PENDAHULUAN
Setelah dipaparkan sedikit dalam latar belakang di atas, didapatlah rumusan masalah
yaitu:
2. Apa yang menjadi latar belakang yang memicu terjadinya Perang Salib antara kaum
Muslim dan Kristen?
[1]
BAB II
PERANG SALIB
Perang Salib (The Crusades) adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi
umat Muslim di Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13,
dengan tujuan untuk merebut Tanah Suci dari kekuasaan kaum Muslim dan
mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur. Dinamakan Perang Salib, karena setiap orang
Eropa yang ikut bertempur dalam peperangan memakai tanda salib pada bahu, lencana dan
panji-panji mereka.
Istilah ini juga digunakan untuk ekspedisi-ekspedisi kecil yang terjadi selama abad
ke-16 di wilayah di luar Benua Eropa, biasanya terhadap kaum pagan dan kaum non-Kristiani
untuk alasan campuran; antara agama, ekonomi, dan politik. Skema penomoran tradisional
atas Perang Salib memasukkan 9 ekspedisi besar ke Tanah Suci selama Abad ke-11 sampai
dengan Abad ke-13. “Perang Salib” lainnya yang tidak bernomor berlanjut hingga Abad ke-
16 dan berakhir ketika iklim politik dan agama di Eropa berubah secara signifikan selama
masa Renaissance.
Perang Salib pada hakikatnya bukan perang agama, melainkan perang merebut
kekuasaan daerah. Hal ini dibuktikan bahwa tentara Salib dan tentara Muslim saling bertukar
ilmu pengetahuan.
Terjadinya Perang Salib antara kedua belah pihak, Islam dengan Kristen disebabkan
oleh faktor-faktor utama yaitu agama, politik dan sosial ekonomi.
1. Faktor Agama
Pada tahun 1009, kalifah Bani Fatimiyah, Al-Hakim bi-Amr Allah memerintahkan
penghancuran Gereja Makam Kudus (Church of the Holy Sepulchre). Penerusnya
memperbolehkan Kekaisaran Byzantium untuk membangun gereja itu kembali dan
memperbolehkan para peziarah untuk berziarah di tempat itu lagi. Akan tetapi,
banyak laporan yang beredar di Barat tentang kekejaman kaum Muslim terhadap para
[2]
peziarah Kristen. Laporan yang didapat dari para peziarah yang pulang ini kemudian
memainkan peranan penting dalam perkembangan Perang Salib pada akhir abad itu.
Mereka merasa mendapat perlakuan jelek dari orang-orang Seljuk yang fanatic. Umat
Kristen merasa perlakuan para penguasa Dinasti Seljuk sangat berbeda dengan para
penguasa Islam lainnya yang pernah menguasai kawasan itu sebelumnya.
2. Faktor Politik
Pedagang-pedangan besar di pantai timur Laut Tengah, terutama yang berada di kota
Venezia, Genoa dan Pisa berambisi untuk menguasai kota-kota dagang di sepanjang
pantai timur dan selatan Laut Tengah sehingga rela menanggung sebagian dana
Perang Salib. Apabila pihak Kristen Eropa menang, mereka menjadikan kawasan itu
sebagai pusat perdagangan mereka. Stratifikasi sosial masyarakat Eropa terdiri dari
tiga kelompok yaitu kaum gereja, kaum bangsawan dan ksatria dan rakyat jelata.
[3]
Ketika rakyat jelata dimobilisasi oleh pihak gereja untuk ikut Perang Salib dijanjikan
kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik bila menang perang, mereka menyambut
secara spontan dan berduyun-duyun terlibat dalam perang itu.
Saat itu, di Eropa berlaku hukum waris bahwa anak tertua yang berhak menerima
harta warisam, apabila anak tertua meninggal maka harta warisan harus diserahkan
kepada gereja. Oleh karena itu, populasi orang miskin meningkat sehingga anak-anak
yang miskin beramai-ramai mengikuti seruan mobilisasi umum Perang Salib dengan
harapan mendapatkan perbaikan ekonomi.
[4]
salib tentang apa sebenarnya arti dari “penebusan dosa” itu. Kebanyakan mereka
percaya bahwa dengan merebut Yerusalem kembali, mereka akan dijamin masuk
surga pada saat mereka meninggal dunia. Akan tetapi, kontroversi yang terjadi adalah
apa sebenarnya yang dijanjikan oleh paus yang berkuasa pada saat itu. Suatu teori
menyatakan bahwa jika seseorang gugur ketika bertempur untuk Yerusalemlah
“penebusan dosa” itu berlaku. Teori ini mendekati kepada apa yang diucapkan oleh
Paus Urbanus II dalam pidato-pidatonya. Ini berarti bahwa jika para tentara salib
berhasil merebut Yerusalem, maka orang-orang yang selamat dalam pertempuran
tidak akan diberikan “penebusan”. Teori yang lain menyebutkan bahwa jika seseorang
telah sampai ke Yerusalem, orang tersebut akan dibebaskan dari dosa-dosanya
sebelum Perang Salib. Oleh karena itu, orang tersebut akan tetap bisa masuk Neraka
jika melakukan dosa sesudah Perang Salib. Seluruh faktor inilah yang memberikan
dukungan masyarakat kepada Perang Salib Pertama dan kebangkitan keagamaan pada
abad ke-12.
Dikutip dari Wikipedia terdapat empat periodisasi Perang Salib, yakni Perang Salib I,
perang Salib II, Perang Salib III dan Perang Salib IV.
Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian besar
bangsa Perancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian
ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini
memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil
menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka
mendirikan County Edessa dengan Baldwin sebagai raja. Pada tahun yang sama
mereka dapat menguasai Antiokhia dan mendirikan Kepangeranan Antiokhia di
Timur, Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baitul
Maqdis (Yerusalem) pada 15 Juli 1099 M dan mendirikan Kerajaan
Yerusalem dengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukan Baitul Maqdis itu, tentara
Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104
M), Tripoli (1109 M) dan kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan County
Tripoli, rajanya adalah Raymond.
[5]
Selanjutnya, Syeikh Imaduddin Zengi pada tahun 1144 M, penguasa Mosul dan Irak,
berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa. Namun ia wafat tahun
1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Syeikh Nuruddin Zengi. Syeikh
Nuruddin berhasil merebut kembali Antiokhia pada tahun 1149 M dan pada tahun
1151 M, seluruh Edessa dapat direbut kembali.
[6]
2.3.3 Perang Salib III
Pada tahun 1219 M, meletus kembali peperangan yang dikenal dengan Perang
Salib periode keenam, dimana tentara Kristen dipimpin oleh raja Jerman, Frederik II,
mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan
dapat bantuan dari orang-orang Kristen Koptik. Dalam serangan tersebut, mereka
berhasil menduduki Dimyath, raja Mesir dari Dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-Malik
al-Kamil, membuat penjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia
melepaskan Dimyath, sementara al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick
menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan
kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut
kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, pada masa pemerintahan al-Malik al-
Shalih, penguasa Mesir selanjutnya.
[7]
Ketika Mesir dikuasai oleh Dinasti Mamalik yang menggantikan posisi Dinasti
Ayyubiyyah, pimpinan perang dipegang olehBaibars, Qalawun, dan Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum
Muslim tahun 1291 M. Demikianlah Perang Salib yang berkobar di Timur. Perang ini
tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat Islam terusir dari sana.
Tambahan yang dikutip dari buku Sejarah Peradaban Islam oleh Ratu Suntiah,
M.Ag dan Maslani M.Ag, pada periode ketiga Perang Salib atau menurut Wikipedia
Perang Salib IV, telah terukir dalam sejarah munculnya pahlawan wanita yang
terkenal gagah berani yaitu Syajar ad-Durr. Ia berhasil menghancurkan pasukan raja
Louis IX dari Perancis dan sekaligus menangkap raja tersebut. Pahlawan wanita
inipun telah mampu menunjukkan sikap kebesaran Islam dengan membebaskan dan
mengizinkan raja Louis IX kembali ke negerinya. Setelah Mesir dikuasai Dinasti
Mamalik, pimpinan perang dipegang oleh Baybars yang berhasil merebut kembali
seluruh benteng yang dikuasai tentara Salib. Pada tahun 1286 M, kota Yaffa dapat
ditaklukkan, tahun 1289 M menaklukan kota Tripoli (Libanon) dan kota Akka
dikuasai pada tahun 1291 M. Sejak saat itu tentara Salib habis di seluruh benua
Timur.
[8]
Keenam, sejak tahun 1228 M sampai 1229 M. Kristen menguasai sebagian
besar Jerusalem, sedangkan orang muslim diberi kekuasaan terhadap Masjid Al-
Aqsha.
Ketujuh, sejak tahun 1248 M sampai 1254 M. Pada tahun 1243 M, kaum
Templar Kristen melanggar perjanjian perdamaian dan berkonflik dengan Mesir.
Tetapi, mereka menelan kekalahan, dan tentara muslim pun tetap tak terkalahan.
Kedelapan, sejak tahun 1270 M hingga 1271 M. Tentara Salib kali ini hendak
menaklukan Tunisia. Tetapi, hanya 2 bulan berselang, Lois IX meninggal dunia.
Kesembilan, sejak tahun 1271 M sampai 1272 M. Dengan jatuhnya Antiokhia
(pada tahun 1268 M), orang-orang Kristen dibantai oleh tentara Muslim sehingga
pemerintahan Kristen di Levant habis kisahnya. Pada tahun 1400-an, Turki Utsmani
yang di pimpin oleh Mehmed II tidak hanya menjajah sejumlah kerajaan di Eropa,
Asia, dan Afrika, tetapi juga berhasil membersihkan sisa-sisa tentara salib di Timur
Tengah.
Perang Salib Pertama melepaskan gelombang semangat perasaan paling suci sendiri
yang diekspresikan dengan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi yang menyertai
pergerakan tentara Salib melintasi Eropa dan juga perlakuan kasar terhadap pemeluk Kristen
Ortodoks Timur. Kekerasan terhadap Kristen Ortodoks ini berpuncak pada penjarahan
kota Konstantinopel pada tahun 1024, dimana seluruh kekuatan tentara Salib ikut serta.
Selama terjadinya serangan-serangan terhadap orang Yahudi, pendeta lokal dan orang Kristen
berupaya melindungi orang Yahudi dari pasukan Salib yang melintas. Orang Yahudi
seringkali diberikan perlindungan di dalam gereja atau bangunan Kristen lainnya, akan tetapi,
massa yang beringas selalu menerobos masuk dan membunuh mereka tanpa pandang bulu.
Pada abad ke-13, Perang Salib tidak pernah mencapai tingkat kepopuleran yang tinggi
di masyarakat. Sesudah kota Akka jatuh untuk terakhir kalinya pada tahun 1291 dan sesudah
penghancuran bangsa Ositania (Perancis Selatan) yang berpaham Katarisme pada Perang
Salib Albigensian, ide Perang Salib mengalami kemerosotan nilai yang diakibatkan oleh
pembenaran lembaga Kepausan terhadap agresi politik dan wilayah yang terjadi di Katolik
Eropa.
[9]
Orde Ksatria Salib mempertahankan wilayah adalah orde Ksatria Hospitaller. Sesudah
kejatuhan Akka yang terakhir, orde ini menguasai Pulau Rhodes dan pada abad ke-16
dibuang ke Malta. Tentara-tentara Salib yang terakhir ini akhirnya dibubarkan oleh Napoleon
Bonaparte pada tahun 1798.
Pihak Islam pada akhirnya dapat memenangkan Perang Salib yang sangat melelahkan,
berlangsung tahun 1096-1291 M. Walaupun menang, umat Islam sebenarnya mengalami
kerugian yang luar biasa karena peperangan itu terjadi di kawasan dunia Islam (Turki,
Palestina dan Mesir). Sebaliknya bagi pihak Kristen, mereka menderita kekalahan dalam
Perang Salib, namun mendapatkan hikmah yang tidak ternilai harganya karena mereka dapat
berkenalan dengan kebudayaan dan peradaban Islam yang sudah maju. Kebudayaan dan
peradaban yang mereka peroleh dari Timur-Islam menyebabkan lahirnya Renaissans
(kembali bangkitnya peradaban di Eropa) di Barat. Kebudayaan yang mereka bawa ke Barat
terutama dalam bidang militer, seni, penidustrian, perdagangan, pertanian, astronomi,
kesehatan dan kepribadian.
Perang Salib memiliki efek yang buruk tetapi terlokalisir pada dunia Islam. Dimana
persamaan antara “Bangsa Frank” dengan “Tentara Salib” meninggalkan bekas yang amat
dalam. Muslim secara tradisional mengelu-elukan Saladin, seorang ksatria Kurdi, sebagai
pahlawan Perang Salib. Pada abad ke-21, sebagian dunia Arab, seperti gerakan kemerdekaan
Arab dan gerakan Pan-Islamisme masih terus menyebut keterlibatan dunia Barat di Timur
Tengah sebagai “perang salib”. Perang Salib dianggap oleh dunia Islam sebagai pembantaian
yang kejam dan keji oleh kaum Kristen Eropa.
Dalam bidang militer, dunia Barat menemukan persenjataan dan teknin berperang
yang belum pernah mereka temui sebelumnya di negerinya, seperti penggunaan bahan-bahan
peledak untuk melontarkan peluru, pertarungan senjata dengan menunggang kuda, teknik
[10]
melatih burung merpati untuk kepentingan informasi militer dan penggunaan alat-alat rebana
dan gendang untuk memberi semangat kepada pasukan militer di medang perang.
Dalam bidang perindustrian, mereka banyak menemukan kain tenun sekaligus
peralatan tenun di dunia Timur. Untuk itu mereka mengimpor berbagai jenis kain seperti
mosselin, satin dan damast dari Timur ke Barat. Mereka juga menemukan berbagai jenis
parfum, kemenyan dan getah Arab yang dapat mengharumkan ruangan.
Dalam bidang pertanian, mereka menemukan system pertanian yang sama sekali baru
di dunia Barat dari dunia Timur-Islam seperti model irigasi yang praktis dan jenis tumbuh-
tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka macam. Di samping itu, mereka menemukan gula
yang dianggap cukup penting.
[11]
Ilmu astronomi yang dikembangkan Islam sejak abad ke-9 telah mempengaruhi
lahirnya berbagai observatorium di dunia Barat. Mereka juga meniru rumah sakit dan tempat
pemandian. Berita perjalanan Marcopolo dalam mencari benua Amerika di abad ke-13
sebagai langkah awal perjalanan Colombus ke Amerika tahun 1492 M. sikap dan kepribadian
umat Islam di Timur telah memberikan pengaruh positif terhadap nilai-nilai kemanusiaan di
Eropa yang sebelumnya tidak mendapatkan perhatian.
1. Abu Ali Mansur Tariqul Hakim (sang penghancur Tanah Suci Jerusalem)
Abu Ali Mansur Tariqul Hakim atau Al-Hakim (985-1021 M) adalah khalifah
keenam Fatimiyah dan termasuk salah satu dari 16 imam Ismaili. Ia dikatakan sebagai
tokoh yang paling harus bertanggung jawab terhadap terjadinya Perang Salib. Al-
Hakim menyerukan penghancuran sistematis terhadap Tanah Suci Jerusalem pada
tahun 1009 M. Sebelum ayahnya meninggal, ayahnya berpesan supaya orang yang
menggantikan kedudukannya adalah Al-Hakim. Setelah ayahnya dikuburkan, Al-
Hakim disumpah oleh Barjawan, guru pribadinya, pada 14 Oktober tahun itu pula,
sebagai Khalifah Fatimiyah ke-16 dengan julukan al-Amr Al-Hakim Billah. Setelah
Al-Hakim dewasa, ia menjadi orang yang fanatik terhadap sekte Ismailiah. Ia banyak
menaklukan wilayah di Asia kecil dan Afrika Utara sambil menyebarkan pengaruh
Ismailiah. Al-Hakim membangun gerakan bernama Druze. Dalam gerakan itu, Al-
[12]
Hakim menamakan dirinya sebagai “Manifestasi Allah” dan “Penguasa dunia yang
hanya bisa dikomando oleh Allah”. Pernyataan sejumlah sarjana Sunni dan Syi’ah
yang mengakuinya sebagai keturunan Ali bin Abi Thalib agar ia masuk dalam jajaran
16 Imam Ismaili. Ia memerintahkan kepada pasukannya untuk menghancurkan
Jerusalem yang merupakan pusat tempat ibadah umat Yahudi dan Kristen. Tindakan
inilah yang membuat Konsili Kepausan Roma menyerukan perang terhadap umat
Muslim, yang akhirnya menjadi perang terbesar sepanjang masa, yakni Perang Salib.
Tetapi, di sisi lain, Al-Hakim merupakan salah satu Khalifah yang sangat mendukung
pertumbuhan ilmu pengetahuan dengan mendirikan pusat keilmuan yang diberi nama
Darul Ilmi (Rumah Pengetahuan).
Pada tahun 1004 M, Al-Hakim memutuskan bahwa orang Kristen tidak boleh
lagi merayakan Paskah. Pada tahun 1005 M, Al Hakim memerintahkan kepada umat
Kristen dan Yahudi untuk menggunakan pakaian turban (baju khas bangsa Arab)
hitam. Selain itu, wanita nonmuslim harus memakai sepatu dengan warna yang
berbeda : yang satu berwarna merah, sedangkan yang lainnya berwarna hitam.
Kebijakan ini berlaku hingga tahun 1014 M. Pada tahun 1007-1012 M, sikap Al-
Hakim berubah 180o. Ia lebih memberikan banyak toleransi kepada umat muslim dari
golongan Sunni dan Syi’ah, sedangkan umat nonmuslim dimusuhi. Puncaknya, pada
18 oktober 1009 M, Al-Hakim memerintahkan penghancuran terhadap Makam Suci
dan bangunan terkait di Jerusalem. Banyak umat Kristen dan Yahudi yang dipaksa
memeluk agama Islam. Kemudian, pada tahun 1042 M, Kaisar Byzantium
Konstantinus IX melakukan Rekonstruksi Makam Suci atas izin penerus Al-Hakim.
Petrus Hermit, mengadu kepada Paus Urbanus II bahwa jemaatnya ketika
hendak berziarah ke Jerusalem dicegat, dan banyak dari jemaatnya yang dibantai
dengan sadis. Urbanus langsung membentuk Dewan, dari sanalah terjadi Perang Salib
yang memakan jutaan lebih nyawa dari kedua belah pihak itu, baik pihak Kristen
maupun Islam. Pada tahun 1012-1021 M, Al-Hakim mengizinkan umat Kristen dan
Yahudi yang masuk Islam kembali kepada agamanya dan membangun rumah
ibadahnya. Ironisnya, gerakan Ad-Darazi yang dibentuknya dinyatakannya sebagai
agama baru, dan Al-Hakim menganggap diri sebagai Nabinya yang menerima wahyu
Ilahi. Akhirnya Al-Hakim banyak dituduh Murtad darahnya dan dinyatakan halal.
Pada 13 Februari 1021 M, saat usianya 36 tahun, Al-Hakim dikabarkan ke Bukit Al-
Muqattam, diluar Kairo dan ia pun tidak pernah kembali. Hingga pada suatu hari,
keledai dan baju yang dipakai oleh Al-Hakim ditemukan berlumuran darah. Mayatnya
[13]
pun hilang. Hingga kini, tidak diketahui letak makamnya, saat itu pula, kedudukan Al-
Hakim sebagai Khalifah Dinasti Fatimiyah digantikan ileh putranya yang bernama Ali
Az-Zahir.
[17]
Nuruddin Mahmud adalah putra kedua Imaduddin Zanky. Ia sebagai pangl ima
Islam ketika pecah Perang Salib II pada tahun 1148 M, serta pengambil alih Raha
(Edessa) dan Aleppo dari pihak tentara salib. Tahun 1149 M, berhasil memukul
mundur kaum Frank. Atas pencapaiannya tersebut, Nuruddin Mahmud disebut
sebagai tokoh pemimpin kaum muslimin terbesar kedua setelah Shalahuddin al-
Ayyubi dalam sejarah Perang Salib. Selama kepemimpinannya, Nuruddin Mahmud
menuai banyak kesuksesan dalam menaklukkan tentara salib, yang dianggap sebagai
fase kebangkitan kaum muslimin kedua setelah periode kepemimpinan Imaduddin
Zanky. Nuruddin Mahmud secara perlahan dapat menyatukan Mesir dan Syria, serta
menaklukkan kaum salib Frank yang dikomandoi oleh Kaisar Jerman (Conrad III),
Raja Prancis (Lois VII) dari Anthiokia, dan Roha (Edessa). Seusai Dinasti Fatimiyah
di Mesir dikuasainya, Nuruddin Mahmud meletakkan fondasi penyatuan kaum
muslimin dan menegaskan kembali Legitimasi satu-satunya Khalifah Abbasiyah yang
bemadzhab Sunni. Perang Salib II di nilai sebagai titik balik bangkitnya kaum
muslimin dari kekalahan. Semangat jihad pertama kali didengungkan pada masa-masa
ini. Itu semua berkat peran besar Nuruddin Mahmud. Dalam ambisinya menyatukan
kaum muslimin, Nuruddin Mahmud terpaksa melakukannya dengan cara memerangi
dan menguasai kekuatan-kekuatan penting kaum Islam Sunni di Syria dan Syi’ah
Ismailiyah sekaligus fraksi-fraksi lain di Mesir untuk menyadarkan mereka bahwa
musuh utama kaum muslimin adalah kaum salib Frank.
Kaum muslimin berhasil memukul mundur tentara Frank dengan koloni abadi
salib, yakni Byzantium, dari Aleppo dan Raha. Akhirnya, setelah bertahun-tahun
Aleppo dan Raha dikuasai oleh tentara salib, semuanya itu jatuh kembali ketangan
kaum muslimin. Pada akhir oktober 1147 M, Josselin dan Baudouin (dua panglima
salib) berhasil menduduki sejumlah pos penting di Raha, sehingga tinggal satu
benteng terakhir yang masih harus ditaklukkannya supaya sempurna Raha dikuasai
oleh tentara salib, yakni benteng wilayah kuasa Nuruddin Mahmud. Meskipun dengan
kekuatan yang tak sebanding dengan besarnya kekuatan tentara salib, Nuruddin
Mahmud berusaha mempertahankannya agar tidak jatuh ketangan lawan. Hal yang
menarik dari Nuruddin Mahmud adalah ia sebagai pemimpin perang yang bijaksana.
Meskipun memusuhi tentara salib, ia tetap berusaha semaksimal mungkin mengambil
jalur perjanjian damai dengan mereka. Misalnya, dengan Byzantium pada tahun 1159
M dan kaum Frank yang menguasai Jerusalem pada tahun 1161 M. Tentara Nuruddin
Mahmud tidak hanya terdiri atas tentara istana dan seluruh Eksponen rakyat
[18]
Damaskus, Syria, dan Mesir, tetapi juga para ulama Fiqh, Sufi, Imam, penghafal al-
Qur’an, Khatib, dan Hakim. Titik balik kehidupan Nuruddin Mahmud terjadi ketika
ia ditimpa penyakit serius pada oktober 1159 M sekaligus kekalahannya melawan
kaum Frank pada tahun 1163 M dalam pertempuran di Al-Buqay’ah. Penyakit dan
kekalahan ini menimbulkan pengaruh yang mendalam terhadap kehidupan pribadi dan
kebijakan Nuruddin Mahmud. Pada masa kepemimpinan Nuruddin Mahmud,
kemajuan di bidang keilmuan, Ritualitas Islam, dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan
lainnya berkembang pesat di Syria, Damaskus serta Mesir. Semuanya itu dibuktikan
dengan banyaknya monument, benteng, menara, madrasah, masjid, biara sufi, rumah
sakit, rumah penampungan anak yatim, gedung-gedung dan inskripsi-inskripsi penting
atas nama Nuruddin Mahmud di daerah-daerah tersebut.
[19]
Dekat. Bahkan, ia hampir memenangkan dan menguasai Kerajaan Antiokhia (salah
satu Kerajaan Salib terbesar).
Peperangan ini berakhir dengan perjanjian damai pada Agustus 1167 M, yang isinya
sebagai berikut :
1. Pertukatan tawanan perang
2. Asaduddin Shirkuh dan Shalahuddin al –Ayyubi harus kembali ke Syria
3. Amauric I harus kembali ke Jerusalem
4. Kota Alexandria diserahkan kembali kepda Shawar
Pada tahun 1167 M, tentara salib yang dipimpin oleh Amauric I melanggar
perjanjian damai tersebut, yaitu ia menyerang Mesir dan bermaksud menguasainya.
Amalric I bersekutu dengan kekaisaran Byzantium. Mengetahui hal itu, Shawar
beralih aliansi, yaitu memusuhi Amalric I dan bergabung dengan Asaduddin Shirkuh
yang memang mengetahui gelagat ini lebih awal akhirnya menerima Shawar dengan
senang hati. Asaduddin Shirkuh adalah sebuah nam dari Kurdi-Persia yang
secara harfiyah berarti “Singa (dari) gunung”. Sedangkan gelar kehormatan, yaitu
Asad Ad-Din bermakna “Singa Iman”. Orang-orang salib (dan barat pada umumnya)
memanggilnya Siraconus.
[22]
raja muda ini sakit dan meninggal. Posisinya digantikan oleh Salahudin yang diangkat
menjadi pemimpin kekhalifahan Suriah dan Mesir.
Saat Salahudin berkuasa, perang salib sedang berjalan dalam fase kedua dengan
dikuasainya Yerussalem oleh pasukan Salib. Namun pasukan Salib tidak mampu
menaklukan Damaskus dan Kairo. Saat itu terjadi gencatan senjata antara Salahudin
dengan Raja Yerussalem dari pasukan Salib, Guy de Lusignan.
Perang Salib yang disebut-sebut sebagai fase ketiga dipicu oleh penyerangan
pasukan Salib terhadap rombongan peziarah muslim dari Damaskus. Penyerangan ini
dipimpin oleh Reginald de Chattilon penguasa kastil di Kerak yang merupakan bagian
dari Kerajaan Yerussalem. Seluruh rombongan kafilah ini dibantai termasuk saudara
perempuan Salahudin. Insiden ini menghancurkan kesepakatan gencatan senjata antara
Damaskus dan Yerussalem. Maret 1187 setelah bulan suci Ramadhan, Salahudin
menyerukan Jihad Qittal. Pasukan muslimin bergerak menaklukan benteng-benteng
pasukan Salib. Puncak kegemilangan Salahudin terjadi di Perang Hattin.
Perang Hattin terjadi di bulan Juli yang kering. Pasukan muslim dengan jumlah
25000 orang mengepung tentara salib di daerah Hattin yang menyerupai tanduk. Pasukan
muslim terdiri atas 12000 orang pasukan berkuda (kavaleri) sisanya adalah pasukan jalan
kaki (infanteri). Kavaleri pasukan muslim menunggangi kuda yaman yang gesit dengan
pakaian dari katun ringan (kazaghand) untuk meminimalisir panas terik di padang pasir.
Mereka terorganisir dengan baik, berkomunikasi dengan bahasa arab. Pasukan dibagi
menjadi beberapa skuadron kecil dengan menggunakan taktik hit and run.
Pasukan salib terdiri atas tiga bagian. Bagian depan pasukan adalah
pasukan Hospitaler, bagian tengah adalah batalyon kerajaan yang dipimpin Guy de
Lusignan yang juga membawa Salib besar sebagai lambang kerajaan. Bagian belakang
adalah pasukan ordo Knight Templaryang dipimpin Balian dari Ibelin. Bahasa yang
mereka gunakan bercampur antara bahasa Inggris, Perancis dan beberapa bahasa eropa
lainnya. Seperti umumnya tentara Eropa mereka menggunakan baju zirah dari besi yang
berat, yang sebetulnya tidak cocok digunakan di perang padang pasir.
Salahudin memanfaatkan celah-celah ini. Malam harinya pasukan muslimin membakar
rumput kering disekeliling pasukan Salib yang sudah sangat kepanasan dan kehausan.
Besok paginya Salahudin membagikan anak panah tambahan pada pasukan kavalerinya
untuk membabat habis kuda tunggangan musuh. Tanpa kuda dan payah kepanasan,
pasukan salib menjadi jauh berkurang kekuatannya. Saat peperangan berlangsung dengan
[23]
kondisi suhu yang panas hampir semua pasukan salib tewas. Raja Yerussalem Guy de
Lusignan berhasil ditawan sedangkan Reginald de Chattilon yang pernah membantai
khalifah kaum muslimin langsung dipancung. Kepada Raja Guy, Salahudin
memperlakukan dengan baik dan dibebaskan dengan tebusan beberapa tahun kemudian.
Dari Hattin, Salahudin bergerak menuju kota-kota Acre, Beirut dan Sidon untuk
dibebaskan. Selanjutnya Salahudin bergerak menuju Yerussalem. Dalam pembebasan
kota-kota ataupun benteng Salahudin selalu mengutamakan jalur diplomasi dan
penyerahan daripada langsung melakukan penyerbuan militer. Pasukan Salahudin
mengepung Kota Yerussalem , pasukan salib di Yerussalem dipimpin oleh Balian dari
Obelin. Empat hari kemudian Salahudin menerima penawaran menyerah dari Balian.
Yerussalem diserahkan ketangan kaum muslimin. Salahuddin menjamin kebebasan dan
keamanan kaum Kristen dan Yahudi. Fragmen ini di abadikan dalam film “Kingdom Of
Heaven” besutan sutradara Ridley Scott. Tanggal 27 Rajab 583 Hijriyah atau bertepatan
dengan Isra Mi’raj Rasulullah SAW, Salahudin memasuki kota Yerussalem.
Ada suatu percakapan dalam film Kingdom Of Heaven yang menarik bagi
penulis, yang kurang lebih seperti ini :
Balian : ”Saya serahkan kunci kota Yerussalem kepada anda, tapi anda harus dapat bisa
menjamin keselamatan kami, orang-orang non-muslim”
Salahudin: ”Saya akan jamin keselamatan anda”
Balian : ” Apa yang dapat menjamin kami bahwa anda akan menepati janji anda ?”
(Balian masih ingat saat-saat Yerussalem jatuh ke tangan pasukan Salib, banyak
penduduk sipil muslim yang dibantai sampai kota Yerussalem sesak oleh mayat, dan
Balian khawatir Salahudin melakukan hal yang sama )
Salahudin : ” (diam sejenak..menatap tajam Balian) Saya akan menepati janji, Insya
Allah, saya adalah Salahudin saya bukan seperti orang-orang anda”.
Di Yerussalem, Salahudin kembali menampilkan kebijakan dan sikap yang adil sebagai
pemimpin yang shalih. Mesjid Al-Aqsa dan Mesjid Umar bin Khattab dibersihkan tetapi
untuk Gereja Makam Suci tetap dibuka serta umat Kristiani diberikan kebebasan untuk
beribadah didalamnya. Salahudin berkata :” Muslim yang baik harus memuliakan tempat
ibadah agama lain”. Sangat kontras dengan yang dilakukan para pasukan Salib di awal
penaklukan kota Yerussalem (awal perang salib), sejarah mencatat kota Yerussalem
digenangi darah dan mayat dari penduduk muslimin yang dibantai. Sikap Salahudin yang
[24]
pemaaf dan murah hati disertai ketegasan adalah contoh kebaikan bagi seluruh alam yang
diperintahkan ajaran Islam.
Salahudin Al-Ayubi tidak tinggal di istana megah. Ia justru tinggal di mesjid kecil
bernama Al-Khanagah di Dolorossa. Ruangan yang dimilikinya luasnya hanya bisa
menampung kurang dari 6 orang.Walaupun sebagai raja besar dan pemenang perang,
Salahudin sangat menjunjung tinggi kesederhanaan dan menjauhi kemewahan serta
korupsi.
Salahudin berhasil mempertahankan Yerussalem dari serangan musuh besarnya
Richard The Lion Heart, Raja Inggris. Richard menyerang dan mengepung Yerussalem
Desember 1191 dan Juli 1192. Namun penyerangan-penyerangannya dapat digagalkan
oleh Salahudin. Kepada musuhnya pun Salahudin berlaku penuh murah hati. Saat
Richard sakit dan terluka, Salahudin menghentikan pertempuran serta mengirimkan
hadiah serta tim pengobatan kepada Richard. Richard pun kembali ke Inggris tanpa
berhasil mengalahkan Salahudin.
Sepanjang sejarah Yerussalem sebagai kota suci bagi tiga agama, sejak
ditaklukan Salahudin, Yerussalem belum pernah jatuh ketangan pihak lain. Baru setelah
Perang Dunia I, Yerussalem jatuh ketangan Inggris yang kemudian diserahkan ke tangan
Israel.
Semasa hidupnya Salahudin lebih banyak tinggal di barak militer bersama para
prajuritnya dibandingkan hidup dalam lingkungan istana. Salahudin wafat 4 Maret 1193
di Damaskus. Para pengurus jenazah sempat terkaget-kaget karena ternyata
Salahudin tidak memiliki harta. Ia hanya memiliki selembar kain kafan yang selalu di
bawanya dalam setiap perjalanan dan uang senilai 66 dirham nasirian (mata uang Suriah
waktu itu). Sampai sekarang Salahudin Al-Ayubi tetap dikenang sebagai pahlawan besar
yang penuh sikap murah hati.
[29]
Petrus Hermit pula yang disebut sebagai penggerak pertama terjadinya
Perang Salib rakyat. Kelak, tentara yang dibawanya untuk menghadapi muslim Seljuk
adalah rakyat jelata yang terdiri atas para budak, orang miskin, penjahat, dan pencuri.
[30]
Tentara salib mendirikan kerajaan Antiokhia dengan rajanya Bohenmond I.
lantaran marah karena itu, Alexsius I langsung menyerang Antiokhia. Tentara
Bohemond I kalah dalam peperangan ini.
[31]
salib membebaskan Jerussalem dari kaum muslimin dan mengembalikan kekuasaan
kristen di sana. Kemenangan besar pertama mereka dengan dibantu Byzantium
berhasil menaklukkan kota Nicea, dekat wilayah yang dikuasai dinasti
Seljuk. Godfrey memainkan peranan penting dalam pertempuran hingga akhirnya
Jerusalem dapat direbut tentara salib tahun 1099. Setelah lemengan ini, tentara salib
membagi tugas, Uskup le Puy tewas di Antiokhia, Bohemond I dan Baldwin
memutuskan tinggal di sana. Sebagian prajurit kembali ke selatan Jerussalem,
sedangkan Raymond de Toulouse tentara paling kuat ke Tancred dan Godfrey
bergabung bersamanya. Tentara salib dihadang tentara Seljuk ketika berada di selatan
Palestina. Agustus 1098 M, terdengar kabar bahwa tentara Fatimiyah telah mengambil
Jerusalem dari kaum Frank Kristen. Namun, Godfrey dapat merebut kembali
Jerusalem. Tentara salib tiba di kota pada Juni 1099 M, Godfrey dan beberapa ksatria
adalah pihak yang pertama kali menduduki benteng dan memasuki kota Jerusalem.
Setelah kemenangan besar itu, seluruh elemen kaum Frank sepakat untuk membentuk
suatu kerajaan Jerusalem agar kota suci itu dapat dijaga dengan baik. Maka, 22 Juli
dewan dibentuk di gereja Makam Suci dan yang ditunjuk sebagai Raja ialah Raymod
de Toulouse, namun ia menolak. Akhirnya posisi itu jatuh pada Godfrey yang
sebelumnya mengajukan syarat untuk menerima posisi itu.
Godfrey juga harus menghadapi pihak oposisi Dagobert Pisa, Patriark Jerusalem yang
bersekutu dengan Tancred of Betlehem. Karena ketidakfokusannya, Ascalon tidak
bisa ditaklukkan dan tetap menjadi otoritas Dinasti Fatimiyah. Hingga tahun 1100 M,
Godfrey tidak dapat memperluas wilayah kekuasaannya, hanya sedikit wilayah saja.
Ia meninggal dunia tahun 1100 M ada banyak pendapat mengenai kematiannya ini,
meskipun demikian semua sejarawan sepakat bahwa ia meninggal karena sakit
berkepanjangan.
[32]
satu tahun di penjara Damaskus, ia dibebaskan oleh Shalahudin al-Ayyubi, tetapi ia
menolak masuk ke Tirus, salah satu benteng terakhir tentara salib oleh Condrad of
Montferrat.
Guy de Lusigan berada dibarisan Conrad sebagai Raja Jerusalem sedangkan
Richard lebih mendukung Guy dibanding Conrad. Conrad dibunuh oleh Hashshashin
diduga karena keterlibatan Richard dan Guy. Guy diberikan kompesansi atas
pencabutan mahkotanya oleh Conrad dulu, dengan diberi kekuasaan di Siprus pada
tahun 1192 M. Pada tahun 1174 M, keberhasilan Guy di Jerusalem tidak dapat
dipisahkan denagn dukungan sosial dan politik raja Jerusalem, Baldwin IV. Ketika
Baldwin IV menyerah pada penyakitnya tahun 1185 M, Baldwin V diangkat menjadi
raja sayangnya, ia sakit-sakitan dan akhirnya meninggal dunia 1 tahun kemudian pada
1186 M. Akhirnya Guy de Lusignan dinobatkan sebagai Raja Jerusalem walaupun ada
konflik dari oposisi.
Tahun 1187 M, Guy de Lusignan mencoba mengepung Shalahudin al-Ayyubi
di Tiberias, namun ia malah dikepung dan kekurangan air. Akibatnya, Guy de
Lsignan, Godfrey, Raynald dan Humphrey ditahan oleh Shalahudin al-Ayyubi. Guy
de Lusignan dipenjarakan di Dmaskus. Sybilla menulis surat kepada Shalahudin al-
Ayyubi agar suaminya dibebaskan. Shalahudin pun membebaskan Guy tahun 1188 M,
kemudian diizinkan kembali pada istrinya. Guy dan Sybilla mencari perlindungan di
Tirus. Tetapi conrad menolak mereka, akhirnya mereka berkemah di luar tembok kota
selama berbulan-bulan. Sybilla akhirnya meninggal karena penyakit epidemi pada
musim panas tahun 1190 M bersama anak bungsu perempuan mereka. Kmatian
istrinya berakibat buruk pada Guy. Banyaknya pemberontakkan sehingga Guy
kehilangan otoritas sebagai raja Jerusalem.
Guy de Lusignan meninggal pada tahun 1194 M, dimakamkan di Gereja
Templar di Nicosia. Ditimur, Guy dikenal sebagai raja bijaksan yang cinta damai, di
barat, ia dihujat karena telah menyerahkan Jerusalem ke tangan Muslim. Sehingga ia
diibaratkan tokoh lemah, pengecut dan penakut.
[33]
kemudian menjadi Uskup Agung Tirus. William menemukan penyakit pada Baldwin
IV. Setelah beberapa tahun, nyatalah penyakit itu adalah kusta dan lepra. Baldwin IV
harus memakai topeng untuk menutupi wajahnya dan baju kebesarannya menutup
seluruh tubunhya.
Ayahnya meninggal pada 1174 M sehingga ia dimahkotai sebagai raja pada
usia 13 tahun sebagai penderita kusta, Baldwin IV tidak diharapkan untuk
memerintah, maka diharapkan kakaknya, Putri Sybilla dan adiknya, Putri Isabella,
mengambil posisinya. Posisi Raymond III sebagai raja sementara berhenti pada ulang
tahun penobatan Baldwin IV sebagai raja muda. Baldwin IV langsung
mempersiapkan pasukan ke Damaskus dan menyerang benteng di sekitar lembah
Beqaa, tanpa meratifikasi perjanjian antara Raymond III dengan Shalahudin. Baldwin
IV merencanakan serangan terhadap basis kekuatan Shalahudin al-Ayyubi di Mesir.
Pada bulan Novembar, Baldwin IV dan Raynald of Chatillon mengalahkan
Shalahudin al-Ayyubi dengan bantuan Ksatria Tempalar pada pertempuran terkenal di
Montgisard.
Setelah Shalahudin membalas serangan dalam pertempuran Belvoir Castle
tahun 1182 M, mata Baldwin IV buta dan tidak bisa berjalan, diangkatlah Guy
sebagai gantinya, namun Baldwin IV tidak senang dengan tindakan Guy sebagai
pemimpin. Ekspedisi militer tentara salib hari demi hari terus melemah akibat
buruknya kondisi Baldwin IV sekaligus melemahnya Baldwin V dan Raymond dalam
mengendalikan kerajaan Jerusalem. Baldwin IV meninggal pada 1185 M, beberapa
bulan setelah kematian ibunya di Acre. Meskipun seringkali menderita kusta, Balwin
mampu mempertahankan dirinya sebagai raja lebih lama daripada yang
diharapkan.
Usaha Richard yang pertama ialah membasmi pemeluk Yahudi Inggris atau
memaksa mereka dibaptis sebagai pemeluk Kristen. Setelah berhasil mengusir orang
Yahudi dari daratan Inggris, Richard berkonsentrasi pada perang salib. Richard mulai
membuat tentara salib baru yang ia himpun di tanah Eropa, ia rela menghabiskan
warisan ayahnya, menjual tanah jajahan dan membebaskan para tawanan untuk ikut
perang bersamanya. Akhirnya, Richar berhasil membentuk tentara salib yang tediri
atas 4000 tentara bersnjata, 4000 tentara pejalan kaki dan sekitar 100 armada
kapal. Tahun 1190 M, Richard dan Philip II bersama angkatan perangnya berangkat
menuju Jerusalem.
Pada oktober, bangsa Messina memberontak dan menuntut pasukan Richard-
Philip pergi. Maka Messina diserang dan ditaklukan oleh Richard pada 4 oktober
1190 M. Pada april 1191 M, Richard dengan armada perangnya meninggalkan
Messina untuk meneruskan perjalanannya. Pada 1 Juni Richard berhasil menaklukan
seluruh pulau Siprus, Siprus menjadi benteng besar bagi umat kristen hingga
pertempuran Lepanto tabun 1971 M. Ia juga menyerang acre pada 8 Juni 1191 M
mengetahui berita ini, Shalahudin al-Ayyubi marah dan mengerahkan pasukannya
sehingga perang besar terjadi di Acre dimenangkan oleh Richard. 7 September 1911
M terjadi pernga lagi dengan Shalahudin si Arsuf. Peperangan dimenangkan oleh
Richard sehingga Ascalon dikuasainya.
Condrad of Montferrrat yang hendak ditasbihkan sebagai Raja Jerusalem
meninggal dunia ditangan Hashshashin pada 28 April 1192 M, sehingga Jerusalem
diambil alih oleh tentara muslim. Richard membuat perjanjian damai dengan
Shalahudain al-Ayyubi, namun Shalahudin menolak dan bergerak merobohkan
benteng Ascalon. Richard menyerang Mesir, namun gagal akhirnya ia meminta
perjanjian damai kepada Shalahudin al-Ayyubi dengan ketentuan harus menyerahkan
Ascalon. Perjanjiannya adalah gencatan senjata 3 tahun dan meminta akses kehadiran
umat kristen ke Jerusalem guna beribadah.
9. Frederick II
[35]
Frederik lahir di Jesi dekat Ancons, Italia. Ia anak dari Kaisar Henry VI dan
Putri Constance. Ayahnya meninggal, lalu ia dinobatkan sebagai kaisar ibunyalah
yang menggantikan posisi suaminya sebagai Ratu Sisilia. Frederick II adalah
panglima perang tentara salib pada Perang Salib VI ia merupakan pelindung ilmu
pengetahuan dan seni, selain berperang ke Jerusalem, diam-diam ia berusaha
mentransfer ilmu pengetahuan muslimin ke Eropa. Pada periode perang salib ia hanya
mengirimkan pasukan ke Mesir dibawah komando Lois I, Raja Bavaria. Ia terus
menunda keberangkatannya ke Jerusalem. Karena desakan, akhirnya Frederick II
memulai ekspedisi Perang Salib tahun 1228 M. Ia mengambil jalur tanpa
pertumpahan darah diantara kedua belah pihak dan mengambil negosiasi. Ini
merupakan strateginya untuk mendapatkan kembali kerajaan Jerussalem. Buktinya,
pada 18 Maret 1229 M, Frederick II mengambil alih Jerusalem tanpa pertumpahan
darah dan Frederick II pun menobatkan diri sebagai raja Jerusalem yang baru.
Namun ada kendala dalam penobatnya sebagai raja oleh Paus. Akhirnya
Frederick II menyerang Vatikan Roma dan memporak-porandakan wilayah kepausan,
pihak kepausan pun menyerang balik Frederick II. Sitasi ini berlanjut hingga 1243 M.
Frederick II meninggal dunia oleh penyakitnya pada 13 Desember 1250 M di Castil
Fiorentino Puglia. Frederick II bersikap keras terhadap kaum kristen sementara ia
sangat mendukung dunia sosial muslimin. Kenyelenehannya inilah yang membuat
Frederick II dikenang oleh kaum muslimin, dikutuk oleh kaum kristen.
[36]
kristen Eropa dan kaum Konstantinopel yang memang merupakan musuh bebuyutan
antara gereja barat dan timur.
Setelah berangkat ke Jerusalem, tentara Perang Salib itu langsung menyerang
pemimpin Venesia, Zadar pada tahun 1202 M, agar mereka dapat mempergunakan
armada lautnya menuju Konstantinopel. Tentara salib juga menyerang Konstantinopel
serta mengambil perlangkapan armada kapal, senjata dan angkatan perang
Konstantinopel. Innocent III merasa sedih apalagi mendengar berita penyerangan
terhadap Byzantium. 15 November 1215 M, Innocent III membuka pertemuan Dewan
Lateran IV, pertemuan tersebut menghasilakn 70 kebijakan antara lain mendorong
rakyat untuk mendirikan lembaga pendidikan dan menetapkan kedudukan rohaniawan
lebih tinggi dari kaum awam. Tahun 1217 M, tentara salib yang baru sudah terbenuk
dengan mapan , namun Innocent III tiba-tiba meninggal dunia pada 16 Juli 1216 M di
Perugia.
11. Edward I; si Alim dari Inggris, penyulut perang salib jild terakhir
Tahun 1265 M, Edward I berperang melawan Simont de Montfort yang
memberontak terhadap kerajaan Inggris. Edward I mengalahkannya 2 tahun
kemudian. Ketika Inggris menjadi tenang, Edward I ikut ekspedisi Perang Salib ke
Jerusalem. Dalam perjalanannya, tahun 1272 ayahnya meninggal dunia lalu ia pulang
ke Inggris dan 19 Agustus 1274 M, ia dimahkotai sebagai raja Inggris. Edward I
mengadakan ekspedisi ke Jerusalem untuk menunaikan niatnya dalam sebuah upacara
sakral pada 24 Juni 1268 M, dengan saudaranya, Edmund dan sepupunya, Henry
Almain.
Dalam hal ini, mereka menyulut Perang Salib IX. Selain mereka, terlibat pula
Earl of Gloucester, bekas musuh Edward I. Halangan terbesar adalah persoalan dana,
Raja Perancis membantu namun tidak juga cukup, Edward menunggu hasil pajak
rakyatnya. Tentara salib dimaksudkan membantu meringankan kubu kristen yang
terkepung di Acre, tapi raja Louis IX mengalihkan ke Tunisia. Namun rencana itu
gagal, sebagian demi meyerang nyawa Loius IX. Kematian Louis IX memaksa
Charles meninggalkan Sisilia ke Perancis untuk dinaikkan tahta sebagia raja
Perancis.
Semenjak tahun 1244 M sampai saat itu, kerajaan tersebut masih dikuasai oleh
kaum muslim. Adapun pusat kekuatan kerajaan kristen pindah ke Acre. Tentara
muslim Mamluk yang dipimpin oleh Baybar setalah menaklukkan Jerusalaem
[37]
kemudian mengancam Acre. Meskipun pasukan
Edward I banyak di banding tentara Baybar,
namun mengalahkannya adalah peluang kecil.
Akhirnya Edward I meminta bantuan Mongol,
sayangnya baik serangan Mongol ke Aleppo
maupun Edward ke Qaqun, kembali gagal. 24
September meninggalkan Acre menuju Sisilia, ia
mendapat kabar bahwa ayahnya meninggal dunia.
Ia sangat terpukul dan sedih. Edward I dinobatkan
sebagai raja Inggris menggantikan posisi ayahnya.
Nama aslinya Vlad Tepes (dibaca Tse-pesh). Dia lahir sekitar bulan Desember
1431 M di Benteng Sighisoara, Transylvania, Rumania. Ayahnya bernama Basarab
(Vlad II), yang terkenal dengan sebutan Vlad Dracul, karena keanggotaannya dalam
Orde Naga. Dalam bahasa Rumania, “Dracul” berarti naga. Sedangkan akhiran “ulea”
artinya “anak dari”. Dari gabungan kedua kata itu, Vlad Tepes dipanggil dengan nama
Vlad Draculea ( dalam bahasa Inggris dibaca Dracula), yang berarti anak dari sang
naga.
Ayah Dracula adalah seorang panglima militer yang lebih sering berada di medan
perang ketimbang di rumah. Praktis Dracula hanya mengenal sosok sang Ibu,
Cneajna, seorang bangsawan dari kerajaan Moldavia. Sang ibu memang memberikan
kasih sayang dan pendidikan bagi Dracula. Namun itu tidak mencukupi untuk
menghadapi situasi mencekam di Wallachia saat itu. Pembantaian sudah menjadi
[38]
tontonan harian. Seorang raja yang semalam masih berkuasa, di pagi hari kepalanya
sudah diarak keliling kota oleh para pemberontak.
Pada usia 11 tahun, Dracula bersama adiknya, Radu, dikirim ke Turki. Hal ini
dilakukan sang Ayah sebagai jaminan kesetiaannya kepada kerajaan Turki Ustmani
yang telah membantunya merebut tahta Wallachia dari tangan Janos Hunyadi. Selama
di Turki, kakak beradik ini memeluk agama Islam, bahkan mereka juga sekolah di
madrasah untuk belajar ilmu agama. Tak seperti adiknya yang tekun belajar, Dracula
justru sering mencuri waktu untuk melihat eksekusi hukuman mati di alun-alun.
Begitu senangnya dia melihat kepala-kepala tanpa badan dipancang di ujung tombak.
Sampai-sampai sehari saja tidak ada hukuman mati, maka dia segera menangkap
burung atau tikus, kemudian menyiksanya dengan tombak kecil sampai mati.
Dengan bantuan Turki Dracula dapat merebut tahta Wallachia. Setelah itu,
sebagian besar pasukan kembali ke Turki dengan menyisakan sebagian kecil di
Wallachia. Tanpa pernah diduga, Dracula murtad dan berkhianat. Dia menyatakan
memisahkan diri dari Ke Khilafahan Turki. Para prajurit Turki yang tersisa di
Wallachia ditangkapi. Setelah beberapa hari disekap di ruang bawah tanah, mereka
diarak telanjang bulat menuju tempat eksekusi di pinggir kota. Di tempat ini seluruh
sisa prajurit Turki dieksekusi dengan cara disula. Yakni dengan ditusuk duburnya
dengan balok runcing sebesar lengan, kemudian dipancangkan di tengah lapangan.
Dua bulan kemudian Janos Hunyadi berhasil merebut tahta Wallachia dari
tangan Dracula. Namun pada tahun 1456 hingga 1462 Dracula kembali berkuasa di
Wallachia. Masa pemerintahannya kali ini adalah masa-masa teror yang sangat
mengerikan. Yang menjadi korban aksi sadisnya bukan hanya umat Islam yang
[39]
tinggal di Wallachia, tapi juga para tuan tanah dan rakyat Wallachia yang beragama
Khatolik.
Di hari Paskah tahun 1459, Dracula mengumpulkan para bangsawan dan tuan
tanah beserta keluarganya di sebuah gereja dalam sebuah jamuan makan. Setelah
semuanya selesai makan, dia memerintahkan semua orang yang ada ditempat itu
ditangkap. Para bangsawan yang terlibat pembunuhan ayah dan kakaknya dibunuh
dengan cara disula. Sedang lainnya dijadikan budak pembangunan benteng untuk
kepentingan darurat di kota Poenari, di tepi sungai Agres. Sejarawan Yunani,
Chalcondyles, memperkirakan jumlah semua tahanan mencapai 300 kepala keluarga.
Terdiri dari laki-laki dan perempuan, orang tua, bahkan anak-anak.
Aksi Dracula terhadap umat Islam di Wallachia jauh lebih sadis lagi. Selama
masa kekuasaannya, tak kurang dari 300 ribu umat Islam dibantainya. Berikut
sejumlah peristiwa yang digunakan Dracula sebagai ajang pembantaian umat Islam:
Pembataian terhadap prajurit Turki di ibu kota Wallachia, Tirgoviste. Ini terjadi pada
awal kedatangannya di sana, setelah mengumumkan perlawanannya terhadap
Khilafah utsmaniyah.
Pada 1456, Dracula membakar hidup-hidup 400 pemuda Turki yang sedang
menimba ilmu pengetahuan di Wallachia. Mereka ditangkapi dan ditelanjangi, lalu
diarak keliling kota yang akhirnya masukkan ke dalam sebuah aula. Aula tersebut lalu
dibakar dengan ratusan pemuda Turki di dalamnya.
Aksi brutal lainnya, adalah pembakaran para petani dan fakir miskin Muslim
Wallachia pada acara penobatan kekuasaannya. Para petani dan fakir miskin ini
dikumpulkan dalam jamuan makan malam di salah satu ruangan istana. Tanpa sadar
mereka dikunci dari luar, kemudian ruangan itu dibakar.
[40]
Aksi kejam lainnya adalah dengan menyebar virus penyakit mematikan ke
wilayah-wilayah yang didiami kaum Muslimin. Dia juga memerintahkan pasukannya
meracuni Sungai Danube. Ini adalah taktik Dracula untuk membunuh pasukan
Khilafah utsmaniyah yang membangun kubu pertahanan di selatan Sungai Danube.
[41]
Selain melalui cerita turun-temurun rakyat Rumania, bukti-bukti sejarah terkait
riwayat kelam Drakula juga tercatat dengan baik di sejumlah pamflet yang beredar di
Jerman dan Rusia.
[42]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perang Salib adalah kumpulan gelombang dari pertikaian agama bersenjata yang
dimulai oleh kaum Kristiani pada periode 1095 – 1291; biasanya direstui oleh Paus
atas nama Agama Kristen, dengan tujuan untuk menguasai kembali Yerusalem dan
“Tanah Suci” dari kekuasaan kaum Muslim, awalnya diluncurkan sebagai jawaban
atas permintaan dari Kekaisaran Bizantium yang beragama Kristen Ortodoks Timur
untuk melawan ekspansi dari Dinasti Seljuk yang beragama Islam ke Anatolia. Perang
Salib ini juga dipengaruhi faktor agama, politik dan ekonomi. Beberapa tokoh yang
terkenal dalam Perang Salib ini adalah Abu Ali Mansur Tariqul Hakim, Kilij Arsalan,
Imaduddin Zanky, Nuruddin Mahmud, Asaduddin Shirkuh, Hasan Al-Sabbah,
Shalahuddin al-Ayyubi, Al-Malik al-Adil Syaifudin, Al-Malik al-Kamil Muhammad,
Al-Malik al-Zhahir Baybar, Paus Urbanus II, Petrus Hermit, Bohemond I, Alexius I
Comnenus, Robert II of Flander, Godfrey de Bouillon, Guy de Lusignan, Baldwin
IV, Richard the Lion Heart, Frederick II, Paus Innocent III, Edward I, Vlad Dracula.
3.2 Saran
Para pembaca yang budiman, di penghujung tulisan ini kami berharap semoga kita
semua mampu mengartikan dan memahami cerita tentang Perang Salib ini. Semoga
tidak membuat kita saling membenci, akan tetapi terus menjaga kerukunan sesama
umat manusia. Semoga pembaca yang budiman tidak puas akan hasil makalah ini dan
dapat menindaklanjutinya.
[43]
DAFTAR PUSTAKA
Suntiah, Ratu dan Maslani. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Interes Media.
http://hestiara.blogspot.com/2012/07/buku-tokoh-tokoh-perang-salib-paling_4422.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Salib
http://indraazzikra.blogspot.com/p/salahudin-al-ayyubi-sang-legenda-perang.html
http://warofweekly.blogspot.com/2011/05/tokoh-tokoh-yang-berpengaruh-pada.html
http://www.beritaunik.net/misteri-dunia/kisah-keganasan-dracula-di-perang-salib.html
http://www.islampos.com/perang-salib-bagaimana-permulaan-akhirnya-42239/
[44]