Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DAN RESUME

KEPERAWATAN DI “POLI KANDUNGAN”


RSUD MARDI WALUYO BLITAR

Dosen Pembimbing : Indah Jayani S.Kep.,Ns.,M.Kep.,M.Biomed

Disusun Oleh:
ASMARA AGUSTINA
18640790

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUM KEPERAWATAN


DI RUANG POLI KANDUNGAN

Nama : ASMARA AGUSTINA


NIP : 18640790
Kelompok :2

Blitar,

CI Lahan CI Institusi Mahasiswa


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Myoma kadang-kadang disebut juga fibroid atau lemiomata adalah tumor
jinak yang berasal dari sel-sel otot polos. Tumor itu mengandung sejumlah
jaringan ikat yang berbeda yang mungkin terdiri dari sel-sel otot polos yang telah
mengalami degenerasi. Umumnya fibroid ditemukan dalam dekade ke empat atau
kelima dari kehidupan.
Myoma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan
infertil, bisa terjadi sebagai akibat keguguran spontan, berulang atau tertutupnya
bagian tuba yang berbeda di dalam rahim. Komplikasi kehamilan bias berbentuk
persalinan premature, abortus, solutio plasenta dan distocia fibroid bias tumbuh
cepat dalam masa hamil dan mengalami infark. Sebuah fibroid yang mengalami
infark dapat menimbulkan rasa nyeri dan bias merupakan sebuah komplikasi
kehamilan yang sangat sulit menanganinya.
Berdasarkan otopsi norax menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
memiliki sarang myoma. Myoma uteri belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum
menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10% myoma yang masih tumbuh.
Di Indonesia myoma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan Mioma
Uteri di ruang Poli Kandungan di RSUD Mardi Waluyo Blitar ?

1.3 Tujuan
Mampu menggambarkan tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien
Mioma Uteri.
1.4 Manfaat
a) Bagi Penulis
Mampu mengetahui dan menambahkan pengetahuan tentang penyakit
Mioma Uteri dan dapat memberikan Asuhan Keperawatan pada klien.
b) Bagi Universitas
Penulis mampu menambah meningkatkan pengetahuan tentang Mioma
Uteri .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah
Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma
uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma
jinak yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia wanita,terutama wanita
usai produktif. Walaupun tidak sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan
dengan mioma mencakup infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur, dan
malpresentasi (Crum, 2003).

2.2 Klasifikasi
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka
tumbuh. Klasifikasinya sebagai berikut :
1. Mioma intramural : merupakan mioma yang paling banyak ditemukan.
Sebagian besar tumbuh di antara lapisan uterus yang paling tebal dan paling
tengah, yaitu miometrium.
2. Mioma subserosa : merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan
uterus yang paling luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium.
Jenis mioma ini bertangkai (pedunculated) atau memiliki dasar lebar. Apabila
terlepas dari induknya dan berjalan-jalan atau dapat menempel dalam rongga
peritoneum disebut wandering/parasitic fibroid Ditemukan kedua terbanyak.
3. Mioma submukosa : merupakan mioma yang tumbuh dari dinding uterus
paling dalam sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat
bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui saluran serviks, yang disebut mioma geburt
(Chelmow, 2005)
2.3 Etiologi
 Etiologi pasti belum diketahui
 Peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri
mempengarui pertumbuhan tumor
 Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom yang
membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid.
Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal.
 Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah
menopause jarang ditemukan sebelum menarke (Crum, 2005).

Faktor Risiko terjadinya mioma uteri yaitu:


1. Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007).
Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan
haid). Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar
10% (Joedosaputro, 2005).
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada
jaringan miometrium normal. (Djuwantono, 2005)
3. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
(Parker, 2007)
4. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. (Parker, 2007)
5. Makanan
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan
daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau
menurunkan insiden mioma uteri (Parker, 2007).
6. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal
ini mempercepat pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2003).
7. Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi
melahirkan 1 (satu) atau 2 (dua) kali (Khashaeva, 1992).
2.4 Tanda Dan Gejala
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya tumor,
perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul diantaranya:
 Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia.
Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan antara lain:
o Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma
endometrium karena pengaruh ovarium
o Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
o Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
o Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma di
antara serabut miometrium
Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada
sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri
terutama saat menstruasi
Pembesaran perut bagian bawah
Uterus membesar merata
Infertilitas
Perdarahan setelah bersenggama
Dismenore
Abortus berulang
Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.
(Chelmow, 2005)
2.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar
dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom
abdomen akut.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
mioma uteri , sebagai berikut :
a. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma,
ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma
juga dapat dideteksi dengan Computerized Tomografi Scanning (CT scan)
ataupun Magnetic Resonance Image ( MRI), tetapi kedua pemeriksaan itu
lebih mahal.
b. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaaan
ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal
dan perjalanan ureter.
c. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
d. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
e. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar
hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
f. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa
membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh
karena kehamilan atau oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat
menyebabkan pembesaran uterus menyerupai kehamilan.
2.7 Penatalaksanaan Medis
1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, dan terbagi atas :
a. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2) Monitor keadaan Hb
3) Pemberian zat besi
4) Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
b. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2) Nyeri pelvis yang hebat
3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena
mioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4) Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5) Pertumbuhan mioma setelah menopause
6) Infertilitas
7) Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).

Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :

a. Miomektomi
b. Histerektomi
Ada dua cara histerektomi, yaitu :
1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus
gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya
rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan, 2005).
2. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring,
analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu
lebih disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk
kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri
atau obstruksi mekanik.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
(TEORITIS)

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun imformasi (data-
data) dari klien. Data yang dapat dikumpulkan pada klien sesudah pembedahan
Total Abdominal Hysterektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy (TAH-
BSO ) adalah sebagai berikut :
Usia :
a. Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan
pada usia 35 tahun keatas.
b. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang
c. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam
menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya
akibat tindakan TAH-BSO.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena
terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.Rasa nyeri setelah bedah
biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri
tersebut adalah :
a. Lokasi nyeri
b. Intensitas nyeri
c. Waktu dan durasi
d. Kwalitas nyeri.
3. Riwayat Reproduksi
a. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak
pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa
menopause
b. Hamil dan Persalinan
1) Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana mioma uteri
tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon
estrogen, pada masa ii dihasilkan dalam jumlah yang besar.
2) Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien
dan keluarga terhadap hilangnya organ kewanitaan.
4. Data Psikologi.
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap
emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi.
Organ reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi
menstruasi sebagai lambang feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bias
dirasakan sebgai hilangnya perasaan kewanitaan.
Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani . Beberapa
wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya
kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu
persiapan psikologi klien.
5. Status Respiratori
Respirasi bias meningkat atau menurun . Pernafasan yang ribut dapat
terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang
atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat
secret pada saluran nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan
segera pada klien yang memakai anaestesi general.
6. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus
dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat
kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk , harus di observasi dan
penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok.
7. Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien
yang hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam
setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan
tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.
8. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah
pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan
intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk
menghilangkan gas dalam usus.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, distress
emosional, keletihan.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot
dan system saraf akibat penyempitan kanalis servikalis oleh myoma.
3. Gangguan eliminasi urin (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh
massa jaringan neoplasm pada daerah sekitarnnya.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, distress
emosional, keletihan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
status nutrisi meliputi intake makanan dan minuman membaik dengan
kriteria hasil :
 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
 Klien mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
 Tidak ada tanda tanda malnutrisi
 Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi
1. Pantau masukan makanan per hari
R/ Mengidentifikasi kekuatan / defisiensi nutrisi
2. Ukur tinggi, berat badan, pastikan jumlah penurunan berat badan
R/ Memantau dalam identifikasi malnutrisi khususnya berat badan
kurang dari normal
3. Dorong klien makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan
cairan adekuat
R/ Kebutuhan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan
4. Kontrol faktor lingkungan (mis: bau tidak sedao), kebisingan, hindari
makanan berlemak dan pedas
R/ Dapat mencegah mual muntah
5. Identifikasi pasien yang mengalami mual muntah
R/ Mual muntah psikologis terjadi sebelum kemoterapi mulai secara
umum tidak berespon terhadap anti emetik
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot
dan system saraf akibat penyempitan kanalis servikalis oleh myoma.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
respon nyeri pasien dapat terkontrol dengan kriteria hasil :
 Klien mampu mengenal faktor-faktor penyebab nyeri, beratnya
ringannya nyeri, durasi nyeri, frekuensi dan letak bagian tubuh yang
nyeri
 Klien mampu melakukan tindakan pertolongan non-analgetik, seperti
napas dalam, relaksasi dan distraksi
 Klien melaporkan gejala-gejala kepada tim kesehatan
 Klien mampu mengontrol nyeri
 Ekspresi wajah klien rileks
 Klien melaporkan adanya penurunan tingkat nyeri dalam rentang
sedang (skala nyeri: 4 sampai 6) hingga nyeri ringan (skala nyeri : 1
sampai 3)
 Klien melaporkan dapat beristirahan dengan nyaman
 Nadi klien dalam batas normal (80-100x/menit)
 Tekanan darah klien dalam batas normal (120/80 mmHG)
 Frekuensi pernafasan klien dalam batas normal (16 – 24 x/menit)
INTERVENSI
1. Observasi adanya nyeri dan tingkat nyeri.
R/ Memudahkan tindakan keperawatan
2. Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakah untuk mengatasi nyeri
R/ Meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang dialaminya.
3. Ajarkan teknik relaksasi.
R/ Meningkatkan kenyamanan klien
4. Anjurkan untuk menggunakan kompres hangat.
R/ Membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan klien
5. Kolaborasi pemberian analgesik.
R/ Mengurangi nyeri
3. Gangguan eliminasi urin (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh
massa jaringan neoplasm pada daerah sekitarnnya.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
eliminasi urin pasien dapat terkontrol dengan kriteria hasil :
 ibu memahami terjadinya retensi urin
 bersedia melakukan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan
retensi urine.
Intervensi
1. Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urine.
R/ Melihat perubahan pola eliminasi klien
2. Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya
ketidaknyamanan dan rasa nyeri.
R/ Menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien
3. Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air hangat,
mengatur posisi, mengalirkan air keran.
R/ Mencegah terjadinya retensi urine
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC

Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper Genital


Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing,

Chelmow.D. 2005.
GynecologicMyomectomy Http://www.emedicine.com/med/topic331 9.html.

Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the
Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston : Elsevier
Saunders

Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi.


Farmacia. Vol III NO. 12. Juli 2004. Jakarta

Hart MD FRCS FRCOG, David McKay. 2000. Fibroids in Gynaecology Illustrated.


London : Churchill Livingstone.

Joedosapoetro MS. 2003. Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB,


Rachimhadi T. Editor. Edisi Ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi. Edisi
2. Jakarta : EGC

Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates

Panay BSc MRCOG MFFP, Nick et al. 2004. Fibroids in Obstetrics


and Gynaecology. London : Mosby

Parker WH. 2007. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas.


Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA School of Medicine.
California : American Society for Reproductive Medicine

Rayburn WF. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: H. TMA Chalik. Jakata.
Widya Medika,

Anda mungkin juga menyukai