Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puja dan Puji Syukur tercurahkan kepada Allah SWT karena atas limpahan nikmat dan
karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok ini tepat pada waktunya dengan judul Ceragem Batu Giok
Untuk Asam Urat. Banyak kesulitan yang kami hadapi dalam membuat tugas makalah ini tapi dengan
semangat dan kegigihan serta arahan, semangat dari kerja kelompok kami sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.

Kami menyimpulkan bahwa tugas makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu kami menerima
kritik dan saran, guna kesempurnaan tugas makalah ini dan bermanfaat bagi kami dan pembaca pada
umumnya.

Kediri, 13 Maret 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................... i

Kata Pengantar...................................................................................................... ii

Daftar Isi .............................................................................................................. iii


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Terapi Komplementer........................................................... 3

B. Klasifikasi terapi komplementer......................................................... 3

C. Hubungan klasifikasi dengan terapi................................................... 4

BAB III PEMBAHASAN

A. Peran perawat dalam terapi komplementer........................................ 5

B. Ceragem Batu Giok............................................................................ 6

C. Proses terapi menyembuhkan penyakit.............................................. 6

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................... 9

B. Saran................................................................................................... 9

BAB IV DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 10

LAMPIRAN........................................................................................................ 12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit gout (asam urat) adalah penyakit yang berhubungan dengan tingginya kadar asam urat dalam
darah. Seseorang akan di katakan menderita asam urat jika kadar asam urat dalam darahnya di atas 7
mg/dl pada laki- laki dan di atas 6 mg/dl pada wanita. Prevalensi penyakit gout pada populasi di USA
diperkirakan 13,6/100.000 penduduk. Sedangkan, di Indonesia sendiri diperkirakan 1,6-13,6/100.000
orang, prevalensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya umur (Tjokroprawiro, 2007). Perlu
diketahui pula di Indonesia gout diderita pada usia lebih awal dibandingkan dengan negara barat. 32%
serangan gout terjadi pada usia dibawah 34 tahun. Sementara di luar negeri rata-rata diderita oleh kaum
pria diatas usia tersebut. Di Indonesia, asam urat menduduki urutan kedua setelah osteoartritis. Namun,
di Indonesia prevalensi penyakit asam urat belum diketahui secara pasti dan cukup bervariasi antara satu
daerah (Dalimarta, 2008).

Penyakit gout terjadi jika timbunan kristal asam urat yang mengendap dalam persendian, meningkat.
Peningkatan tersebut, dapat di sebabkan ginjal yang mengalami gangguan membuang asam urat dalam
jumlah yang banyak (Wijayakusuma, 2008). Umumnya, gout ini menyerang lutut, tumit dan jempol kaki.
Sendi yang terserang tampak bengkak, merah, panas, nyeri di kulit, sakit kepala, dan tidak nafsu makan.
Penyebabnya adalah naiknya kadar asam urat dalam darah (Hariana, 2005). Serangan asam urat timbul
secara mendadak dan sering terjadi pada malam hari (Wijayakusuma, 2008) . Ini di karenakan, asam urat
cenderung akan mengkristal pada suhu dingin (Utami, 2003).

Penyebab tingginya asam urat dalam darah hingga terjadi hiperurisemia ada beberapa yaitu: adanya
gangguan metabolisme purin bawaan, kelainan pembawa sifat atau gen, kebiasaan pola makan berkadar
purin tinggi (seperti: daging, jeroan, kepiting, kerang, keju, kacang tanah, bayam, buncis), penyakit
seperti: leukemia (kanker sel darah putih), kemoterapi, radioterapi (Misnadiarly, 2008). Peningkatan
kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia) disebabkan oleh peningkatan produksi (overproduction),
penurunan pengeluaran (underexcretion) asam urat melalui ginjal, atau kombinasi keduanya (Wachjudi,
2006). Bahaya dari penyakit gout ini adalah nyeri dan sakit parah di persendian, asidosis metabolik, batu
ginjal, gagal ginjal, pirai, dan penyakit jantung koroner. Dari bahaya-bahaya tersebut, penderita akan
mengalami hambatan mobilitas fisik, sehingga perlu dilakukan intervensi keperawatan untuk mengurangi
bahaya tersebut.

Solusi yang dapat digunakan adalah melakukan terapi komplementer Ceragem Batu Giok. Berdasarkan
dari study kasus, terapi ceragem batu giok cukup efektif menurunkan kadar asam urat dalam tubuh.
B. Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan terapi komplementer?

b. Apa klasifikasi terapi komplementer?

c. Bagaimana hubungan antara klasifikasi dengan terapi?

d. Bagaimana peran perawat dalam terapi komplementer?

e. Apakah yang dimaksud dengan Ceragem Batu Giok?

f. Bagaimana proses terapi menyembuhkan penyakit?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan terapi komplementer.

2. Untuk mengetahui apa klasifikasi terapi komplementer.

3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara klasifikasi dengan terapi.

4. Untuk mengetahui bagaimana peran perawat dalam terapi komplementer.

5. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan Ceragem Batu Giok.

6. Untuk mengetahui bagaimana proses terapi menyembuhkan penyakit.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Terapi Komplementer

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang
yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat
melengkapi, bersifat menyempurnakan. Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi
pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum
kesehatan di Indonesia. Standar praktek pengobatan komplementer telah diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah pengobatan non-
konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu
misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan
diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara.

Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem pengobatan dan perawatan
kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional
(Widyatuti, 2012).

B. Klasifikasi Terapi Komplementer

1. Mind-body therapy : intervensi dengan teknik untuk memfasilitasi kapasitas berpikir yang
mempengaruhi gejala fisik dan fungsi berpikir yang mempengaruhi fisik dan fungsi tubuh (imagery, yogo,
terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor, tai chi, dan hypnoterapy).

2. Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang mengembangkan pendekatan
pelayanan biomedis (cundarismo, homeopathy, nautraphaty).

3. Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilya misalnya herbal, dan makanan.

4. Terapi manipulatif dan sistem tubuh (didasari oleh manupulasi dan pergerakan tubuh misalnya
kiropraksi, macam-macam pijat, rolfiing, terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi.

5. Terapi energi : terapi yang berfokus pada energi tubuh (biofields) atau mendapatkan energi dari
luat tubuh (terapetik sentuhan, pengobatan sentuhan, reiki, external qi gong magnet) terapi ini
kombinasi antar energi dan bioelektromagnetik.

C. Hubungan antara klasifikasi dengan terapi

Terapi ceragem batu giok termasuk dalam klasifikasi terapi energi. Terapi energi adalah terapi yang
berfokus pada energi tubuh (biofields) atau mendapatkan energi dari luat tubuh (terapetik sentuhan,
pengobatan sentuhan, reiki, external qi gong magnet) terapi ini kombinasi antar energi dan
bioelektromagnetik. Ceragem batu giok akan menghasilkan sinar inframerah ketika dipanaskan. Sinar
inframerah akan menstimulasi panas sampai pada jaringan sub cutan yang mengakibatkan vasolidasi
pembuluh darah meningkat, serta meningkatkan metabolisme mengakibatkan peningkatan suply O2 ke
jaringan tersebut sehingga nyeri berkurang. Sinar inframerah dapat membersihkan darah dan
mencegah/mengurangi rematik karena asam urat tinggi.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Peran Perawat dalam Terapi Komplementer

1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan

(Didukung oleh teori keperawatan berdasarkan Teori Orem (1971). Tujuan keperawatan adalah untuk
merawat dan membantu klien mencapai perawatan diri secara total. Nightingale (1860) Tujuan
keperawatan untuk pasilitasi proses penyebuhan tubuh dengan memanipulasi lingkungan klien. Rogers
(1970) Untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan,mencegah kesakitan, dan merawat serta
merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu dengan pendekatan humanistic keperawatan.)

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan
keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa
direncakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,
kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari
yang sederhana sampai dengan kompleks.

2. Peran Sebagai Advokat (Pembela) Klien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagia
informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan berkaitan dengan terapi komplementer yang diberikan kepada pasiennya, juga
dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan
sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

3. Peran edukator
Didukung oleh Teori Peplau (1952). Tujuan keperawatan untuk mengembangkan interaksi antara perawat
dan klien. King (1971), tujuan keperawatan untuk memanfaatkan komunikasi dalam membantu klien
mencapai kembali adaptasi secara positif terhadap lingkungan. Peran ini dilakukan dengan membantu
klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan mengenai terapi komplementer, gejala
penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.

4. Peran researcher

Mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.

B. Ceragem Batu Giok

Ceragem merupakan teknik pengobatan efektif yang menggabungkan perpaduan antara teknologi
canggih dunia kedokteran dengan pengobatan tradisional warisan leluhur. Ceragem merupakan pilihan
alternatif yang menghubungkan antara teknologi barat dengan pengobatan warisan leluhur.
Percampuran antara dua dunia pengobatan itu diyakini menimbulkan sinergi yang ampuh membantu
kesembuhan. Disini kita dapat mengetahui apa ceragem itu sendiri, yaitu sebutan alat kesehatan yang
menggunakan teknologi sinar infra merah yang dipadukan dengan batu giok dalam balutan mesin
berteknologi canggih. Manfaat utama dari pengobatan ceragem sendiri yaitu mampu menyembuhkan
beragam penyakit. Seperti gangguan ginjal, kencing manis, sakit jantung, asam urat, darah tinggi,
gangguan labung, stoke dan lain-lain.

C. Proses Terapi Menyembuhkan Penyakit

Pada ceragem terdapat empat prinsip utama pengobatan yakni urut, knop, Infra merah jauh dan
Chiroparactic (tulang belakang) menjadi langkah proses penyembuhan. Merupakan kerja penyinaran
sinar infra merah jauh yang menjadi bagian prosesi dalam tubuh untuk memperbaiki diri. Proses dari
pengobatan ceragem itu sendiri yaitu prinsip urut pada tubuh manusia diyakini masyarakat timur
memiliki aliran chi. Apabila terserang penyakit maka aliran chi menjadi terhambat dan akibatnya
metabolisme tubuh tidak berjalan normal lalu tubuh pun sakit. Dengan batu giok yang berjumlah 9 buah
pada ceragem akan memberikan tekanan pada tubuh pada 12 titik di daerah tulang belakang dan 3 titik
pada perut, dengan begitu aliran darah akan menjadi lancar. Sedangkan prinsip kop, diyakini mampu
memberikan rangsangan, mengaktifkan fungsi sel, membantu memproduksi sel, membersihkan
pembuluh darah hingga malancarkan peredaran darah, memperbaiki syaraf dan menaktifkan
metabolime hingga tubuh anti bodi pun meningkat. Prinsip ketiga, pemberian sinar infra merah.
Menurut kepercayaan masyarakat Timur, sinar infra merah merupakan sinar kehidupan yang diyakini
mampu menembus ke dalam tubuh dengan mengeluarkan rasa panas dan selanjutnya mendeteksi
penyakit di tubuh. "Jika pasien merasakan panas, lalu usai pemberian sinar infra merah kulit menjadi
kemerahan dan terfokus maka pasien memiliki penyakit di tubuhnya. Sinar infra merah yang berpadu
ketika batu giok memberikan tekanan pada titik-titik pada tubuh akan sumber penyakit. Hasil deteksi
terlihat pada kulit yang menjadi kemerahan karena peredaran darah ditubuh tidak lancar.Prinsip terakhir
adalah Chiropractic atau tulang belakang. Ceragem, dikatakan pengobatan yang menyakini bahwa
sumber berbagai penyakit berasal dari tulang belakang. Tulang punggung, sendiri memiliki susunan
syaraf yang vital bagi tubuh. Ketika tubuh mengalami gangguan maka diyakini permasalahan bisa berasal
dari tulang belakang.Seluruh tahapan prinsip dilaksanakan dalam waktu 30 menit. Dibagi menjadi dua
sesi, pertama sesi bagian tulang belakang serta pinggul dan kedua, sesi badan. 13 titik pada tulang
belakang dan 3 titik pada perut diberi waktu penekanan oleh giok dan penyinaran sinar infra merah jauh
selama dua menit. Pemberian sinar infra merah jauh tidak dilakukan secara terus menerus namun
berotasi. Prosesi Tubuh Esensi pengobatan Ceragem, pada dasarnya tercantum dalam tiga poin yakni
menyembuhkan, mendeteksi dan merawat.pasien, dengan sendirinya setelah mengikuti pengobatan
Ceragem akan tahu apa yang harus dilakukan. Jika dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah
pantangan. Namun, ceragem menanamkan kepada pasien untuk menyadari hal-hal apa yang harus
dilakukan guna kesembuhan mereka."Ceragem tidak kenal pantangan, namun lebih membutuhkan
kesadaran pasien menjaga diri mereka sendiri.

Proses kerja CBG adalah proses pelepasan energi panas listrik melalui batu giok yang sudah dirancang
sedemikian rupa sehingga pada alat terapi tersebut terdapat tiga kabel yang masing-masing berisi batu
giok 6-9 buah. Salah satu kabel berisi batu giok tersebut berfungsi untuk bagian punggung yang
diletakkan di bawah tempat tidur. Batu giok tersebut dapat bergerak baik secara otomatis maupun
terfokus pada bagian punggung. Dua kabel berisi batu giok lainnya dirancang secara manual. Artinya
keduanya digunakan dan ditempelkan pada bagian tubuh yang sakit mulai dari ujung kaki sampai ke
ujung bagian kepala. Penggunaan CBG dianjurkan 3-4 kali sehari. Fungsi terapi CBG tersebut adalah
memperlancar peredaran darah dan proses kimiawi dalam tubuh manusiawi lewat batu giok dengan
bantuan listrik. Panasnya bisa mencapai 60 derajat celsius. Energi panas tersebutlah yang membantu
pemulihan dan penyehatan dinamika peredran darah dalam tubuh.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem pengobatan dan perawatan
kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional.

Berdasarkan penjelasan di atas, ceragem batu giok efektif dalam menurunkan kadar asam urat dalam
tubuh.

Peran perawat dalam terapi komplementer, yaitu : peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, peran
sebagai advokat (pembela) klien, peran edukator, peran researcher.

B. Saran

1. Manfaat bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan di bidang terapi komplementer.

2. Manfaat bagi masyarakat luas untuk lebih mengenal terapi komplementer

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. 1999. Nurse’s Handbook Of Alternative
And Complementary Therapies. Pennsylvania : Springhouse

Dalimartha, S. 2008. Resep Tumbuhan Obat Untuk Asam Urat. Depok: Penebar Swadaya.

Fitri. 2014. Terapi Ceragem Beserta Manfaatnya. Diakses dari : http://sehat.link/terapi-ceragem-beserta-


manfaatnya.info

Gusti. 2016. Prinsip Keperawatan Holistik dalam Terapi Komplementer. Diakses dari :
http://gustinerz.com/prinsip-keperawatan-holistik-dalam-terapi-komplementer/

Hariana, A. 2005. 812 Resep untuk Mengobati 236 Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.

Misnadiarly. 2008. Mengenal Penyakit Arthritis. Puslitbang Biomedis Dan Farmasi, Badan Litbangkes , 57.
Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. 2004. Clinical Nursing Skills: Basic to Advanced Skills. New Jersey :
Pearson Prentice Hall.

Snyder, M. & Lindquist, R. 2002. Complementary/Alternative Therapies In Nursing. 4th Ed. New York:
Springer.

Suhariningsih, Wurlina, DK Meles, Tity P. Kajian Biofisika Terhadap Manfaat Dan Efek Samping Terapi
Ceragem. Diakses pada : http://web.unair.ac.id/admin/file/f_34924_Ceragem.pdf

Sukarmin. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Asam Urat Dalam Darah Pasien Gout Di
Desa Kedungwinong Sukolilo Pati. Diakses Pada : http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=356772&val=426&title=FAKTOR-FAKTOR%20YANG%20BERHUBUNGAN%20DENGAN%20KADAR
%20ASAM%20URAT%20DALAM%20DARAH%20PASIEN%20GOUT%20DI%20DESA%20KEDUNGWINONG
%20SUKOLILO%20PATI

Tjokroprawiro A., Setiawan P.B, Santoso D, Soegiarto G.. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. Airlangga University Press.

Utami. 2003. Tanaman Obat untuk Mengatasi Rematik & Asam Urat. Jakarta: AgroMedia.

Widyatuti, W. 2008. Terapi Komplementer dalam Keperawatan. Diakses dari :


http://www.jki.ui.ac.id/index.php/jki/article

Wijayakusuma, H. 2008. Ramuan Lengkap Herbal Tahlukkan Penyakit. Jakarta: Pustaka Bunda.

Anda mungkin juga menyukai