Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat dan
salam kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Manajemen Risiko Dan Patient Safety Dalam Keperawatan ini dengan baik dan tepat
waktu.
Dalam proses penyusunan proposal ini penulis menjumpai hambatan, namun
berkat dukungan materiil dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan cukup baik, oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
tugas ini.
Meskipun tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran
dan kritik yang membangun dari semua pihak penulis harapkan demi perbaikan pada
tugas selanjutnya. Harapan penulis semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi penulis
dan bagi pembaca lain pada umumnya.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I..............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG...................................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................2

C. TUJUAN PENULISAN................................................................................................2

BAB II............................................................................................................................................3

TINJAUAN TEORI........................................................................................................................3

A. Definisi Patient Safety................................................................................................3

B. Tujuan Patient Safety..................................................................................................3

C. Upaya Khusus Keselamatan Pasien: 7 Langkah Keselamatan Pasien........................4

D. Standart Keselamatan Pasien......................................................................................4

E. Enam Sasaran Keselamatan Pasien............................................................................7

F. Indikator Patient Safety............................................................................................10

G. International Patient Safety Goals (IPSG)................................................................11

BAB III.........................................................................................................................................14

PENUTUP....................................................................................................................................14

A. KESIMPULAN.........................................................................................................14

B. SARAN.....................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengobatan adalah salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan rumah
sakit pada pasien. Dalam pengobatan diharapkan pasien dapat sembuh. Upaya yang
diberikan meliputi pemeriksaan, diagnose, pemberian obat atau treatment dan
pemulihan dari penyakit. Selama dalam masa pengobatan, pasien mendapatkan
perawatan dari tenaga kesehatan. Apabila pasien dalam keadaan tidak sadar, perawatan
sepenuhnya tergantung pada pihak pemberi. Semua perbuatan pastilah mendatangkan
akibat termasuk tindakan pemberian pertolongan di pelayanan kesehatan. Semua bentuk
tindakan terhadap pasien pasti memiliki potensi resiko. Contoh dari tindakan yang
dilakukan diantaranya pemberian obat, pemasangan alat bantu, pemberian informasi.
Banyak faktor yang menyebabkan potensi resiko tersebut terjadi. Kesalahan yang
terjadi didalam proses pemberian pelayanan kesehatan ini dapat mengakibatkan cedera
atau bahkan kematian.
Berdasarkan informasi yang dimuat dalam tempo.com, sejak 2006 hingga 2012,
tercatat ada 182 kasus kelalaian medik yang terbukti dilakukan dokter di seluruh
Indonesia. Malpraktek ini terbukti dilakukan dokter setelah melalui sidang yang
dilakukan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI). Hal tersebut
menunjukkan bahwa pelayanan terhadap pasien terutama tentang keselamatan pasien di
rumah sakit kurang mendapatkan kepedulian dari pihak penyelenggara pelayanan
kesehatan.
Sebagai solusi dari banyaknya kejadian yang tidak diinginkan, setiap rumah
sakit harus penerapan standar keselamatan pasien. WHO telah memberikan alternatif
bagi masalah keselamatan pasien melalui WHO Collaborating Centre for Patient Safety,
2 May 2007. Di Indonesia, telah diterbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/Viii/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit.
Menurut WHO keselamatan pasien adalah suatu upaya pencegahan kesalahan
dan efek untuk pasien yang terkait dengan kesehatan yang melibatkan berbagai tindakan
perbaikan kinerja, lingkungan keamanan dan manajemen risiko, termasuk pengendalian

1
infeksi, penggunaan obat-obatan, peralatan keselamatan, praktek klinis yang aman dan
lingkungan aman perawatan yang aman.
Dalam penerapan upaya peningkatan keselamatan pasien pastinya diperlukan
dukungan dari berbagai pihak, misalnya pasien tersebut, keluarga, dan tenaga kesehatan
di rumah sakit. Apabila ditinjau dari pendekatan sistem, keselamatan pasien adalah
suatu sistem. Dalam suatu sistem terdapat subsitem yang saling bekerja sama dan
memiliki fungsi yang berbeda. Apabila salah satu tidak menjalankan fungsinya dengan
baik maka sistem tersebut akan terganggu. Hal tersebut juga berlaku pada penerapan
keselamatan pasien agar efektif.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud patient safety?
2. Apa tujuan patient safety?
3. Apa upaya khusus keselamatan pasien: 7 langkah keselamatan pasien?
4. Apa standart keselamatan pasien?
5. Apa 6 sasaran keselamatan pasien?
6. Apa indicator patient safety dalam keperawatan?
7. Apa International Patient Safety Goald (IPSP)?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui yang dimaksud patient safety?
2. Untuk mengetahui tujuan patient safety?
3. Untuk mengetahui upaya khusus keselamatan pasien: 7 langkah keselamatan
pasien?
4. Untuk mengetahui standart keselamatan pasien?
5. Untuk mengetahui 6 sasaran keselamatan pasien?
6. Untuk mengetahui indicator patient safety dalam keperawatan?
7. Untuk mengetahui International Patient Safety Goald (IPSP)?

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Patient Safety


Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem tersebut
diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yan disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan. (Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1691/MENKES/PER/VIII/2011, keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebakan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Jadi kesimpulan nya keselamatan pasien adalah pencegahan kerugian bagi
pasien serta pengurangan dan mitigasi tindakan yang tidak aman dalam sistem
kesehatan melalui pelayanan kesehatan yang ditujukkan untuk memberikan hasil secara
optimal pada pasien .

B. Tujuan Patient Safety


Menurut Komite Keselamatan Pasien Rumah sakit (KPRS), tujuan program
keselamatan pasien di rumah sakit antara lain :
- Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
- Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
- Menurunnya kejadian yang tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.

3
- Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.

Enam tujuan penanganan patient safety menurut (Joint Commission International):


- Mengidentifikasi pasien dengan benar
- Meningkatkan komunikasi secara efektif
- Meningkatkan keamanan dari high-alert medications
- Memastikan benar tempat, benar prosedur, dan benar pembedahan pasien,
- Mengurangi resiko infeksi dari pekerja kesehatan
- Mengurangi resiko terjadinya kesalahan yang lebih buruk pada pasien

C. Upaya Khusus Keselamatan Pasien: 7 Langkah Keselamatan Pasien


Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit :
1. Membangun kesadaran akan nilai kp, menciptakan kepemimpinan & budaya yg
terbuka & adil.
2. Memimpin dan dukung staf anda, membangun komitmen & fokus yang kuat &
jelas tentang KP di RS Anda
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko, mengembangkan sistem &
proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi & asesmen hal yang
potensial bermasalah
4. Mengembangkan sistem pelaporan, memastikan staf agar dgn mudah dapat
melaporkan kejadian / insiden, serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RS.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien, Mengembangkan cara-cara
komunikasi yg terbuka dgn pasien
6. Melakukan kegiatan belajar & berbagi pengalaman tentang KP, mendorong staf
anda utk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana &
mengapa kejadian itu timbul
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem KP, Menggunakan informasi
yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan perubahan pada sistem
pelayanan

D. Standart Keselamatan Pasien


Standar Keselamatan Pasien RS (KARS – DepKes)

4
- Hak pasien
 Standar: Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan
terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.
 Kriteria: Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan, dokter
penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan, dokter
penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas
dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.
- Mendidik pasien dan keluarga
 Standar: RS harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
 Kriteria : RS harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga
dapat : Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur,
mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti,
memahami dan menerima konsekuensi pelayanan, mematuhi instruksi
dan menghormati peraturan RS, memperlihatkan sikap menghormati dan
tenggang rasa dan emenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
- Keselamatan pasien dan asuhan berkesinambungan
 Standar : RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
 Kriteria : Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari
saat pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan,
tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari RS, terdapat
koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh
tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan
lancar.

5
- Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja, untuk melakukan evaluasi
dan meningkatkan keselamatan pasien
-
 Standar : RS harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses
yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan
data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan
pasien.
 Kriteria : Setiap RS harus melakukan proses perancangan (desain) yang
baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan RS, kebutuhan pasien, petugas
pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan
faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan
"Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien RS"
- Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
 Standar: Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organsasi melalui
penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah sakit”,
pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi
kejadian tidak diharapkan, pimpinan mendorong dan menumbuhkan
komunikasi dan oordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan
pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien, pimpinan
mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji,
dan menigkatkan kinerja rumah sait serta meningkatkan keselamatan
pasien dan pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas konribusinya
dalam meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
 Kriteria: Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
keselamatan pasien, tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan dan program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-
jenis kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari “kejadian nyaris
cedera (Near miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan”
(Adverse event), Tersedia mekanisme kerja untuk menjmin bahwa semua

6
komponen dari rumah sakit terintregrasi dan berpatisipasi dalam
program keselamatan pasien, tersedia prosedure “cepat tanggap”
terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah,
membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar
dan jelas untuk keperluan analisis.

- Mendidik staf tentang keselamatan pasien


 Standar: rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
 Kriteria: Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan,
pelatihan dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan
pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing, setiap rumah sakit harus
megintregasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan in-
service training dan memberi pedoman yan jelas tentang pelaporan
insiden dan setiap rumah sakit harus menyelenggarkan pelatihan tentang
kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan
interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
- Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
(Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006)
 Standar: Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keelamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal
dan eksternal, transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
 Kriteria: Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain
proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal
terkait dengan keselamatan pasien, tesedia mekanisme identifikasi masalah
dan kendala komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada.

E. Enam Sasaran Keselamatan Pasien


Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan disemua rumah
sakit yang diakreditasi oleh KomitE Akreditasi Rumah Sakit. Penyususunan sasaran ini
mengacu kepada Pasal 8 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1691 Tahun 2011 dan
Nine Life- Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang

7
digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS
PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI)
Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki/
meningkatkan ketelitian identifikasi pasien. Sasaran ini adalah untuk melakukan dua
kali pengecekan yaitu:
1. Untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau
pengobatan.
2. Untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut Petugas harus
melakukan identifikasi pasien saat :
- pemberian obat
- pemberian darah / produk darah
- pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
- Sebelum memberikan pengobatan
- Sebelum memberikan tindakan
Kebijakan dan prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi
seorang pasien, seperti : nama pasien, nomor rekam medis dan tanggal lahir gelang
identitas pasien. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk
identifikasi. Kebijakan dan prosedur juga menjelaskan penggunaan dua identitas
berbeda di rumah sakit, seperti pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat atau ruang
operasi termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa identitas.
Sasaran II : Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis.
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan pada saat:
1. Perintah diberikan secara lisan
2. Perintah diberikan melalui telepon
3. Saat pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis.
Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu di Waspadai (high-alert)
Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen
harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang

8
perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering menyebabkan
terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang
terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM,
atau Look Alike Sound Alike/LASA).
Obat-obatan yang sering disebutkan dalam issue keselamatan pasien adalah
pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium klorida 2meq/ml
atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0.9%, dan
magnesium sulfat =50% atau lebih pekat-). Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak
mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak
tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan gawat
darurat.
Sasaran IV : Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat-lokasi,
tepat-prosedur, dan tepat-pasien. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang
tidak efektif atau yang tidak kuat antara anggota tim beda, kurang atau tidak melibatkan
pasien di dalam penandaan lokasi operasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk
verifikasi lokasi operasi. Penandaan lokasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan pada
tanda yang mudah dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di rumah sakit.
Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality),
multiple struktur (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multivel level (tulang belakan).
Sasaran V : Pengurangan Risiko Infeksi terkait Pelayanan Kesehatan Pencegahan
dan pengendalian infeksi
Merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan
biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan
kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan
termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan
pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi
pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum dari

9
WHO Patient Safety. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan
Sasaran VI : Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera pasien rawat inap.
Dalam konteks populasi/ masyarakat yang dilayani, pelayanan yang diberikan, dan
fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil
tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.

F. Indikator Patient Safety


Indikator patient safety merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat
keselamatan pasien selama dirawat di rumah sakit. Indikator ini dapat digunakan bersama
dengan data pasien rawat inap yang sudah diperbolehkan meninggalkan rumah sakit.
Indikator patient safety bermanfaat untuk menggambarkan besarnya masalah yang dialami
pasien selama dirawat di rumah sakit, khususnya yang berkaitan dengan berbagai tindakan
medik yang berpotensi menimbulkan risiko di sisi pasien. Dengan mendasarkan pada IPS
ini maka rumah sakit dapat menetapkan upaya-upaya yang dapat mencegah timbulnya
outcome klinik yang tidak diharapkan pada pasien. (Dwiprahasto, 2008). Secara umum
IPS terdiri atas 2 jenis, yaitu IPS tingkat rumah sakit dan IPS tingkat area pelayanan.
1. Indikator tingkat rumah sakit (hospital level indicator) digunakan untuk mengukur
potensi komplikasi yang sebenarnya dapat dicegah saat pasien mendapatkan berbagai
tindakan medik di rumah sakit. Indikator ini hanya mencakup kasus-kasus yang
merupakan diagnosis sekunder akibat terjadinya risiko pasca tindakan medik.
2. Indikator tingkat area mencakup semua risiko komplikasi akibat tindakan medik yang
didokumentasikan di tingkat pelayanan setempat (kabupaten/kota). Indikator ini
mencakup diagnosis utama maupun diagnosis sekunder untuk komplikasi akibat
tindakan medik.

Tujuan penggunaan Indikator Patient Safety

10
Indikator patient safety (IPS) bermanfaat untuk mengidentifikasi area-area pelayanan
yang memerlukan pengamatan dan perbaikan lebih lanjut, seperti misalnya untuk
menunjukkan:
1. Adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke waktu.
2. Bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi standar klinik atau terapi
sebagaimana yang diharapkan
3. Tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi pelayanan
4. Disparitas geografi antar unit-unit pelayanan kesehatan (pemerintah vs swasta atau
urban vs rural). (Dwiprahasto, 2008).

G. International Patient Safety Goals (IPSG)


Ada 6 sasaran penting dengan total 8 syarat
- TARGET 1; SYARAT 1. Identifikasi Pasien secara Tepat
Tujuan dari sasaran ini adalah untuk mendapatkan identitifikasi yang setepatnya dari
individu yang menerima perawatan tersebut.
A: Menggunakan paling sedikit dua (2) cara untuk menilai pasien ketika
memberikan obat, darah atau produk dari darah; mengambil contoh darah dan
spesimen-spesimen lain untuk pengujian secara klinis. Nomor ruangan pasien tidak
diperbolehkan untuk digunakan sebagai pengenalan pasien, pengenal yang
digunakan untuk semua, pemeriksaan prosedur, pengantaran obat, pengambilan
sampel dan spesimen, yaitu:
- Nomor catatan medis pasien harus diperiksa
- Tanggal lahirnya pasien harus diperiksa – ini harus dilakukan secara lisan atau
mengenai pasien yang tidak sadar, harus ditunjukkan pada gelang nama
pasien.
B : pasien yang diprosedur/dioperasi, akan diharuskan unutk memiliki 2 Gelang
Nama pada salah satu diantara pergelangan tangan atau pergelangan kaki.
- TARGET 2; SYARAT 2. Meningkatkan komunikasi yang efektif

11
Komunikasi yg tidak efektif adalah hal yang paling sering disebutkan sebagai
penyebab dalam kasus-kasus Sentinel. Komunikasi harus tepat pada waktunya,
akurat, komplit, tidak rancu dan dimengerti oleh sang penerima. Penelitian juga
menunjukan bahwa penundaan dalam menanggapi hasil yang penting dapat
mempengaruhi secara negatif hasil akhir pasien.
- TARGET 3; SYARAT 3. Meningkatkan Keamanan Penggunaan Obat yang,
membutuhkan perhatian: manajamen obat-obatan yang tepat merupakan faktor
penting dalam menjamin keselamatan pasien:
- Memindahkan semua konsentrat elektrolit (termasuk potasium klorida,
potasium fosfat, sodium korida > 0.9%, dan tidak terbatas hanya itu semua)
dari semua ruang perawatan pasien.
- Di RS J, potasium banyak disimpan di berbagai area klinik. Penelitian di
seluruh dunia telah menunjukkan bahwa tindakan ini menempatkan pasien
dalam bahaya.
- TARGET 4; SYARAT 4, 5 & 6. Mengurangi Salah lokasi, Salah Pasien dan
Salah Tindakan Operasi
Tujuan dari target ini adalah untuk SELALU mengenali Tepat lokasi, Tepat pasien
dan Tepat tindakan.
Syarat 4
- Melakukan “time out” tepat sebelum memulai sebuah operasi, untuk
memastikan pasien, prosedur dan bagian tubuh yang akan dioperasi adalah
tepat.
- Pada setiap RS J pengecekan langkah- langkah pada setiap operasi atau
tindakan sudah digunakan. Tetapi konsep “time out” akan menjadi hal baru
bagi banyak staf medis di organisasi ini. “Time out” ini harus berupa
pengecekan aktif (secara lisan), dilakukan di tempat dimana tindakan itu akan
dilakukan dan melibatkan semua anggota tim dari operasi/ prosedur, termasuk
pula dari pasien, bila memungkinkan.
- RS J menerapkan proses ini dalam rangka memperoleh akreditasi dari JCI.
Bukan, merupakan hal mudah untuk dijalankan, dan tentunya akan dibutuhkan
revisi dokumen implementasi proses dan pendidikan untuk para staf, serta tak
lupa, dukungan dari semua staf.

12
- Diharapkan, dengan berjalannya waktu, proses “time out” akan menjadi
tindakan rutin di RS J.
Syarat 5
- Membuat suatu proses atau checklist untuk memeriksa semua dokumen dan
peralatan yang diperlukan untuk operasi siap digunakan dan berfungsi dengan
baik sebelum operasi dimulai.
- Di setiap Siloam Hospitals, penggunaan checklist sebelum operasi atau
tindakan telah dilakukan. Untuk memenuhi kualifikasi di atas, bisa saja
dibutuhkan revisi untuk memasukkan aspek-aspek penting dalam checklist.
Syarat 6
- Berikan tanda pada bagian yang tepat dimana operasi akan dilakukan. Gunakan
tanda yang dapat dipahami dengan jelas dan libatkan pasien dalam melakukan
hal ini.
- Ini adalah konsep baru di RS J. Pemberian tanda diharuskan untuk semua
prosedur yang meliputi:
- Perbedaan kanan dan kiri
- Struktur Multipel (contoh: jari-jari tangan & kaki)
- Tingkat-tingkat (contoh: tulang belakang)
- Pemberiaan tanda tidak diperlukan bila ada luka/lesi yang jelas dimana,
luka/lesi tersebut menjadi bagian yang akan ditindak.
- Prosedur dental dikecualikan dari proses iniwalaupun dental x-ray harus diberi
penandaan.
- Tanda harus jelas dan dimengerti oleh semua. Proses pemberian tanda harus
terjadi sebelum memindahkan pasien ke lokasi dimana tindakan operasi akan
dilakukan.
- Proses pemberian tanda adalah tanggung jawab dari dokter bedah atau
asistennya.
TARGET 5; SYARAT 7
- Mengurangi Risiko Infeksi: Penelitian telah membuktikan bahwa melakukan
petunjuk cuci tangan akan mengurangi transmisi infeksi dari staf ke pasien.
Hal ini akan mengurangi insiden kesehatan yang berhubungan dengan infeksi.

13
- Mengikuti sesuai dengan petunjuk cuci tangan yang telah dipublikasikan dan
diterima secara umum.
- Di RS J memiliki komitmen sepenuhnya untuk menyajikan praktek terbaik
dalam Pedoman Infection Control. Untuk mendukung kegiatan mencuci
tangan di wastafel dan penenempatan sabun cuci tangan, telah dan akan terus
ditinjau ulang di seluruh rumah sakit.
- Edukasi dan auditing adalah bagian yang penting dalam menjaga tingkat
kesadaran. Pedoman Infection Control akan terus ditinjau-ulang dan
diperbaharui sesuai kebutuhan, dan pedoman manual akan tersedia di seluruh
area klinik untuk mencapai hasil terbaik.
TARGET 6; SYARAT 8
Mengurangi risiko pasien cidera karena jatuh: Jatuh menjadi salah satu bagian besar
dari penyebab cideranya pasien yang sedang dirawat di rumah sakit.
- Di RS J akan menerapkan sistem dan proses yang menghasilkan pengkajian
yang akurat dan berulang secara berkala pada setiap risiko jatuhnya pasien.
Hal ini juga berhubungan dengan pengkajian ulang pola pemberian obat untuk
pasien, dimana nomor dan tipe obat dapat menjadi penyebab langsung
meningkatnya risiko pasien jatuh. Di RS J juga akan menerapkan tindakan-
tindakan preventif untuk mengurangi dan/ menghilangkan segala risiko yang
telah teridentifikasi.
- Mengklarifikasi pasien, keluarga dan staf menjadi bagian yang penting dalam
upaya menjaga tingkat kesadaran dan mengurangi risiko pasien. Pedoman
IPSG sedang berlangsung di RS J. Terimakasih kepada setiap dan semua orang
yang sedang dan akan terus mendukung, serta terlibat di dalam semua proses
perubahan dan penerapan. Keselamatan pasien dan hasil yang lebih baik
adalah goal kita yang utama

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keselamatan pasien adalah pencegahan kerugian bagi pasien serta pengurangan dan
mitigasi tindakan yang tidak aman dalam sistem kesehatan melalui pelayanan kesehatan
yang ditujukkan untuk memberikan hasil secara optimal pada pasien.

Keselamatan pasien adalah pencegahan kerugian bagi pasien serta pengurangan


dan mitigasi tindakan yang tidak aman dalam sistem kesehatan melalui pelayanan
kesehatan yang ditujukkan untuk memberikan hasil secara optimal pada pasien . Tujuan
keselamatan pasien adalah terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit,
meningkatnya akuntabilitas rumah sakit, menurunnya KTD dirumah sakit, dan
terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan.

Sasaran Keselamatan Pasien meliputi ketepatan identifikasi pasien, peningkatan


keamanan obat yang perlu di waspadai (high-alert) , kepastian tepat-lokasi, tepat-
prosedur, tepat–pasien operasi ,pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan ,
dan pengurangan risiko pasien jatuh.

Standart keselamatan pasien dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691 tahun
2011 meliputi hak pasien, mendidik pasien dan keluarga, keselamatan pasien dalam
kesinambungan pelayanan, penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien , peran kepemimpinan dalam
meningkatkan keselamatan pasien, mendidik staf tentang keselamatan pasien dan
komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

Upaya peningkatan kualitas dan keselamatan pasien yaitu bangun kesadaran akan
nilai keselamatan pasien , pimpin dan dukung staf anda, integrasikan aktivitas
pengelolaan risiko , kembangkan sistem pelaporan , libatkan dan berkomunikasi dengan
pasien, belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien, serta cegah cedera
melalui implementasi sistem keselamatan pasien.

15
B. SARAN

Rumah Sakit diharapkan dapat menetapkan suatu unit kerja keselamatan


pasien rumah sakit dengan fungsi unit kerja mengelola program keselamatan pasien dan
pusat informasi keselamatan pasien. Dalam hal ini RS menetapkan program dan
kerangka acuannya, menetapkan alur dan tatalaksana pencatatan dan pelaporan KTD,
melakukan analisis tentang masalah cidera dan kesalahan dalam pemebrian obat.

Selain itu RS dapat menyelenggarakan pelatihan KPRS yang merata untuk


seluruh karyawan sehingga dapat mengatasi cara penanganan patient safety dalam unit
kerja.

16
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan R.I(2006). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit.


utamakan keselamatan pasien. Bakit Husada
Depertemen Kesehatan R.I (2006). Upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. (konsep
dasar dan prinsip). Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Rumah Sakit
Khusus dan Swasta.
Kozier, B. Erb, G. & Blais, K. (1997) Professional nursing practice concept, and prespective.
California: Addison Wesley Logman, Inc.
Muninjaya, Gde, A.A.(1999). Manajemen kesehatan. Jakarta. EGC
Nursalam, (2002). Manajemen keperawatan. aplikasi dalam praktik keperawatan profesional.
Salemba Medik. Jakarta.
PERSI – KARS, KKP-RS. (2006). Membangun budaya keselamatan pasien rumah sakit.
Lokakarya program KP-RS. 17 Nopember 2006
Potter, P.A and Perry , A.G. (1997). Fundamental of nursing concept; proses and Practice. St.
Louis: Mosby. Jilid 2
Supranto.(2001). Pengukuran tingkat kepuasan pelanggan untuk menaikkan pangsa pasar.
Jakarta: Rieneka Cipta
Sitorus, R. (2006). Metode praktik keperawatan pofessional di rumah sakit. penataan struktur
& proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat. EGC. Jakarta.
Tomey. A.M. dan Alligoog, M.R.(2006). Nursing theorist and their work. 6th ed. St. Louis:
Mosby.
Wijono, D. (1999). Manajemen mutu pelayanan kesehatan . teori, strategi dan aplikasi.
Volum e1 dan 2. Airlangga University Press. Surabaya.
Yahya, A. A.(2007). Kecurangan dalam jaminan asuransi kesehatan . Fraud dan Patient
Safety. Jakarta.Seminaar PAMJAKI. Hotel Bumi Karsa . 20 Maret
2018.www.pamjaki.org/new/download.php?file=fraud21.pdf
ClinicalNews, http://www.google.co.id/search?
hl=id&sa=X&oi=spell&resnum=0&ct=result&cd=1&q=Menangani+Pasien+Safety+di
+R S+Siloam&spell=1, Tanggal 20 Maret 2018, Pukul 16.30 Wib

17
18

Anda mungkin juga menyukai