Anda di halaman 1dari 45

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

Menganalisis ataupun mendesain suatu konstruksi/struktur bangunan

perlu ditetapkan kriteria yang dapat digunakan sebagai ukuran/dasar dalam

menentukan apakah suatu struktur tersebut dapat diterima sebagaimana

penggunaan yang dinginkan (fungsinya) maupun untuk maksud desain

tertentu. Adapun macam kriteria tersebut antara lain :

1. Serviceability (kemampuan layanan)

Yang dimaksud dengan Serviceability adalah kemampuan layanan dari

bangunan tersebut sesuai dengan fungsinya. Layanan yang disediakan

oleh bangunan tersebut harus dapat memberikan kenyaman derta

kemudahan bagi pemakainya.

2. Efisiensi

Kriteria ini mencakup tujuan desain struktur serta pelaksanaannya.

Sebagai tolak ukur dalam kriteria ini adalah banyaknya material yang

digunakan, waktu pelaksanaan, tenaga kerja dll.

3. Konstruksi atau perakitan

Tinjauan terhadap konstruksi atau perakitan sangat mempengaruhi

pemilihan struktur. Struktur harus mampu memikul beban secara aman

tanpa kelebihan tegangan dalam batas yang diijinkan. Kriteria ini

merupakan kriteria dasar yang sangat penting.

LAPORAN TUGAS AKHIR 7


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. Harga/biaya

Harga merupakan kriteria yang sangat penting dalam pemilihan struktur.

Struktur harus didesain secara ekonomis dan mudah dalam

pelaksanaannya serta memenuhi kekuatan konstruksi.

5. Estetika

Dalam pembuatan suatu bangunan harus memperhatikan segi estetika,

yang dimaksudkan bukan hanya keindahannya tapi juga melihat fungsi

dari bangunan maupun ruangan yang ada sehingga dapat mendesain

dengan baik tanpa meninggalkan segi estetikanya

Mutu Bahan yang digunakan dalam perencanaan struktur gedung ini

adalah beton K-300. Baja tulangan menggunakan mutu baja fy = 400 MPa

untuk tulangan pokok dan fy = 240 MPa untuk tulangan sengkang serta

menggunakan kuda-kuda baja dengan mutu baja (fy) = 400 Mpa.

2.2 Landasan Teori

Perencanaan struktur gedung bertingkat harus memenuhi syarat-syarat

dan ketentuan yang berlaku. Adapun syarat-syarat dan ketentuan serta rumus

yang berlaku terdapat pada buku pedoman, antara lain :

1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SKSNI T-

15-1991-03.

2. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.

3. Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung.

4. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI).

5. Desain Struktur Rangka Beton Bertulang di Daerah Rawan Gempa.

LAPORAN TUGAS AKHIR 8


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Analisa Pembebanan

2.3.1 Jenis Beban

2.3.1.1 Beban mati (D)

Beban mati terdiri dari beban akibat gravitasi bumi, berat

struktur sendiri dan beban akibat semua benda yang tetap

posisinya selama struktur berdiri.

2.3.1.2 Beban hidup (L)

Beban hidup adalah beban yang terjadi akibat penggunaan

suatu gedung dan barang yang berpindah-pindah serta

peralatan yang dapat digantikan selama masa umur gedung.

2.3.1.3 Beban angin (W)

Semua beban yang bekerja pada gedung atau bangunan

gedung yang diakibatkan oleh selisih tekanan udara sehingga

dapat menimbulkan tekanan pada sisi pihak angin dan hisapan

pada sisi belakang.

2.3.1.4 Beban gempa (E)

Analisis dan perencanaan struktur bangunan tahan gempa

pada umumnya hanya memperhitungkan pengaruh dari beban

gempa horisontal yang bekerja pada kedua arah utama dari

struktur bangunan secara bersamaan. Sedangkan pengaruh

beban gempa arah vertikal tidak diperhitungkan, karena

sampai saat ini perilaku dari respons struktur terhadap

pengaruh gerakan gempa yang berarah vertikal belum banyak

diketahui.

LAPORAN TUGAS AKHIR 9


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Besarnya beban gempa rencana menurut Pedoman

perencanaan ketahanan Gempa Untuk Rumah dan gedung

SKBI – 1.3.53.03, dinyatakan sebagai berikut :

V  C . I . K . Wt

dimana :

V : Gaya geser horisontal

Wt : Berat total bangunan

C : Koefisien gempa dasar, besarnya ditentukan berdasarkan wilayah

gempa dan kondisi tanah dasar.

Nilai C ditentukan dari grafik respons spektrum setelah dihitung

dulu dalam waktu getar (T). Di dalam peraturan SKBI-1.3.53.03

nilai C dibedakan atas tanah lunak dan tanah keras, sedangkan

wilayah gempa dibagi menjadi 6 (enam) zone.

I : Faktor keutamaan struktur, digunakan untuk memberikan suatu

faktor keamanan yang tergantung dari fungsi bangunan yang

bersangkutan.

K : Faktor jenis struktur digunakan untuk memerlihatkan kemampuan

dari sistem struktur dan bahan bangunan yang digunakan untuk

memencarkan gaya gempa. K merupakan suatu konstanta yang

menggambarkan respon inelastik struktur akibat bekerjanya beban

gempa. Faktor K sangat bergantung pada jenis struktur dan bahan

konstruksi yang dipakai.

LAPORAN TUGAS AKHIR 10


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Wilayah Gempa 1 0.50 Wilayah Gempa 2


Wilayah Gempa 1 0.50 
0.50
CWilayah Gempa
(Tanah lunak) 2
T
0.50 0.23lunak)
C (Tanah
0.38 T C  T (Tanah sedang)
0.20 0.23
C (Tanah lunak) 0.38 C (Tanah sedang)
T 0.30 T C  0.15 (Tanah keras)
0.20 T
C (Tanah lunak) 0.15
C CT 0.08 (Tanah sedang) C
0.30 C (Tanah keras)
T T
0.08
C 0.20 C (T anah sedang) C 0.20
T 0.05
0.20
C (Tanah keras) 0.15
T 0.20
0.13
0.05 0.12
0.10 C (Tanah keras) 0.15
0.13 T
0.08
0.10 0.12
0.05
0.04
0.08
0.05
0.04
0 0.2 0.5 0.6 1.0 2.0 3.0 0 0.2 0.5 0.6 1.0 2.0 3.0
0 0.2 0.5 0.6 1.0 T 2.0 3.0 0 0.2 0.5 0.6 1.0 T 2.0 3.0
T T

Wilayah Gempa 3 0.85 Wilayah Gempa 4


Wilayah Gempa 3 0.85 Wilayah
0.85
Gempa 4
0.75 C (Tanah lunak)
0.75
0.75 C (Tanah lunak) 0.70 0.85 T
0.75T C (Tanah lunak)
C (Tanah lunak) 0.70 T
T 0.42
0.60 C (Tanah sedang)
0.33 0.42 T
C (Tanah sedang) C (Tanah sedang)
0.55 0.33T 0.60 T
C (T anah sedang) 0.30
0.55 T C (Tanah keras)
0.23 0.30 T
0.45 C (Tanah keras) C (Tanah keras)
0.23T (Tanah keras) T
0.45 C
C T C
C C 0.34
0.30 0.34
0.28
0.30 0.28
0.23
0.24
0.23
0.18 0.24
0.18

0 0.2 0.5 0.6 1.0 2.0 3.0 0 0.2 0.5 0.6 1.0 2.0 3.0
0 0.2 0.5 0.6 1.0 2.0 3.0 0 0.2 0.5 0.6 1.0 2.0 3.0
T T
T T

WilayahGempa
Wilayah Gempa55 0.95
Wilayah Gempa
6 6
0.95
0.90
0.90 0.90
0.90 Wilayah Gempa
0.83 0.90
0.90
0.83 CC T (Tanah
(Tanahlun
lun ak)
ak) 0.83
0.83 0.950.95 (Tanah lun ak)
T C  C  (Tanah lun ak)
T T
0.70 0.50
0.50
0.70 CC  (Tanahsedang)
sedang) 0.540.54 (Tanah sedang)
(Tanah C  C  (Tanah sedang)
TT T T
0.420.42
0.35
0.35 C  C  (Tanah
(Tanah keras)
keras)
CC CC 
TT
(Tanah
(Tanah keras)
keras) CC T T

0.36
0.36 0.38
0.38
0.32 0.36
0.36
0.32 0.33
0.33
0.28
0.28

00 0.2
0.2 0.5
0.5 0.6
0.6 1.0
1.0 2.0
2.0 3.03.0
0 00.20.20.50.5
0.60.6 1.0 1.0 2.0 2.0 3.0 3.0
TT T T

LAPORAN TUGAS AKHIR 11


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tanah Keras Tanah Sedang Tanah Lunak

Wilayah Tc = 0,5 det. Tc = 0,6 det. Tc = 1,0 det.


Gempa Am Ar Am Ar Am Ar

1 0,10 0,05 0,13 0,08 0,20 0,20

2 0,30 0,15 0,38 0,23 0,50 0,50

3 0,45 0,23 0,55 0,33 0,75 0,75

4 0,60 0,30 0,70 0,42 0,85 0,85

5 0,70 0,35 0,83 0,50 0,90 0,90

6 0,83 0,42 0,90 0,54 0,95 0,95


Tabel 6 Spektrum respons gempa rencana
o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o
94 96 98 100 102 104 106 108 11 0 11 2 11 4 11 6 11 8 120 122 124 126 128 130 132 134 136 138 140
o o
10 10

o 0 80 200 400 o
8 8
K il o m e t e r

o o
6 6
Banda Aceh

1
2
3 4 5 6 5 4 3 2 1
o o
4 4

o o
2 2
M anado

T e r n a te
P eka nb a ru
1
o o
0 S a m a rin d a
0
2
1
P a lu M a n o k w a ri 3
Padang 2
3 S o ro n g
4 Jam bi B ia k 4
5
6
o P a la n g k a ra y a o
2 4
5 5 2
3
2 Ja ya pu ra
6
1
P a le m b a n g B a n ja rm a s in
5
B e n g k u lu K e n d a ri Am bon
o o
4 4 4
1 M akasar 3
B a n d a rla m p u n g
Tual 2
o o
6 J a k a r ta 2 6
1
B andung
G a ru t S e m a ra n g
S ukabum i S u ra b a y a
T a s i k m a la y a S o lo
J o g ja k a rta 3
o C il a c a p B li t a r M a l a n g o
8 B anyuw angi
4
8
D enpasar M a ta r a m
M e ra u k e
5

6
o o
10 5 Kupang 10
4

W ila y a h 1 : 0 ,0 3 g 3

2
12 o
W ila y a h 2 : 0 ,1 0 g 1
12 o

W ila y a h 3 : 0 ,1 5 g
W ila y a h 4 : 0 ,2 0 g
o o
14 14
W ila y a h 5 : 0 ,2 5 g
W ila y a h 6 : 0 ,3 0 g
o o
16 16
o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o
94 96 98 100 102 104 106 108 11 0 11 2 11 4 11 6 11 8 120 122 124 126 128 130 132 134 136 138 140

G a m b a r 2 .1 . W i la y a h G e m p a I n d o n e s i a d e n g a n p e r c e p a t a n p u n c a k b a t u a n d a s a r d e n g a n p e r io d a u la n g 5 0 0 ta h u n

LAPORAN TUGAS AKHIR 12


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3.2 Gaya-gaya Gempa

Pada saat bangunan bergetar akibat adanya gempa, timbul

gaya-gaya pada struktur bangunan karena adanya kecendurungan

massa bangunan untuk mempertahankan dirinya dari gerakan, gaya

yang timbul ini disebut Inersia. Besar gaya-gaya tersebut bergantung

pada banyak faktor. Massa bangunan merupakan faktor lain adalah

bagaimana massa tersebut terdistribusi, kekakuan stuktur, kekakuan

tanah, jenis pondasi, adanya mekanisme redaman pada bangunan dan

tentu saja perilaku dan besar getaran itu sendiri.

Gaya Inersia
(F1)
Berat total bangunan
(W)

Percepatan gempa
(a)
Gambar 2.2 Gaya Inersia Akibat Gerakan Tanah Pada Benda Kaku
W
Gaya Inersia (FI)     a
 g 
Gaya geser penahan Inersia   a  g   W

dimana : FI : gaya Inersia

V : gaya geser penahan Inersia

a : percepatan gempa

g : gravitasi

Gaya geser horisontal akibat gempa sepanjang tinggi gedung

pada perencanaan. Dengan mempertimbangkan tinggi gedung kurang

dari 40 m, maka perhitungan struktur ini menggunakan metode

analisis statis.

LAPORAN TUGAS AKHIR 13


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

H  40 m dinamis

statis 0,4 H

10 m  H  40 m
0,6 H

Gambar 2.3 Grafik Koefisien Gempa Horisontal

Koefisien daerah (kd) tergantung pada letak geografis dari

bangunan, berarti tergantung pada daerah gempa dimana bangunan itu

berada. Bangunan Gedung RSD Sunan Kalijaga di Kabupaten Demak

berada di zona wilayah 2.

Meskipun konsep diatas pada awalnya telah membentuk dasar-

dasar untuk desain terhadap gempa bumi, model di atas hanya

merupakan penyederhanaan. Apabila fleksibilitas aktual yang dimiliki

struktur diperhitungkan maka diperlukan model yang rumit untuk

memprediksikan gaya-gaya eksak yang timbul di dalam struktur

sebagai akibat dari percepatan. Suatu aspek penting yang utama dalam

meninjau perilaku struktur fleksibel yang mengalami percepatan tanah

adalah periode alami getaran.

2.3.3 Faktor Beban

Ketidakpastian berkaitan dengan besar beban mati pada

struktur lebih kecil daripada ketidakpastian sesuai dengan beban

hidup. Hal ini dapat menimbulkan perbedaan dari besar faktor-faktor

beban. Rumus yang digunakan adalah :

LAPORAN TUGAS AKHIR 14


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

U  1,2D  1,6L

Berdasarkan kemungkinan kecil tentang timbulnya beban

hidup maksimal dan beban angin maksimal pada saat yang bersamaan,

maka pada perhitungan dimana beban angin yang menentukan

digunakan suatu faktor reduksi, rumusnya menjadi :

U  0,75 (1,2D  1,6L  1,6W)

Pada lokasi dimana ketahanan sruktur terhadap gempa harus

diperhitungkan dalam perancangan, maka :

U  1,05 (D  L R  E)

dimana :

U : beban faktor

D : beban mati

L : beban hidup

E : beban gempa

W : beban angin

LR : beban hidup yang telah tereduksi

1,2&1,6 : faktor hidup untuk memperhitungkan ketidaktelitian

perhitungan beban

2.3.4 Distribusi dan Penyaluran Beban pada Struktur

Penyaluran beban merata dari pelat lantai ke balok induk dan balok

anak mengikuti pola garis leleh pelat lantai. Untuk memudahkan

perhitungan-perhitungan dalam analisa struktur maka balok anak

dilakukan perataan beban, dimana momen maksimum free body dari beban

LAPORAN TUGAS AKHIR 15


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

trapesium dan segitiga dari pelat lantai sama dengan momen maksimum

beban merata segi empat. Kemudian untuk penyaluran beban terpusat dari

balok anak ke balok induk diambil dari reaksi perletakan belok anak yang

menentukan dilokasi tersebut. Kemudian beban dari balok induk

disalurkan ke kolom dan diteruskan ke pondasi.

2.3.5 Data Pembebanan

2.3.5.1 Data pembebanan atap

Beban mati : Beban atap, gording dan berat rangka sendiri

Beban hidup : berat seorang pekerja

Beban angin :

Kuat tekan angin = 40 kg/m2


Koefisien muka angin (tekan) = 0,02 α – 0,4


Koefisien belakang angin (hisap) = -0,4

Beban plafon :

Beban plafon + penggantung = 18 kg/m2

2.3.5.2 Data pembebanan pelat lantai

Beban mati (qD) :



Berat sendiri pelat (q)


q  h  γb kg/m 2 
, dimana :

h : tebal pelat (cm)

γb : berat jenis beton = 2400 kg/cm2



Berat spesi = 21 kg/m2

LAPORAN TUGAS AKHIR 16


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Penutup lantai (ubin) = 24 kg/m2

Beban hidup (qL) tiap lantai disesuaikan dengan fungsi tiap

ruangan

2.3.5.3 Data pembebanan tangga

Beban mati (qD) :



Berat sendiri pelat (q)

 
q  ht  1 t  γb
2
 kg/m 2

dimana :

ht : Tebal pelat (cm)

t : Tebal anak tangga

γb : Berat jenis beton = 2400 kg/cm2



Berat sendiri balok


Berat sandaran dinding pengaman = 7,5 kg/m2


Berat spesi = 21 x 2= 42 kg/m2


Berat keramik = 24 x 1= 24 kg/m2

Beban hidup (minimal) = 300 kg/m2

Data pembebanan bordes :



Beban mati :


Berat pelat bordes (q)


q  h  γb kg/m 2 
dimana :

h : Tebal pelat (cm)

γb : Berat jenis beton = 2400 kg/cm2



Beban hidup (minimal) = 300 kg/m2

LAPORAN TUGAS AKHIR 17


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3.5.4 Beban lateral gempa

Krietia pembebanan lateral berdasarkan ketentuan pada

Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan

gedung (SKBI – 1.3.53.1991-03), dengan :

Perhitungan gaya geser gempa dasar horisontal total akibat

gempa dan distribusinya ke sepanjang tinggi gedung :

1. Waktu getar bangunan (T); dengan rumus empiris :


3
Tx  Ty  0,06 H 4
, dimana H  25
, maka :

Tx  Ty  0,06   25 4   0,671 detik


3

 
2. Koefisien gempa dasar (C); diperoleh dari grafik = 0,05

3. Faktor keutamaan I = 1,5 (untuk bangunan sekolah), dan

jenis faktor stuktur K = 1,0 (untuk portal daktail)

Perhitungan selanjutnya adalah data tersebut di atas

dimasukkan sebagai input program SAP2000 sehingga

didapat distribusi gaya geser terhadap struktur.

2.4 Rencana Struktur

2.4.1 Struktur Atas (Super Stucture)

2.4.1.1 Perencanaan struktur atap

Konstruksi atap berbentuk limasan digunakan profil ganda

dengan alat sambung las dan baut mutu BJ 37 (σ = 1600

kg/m2).

LAPORAN TUGAS AKHIR 18


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa beban atap diperhitungkan terhadap beban mati, beban

hidup, dan beban angin. Beban mati meliputi berat sendiri

rangka dan penutup atap, sedangkan beban hidup terdiri dari

orang yang bekerja dan alat kerja. Beban angin ditinjau dari

kanan-kiri, yakni tegak lurus terhadap bidang atap.

Analisa pembebanan berdasarkan Pedoman Perencanaan

Pembebanan untuk Gedung. Sedangkan analisa gaya batang

kuda-kuda dengan analisis tak tentu menggunakan program

SAP2000.

1. Gording

Gording dianggap sebagai gelagar yang menumpu bebas di

atas dua tumpuan. Desain gording berdasarkan teori

elastisitas (Wira.MSCE, 1997. Struktur Baja I dan II.

Erlangga. Jakarta), sebagai berikut :

kontrol tegangan
σ  σx  σy  σ ijin  1600 kg/m 2
mendimensi gording
yy x

qy
qx
q

Gambar 2.4 Gording

Pembebanan :

- Beban mati (D)

D = q = berat sendiri profil (qs) + berat atap / genteng

(qa)

LAPORAN TUGAS AKHIR 19


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

- Beban hidup (L) = p

- Tekanan angin (w)

momen yang terjadi akibat pembebanan

akibat muatan mati


1
My   q cosα  l 2
8

akibat muatan hidup


1
Mx   p sinα  l 2
4

akibat muatan angin hidup

- angin tekan
1
Mx   w  l   0,02 α  0,04
8

- angin hisap
1
My   w  l 2   0,04
8
cek tegangan (σ) yang terjadi
Mx My
σ   σ ijin
wy wx

kontrol lendutan (f) yang terjadi

5.qx.l 4 px.l 3
fx  
384.E.Iy 48.E.Iy
5.qy.l 4 py.l 3
fy  
384.E.Ix 48.E.Ix
f   fx 2
 fy 2   f ijin  1
500
l

keterangan notasi rumus kontrol tegangan dan lendutan

Mx : momen terhadap sumbu x-x

My : momen terhadap sumbu y-y

σx : tegangan arah sumbu x-x

σy : tegangan arah sumbu y-y

LAPORAN TUGAS AKHIR 20


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

fx : lendutan arah sumbu x-x

fy : lendutan arah sumbu y-y

q : beban merata

l : bentang gording

E : modulus elastisitas baja (E = 2,1.106 kg/cm2)

I : momen Inersia profil

wx : momen tahanan arah sumbu x-x

wy : momen tahanan arah sumbu y-y

2. Batang kuda-kuda

Desain kuda-kuda didesain dengan memperhatikan batasan-

batasan sebagai berikut :

a. Untuk menghindari tekuk pada tahap pelaksanaan

maupun akibat gaya yang bekerja, kelangsingan

maksimum batang harus memenuhi ketentuan sebagai

berikut :

- Konstruksi utama tidak boleh lebih dari 150.

- Konstruksi sekunder tidak lebih dari 200.

- Angka kelangsingan (λ) = Lk / i min

dimana :

Lk : panjang tekuk (m)

i min : jari-jari kelembaman minimum batang (m)


1
i min  bh 3
12

b. Tegangan yang terjadi (σ) tidak melebihi tegangan yang

diijinkan (σ ijin)

LAPORAN TUGAS AKHIR 21


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

- Batang tekan
Pω
σ
2F

- Batang tarik
P
σ
F netto

dimana :

P : gaya batang

F : luas penampang

F netto : F -  baut , ( 3/8 = 9,25 mm)

 : faktor tekuk

Sambungan masing-masing joint pada kuda-kuda

menggunakan baut. Sambungan yang digunakan dalam

perencanaan baut adalah baut  3/8 = 9,52 mm dan

tebal plat buhul = 0,8 cm

Syarat :
δ
pengaruh geser, bila  0,628
d

δ
pengaruh desak, bila  0,628
d
P
nl 
0,6  2  0,25  σ  π  d 2
jarak baut :

2,5d  a  7d

e > 1,5d

c  2d

2.4.1.2 Perencanaan pelat lantai dua arah (two way slab)

LAPORAN TUGAS AKHIR 22


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Direncanakan berupa pelat dari beton. Pelat direncanakan

menahan dua arah, yaitu pelat ditumpu pada dua arah (arah X

dan arah Y).

Pembebanan pada pelat

Pola penyaluran beban pada dua arah dinyatakan dengan

bentuk amplop. Perencanaan ini menggunakan tabel beton

bertulang Ir. Gideon H. Kusuma berdasarkan SKSNI T-15-

1991-03.
U  1,2D  1,6L  qU  1,2.qD  1,6.qL
 qD  h . b
 qL  beban hidup  250 kg/m 2

dimana :

U : kombinasi pembebanan (KN/m2)

D : beban mati (KN/m2)

L : beban hidup (KN/m2)

Mencari tebal pelat


1
h min  . lx  untuk lapangan tepi
24
1
h min  . lx  untuk lapangan tengah
28

(tabel 9.1.a tebal minimum h) SKSNI T – 15-1991-03

hal.130

Penulangan plat

Penulangan pelat diperoleh melalui perhitungan momen dari

perbandingan ly dan lx..

LAPORAN TUGAS AKHIR 23


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.5 Momen pada Pelat Lantai

ly
 tabel momen pelat
lx
dimana :

ly : lebar sisi panjang plat lantai (m)

lx : lebar sisi pendek plat lantai (m)

Berdasarkan hasil perbandingan tersebut di atas, maka dari tabel

didapat :

- Momen tumpuan

Mtx = - 0,001 . qu . lx2 . x

Mty = - 0,001 . qu . lx2 . x

- Momen lapangan

Mlx = - 0,001 . qu . lx2 . x

Mly = - 0,001 . qu . lx2 . x

(tabel 4.2.b pelat - umum) SKSNI T – 15-1991-03 hal.26

d As h
c
p

Gambar 2.6 Penulangan Pelat Lantai

keterangan :
 p 
d  h   c    arah x
 2
 φp 
d  h   c  p    arah y
 2 

LAPORAN TUGAS AKHIR 24


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

h : tinggi / tebal pelat (cm).

d : tinggi efektif penampang (mm).

p : diameter tulangan pokok (mm).

c : selimut beton (c = 20 mm, disarankan untuk pelat yang tidak

langsung berhubungan dengan tanah dan cuaca).

Mencari rasio penulangan :


Mu
 tabel rasio penulangan
b.d 2
(tabel 5.1.h mutu beton f’c301) SKSNI T – 15-1991-03 hal.51

Syarat pembatasan penulangan :

min <  < maks  tulangan tunggal

ρb 
 0,85 . fc' . β1.l
fy .  l  fy 
maks = 0,75 b 
fc'  30MPa  β1  0,85
fc'  30MPa  β1  0,81

Dari perbandingan momen tumpuan dengan menggunakan tabel

mencari rasio penulangan ().

As =  . b .d  pemilihan jarak tunggal

Dari tabel tulangan pelat didapat tulangan yang harus dipasang pada

pelat (biasanya dituliskan dengan simbol p – jarak)

(tabel 2.2.a kondisi batang tulangan) SKSNI T – 15-1991-03 hal.15

dimana :

Mu : momen berguna (KNm)

b : lebar pelat (m)

LAPORAN TUGAS AKHIR 25


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

d : tinggi efektif (mm)

 : rasio penulangan

As : luas tulangan (mm2)

2.4.1.3 Perencanaan tangga

Semua tangga direncanakan dengan menggunakan tipe K

dengan pelat miring sebagai ibu tangga. Perhitungan optrede

dan antrede tangga menggunakan rumus :

2 x optrede + antrede = 61 cm s/d 65 cm

keterangan :

optrede : langkah tegak

antrede : langkah datar

sudut tangga (α) = arc tan (x/y)

jumlah anterde = A

jumlah optrede = O = A + 1

Analisa gaya yang bekerja pada tangga dengan menggunakan

program SAP2000 sedangkan desain struktur sama dengan

desain pelat dan balok sekunder.

2.4.1.4 Perencanaan lift

a. Kapasitas dan jumlah lift

Kapasitas dan jumlah lift disesuaikan dengan perkiraan

jumlah pemakai lift, mengingat dari segi manfaat.

b. Perencanaan konstruksi

1. Mekanikal

LAPORAN TUGAS AKHIR 26


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Secara mekanikal perencanaan konstruksi lift tidak

direncanakan di sini karena sudah direncanakan di

pabrik dengan spesifikasi tertentu, sebagai dasar

perencanaan konstruksi dimana lift tersebut akan

diletakkan (seperti gambar 2.6).

2. Konstruksi ruang dan tempat lift

Lift terdiri dari tiga komponen utama, yaitu:

- Mesin dengan kabel penarik serta perangkat

lainnya.

- Trace / traksi / kereta penumpang yang

digunakan untuk mengangkut penumpang dengan

pengimbangnya.

- Ruangan dan landasan serta konstruksi

penumpang untuk mesin, kereta, beban dan

pengimbangnya.

Ruangan dan landasan lift direncanakan berdasarkan

kriteria sebagai berikut :

- Ruang dan tempat mesin lift diletakkan pada

lantai teratas bangunan. Oleh karenanya perlu dibuat

dinding penutup mesin yang memenuhi syarat yang

dibutuhkan mesin dan kenyamanan pemakai gedung.

- Mesin lift dengan beban-beban (q) sama

dengan jumlah dari berat penumpang, berat sendiri,

LAPORAN TUGAS AKHIR 27


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

berat traksi, dan berat pengimbangnya yang

ditumpukan pada balok portal.

- Ruang terbawah diberi kelonggaran untuk

menghindari tumbukan antara lift dan lantai

basement. Ruang terbawah ini juga direncanakan

sebagai tumpuan yang menahan lift pada saat

maintenance.

3. Spesifikasi lift yang dipakai

Lift yang digunakan adalah type P20 – C15, dengan

spesifikasi sebagai berikut :

- Dapat memuat penumpang 20 orang.

- Dapat menahan beban 1350 kg.

- Kecepatan = 150 m/menit.

- Berat lift = 10 KN.

2500

100
125

6000
4000
2100

Gambar 2.7 Potongan Lift

2.4.1.5 Perencanaan penyalur petir untuk bangunan gedung

LAPORAN TUGAS AKHIR 28


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Besarnya kebutuhan suatu bangunan akan adanya instalasi

penyalur petir ditentukan oleh besarnya kemungkinan

kerusakan serta bahaya yang ditimbulkan bila bangunan

tersebut tersambar petir.

Besarnya kebutuhan tersebut dapat ditentukan secara empiris

berdasarkan indeks-indeks yang menyatakan faktor-faktor

tertentu (seperti yang ditunjukkan pada tabel 2 sampai tabel 6

SKSNI – 1.3.53.1991-03), sedangkan pada tabel 7 SKSNI –

1.3.53.1991-03 merupakan penjumlahan dari indeks-indeks

yang dipilih dari tabel sebelumnya, dimana hasil penjumlahan

tersebut (R) merupakan indeks-indeks perkiraan bahaya akibat

sambaran petir

jadi : R = A + B + C + D + E

Jelas bahwa semakin besar R, semakin besar pula bahaya serta

kerusakan yang timbul oleh sambaran petir, berarti semakin

besar pula kebutuhan bangunan tersebut akan adanya sistem

penangkal petir.

Pada tabel-tabel tersebut diperoleh :

- Macam penggunaan bangunan diperoleh

indeks : 2

- Konstruksi bangunan diperoleh indeks : 2

- Tinggi bangunan diperoleh indeks : 4

- Situasi bangunan diperoleh indeks : 0

- Hari guntur per tahun diperoleh indeks : 5

LAPORAN TUGAS AKHIR 29


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(tabel 7 SKSNI 1.3.53.1991-03)

Tabel 2.1 Perkiraan Bahaya (R)

R=A+B+ C+ D+ E Perkiraan Bahaya Pengamanan


di bawah (R<) 11 tidak perlu

sama dengan (R=) 11 tidak perlu

12 agak dianjurkan

13 dianjurkan

14 sangat dianjurkan

lebih dari (R>) 14 sangat perlu

Jadi untuk Perencanaan Struktur Gedung VVIP RSD Sunan

Kalijaga diperlukan perencanaan penyalur petir. Jenis bahan

dan ukuran penyalur petir yang digunakan adalah penghantar

penyalur utama dari tembaga, bentuk silinder pejal dengan

ukuran 8 mm, untuk jarak petir tidak ditentukan secara detail

(pada bangunan ini ditentukan jarak penangkalnya 1,5 – 2 m).

LAPORAN TUGAS AKHIR 30


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.8 Rencana Penyalur Petir Bangunan

2.4.1.6 Perencanaan struktur portal

Untuk struktur portal direncanakan dengan susunan portal

terbuka. Perencanaan portal mengacu pada SKSNI T-15-1991-

03.

a. Perhitungan Balok

Balok berfungsi sebagai penyangga bangunan yang ada di

atasnya, adalah sebagai pelimpah beban kombinasi pada

pelat dan atau atap. Beban pelat dalam pelimpahannya

dapat berupa sistem amplop yaitu berbentuk segitiga atau

trapesium. Berikut Gambar 2.9

Beban Pelat dengan Sistem Amplop :

qx

Lx

qx  1 . qU pelat . lx
2
qx

Lx

qx  1 . qU pelat . lx
2

LAPORAN TUGAS AKHIR 31


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Syarat kelangsingan balok


1
h min   l terpanjang
16
b  1 h
2

(tabel 9.1.a tebal minimum h) SKSNI T – 15-1991-03 hal.130

Penulangan pada balok

d'
As'

h
d

As

Gambar 2.10 Penulangan Pada Balok

keterangan :

As : tulangan tarik (As =  . b . d)

As’ : tulangan tekan

d : tinggi efektif penampang

d’ : jarak sengkang
φp
d'  c  φs 
2

dimana :

c : selimut beton

(c = 20 mm, untuk balok yang tidak langsung

berhubungan dengan cuaca/tanah).

LAPORAN TUGAS AKHIR 32


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(untuk balok yang berhubungan langsung dengan

cuaca dan kondisi tanah  c = 40 mm, untuk tulangan

< 16, sedangkan c = 50 mm, untuk tulangan > 16).

s : diameter tulangan sengkang

s : diameter tulangan sengkang

Perhitungan momen

- Momen tumpuan (Mt = 1/24 . qu . l2)  KNm

- Momen lapangan (Ml = 1/8 . qu . l2)  KNm

Mencari tulangan tumpuan

- Rasio penulangan
Mu
 tabel rasio penulangan
b.d 2
(tabel 5.1.h mutu beton f’c301) SKSNI T – 15-1991-03)

Syarat pembatasan penulangan

min <  < maks  tulangan tunggal

- Mencari jumlah tulangan yang dipasang


As
 dipasang " n" tulangan dengan φ sebesar " A".
1 . . 2
4

Mencari tulangan tumpuan

- Rasio penulangan
Mu
 tabel rasio penulangan
b.d 2
(tabel 5.1.h mutu beton f’c301) SKSNI T – 15-1991-03)

Syarat pembatasan penulangan

min <  < maks  tulangan tunggal

- Mencari jumlah tulangan

LAPORAN TUGAS AKHIR 33


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

pada balok dipasang tulangan rangkap, dengan perbandingan

luas tulangan tekan (As’) dan luas tulangan tarik (As)


As
δ  0,5  jumlah tulangan tekan (As' )  0,5.As
As'

jumlah tulangan yang dipasang


As
 dipasang " n" tulangan dengan φ sebesar " A".
1 .  . 2
4

1 2
3-As 3-As
L/4 2-As L/4

3-As
40/ 40/
2-As 2-As

L
3-As 2-As

As' As'

h h

2-As 3-As
As As
c

b b

Potongan 1-1 Potongan 2-2


Penulangan Pokok Penulangan Pokok
Balok Tumpuan Balok Lapangan

Gambar 2.11 Pemasangan Tulangan Pokok Balok

Perhitungan tulangan geser (sengkang)


qu pelat

Momen
Mtu d
As
Mlu
Gaya lintang
Vu b

Vu

LAPORAN TUGAS AKHIR 34


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.12 Bidang Momen Dan Bidang Lintang Akibat Gaya


Geser

- Gaya geser
Vu  1 . qu . l  KN
2

- Tegangan geser
Vu . l
vu  2
 N/mm 2  MPa
b.d
- Tegangan geser beton yang diijinkan sesuai mutu beton (fc’)
1
vc  0,6 . . fc'  MPa
6

Jika tegangan geser yang terjadi akibat beban (vu) lebih

kecil dari tegangan geser yang diijinkan (vc)  vu < vc,

maka perlu dipasang tulangan geser/sengkang pada balok.

Jika tegangan geser yang terjadi akibat beban (vu) lebih

besar dari tegangan geser yang diijinkan (vc)  vu > vc,

maka tidak perlu dipasang tulangan geser/sengkang pada

balok.

- Tegangan geser yang dapat dipikul oleh beton dengan

tulangan geser.
2
vs maks  0,6 . . fc'  MPa
3

- Tegangan geser yang harus dipikul tulangan geser.


vs  vu  vc  MPa

- Pendimensian balok.

LAPORAN TUGAS AKHIR 35


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

jika vs<vsmaks dimensi balok rencana tidak perlu

diperbesar

jika vs>vsmaks dimensi balok rencana perlu diperbesar

- Gaya geser yang dapat dipikul oleh beton.


Vc  vc . b . d  KN

Vu dipikul oleh beton

Vc (KN) Vu
y Vc (KN)

1/2 L
dipakai tulangan

Gambar 2.13 Diagram Gaya Geser

keterangan :

Gaya geser pada balok, sebagian dipikul oleh kuat geser

beton (Vc) dan sisanya dipikul dipikul oleh tulangan geser

(sengkang).

- Penentuan tulangan geser pada balok

Tulangan geser pada balok perlu dipasang sepanjang “y” dari

tumpuan.
1 L  y Vc
2   Vu . ( 1 L  y)  1 L . Vc
1 L Vu 2 2
2
Resultante gaya yang bekerja di sepanjang “y”

Vu (KN) Rx Vc (KN)


y

Rv = (Vu – Vc) . y  KN

Tulangan geser:
Rv
Av   mm 2
φ . fy
LAPORAN TUGAS AKHIR 36
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dimana :  adalah faktor reduksi kekuatan untuk perhitungan

geser ( = 0,6)

tulangan geser dipasang pada 2 sisi penampang balok

tulangan geser minimum :


b.y
Av min   mm 2
3 . fy
jika Av > Avmin  pada balok dipasang tulangan geser (Av).

- Jumlah tulangan geser

Av
tulangan geser per meter pada balok   mm 2
y
 Av 
tulangan geser per meter pada balok  1    mm 2
2 y 
 1 Av 
 
2 y
Jumlah tulangan geser per meter  n   
100 A
jarak tulangan geser/sengkang  s 
1  cm tulangan geser 1

n
h

y (m) L -2y (m) y (m)

Av Av Av

As' As'

h h
Av Av

As As
c

b b

Potongan 1-1 Potongan 2-2


Penulangan Sengkang Penulangan Sengkang
Balok Tumpuan Balok Lapangan

1 tulangan geser 1

y (m) L -2y (m) y (m)

Av Av Av

As' As'

h h
Av Av

As As
c

b b

Potongan 1-1 Potongan 2-2

LAPORAN TUGAS AKHIR Penulangan Sengkang Penulangan Sengkang


Balok Tumpuan Balok Lapangan 37
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.14 Pemasangan Tulangan Geser / Sengkang pada Balok

b. Perhitungan kolom

Pemeriksaan kelangsingan kolom

- ukuran kolom = h x h (m)

- jari-jari Inersia (R) = 0,3.h (m)

- panjang tekuk kolom (Lk) = k . L (m)


Lk
λ
R

kelangsingan kolom dapat dirumuskan :

Ψ
  E.Ik 
Lk
 E.Ib Lb
Ψ 
  E.Ik 
Lk
 E.Ib Lb
A

B = 0 (terjepit pada pondasi)

k > 1 (kedua tumpuan jepit, dapat bergerak ke

samping)

Perhitungan faktor pembesaran momen

- Modulus Elastisitas
Ec  4700 fc' MPa  MPa  100 (ton/m 2 )

- Beban tekuk Euler


π 2 . Ec . I
Pc  (ton)
Lk 2
- Gaya normal tekan (Pu) = kg = ton

Faktor pembesaran momen


Cm
δ
 Pu 
1 -  
LAPORAN TUGAS AKHIR  φPc  38
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

satuan My dan Mx dalam kgm

- Faktor Penambahan Beban I

Mu = Mx . 100% + My . 30%  (kgm)

- Faktor Penambahan Beban II

Mu = Mx . 100% + My . 30%  (kgm)

Mt = Mu . δ  (kgm = KNm)

Ag = h.h (mm2)

Penulangan kolom

Persyaratan eksentrisitas minimal dari kolom

- e min = (15 + 0,03 . h)  mm

- eksentrisitas beban et = Mt / Pu  m  mm > emin  mm

- koefisien untuk sumbu vertikal Diagram Interaksi M – P


Pu
 . Ag . 0,85 . fc'

- koefisien untuk sumbu vertikal Diagram Interaksi M – P


Pu et

 . Ag . 0,85 . fc' h

- dengan menggunakan d’/h = 0,01, diperoleh “r”

- berdasarkan mutu beton fc’, didapat β, sehingga rasio tulangan

pada penampang kolom  = r . β.

Luas tulangan yang diperlukan

As =  . Ag

LAPORAN TUGAS AKHIR 39


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hasil perhitungan As digunakan dalam penentuan tulangan yang

akan digunakan/direncanakan. Tabel beton bertulang Ir. Gideon H.

Kusuma berdasarkan SKSNI T-15-1991-03.

Dari perencanaan tulangan (D) tersebut di atas dapat diketahui luas

tulangan (A), yang dirumuskan :

A = ¼ . π . D2  mm2

Jumlah tulangan yang diperlukan


As
n  batang
A

Tulangan dipasang pada kolom yang dipasang simetrik pada empat

sisi (biasanya dituliskan n D).

Perhitungan tulangan sengkang kolom

- Vu  kg = 1/10 N = 1/100 KN

Hitung vu dan periksa vu  vc

- vc dapat diketahui menurut tabel

Jika vu  vc  pada kolom tidak diperlukan tulangan geser.

- Dipasang tulangan praktis n – As.

keterangan rumus perhitungan kolom

et : eksentrisitas beban

Mu : momen berguna (KNm)

Pu : beban vertikal / gaya aksial (KN)

 : koefisien kolom ( = 0,65)

Ag : luas kolom (mm2)

fc : mutu beton (MPa)

LAPORAN TUGAS AKHIR 40


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

h : tinggi dimensi kolom (mm)

 : rasio penulangan

As : luas tulangan (mm2)

b : lebar dimensi kolom (mm)

d : tinggi efektif kolom (mm)

S : jarak sengkang (mm)

2.4.2 Struktur Bawah (Sub Stucture)

Untuk pembangunan struktur Gedung VVIP RSD Sunan Kalijaga ini

dilakukan penyelidikan tanah meliputi pekerjaan Booring, Conus

Penetration Test, Sievee Analysis dan Direct Shear Test.

2.4.2.1 Daya dukung tanah

Daya dukung (Bearing Capacity) adalah kemampuan tanah untuk

mendukung beban gedung dari segi struktur pondasi maupun

bangunan di atasnya tanpa terjadi keruntuhan geser.

Daya dukung batas (Ultimate Bearing Capacity) adalah daya

dukung terbesar dari tanah, biasanya diberi simbol qult. Daya

dukung ini merupakan kemampuan tanah mendukung beban, dan

diasumsikan tanah mulai terjadi keruntuhan.

Besarnya daya dukung yang diijinkan sama dengan daya dukung

dibagi dengan angka keamanan (Wesley L.D. 1997. Mekanika

Tanah. Badan Penerbit PU. Jakarta), rumusnya adalah :


qult
qa 
FK
dimana :

LAPORAN TUGAS AKHIR 41


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

qa : daya dukung yang diijinkan

qult : daya dukung terbesar dari tanah

FK : angka keamanan

Dengan menggunakan kelompok tiang pancang (pile group)

sehingga digunakan rumus Tarzaghi untuk menghitung daya

dukung tanah :

q ult  1,3 . C . Nc  Df . γ . Nq  0,4 . γ . B . Nγ

2.4.2.2 Tegangan kontak

Tegangan kontak yang bekerja di bawah pondasi akibat beban

struktur di atasnya (upper structure) diberi nama tegangan kontak

(contact pressure).

Menghitung tegangan kontak memakai persamaan sebagai berikut :

Q Mx . x My . y
σ   ................(1)
A Iy Ix

Dari persamaan (1) apabila yang bekerja adalah beban aksial saja

dan tepat pada titik beratnya maka persamaan (1) menjadi

persamaan (2), yaitu :


Q
σ ................(2)
A
dimana :

σ : tegangan kontak (kg/cm2)

Q : beban aksial total (ton)

A : luas bidang pondasi (m2)

Mx, My : momen total sejajar respektif terhadap sumbu x dan

sumbu y (tm)

LAPORAN TUGAS AKHIR 42


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

x, y : jarak dari titik berat pondasi ke titik dimana tegangan

kontak dihitung sepanjang respektif sumbu x dan

sumbu y (m).

Ix, Iy : momen Inersia respektif terhadap sumbu x dan sumbu y

(m4).
Q

A=Bx

ó = Q/A

Gambar 2.15 Tegangan Kontak Akibat Beban Aksial

Pengertian tegangan kontak ini akan sangat berguna terutama

didalam penentuan faktor keamanan (S.F / Safety Factor).

Secara umum faktor keamanan didefinisikan sebagai berikut :

kapasitas kapasitas daya dukung


S.F  
beban tegangan kontak

Kapasitas daya dukung dihitung didasarkan atas sifat-sifat tanah

dan dimensi pondasi. Sedangkan tegangan kontak dihitung

didasarkan beban struktur di atas pondasi (upper structure load)

dan dimensi pondasi.

Hubungan antara keduanya dinyatakan dalam bentuk faktor

keamanan

dimana :

LAPORAN TUGAS AKHIR 43


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

- S.F = 1, artinya tegangan kontak sama dengan kapasitas daya

dukung (bearing capacity). Lapis tanah tepat dalam keadaan

seimbang menerima beban.

- S.F > 1, artinya tegangan kontak lebih dari mobilisasi kapasitas

daya dukung. Lapis tanah dapat menerima beban.

- S.F < 1, artinya tegangan kontak lebih besar dari mobilisasi

kapasitas daya dukung.lapis tanah tidak dapat menerima beban.

Kapasitas daya dukung yang digunakan biasanya kapasitas daya

dukung ultimate, tetapi apabila dikehendaki S.F lebih konservatif,

kapasitas daya dukung yang digunakan adalah kapasitas daya

dukung ijin (allowable bearing capacity).

2.4.2.3 Metode analisis kapasitas daya dukung pondasi tiang

Kapasitas daya dukung pondasi tiang dapat dianalisis dengan

metode berdasarkan hasil sondir. Tes sondir atau Cone Penetration

Test (CPT) pada dasarnya adalah untuk memperoleh tahanan ujung

(q) dan tahanan selimut (c) sepanjang tiang. Tes sondir ini biasanya

dilakukan pada tanah-tanah kohesif dan tidak dianjurkan pada

tanah berkerikil dan lempung keras. (Wesley L.D. 1997. Mekanika

Tanah. Badan Penerbit PU. Jakarta).

Berdasarkan faktor pendukungnya daya dukung tiang pancang

dapat digolongkan sebagai berikut :

1. End bearing pile

LAPORAN TUGAS AKHIR 44


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

End bearing pile adalah tiang pancang yang dihitung

berdasarkan tahanan ujung dan memindahkan beban yang

diterima ke lapisan tanah keras di bawahnya. (Subiantoro,

1999. Diktat Kuliah Teknik Pondasi. Fakultas Teknik UJB.

Yogyakarta).

Persamaan yang digunakan untuk menentukan daya dukung

tanah terhadap tiang adalah :


A tiang  p
Q tiang 
3
2. Friction pile

Jika pemancangan tiang sampai lapisan tanah keras sulit

dilaksanakan karena letaknya sangat dalam, maka dapat

digunakan tiang pancang yang daya dukungnya berdasarkan

perletakan antara tiang dengan tanah. (Subiantoro, 1999. Diktat

Kuliah Teknik Pondasi. Fakultas Teknik UJB. Yogyakarta).

Persamaan daya dukung yang diijinkan terhadap tiang adalah :

 Lc
Q tiang 
5

3. End bearing pile and friction pile

Jika perhitungan tiang pancang didasarkan terhadap tanahan

ujung dan hambatan pelekat. (Subiantoro, 1999. Diktat Kuliah

Teknik Pondasi. Fakultas Teknik UJB. Yogyakarta).

Persamaan daya dukung yang diijinkan terhadap tiang adalah :

A tiang  p  Lc
Q tiang  
3 5
dimana :

LAPORAN TUGAS AKHIR 45


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Qtiang : daya dukung kesetimbangan tiang (kg)

Atiang : luas permukaan tiang (m2)

p : nilai conus hasil sondir (KN/m2)

 : keliling tiang pancang (m)

L : panjang tiang yang masuk ke dalam tanah (m)

c : harga cleep rata-rata (KN/m2)

3 & 5 : faktor keamanan

2.4.2.4 Tiang pancang kelompok (pile group)

Pada saat pelaksanaan jarang dijumpai pondasi yang hanya dari

satu tiang saja, tetapi terdiri dari kelompok tiang. Teori

membuktikan daya dukung kelompok tiang geser tidak sama

dengan daya dukung secara individu dikalikan jumlah tiang dalam

kelompok, melainkan lebih kecil karena adanya faktor effisiensi.

(Sarjono HS, 1998. Pondasi Tiang Pancang I dan II. Sinar Wijaya.

Surabaya).

a. Jarak antara tiang pancang (pile spacing) dalam kelompok

tiang (pile groups)

Jarak tiang pancang di dalam grup tiang sangat mempengaruhi

perhitungan kapasitas daya dukung dari grup tiang pancang.

Untuk bekerja sebagai grup tiang, jarak antara tiang atau pile

spacing (S) ini biasanya tunduk pada kode-kode (peraturan-

peraturan) bangunan pada daerah masing-masing. Oleh

karenanya penentuan pile spacing dibedakan berdasarkan :

LAPORAN TUGAS AKHIR 46


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Jarak, pada umumnya S bervariasi diantaranya :

- jarak minimum, S = 2d, dan

- jarak maksimum, S = 6d

2. Fungsi pile, fungsi pile juga dapat mempengaruhi

penentuan jarak antara tiang (pile spacing), misal :

- sebagai friction pile, minimum S = 3d

- sebagai end-bearing pile, minimum S = 3d

3. Klasifikasi tanah, penentuan pile spacing berdasarkan

klasifikasi tanah yaitu :

- jika terletak pada lapisan tanah liat keras, minimal S =

3,5d

- jika di daerah lapis padat, minimum S = 2d

b. Kelompok tiang (pile groups)

Perhitungan daya dukung tiang berdasarkan pada tekanan

ujung, sehingga kemampuan tiang dalam kelompok sama

dengan kemampuan tiang tunggal dikalikan banyaknya tiang.

Qpq  n . Qs

dimana :

Qpq : daya dukung kelompok tiang

n : banyaknya tiang pancang

Qs : daya dukung tiang tunggal

LAPORAN TUGAS AKHIR 47


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

c. Effisiensi kelompok riang

Daya dukung kelompok tiang dihitung berdasarkan cleef dan

conus, persamaan-persamaan yang digunakan, dirumuskan

berdasarkan effisiensi kelompok tiang pancang (pile group).

(Sarjono HS,1988. Pondasi Tiang Pancang I dan II, sinar

Wijaya, Surabaya).

Qpq = Eff . Q tiang (daya dukung tiang tunggal)


   n  1 m   m  1 n 
Eff  1 
90   m  n 

dimana :

m : jumlah baris

n : jumlah tiang dalam 1 (satu) baris

θ : tan-1 (θ = d /s)

s : jarak antar tiang (cm)

A tiang  p  Lc
Q tiang  
3 5

dimana :

Qtiang : daya dukung kesetimbangan tiang (kg)

Atiang : luas permukaan tiang (m2)

p : nilai conus hasil sondir (KN/m2)

 : keliling tiang pancang (m)

L : panjang tiang yang masuk ke dalam tanah (m)

c : harga cleep rata-rata (KN/m2)

3 & 5 : faktor keamanan

LAPORAN TUGAS AKHIR 48


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4.2.5 Pemindahan tiang pancang

Pemindahan tiang pancang didasarkan pada pengangkatan :

a. Pemindahan lurus

a a
L

M1 M1
M2 +

Gambar 2.16 Pemindahan Tiang Pancang Lurus

M 1  1/2  q  a
q   L  2a 
2
qa 2
M2  
8 2
M1  M 2
4a 2  4a . L  L2  0  L  10
4a 2  4a . 10  10 2  0
b b 2  4ac
a 1,2 
2a
 4L  16L2  4 . 4 . (  L) 2
a 1,2 
2.4
1/2q4L a 32 L
2
M1  a 1,2
82
q   L  2a  qa 2
M2  
 4L  4 L 2
a 1,2  8 2
M1  M 2 8
a  1 ( L  L 2 )
4a 2 1,24a . L2  L2  0  L  10
a  0.207 L
4a 2 1 4a . 10  10 2  0
a 2  1.207 L
 b  b 2  4ac
a 1,2  a
2a
 4L  16L2  4 . 4 . (  L) 2 M1
a 1,2 
2.4
 4L  32dan
b.a Pengangkatan L 2
L pemasangan tiang pancang
1,2
8
a
 4L  4 L 2
a 1,2  +
LAPORAN TUGAS AKHIR8 49
PERENCANAAN PEMBANGUNAN MVVIP
a 1,2  1 2 ( L  L GEDUNG
2)
2
RSD SUNAN KALIJAGA
a 1  0.207 L
a 2  1.207 L
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.17 Pengangkatan Dan Pemasangan Tiang Pancang

a
L2
 2aL 
2   L  a
L2  2aL  2aL  2a 2
2a 2  4aL  L2 .  0
b b 2  4ac
a 1,2 
2a
 4L  - 16L2  4 . 2 . L2
a 1,2 
2.2
 4L  - 16L2  8 . L2
a 1,2 
4
 4L  2 L 6
a 1,2 
4
a 1,2  L(1  1 2 2 )
a 1  2,929L
a 2  17,071L

c. Jadi yang berpengaruh adalah saat kondisi 2 (Pengangkatan

dan pemasangan tiang pancang)


Mn  Mu
8
Mn
K 
b  d  R
F  1  1  2K
LAPORAN TUGAS AKHIR F  R 50

PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA
2400
As    b  d
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN TUGAS AKHIR 51


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG VVIP RSD SUNAN KALIJAGA

Anda mungkin juga menyukai