Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK

“PSIKOLOGI BELAJAR”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

DOSEN PEMBIMBING :

Debby Anggraini Daulay, S.Psi., M.Psi

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018
Anggota Kelompok :
 Safira Maulida Suci 180600019
 Bellani Balqish 180600020
 Emalia Elmi Ginting 180600021
 Rizki Nopa R. Hasibuan 180600022
 Sal Sabila Aulia Rahma 180600023
 Lely Khairani Lubis 180600024
 Stanley Jordan 180600102
 Ivana Andrayani 180600103
 Evi Winda V. Tampubolon 180600104
 Syifa Nabila R. Srg 180600105
 Mahira Atika 180600107
 Aulia Nadhira R. Nasution 180600108
 Sindy Anjely 180600109
 Steela Anggriani 180600189
 Gamael Andreas Pattiradjawane 180600190
 Adelina Putri Imawan 180600191
 Belia Putri Amanda 180600192
 Annisa Ridha Mutiara 180600193
 Lulu Fakhirah Khansa Utami 180600194
 Oriana Tony Lo 180600246
PSIKOLOGI BELAJAR
“KELOMPOK 4”
Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Jl. Alumni No.2 Kampus USU Medan 20155

PENDAHULUAN
Kita hidup di dunia tidak ada yang secara tiba-tiba menjadi pandai atau cerdas. Untuk
memperoleh itu semua maka diperlukan proses. Proses menuju pandai inilah yg dikenal dengan
istilah belajar. Dalam kegiatan sehari-hari baik secara disadari atau tidak kita pasti mengalami
sebuah kegiatan yaitu belajar, baik belajar secara teori maupun praktek dari lingkungan sekitar.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil
menjadi terampil melakukan sesuatu dan dari semula tidak paham menjadi paham.1 Bahkan
proses belajar ini dimulai sejak manusia masih bayi sampai sepanjang hayatnya.
Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan,
namun bagaimana cara yang efektif untuk melibatkan diri secara aktif membuat atau pun
mengevaluasi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat.
Pengalaman dapat mengajarkan kita untuk menjadi lebih baik lagi dalam bersikap, tingkah laku
dan mengembangkan pengetahuan. Belajar juga membantu diri dalam berinteraksi dengan
lingkungan. Sehingga dengan belajar juga akan membuat seseorang mampu menyesuaikan diri,
memperoleh pengalaman, serta melatih proses pematangan tubuh,2 misalnya pada balita dapat
berdiri, berjalan, duduk dan dapat berbicara semua itu tidak akan berlangsung baik tanpa adanya
proses belajar dan latihan.
Untuk lebih memperjelas pengertian tentang pentingnya belajar, prinsip-prinsip belajar
dan bagaimana proses belajar itu terjadi maka dikemukakanlah beberapa teori belajar yang
merupakan hasil penyelidikan para ahli psikologi.

1
DEFINISI BELAJAR
Belajar merupakan proses kegiatan secara optimal dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari
yang tidak mengerti menjadi mengerti. Kegiatan belajar merupakan proses penyatuan anatara
kognitif emosional, dan lingkungan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, nilai dan
pandangan. Berikut beberapa pengertian menurut beberapa ahli psikologi:
Arno F. Wittig dalam Psychology of Learning:1981. Belajar ialah perubahan yang realtif
menetap yang terjadi dalam segala macam tingkah laku suatu organisme sebagai hasil belajar.
James Patrick Chaplin dalam Dictionary of Psychology:1985. Belajar dibatasi dengan dua
macam rumusan, Rumusan pertama belajar adalah peroledhan perubahan tingkah laku yang
relayytif menetap sebgai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua belajar ialah proses
memperoleh respons-respons sebgai akibat adanya latihan khusus.
Hintzman, Douglas L. dalam The Psychology of Learning and Memory:1987. Belajar ialah suatu
perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman
yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

TEORI-TEORI TOKOH MENGENAI TEORI BELAJAR


Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari tingkah laku manusia.
Menurut Desmita (2009:44) teori belajar behavioristik merupakan teori belajar memahami
tingkah laku manusia yang menggunakan pendekatan objektif, mekanistik, dan materialistik,
sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya
pengkondisian. Dengan kata lain, mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan
melalui pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang terlihat, bukan dengan mengamati
kegiatan bagian-bagian dalam tubuh. Teori ini mengutamakan pengamatan, sebab pengamatan
merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku
tersebut.

2
Tokoh-Tokoh Teori Belajar Behavioristik, yaitu1
1. John B. Watson
Menurut Desmita (2009:44), behavioristik adalah sebuah aliran dalam pemahaman
tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh John B. Watson (1878-1958), seorang ahli
psikologi Amerika pada tahun 1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika. Perspektif
behavioristik berfokus pada peran dari belajar dan menjelaskan tingkah laku manusia. Menurut
Watson dan para ahli lainnya meyakini bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari
pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan atau situasional. Salah satu faktor tersebut yaitu
faktor lingkungan yang menjadi penentu dari tingkah laku manusia. Berdasarkan pemahaman ini,
kepribadian individu dapat dikembalikan kepada hubungan antara individu dan lingkungannya.
Menurut teori ini, orang terlibat di dalam tingkah laku karena telah mempelajarinya melalui
pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah-
hadiah. Orang menghentikan tingkah laku, karena belum diberi hadiah atau telah mendapatkan
hukuman.Semua tingkah laku, baik bermanfaat atau merusak merupakan tingkah laku yang
dipelajari oleh manusia. Menurut Watson (dalam Putrayasa,2013:46), belajar sebagai proses
interaksi antara stimulus dan respons, stimulus dan respons yang dimaksud harus dapat diamati
dan dapat diukur. Oleh sebab itu seseorang mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam diri selama proses belajar.
2. Ivan P. Pavlov
Paradigma kondisioning klasik merupakan karya besar Ivan P. Pavlov (1849-1936),
ilmuan Rusia yang mengembangkan teori perilaku melalui percobaan tentang anjing dan air
liurnya. Proses yang ditemukan oleh Pavlov, karena perangsang yang asli dan netral atau
rangsangan biasanya secara berulang-ulang dipasangkan dengan unsur penguat yang
menyebabkan suatu reaksi. Perangsang netral disebut perangsang bersyarat atau terkondisionir,
yang disingkat dengan CS (conditioned stimulus). Penguatnya adalah perangsang tidak bersyarat
atau US (unconditioned stimulus). Reaksi alami atau reaksi yang tidak dipelajari disebut reaksi
bersyarat atau CR (conditioned response). Pavlov mengaplikasikan istilah-istilah tersebut sebagai
suatu penguat.Maksudnya setiap agen seperti makanan, yang mengurangi sebagian dari suatu
kebutuhan. Dengan demikian dari mulut anjing akan keluar air liur (UR) sebagai reaksi terhadap
makanan (US). Apabila suatu rangsangan netral, seperti sebuah bel atau genta (CS) dibunyikan
bersamaan dengan waktu penyajian maka peristiwa ini akan memunculkan air liur (CR)

3
(Desmita,2005:55) Melalui paradigma kondisioning klasiknya, Pavlov memperlihatkan anjing
dapat dilatih mengeluarkan air liur bukan terhadap rangsang semula (makanan), melainkan
terhadap rangsang bunyi. Hal ini terjadi pada waktu memperlihatkan makanan kepada anjing
sebagai rangsang yang menimbulkan air liur, dilanjutkan dengan membunyikan lonceng atau bel
berkali-kali, akhirnya anjing akan mengeluarkan air liur apabila mendengar bunyi lonceng atau
bel, walaupun makanan tidak diperlihatkan atau diberikan. Di sini terlihat bahwa rangsang
makanan telah berpindah ke rangsang bunyi untuk memperlihatkan jawaban yang sama, yakni
pengeluaran air liur. Dengan demikian emosional merupakan sesuatu yang terbentuk melalui
kondisioning klasik (Desmita, 2005:56). Perasaan orang belajar bersifat pasif karena untuk
mengadakan respon perlu adanya suatu stimulus tertentu, sedangkan mengenai penguat menurut
Pavlov bahwa stimulus yang tidak terkontrol (unconditioned stimulus) mempunyai hubungan
dengan penguatan. Stimulus itu yang menyebabkan adanya pengulangan tingkah laku dan
berfungsi sebagai penguat (Zulhammi, 2015).
3. B.F. Skinner
Skinner adalah seorang psikolog dari Harvard yang telah berjasa mengembangkan teori
perilaku Watson. Pandangannya tentang kepribadian disebut dengan behaviorisme
radikal.Behaviorisme menekankan studi ilmiah tentang respon perilaku yang dapat diamati dan
determinan lingkungan. Dalam behaviorisme Skinner, pikiran, sadar atau tidak sadar, tidak
diperlukan untuk menjelaskan perilaku dan perkembangan. Menurut Skinner, perkembangan
adalah perilaku. Oleh karena itu para behavioris yakin bahwa perkembangan dipelajari dan
sering berubah sesuai dengan pengalaman-penglaman lingkungan. Untuk mendemontrasikan
pengkondisian operan di laboratorium, Skinner meletakkan seekor tikus yang lapar dalam sebuah
kotak, yang disebut kotak Skinner. Di dalam kotak tersebut, tikus dibiarkan melakukan aktivitas,
berjalan dan menjelajahi keadaan sekitar. Dalam aktivitas itu, tikus tanpa sengaja menyentuh
suatu tuas dan menyebabkan keluarnya makanan. Tikus akan melakukan lagi aktivitas yang sama
untuk memperoleh makanan, yakni dengan menekan tuas. Semakin lama semakin sedikit
aktivitas yang dilakukan untuk menyentuh tuas dan memperoleh makanan. Disini tikus
mempelajari hubungan antara tuas dan makanan. Hubungan ini akan terbentuk apabila makanan
tetap merupakan hadiah bagi kegiatan yang dilakukan tikus (Desmita. 2005:57).

4
Teori Belajar Kognitif
Psikologi Kognitif lebih menekankan pendidikan sebagai proses internal mental manusia
termasuk bagaimana orang berfikir, merasakan, mengingat, dan belajar.2 Tingkah Laku manusia
yang tanpak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mentalnya, seperti
motivasi, keyakinan, dan sebagainya. Psikologi Kognitif menyebuykan bahwa belajar adalah
petistiwa mental, bukan peristiwa perilaku fisik meskipjn hal-hal yang bersifat behavioral kadang
kadang tampak kesat mata dalam setiap peristiwa belajar manusia. Seseorang yang sedang
belajar membaca dan menulis, tentu menggunakan perangkat jasmaniah yaitu mulut dan tangan
untuk mengucapjan kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi, menggerakkan mulut dan
menggoreskan pena yang dilakukan bukan sekedar respons atau slimulus yang ada, melainkan
yang terpenting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya. Berikut tokoh tokoh teori
kognitif :
1. Gestalt
Teori Gestalt dikenal juga dengan sebutan field theory atau insight full learning. Menurut
teori gestalt, manusia bukan sekedar makhluk reaksi yang berbuat atau bereaksi jika ada
perangsang yang memengaruhinya. Akan tetapi, manusia adalah individu yang merupakan
bulatan fisik dan psikis.3
Menurut Gestalt, manusia adalah makhluk bebas. Ia bebas memilih cara untuk bereaksi
dan menentukan stimuli yang diterima atau stimuli yang ditolaknya. Dengan demikian, belajar
menurut psikolagi gestalt bukan sekedar proses asosiasi antara stimulus dan respons yang lama
makin kuat tetapi karena adanya latihan-latihan atau ulangan-ulangan. Akan tetapi belajar terjadi
jika ada pengertian (insight). Pengertian atau insight ini muncul setelah beberapa saat seseorang
mencoba memahami suatu masalah yang muncul kepadanya.
Persepsi dan insight siswa sangat penting dalam teori gestalt. Salah satu sumbangan yang
paling penting dari teori gestalt adalah ide bahwa tugas-tugas sekolah harus cocok dengan
pengalaman dan pemahaman siswa, kegagalan sering terjadi karena: (1) tugas terlalu sulit bagi
siswa untuk mencapai insight, (2) keterangan-keterangan dari guru tidak terlalu jelas.4
2. Jean Piaget
Menurut Jean Piaget (1975) salah seorang penganut aliran kognitif yang kuat, bahwa
proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu: proses asimilasi adalah proses
penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak

5
siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi
adalah penyesuain berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Implikasi Teori Kognitif
Piaget dalam pembelajaran, yaitu perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada
seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya, yaitu
bagaimana anak secara aktif mengkontruksi pengetahuannya. Pengetahuan sendiri datang dari
tindakan.
Menurut teori Piaget pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting
bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman
sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada
akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis.5
3. Brunner
Menurut pandangan Brunner (1964) bahwa teori belajar itu bersifat deskriptif, sedangkan
teori pembelajaran itu bersifat preskriptif. Misalnya, teori penjumlahan, sedangkan teori
pembelajaran menguraikan bagaimana cara mengajarkan penjumlahan.5

Teori Belajar Humanistik


Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia
itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam
kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam
bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam
bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati
dalam dunia keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan
manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat
laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan
dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri

6
mereka. Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan
bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.
Berikut tokoh-tokoh teori humanistik:
1. Carl Rogers
Rogers kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang
sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak
dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh
karena itu, menurut teori belajar humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber pada diri
peserta didik.
2. Arthur Combs
Combs memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti dua lingkaran
(besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu.. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari
persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Semakin jauh peristiwa-peristiwa
itu dari persepsi diri berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai
sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

JENIS-JENIS PEMBELAJARAN
Belajar Abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak untuk
memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Termasuk dalam
jenis belajar ini adalah belajar matematika, astronomi, filsafat, materi pembelajaran Akidah yang
memerlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas prinsip, konsep, dan
generalisasi. Jenis belajar abstrak menitikberatkan pada peranan akal dan penguasaan prinsip,
konsep, dan generalisasi untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah (problem
solving) dalam mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak.

Belajar Keterampilan
Belajar jenis ini adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik, yaitu
berhubungan dengan urat-urat saraf dan otot-otot (neuromuscular) yang bertujuan untuk
memperoleh dan menguasai keterampilan-keterampilan jasmaniah tertentu. Termasuk belajar

7
dalam jenis ini adalah olahraga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik,
dan sebagian materi pembelajaran agama seperti ibadah salat dan haji.

Belajar Sosial
Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-
teknik untuk memecahkan masalah-masalah sosial. Tujuannya adalah untuk menguasai
pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial, seperti masalah
keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat
kemasyarakatan. Belajar dalam jenis ini dimaksudkan untuk mengatur dorongan hasrat pribadi
demi kepentingan bersama dan memberi peluang kepada orang lain atau kelompok lain untuk
memenuhi kebutuhannya secara berimbang dan proporsional.

Belajar Pemecahan Masalah


Belajar pemecahan masalah (problem solving) pada dasarnya adalah belajar
menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti
untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif dalam memecahkan masalah secara
rasional, lugas, dan tuntas. Belajar pemecahan masalah menuntut kemampuan dalam menguasai
konsep-konsep, prinsip-prinsip, generalisasi, dan tilikan akal. Untuk keperluan ini, hampir semua
bidang studi dapat dijadikan sarana belajar pemecahan masalah, terutama pembelajaran eksakta.

Belajar Rasional
Belajar rasional erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah, yaitu menggunakan
kemampuan berpikir secara logis dan rasional agar memiliki kemampuan memecahkan masalah
dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis. Belajar jenis
ini tidak memberi penekanan pada pembelajaran eksakta, sehingga bidang studi noneksakta pun
dapat memberi efek yang sama dengan bidang studi eksakta dalam belajar rasional.

Belajar Kebiasaan
Belajar kebiasaan diartikan sebagai proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau
perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Tujuan belajar jenis ini adalah memperoleh sikap-

8
sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif selaras dengan
kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual). Meskipun jenis belajar kebiasaan lebih tepat
dilaksanakan dalam konteks pendidikan informal, namun tidak tertutup kemungkinan
penggunaan pembelajaran agama Islam dan PPKn sebagai sarana belajar kebiasaan bagi anak
didik agar sikap dan kebiasaannya selaras dengan norma-norma dan tata nilai yang berlaku.

Belajar Apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai
suatu objek. Tujuannya, agar peserta didik memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah
rasa (affective skill) sebagai kemampuan menghargai nilai objek secara tepat. Bidang-bidang
studi yang dapat menunjang pencapaian tujuan belajar apresiasi antara lain bahasa dan sastra,
kerajinan tangan, kesenian, dan menggambar, di samping materi seni baca tulis Alquran pada
bidang studi Pendidikan Agama Islam.

Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan secara mendalam
terhadap objek pengetahuan tertentu yang bertujuan untuk menambah informasi dan pemahaman
terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam
mempelajarinya, seperti menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan. Bidang
studi bahasa dan sains dapat menjadi sarana dalam mengembangkan kegiatan belajar jenis
pengetahuan ini. Bertitik tolak dari berbagai pandangan sejumlah ahli mengenai belajar,
ditemukan bahwa walaupun terdapat perbedaan mengenai pengertian dan jenis belajar, namun
terdapat kesamaan makna bahwa konsep belajar selalu menunjukkan kepada suatu proses
Perubahan perilaku seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.6

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR


Faktor – faktor yang mempengaruhi proses belajar terbagi menjadi dua kategori yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.7
Faktor internal adalah faktor yang berada dalam diri individu ketika belajar. Faktor internal
meliputi faktor fisiologis dan psikologis.

9
 Faktor fisiologis adalah kondisi fisik individu yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar. Contohnya, penyandang disabilitas misalnya tuna netra, mereka pastinya
memiliki proses belajar yang jauh berbeda dengan orang yang memiliki penglihatan yang
baik.
 Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang mempengaruhi proses dan
hasil belajar. Beberapa faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses belajar adalah
kecerdasan, minat, sikap, bakat dan motivasi orang yang belajar.

1. Kecerdasan adalah faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar. Kecerdasan
menentukan kualitas belajar seseorang. Semakin tinggi kecerdasan suatu inidividu, semakin
tinggi peluangnya untuk sukses dalam belajar.
2. Minat adalah kecenderungan atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat memiliki
pengaruh yang besar terhadap proses belajar. Contohnya, jika seorang siswa mempelajari bahan
yang tidak sesuai dengan minatnya, maka siswa tersebut tidak akan belajar secara maksimal
karena tidak memiliki daya tarik terhadap bahan yang dipelajarinya.
3. Bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan
dalam proses belajar. Apabila bahan belajar seseorang sesuai dengan bakatnya, maka semakin
tinggi peluang keberhasilan belajar tersebut.
4. Sikap adalah sikap individu dapat mempengaruhi keberhasil proses belajar. Misalnya, sikap
negatif dapat muncul jika seorang siswa tidak suka dengan gurunya. Jika hal ini terjadi, proses
belajarnya tidak efektif.
5. Motivasi adalah motivasi mendorong seseorang untuk ingin melakukan proses belajar.
Individu yang memiliki motivasi belajar tinggi akan memperoleh hasil belajar yang efektif dan
bagus dibanding individu yang memiliki motivasi yang rendah.
Faktor eksternal adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi eksternal atau kondisi
yang berada di luar individu. Faktor eksternal terbagi menjadi dua yaitu :
1. Faktor sosial dan lingkungan adalah kondisi sosial dan lingkungan di sekitar individu.
Contohnya, keluarga. Hubungan antar keluarga yang harmonis akan mempengaruhi
keefektivitasan proses belajar suatu individu. Tidak hanya keluarga, kondisi sosial seperti tempat
tinggal pun mempengaruhi proses belajar. Seseorang yang tinggal di rumah yang besar dan

10
nyaman pastinya akan memperoleh hasil belajar yang lebih bagus daripada seseorang yang
tinggal di rumah kecil dan kumuh.
2. Faktor perlengkapan atau instrumental adalah kondisi perlengkapan yang digunakan untuk
proses belajar. Suatu individu yang memiliki alat tulis yang bagus, baru dan cantik akan lebih
termotivasi dan semangat untuk melakukan aktivitas belajar. Tidak hanya ini, kondisi
pencahayaan, materi pembelajaran dan ruangan juga menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi proses belajar suatu individu.

MANFAAT PSIKOLOGI BELAJAR


Psikologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan teori-teorinya mulai diterapkan
dalam berbagai bidang kehidupan.8 Dunia industri/perusahaan, pengembangan sumber daya
manusia, dunia klinis/ medis/ kedokteran, dunia pendidikan, parenting skill, pendampingan
remaja, dunia olah raga, komunikasi, dakwah, public relation serta berbagai bidang kehidupan
lainnya menerapkan ilmu-ilmu psikologi. Khusus dalam dunia pendidikan, terdapat psikologi
pendidikan dan psikologi belajar. Psikologi belajar lebih khusus menekankan kajian pada proses
belajar peserta didik serta hal lain yanag meyertainya. Dalam hal ini guru merupakan ujung
tombak proses pendidikan, sehingga kemajuan belajar anak banyak ditentukan oleh kemampuan
mengajar guru. Ditangan guru-guru yang profesional dan bertanggung jawab perkembangan
siswa-siswi terbentuk. Keberhasilan mengajar guru tidak hanya ditentukan oleh penguasaannya
terhadap materi yang diajarkan, tetapi sangat dipengaruhi oleh kemampuan memahami anak
didik beserta aspek lain yang menyertainya, seperti cara belajarnya, bakat minat dan
karakteristiknya.
Menguasai materi tanpa mengetahui bagaimana karakter dari audien (dalam hal ini anak
didik) merupakan kemampuan yang belum lengkap. Guru perlu memahami kondisi anak didik,
apa harapan dan kebutuhan, bagaimana proses belajar terjadi serta bagaimana menyesuaikan
materi dengan daya tangkap anak. Tanpa pemahaman yang tepat tentang anak didik, guru hanya
akan menghabiskan waktu dan tenaga tanpa hasil yang maksimal. Guru yang genius dan sangat
ahli di bidang keilmuannya menjadi terasa hambar dan sia-sia tanpa dibekali strategi bagaimana
memasukkan ilmu pengetahuan ke dalam jiwa anak. Psikologi belajar pada hakekatnya tidak

11
hanya dapat dimanfaatkan oleh guru saja, namun semua pendidik, orang tua, calon guru, dan
instruktur.

PEMBAHASAN
Menurut Winkel, belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengelolaan pemahaman. Menurut Ernest R. Hilgard, belajar merupakan proses perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda
dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan
kembali kepada keadaan semula.9 Jadi, belajar adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang
dilakukan secara sengaja agar terbentuk suatu perubahan dalam hidup seseorang. Ada beberapa
teori-teori tokoh mengenai teori belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif,
dan teori belajar humanistik. Proses belajar dikategorikan menjadi delapan jenis dengan teknik
dan tujuan yang berbeda, yaitu belajar abstrak, belajar keterampilan, belajar sosial, belajar
pemecahan masalah, belajar rasional, belajar kebiasaan, belajar apresiasi, dan belajar
pengetahuan.
Faktor eksternal dan internal merupakan faktor yang mempengaruhi proses belajar.
Faktor eksternal adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi eksternal atau kondisi yang
berada di luar individu, meliputi faktor sosial dan lingkungan – kondisi sosial dan lingkungan di
sekitar individu serta faktor perlengkapan atau instrumental – kondisi perlengkapan. Faktor
internal adalah faktor yang berada dalam diri individu ketika belajar, meliputi faktor fisiologis
dan psikologis. Faktor fisiologi menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan kondisi fisik,
sedangkan faktor psikologis menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan kondisi psikologis.
Beberapa faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses belajar, yaitu kecerdasan, minat,
sikap, bakat dan motivasi orang yang belajar. Belajar merupakan proses mengetahui hal yang
tidak diketahui. Hal ini tentunya memberikan beberapa manfaat dalam kehidupan, seperti dalam
dunia industri/perusahaan, pengembangan sumber daya manusia, dunia klinis/ medis/
kedokteran, dunia pendidikan, parenting skill, pendampingan remaja, dunia olah raga,
komunikasi, dakwah, public relation serta berbagai bidang kehidupan lainnya. Belajar dapat
dimanfaatkan dalam seluruh kegiatan dalam kehidupan sehari-hari.

12
DAFTAR PUSTAKA
1. Nahar NI. Penerapan teori belajar behavioristik dalam proses pembelajaran. Jurnal Ilmu
Pengetahuan Sosial 2016; 1: 65-70.
2. Denim S, dkk. Psikologi pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2011: 38.
3. Mahmud. Psikologi pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2009: 88.
4. Hamalik O. Psikologi belajar & mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012: 50.
5. Koswara. Macam-macam teori belajar berdasarkan kelompok dan aplikasinya terhadap
pembelajaran. <http://kosrah.blogspot.com/2013/06/macam-macam-teori-belajar-
berdasarkan.html>(1 desember 2018).
6. Hanafy MS. Konsep belajar dan pembelajaran. Jurnal Lantera Pendidikan 2014; 17(1): 72-73.
7. Nursyaidah. Faktor – faktor yang mempengaruhi peserta didik. J IAIN Padang sidempuan
2014: 70-6.
8. Sriyanti L. Psikologi belajar. Jawa Tengah: STAIN Salatiga Press, 2011: 2-6.
9. Susanto B. 16 pengertian belajar menurut para ahli terlengkap. <
http://www.spengetahuan.com/2016/01/16-pengertian-belajar-menurut-para-ahli-
terlengkap.html > (1 Desember 2018).

13

Anda mungkin juga menyukai