LP Mioma Uteri
LP Mioma Uteri
Disusun Oleh:
ASMARA AGUSTINA
18640790
Blitar,
1.3 Tujuan
Mampu menggambarkan tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien
Mioma Uteri.
1.4 Manfaat
a) Bagi Penulis
Mampu mengetahui dan menambahkan pengetahuan tentang penyakit
Mioma Uteri dan dapat memberikan Asuhan Keperawatan pada klien.
b) Bagi Universitas
Penulis mampu menambah meningkatkan pengetahuan tentang Mioma
Uteri .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah
Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma
uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma
jinak yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia wanita,terutama wanita
usai produktif. Walaupun tidak sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan
dengan mioma mencakup infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur, dan
malpresentasi (Crum, 2003).
2.2 Klasifikasi
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka
tumbuh. Klasifikasinya sebagai berikut :
1. Mioma intramural : merupakan mioma yang paling banyak ditemukan.
Sebagian besar tumbuh di antara lapisan uterus yang paling tebal dan paling
tengah, yaitu miometrium.
2. Mioma subserosa : merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan
uterus yang paling luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium.
Jenis mioma ini bertangkai (pedunculated) atau memiliki dasar lebar. Apabila
terlepas dari induknya dan berjalan-jalan atau dapat menempel dalam rongga
peritoneum disebut wandering/parasitic fibroid Ditemukan kedua terbanyak.
3. Mioma submukosa : merupakan mioma yang tumbuh dari dinding uterus
paling dalam sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat
bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui saluran serviks, yang disebut mioma geburt
(Chelmow, 2005)
2.3 Etiologi
Etiologi pasti belum diketahui
Peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri
mempengarui pertumbuhan tumor
Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom yang
membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid.
Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal.
Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah
menopause jarang ditemukan sebelum menarke (Crum, 2005).
a. Miomektomi
b. Histerektomi
Ada dua cara histerektomi, yaitu :
1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus
gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya
rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan, 2005).
2. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring,
analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu
lebih disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk
kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri
atau obstruksi mekanik.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
(TEORITIS)
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun imformasi (data-
data) dari klien. Data yang dapat dikumpulkan pada klien sesudah pembedahan
Total Abdominal Hysterektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy (TAH-
BSO ) adalah sebagai berikut :
Usia :
a. Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan
pada usia 35 tahun keatas.
b. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang
c. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam
menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya
akibat tindakan TAH-BSO.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena
terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.Rasa nyeri setelah bedah
biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri
tersebut adalah :
a. Lokasi nyeri
b. Intensitas nyeri
c. Waktu dan durasi
d. Kwalitas nyeri.
3. Riwayat Reproduksi
a. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak
pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa
menopause
b. Hamil dan Persalinan
1) Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana mioma uteri
tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon
estrogen, pada masa ii dihasilkan dalam jumlah yang besar.
2) Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien
dan keluarga terhadap hilangnya organ kewanitaan.
4. Data Psikologi.
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap
emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi.
Organ reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi
menstruasi sebagai lambang feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bias
dirasakan sebgai hilangnya perasaan kewanitaan.
Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani . Beberapa
wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya
kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu
persiapan psikologi klien.
5. Status Respiratori
Respirasi bias meningkat atau menurun . Pernafasan yang ribut dapat
terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang
atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat
secret pada saluran nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan
segera pada klien yang memakai anaestesi general.
6. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus
dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat
kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk , harus di observasi dan
penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok.
7. Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien
yang hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam
setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan
tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.
8. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah
pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan
intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk
menghilangkan gas dalam usus.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, distress
emosional, keletihan.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot
dan system saraf akibat penyempitan kanalis servikalis oleh myoma.
3. Gangguan eliminasi urin (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh
massa jaringan neoplasm pada daerah sekitarnnya.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, distress
emosional, keletihan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
status nutrisi meliputi intake makanan dan minuman membaik dengan
kriteria hasil :
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
Klien mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda tanda malnutrisi
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi
1. Pantau masukan makanan per hari
R/ Mengidentifikasi kekuatan / defisiensi nutrisi
2. Ukur tinggi, berat badan, pastikan jumlah penurunan berat badan
R/ Memantau dalam identifikasi malnutrisi khususnya berat badan
kurang dari normal
3. Dorong klien makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan
cairan adekuat
R/ Kebutuhan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan
4. Kontrol faktor lingkungan (mis: bau tidak sedao), kebisingan, hindari
makanan berlemak dan pedas
R/ Dapat mencegah mual muntah
5. Identifikasi pasien yang mengalami mual muntah
R/ Mual muntah psikologis terjadi sebelum kemoterapi mulai secara
umum tidak berespon terhadap anti emetik
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot
dan system saraf akibat penyempitan kanalis servikalis oleh myoma.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
respon nyeri pasien dapat terkontrol dengan kriteria hasil :
Klien mampu mengenal faktor-faktor penyebab nyeri, beratnya
ringannya nyeri, durasi nyeri, frekuensi dan letak bagian tubuh yang
nyeri
Klien mampu melakukan tindakan pertolongan non-analgetik, seperti
napas dalam, relaksasi dan distraksi
Klien melaporkan gejala-gejala kepada tim kesehatan
Klien mampu mengontrol nyeri
Ekspresi wajah klien rileks
Klien melaporkan adanya penurunan tingkat nyeri dalam rentang
sedang (skala nyeri: 4 sampai 6) hingga nyeri ringan (skala nyeri : 1
sampai 3)
Klien melaporkan dapat beristirahan dengan nyaman
Nadi klien dalam batas normal (80-100x/menit)
Tekanan darah klien dalam batas normal (120/80 mmHG)
Frekuensi pernafasan klien dalam batas normal (16 – 24 x/menit)
INTERVENSI
1. Observasi adanya nyeri dan tingkat nyeri.
R/ Memudahkan tindakan keperawatan
2. Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakah untuk mengatasi nyeri
R/ Meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang dialaminya.
3. Ajarkan teknik relaksasi.
R/ Meningkatkan kenyamanan klien
4. Anjurkan untuk menggunakan kompres hangat.
R/ Membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan klien
5. Kolaborasi pemberian analgesik.
R/ Mengurangi nyeri
3. Gangguan eliminasi urin (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh
massa jaringan neoplasm pada daerah sekitarnnya.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
eliminasi urin pasien dapat terkontrol dengan kriteria hasil :
ibu memahami terjadinya retensi urin
bersedia melakukan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan
retensi urine.
Intervensi
1. Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urine.
R/ Melihat perubahan pola eliminasi klien
2. Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya
ketidaknyamanan dan rasa nyeri.
R/ Menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien
3. Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air hangat,
mengatur posisi, mengalirkan air keran.
R/ Mencegah terjadinya retensi urine
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC
Chelmow.D. 2005.
GynecologicMyomectomy Http://www.emedicine.com/med/topic331 9.html.
Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the
Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston : Elsevier
Saunders
Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi. Edisi
2. Jakarta : EGC
Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates
Rayburn WF. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: H. TMA Chalik. Jakata.
Widya Medika,