Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan angka kejadian kecelakaan lalu lintas pada tahun 2011-2012, World
Health Organization (WHO) mencatat terdapat 5,6 juta jiwa meninggal dunia dan 1,3
juta orang menderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas. Penyebab terbanyak fraktur
disebabkan oleh kejadian kecelakaan, baik itu kecelakaan kerja maupun kecelakaan lalu
lintas.
Menurut Depkes RI tahun 2011, dari sekian banyak kasus fraktur di Indonesia,
fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling tinggi
diantara fraktur lainya yaitu sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang dengan kasus fraktur
ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang mengalami fraktur pada femur,
14.027 orang mengalami fraktur cruris, 3.775 orang mengalami fraktur tibia, 970 orang
mengalami fraktur pada tulang-tulang kecil di kaki dan 336 orang mengalami fraktur
fibula. Menurut World Health Organization (WHO), kecelakaan lalu lintas menelan
korban jiwa sekitar 2,4 juta jiwa manusia setiap tahunnya. Sementara di Indonesia,
kecelakaan lalu lintas merupakan pembunuh nomor tiga setelah penyakit jantung dan
sroke.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, pada tahun 2008
jumlah korban meninggal akibat kecelakaan sebanyak 20.188 jiwa dari 59.164 kasus
kecelakaan, pada tahun 2009 terdapat 19.979 korban jiwa dari 62.960 kasus kecelakaan,
pada tahun 2010 terdapat 19.873 korban jiwa dari 66.488 kasus kecelakaan dan hingga
data kepolisian RI pada tahun 2012, menyatakan terjadi 109.038 kasus kecelakaan lalu
lintas di seluruh Indonesia (BPS RI, 2012).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai
dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh
darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya
fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat
diabsorbsinya (Smeltzer, 2013).
Salah satu upaya penanganan medis yang diberikan untuk menangani fraktur
femur ini dapat dilakukan metode konservatif atau non operatif dan metode operatif.
Metode konservatif atau non operatif adalah penanganan fraktur berupa reduksi atau
reposisi tertutup. Metode operatif adalah penanganan fraktur dengan reduksi terbuka
yaitu membuka daerah yang mengalami fraktur dan memasangkan fiksasi internal
maupun eksternal.
Pada penderita fraktur, nyeri merupakan masalah yang paling sering dijumpai
(Muttaqin, 2008). Nyeri fraktur merupakan sensasi yang tidak menyenangkan, bersifat
subjektif, dan merupakan bagian dari akibat terputusnya kontinuitas tulang Widayati,
2014). Nyeri mengganggu aktivitas pasien serta mengubah cara pasien dalam
beraktivitas. Seseorang yang mempunyai pengalaman nyeri cenderung akan memiliki
ambang rasa nyeri yang lebih rendah dibandingkan dengan orang yang belum pernah
merasakan nyeri sama sekali. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah
sesuatu hal yang bersifat sangat subjektif. Pengkajian nyeri juga merupakan salah satu
pengkajian yang paling sulit dilakukan karena perawat harus menggali pengalaman nyeri
dari sudut pandang klien (Muttaqin, 2008).

B. TUJUAN UMUM
Tujuan umum makalah ini adalah untuk memperoleh gambaran secara nyata dalam
memberikan Asuhan Keperawatan pada Tn.S yang mengalami close fraktur femur
inkomplete di RS Anton Soedjarwo Pontianak. .

C. TUJUAN KHUSUS
1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami Post Operasi
close fraktur femur inkomplete di RS Anton Soedjarwo Pontianak. .
2. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami Post Operasi
close fraktur femur inkomplete di RS Anton Soedjarwo Pontianak.
3. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Post Operasi
close fraktur femur inkomplete di RS Anton Soedjarwo Pontianak.
4. Mampu melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Post
Operasi close fraktur femur inkomplete di RS Anton Soedjarwo Pontianak.
5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien yang mengalami Post Operasi
close fraktur femur inkomplete di RS Anton Soedjarwo Pontianak
6. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Post
Operasi close fraktur femur inkomplete di RS Anton Soedjarwo Pontianak.

Anda mungkin juga menyukai