaf.
Imam al-Qurthubi dalam Muqaddimahnya mengawali dengan
menjelaskan sekitar keutamaan Al-Qur’an, dorongan agar seanantiasa
mempelajari Al-Qur’an tata cara membaca Al-Qur’an, juga peringatan
terhadap siapa saja yang bergelut dalam masalah ke Al-Qur’anan untuk tidak
riya’. Beliau jugab membahas tentang langkah-langkah yang seharusnya
ditempuh oleh para penghafal Al-Qur’an agar sampai pada tujuan yang
dimaksud, tak ketinggalan juga penjelasan sekitar I’rab dan hal-hal yang
berkaitan dengannya.20
Imam Al-Qurthubi dalam setiap penafsirannya, mula-mula
menyebutkan nama surat disertai dengan argumen Makkiyah dan
madaniyahnya. Jika terdapat perbedaan pendapat tentang Makiyah dan
madaniyyah maka ia menegaskan bahwa hal itu sebagai ijma’. Dalam
penafsiran surat tertentu, Al-Qurthubi menjelaskan nama lain dari surat
tersebut beserta makna dan latar belakang penamaan surat tersebut. Seperti
nama QS Al-fatihah, beliau menyebutkan dua belas nama lainnya, yaitu : As-
Shalah, Al-Hamdu, Fatihatul Kitab, umm Al-Qur’an, Al-Qur’an Al-Adzim, As-
Syifa;, Ar-ruqyah, Al-Asas, Al- Wafiyah, dan Al-Kafiyah.21 Sebelum
melangkah pada penafsiran ayat, Imam Al-Qurthubi kadang-kadang juga
menguraikan riwayat tentang keutamaan-keutamaan dan faedah membaca
surat tertentu.
Di bawah ini dijelaskan mengenai langkah-langkah mendasar yang
ditempuh dalam memahami penafsiran imam Al-Qurthubi.
1. Beliau menafsirkan ayat demi ayat sesuai dengan urutan dalam Mushafi
dengan cara mengelompokkan beberapa ayat (2-3 ayat bahkan hingga 10

19
Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy,… hal. 33.
20
Husnul Hakim,…hal. 99
21
Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy,… Hal. 35.

13
ayat) dalam satu tahap pembahasan kemudian dirinci pembahasannya ayat
demi ayat. Namun tidak jarang pula satu ayat yang mengandung banyak
masalah hukum tidak dikelompokkan dengan ayat yang lain.
2. Dalam menafsirkan ayat-ayat itu, terutama ayat-ayat hukum, beliau
mengidentifikasi persoalan atau beberapa masalah yang berkaitan dengan
hukum dalam ayat tersebut. Ia mengatakan; misalnya dalam suratb Al-
Baqarah ayat 173 ‫( فيه اربع وثالثون مسألة‬di dalamnya terdapat tiga puluh
empat masalah / persoalan) kemudian membahasnya satu persatu hingga
selesai.22
K. Keistimewaan Kitab Tafsir al-Qurthubi
Tafsir al-Qurthubi dianggap sebagai sebuah ensiklopedi besar yang
memuat banyak ilmu. Di antara keistimewaan yang dimilikinya adalah :
1. Memuat hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an Al-Karim, dengan
pembahasan yang luas.
2. Hadits-hadits yang ada di dalamnya di takhrij dan pada umumnya
disandarkan langsung kepada orang yang meriwayatkannya.
3. Al-Qurthubi telah berusaha agar tidak menyebutkan banyak cerita
israiliyyat dan hadits maudhu’ (palsu), tetapi sayangnya ada sejumlah
kesalahan kecil (dalam kaitannya dengan penyebutan cerita israiliyyat dan
hadits palsu ini) yang telah dilewatinya tanpa memberikan satu komentar
pun.
4. Selain itu, ketika menyebutkan sebagian cerita israiliyyat dan hadits
maudhu’ (palsu) yang menodai kesucian para malaikat dan para nabi atau
dapat membahayakan akidah seseorang, maka al-Qurthubi akan
menyatakan bahwa cerita atau hadit tersebut bathil, atau akan menjelaskan
statusnya dha’if (lemah). Hal itu seperti yang telah dilakukannya ketika
menyebutkan kisah Harut dan Marut, kisah Nabi Daud dan Sulaiman, kisah
al-Gharaniq, serta kisah pernikahan Nabi saw dengan Sayyidah Zainab bin
Jahsy. Bahkan, al-Qurthubi terkadang menyebutkan sejumlah hadits palsu
yang berkaitan dengan sebab turunnya sejumlah ayat, seperti yang
diriwayatkan oleh seorang pendongeng atau yang sejenisnya tentang sebab
turunnya firman Allah swt. ‫يرا‬
ً ‫س‬ِ َ ‫س ِكينًا َويَتِي ًما َوأ‬ َ ‫“ َويُ ْط ِع ُمونَ ال َّطعَا َم‬Dan
ْ ‫علَى ُحبِِّ ِه ِم‬

22
Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy,… hal. 35.

14
mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak
yatim dan orang yang ditawan.” (Q.S. al-Insan : 8).
L. Celah Kekurangan Tafsir al-Qurthubi
Di antara kekurangan Tafsir al-Qurthubi adalah adanya sejumlah cerita
israiliyyat yang dipaparkan al-Qurthubi ketika menjelaskan sebagian ayat,
َ ‫ا َّل ِذينَ يَحْ ِملُونَ ا ْلعَ ْر‬
َ ُ‫ش َو َم ْن ح َْولَهُ ي‬
seperti ketika menafsirkan firman Allah swt. َ‫س ِِّب ُحون‬
‫(“ بِ َح ْم ِد َربِِّ ِه ْم‬Malaikat-malaikat) yang memikul Arasy dan malaikat yang berada
di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya.” (Q.S. Ghafir : 7). Al-Qurthubi
menyebutkan bahwa kaki-kaki para malaikat pemikul ‘Arsy berada di bagian
bumi paling bawah sementara kepala-kepala mereka menembus ‘Arsy. Dan,
masih banyak lagi berita-berita bohong (khurafat) lainnya. Selain itu, Tafsir al-
Qurthubi juga tidak luput dari hadits-hadits dha’if dan hadits-hadits maudhu’
(palsu). Kesalahan yang juga telah dilakukan oleh al-Qurthubi adalah bahwa dia
telah melakukan pengutipan dari sebagian kitab tanpa memberikan isyarat
ataupun menegaskan hal itu.23

23
Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, penerjemah, Fathurrahman dkk,..hlm. xx-xxi.

15
Contoh Penafsiran:

16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imam Abu ‘Abdillâh Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Farh al-
Anshâri al-Khazraji al-Andalusi al-Qurthubi, lahir dilingkungan keluarga petani
di Cordova, Andalusia pada masa kekuasaan Bani Muwahhidûn tahun 580
H/1184 M. Dia meninggal dunia di Mesir pada malam senin, tepatnya pada
tanggal 9 Syawal tahun 671 H. Usianya dihabiskan untuk beribadah kepada
Allah dan menyusun kitab.
Al-Qurthubi menyusun kitab al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an wa al-
Mubayyin lima Tadhammanahu min as-Sunnah wa Ayi Al-Qur’an yang
bercorak fiqhi. Al-Qurthubi adalah seorang Malikiah dan penganut Sunni
Asya’ari. Imam al-Qurthubi menggunakan sumber penafsiran bil ma’tsur
dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dan menggunakan metode tahlili.
Kitab Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an masuk dalam kategori sistematika Mushafi
karena ia memulai tafsirnya dari surat Al-Afatihah sampai An-Nas dengan
urutan surat dan ayat seperti apa yang ada dalam mushaf.

26
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, penerjemah, Fathurrahman dkk, Jakarta :
Pustaka Azzam, 2007, jil.1, cet. 1.
Syibromalisi, Faizah Ali dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-
Modern, Ciputat : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2012, cet. 2.
Al-Qattan, Manna Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Bogor : Pustaka Lintera
AntarNusa, 2013.
Shihab,Qurais. Kaidah Tafsir, .Tangerang : Lentera Hati, 2013.
Hakim,Husnul. Ensiklopedia kitab-kitab tafsir, Depok, Lingkar Studi Al-
Qur’an , 2013

27

Anda mungkin juga menyukai