Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK DAN KOHESIVITAS

SAP 5

KELOMPOK 3

 Anak Agung Istri Pawitradewi (1607532079)


 Ni Kadek Lia Indahyani (1607532081)
 Ni Kadek Dwi Aryandari (1607532086)
 Ni Luh Putu Pitayani Vinensya (1607532088)
 Alif Noer Wahyuni (1607532092)
 Putu Eka Mas Pratiwi (1607532094)

Program Reguler Denpasar


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apabila berbicara tentang perilaku organisasi, berarti juga membahas tentang perilaku manusia.
Manusia adalah pendukung utama setiap organisasi apapun bentuknya. Perilaku manusia yang
berada dalam suatu kelompok atau organisasi adalah awal dari perilaku organisasi itu. Perilaku
adalah semua yang dilakukan seseorang. Bentuk perilaku seseorang adalah semua yang
aktifitas, perbuatan dan penampilan diri sepanjang hidupnya. Bentuk perilaku manusia adalah
aktifitas individu dengan relasinya dalam lingkungannya.
Perilaku di dalam organisasi berasal dari dua sumber yaitu perilaku individu dan
perilaku kelompok. kelompok merupakan dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling
bergantung, bergabung untuk mencapai sasaran tertentu. Perilaku kelompok tersebut berasal
dari perilaku individu-individu yang berkumpul menjadi sebuah kelompok. Demikian pula
kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Dalam organisasi akan banyak
dijumpai kelompok-kelompok ini. Hampir pada umumnya manusia yang menjadi anggota dari
suatu organisasi besar atau kecil adalah sangat kuat kecenderungannya untuk mencari
keakraban dalam kelompok-kelompok tertentu. Dimulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan
yang dilakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa, dan barang kali adanya kesamaan
kesenangan bersama sehingga mulailah mereka berkelompok dalam organisasi.
Jadi, definisi dari pengertian perilaku kelompok adalah suatu aktivitas yang dilakukakan
oleh seorang individu dengan yang lainnya untuk mendapatkan aspirasi anggota, berinteraksi
dari setiap individu dan saling bergabung untuk mencapai sasaran yang diinginkan.
Dalam suatu organisasi bisa terdapat beberapa macam kelompok yang terbentuk melalui
suatu proses tertentu. Kelompok mempunyai status dan norma yang memengaruhi perannya.
Kelompok juga dapat berbeda menurut besaran dan kohesivitasnya. Maka dalam makalah ini
akan dibahas mengenai perilaku kelompok dalam organisasi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan kelompok dan apa saja jenis-jenis kelompok ?
2. Bagaimana tahap perkembangan kelompok ?
3. Bagaimana perilaku dan prestasi kelompok ?
4. Apa yang dimaksud dengan kohesivitas dalam kelompok ?
5. Apa saja efek kohesif pada produksivitas kelompok ?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dalam pembahasan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dan jenis kelompok
2. Untuk mengetahui bagaimana tahap dari perkembangan kelompok
3. Menambah pengetahuan mengenai perilaku dan prestasi kelompok
4. Untuk menambah wawasan mengenai kohesivitas dalam kelompok
5. Untuk mengenal lebih dalam mengenai efek kohesif pada produktivitas

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Jenis Kelompok


2.1.1 Pengertian
a. Menurut Robbins dan Coulter (2004), Kelompok adalah gabungan/kumpulan dua atau
lebih individu yang berinteraksi dan saling bergantung untuk mencapai sasaran-sasaran
tertentu.
b. Menurut Gibson dan kawan-kawan (1996), Kelompok adalah kumpulan individu dimana
perilaku dan/ atau kinerja satu anggota dipengaruhi oleh perilaku dan/ atau prestasi
anggota lainnya.
c. Menurut Shaw (dalam Nimran, 1999), Kelompok adalah kumpulan dua atau lebih orang
yang berinteraksi satu sama lain sedemikian rupa sehingga perilaku dan atau kinerja dari
seseorang, dipengaruhi oleh perilaku/kinerja anggota yang lain.

2.1.2 Jenis Kelompok


Berikut akan memakai pendapat Duncan dalam membedakan jenis-jenis kelompok itu yang
uraiannya adalah sebagai berikut :
a. Kelompok formal dan kelompok informal.
1. Kelompok formal, kelompok yang terbentuk dan berlangsung berdasarkan ketentuan
resmi, seperti struktur organisasi dan penugasan organisasi.
Maka dari sini ada:
 Kelompok komando
Kelompok komando ditetapkan oleh bagan organisasi. Kelompok tersebut terdiri
atas bawahan yang melapor langsung kepada seorang penyelia tertentu.
Hubungan wewenang antara seorang manajer departemen dengan para penyelia,
atau antara seorang perawat senior dengan bawahannya adalah contoh dari
kelompok komando.
 Kelompok tugas
Kelompok tugas terdiri dari para karyawan yang bekerja sama untuk
menyelesaikan suatu tugas atau projek tertentu. Sebagai contoh, aktivitas para
pegawai administrasi dari suatu perusahaan asuransi jika klaim suatu kecelakaan
diajukan, adalah tugas-tugas yang diwajibkan. Aktivitas ini menciptakan suatu
situasi di mana beberapa pegawai administrasi harus berkomunikasi dan

3
berkoordinasi satu sama lain jika klaim tersebut ingin ditangani dengan pantas.
Tugas-tugas yang diwajibkan dan interaksi tersebut memudahkan pembentukan
suatu kelompok tugas.
2. Kelompok informal. Kelompok informal adalah pengelompokan orang-orang secara
alamiah dalam suatu situasi kerja sebagai tanggapan terhadap kebutuhan social.
Dengan kata lain kelompok informal tidak muncul sebagai hasil rencana yang
disengaja tetapi berkembang secara agak alamiah. Ada dua jenis khusus kelompok
informal : kelompok kepentingan dan kelompok persahabatan.
Maka akan ada:
 Kelompok minat/kepentingan.
Individu-individu yang mungkin tidak menjadi anggota dari kelompok komando
atau kelompok tugas yang sama dapat berafiliasi untuk mencapai beberapa
sasaran bersama. Pengelompokan bersama para karyawan tersebut merupakan
suatu kesatuan barisan menghadapi pimpinan untuk memperoleh manfaat lebih
besar. Contoh dari kelompok kepentingan adalah para pelayan restoran atau hotel
yang menghimpun semua tip yang mereka terima.
 Kelompok persahabatan.
Banyak kelompok yang dibentuk karena para anggotanya mempunyai
kebersamaan tentang suatu hal, seperti umur, keyakinan politik, atau latar
belakang etnis. Kelompok persahabatan ini sering memperluas interaksi dan
komunikasi mereka dalam berbagai aktivitas di luar kerja. Perbedaan yang utama
antara kedua kelompok itu adalah bahwa kelompok formal (komando dan tugas)
dirancang oleh organisasi formal dan merupakan alat untuk mencapai sasaran,
sedangkan kelompok informal (kepentingan dan persahabatan) adalah penting
bagi kepentingannya sendiri. Mereka memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk
berhimpun.
b. Kelompok berdasarkan keanggotaan dan berdasarkan kesukaan.
 Kelompok berdasarkan keanggotaan
 Kelompok berdasarkan kesukaan
c. Kelompok berdasarkan jumlah/besarnya anggota.
 Kelompok dua orang (diad)
 Kelompok tiga orang (triad)
 Kelompok yang terdiri atas lebih dari tiga orang

4
d. Kelompok Dilihat Dari Interaksinya
 Kelompok Primer
Kelompok primer ialah suatu kelompok yang jumlah anggotanya hanya sedikit,
meskipun tidak setiap kelompok yang anggotanya sedikit merupakan dari kelompok
primer. Hubungan antar anggota tersebut bersifat personal (saling kenal dengan secara
pribadi) dan juga mendalam, yang diwarnai dengan kerja sama, sering sekali bertatap
muka dalam jangka waktu lama, sehingga dapat membangun keterlibatan perasaan
yang dalam.
Kelompok primer merupakan kelompok dengan interaksi atau hubungan
langsung. Dalam kelompok ini terdapat interaksi sosial secara tatap muka (face to
face). Kelompok ini memegang peranan penting dalam pembentukan perilaku
individu, karena dalam kelompok inilah individu berkembang sebagai makhluk sosial.
Tujuan berkelompok primer ialah membangun suatu hubungan personal itu
sendiri. Meskipun kadang terjadi suatu konflik, tetapi masing-masing pada anggota
kelompok primer tersebut menunjukkan perhatian yang tulus juga terhadap
kesejahteraan sesama anggota. Maka, hubungan didalam kelompok primer tersebut
bersifat informal, intim atau juga akrab, personal, dan juga total. Contoh kelompok
primer adalah: Keluarga, Kelompok teman, Kawan sepermainan, dll
 Kelompok Sekunder
Kelompok sekunder merupakan suatu kelompok yang jumlah anggotanya itu banyak.
Hubungan antaranggota tersebut juga bersifat impersonal (tidak saling kenal dengan
secara pribadi), yang lebih diwarnai oleh adanya kompetisi, dan jarang bertatap muka
dalam jangka waktu lama, sehingga tidak dapat membangun hubungan yang
emosional secara baik. Hubungan yang terdapat dalam kelompok ini lebih bersifat
fungsional, artinya ialah orang bukan dilihat dari segi “siapanya” melainkan ialah lebih
dilihat dari segi “apa kegunaannya” bagi pencapaian suatu tujuan kelompok tersebut.
Kelompok sekunder merupakan kelompok dengan interaksi tidak langsung.
Hubungan dalam kelompok ini didasarkan atas perhitungan rasional, untung dan rugi
sehingga kurang bersifat kekeluargaan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah
serikat pekerja, persatuan pengusaha, berbagai himpunan dan berbagai lembaga
ilmiah.
Tujuan berkelompok ialah untuk mencapai tujuan tertentu, sehingga para
anggota kelompok lebih berperan ialah sebagai sarana bukan sebagai tujuan.Hubungan
didalam kelompok sekunder ini bersifat formal, impersonal, parsial, dan juga

5
dilandaskan pada kemanfaatan pada kelompok semata. Contoh kelompok sekunder
adalah: Organisasi, Universitas, Sekolah, dll

2.2 Tahap Perkembangan Kelompok


1. Menurut B.W. Tuckman dan M.A.C. Jensen dalam Robbins dan Coulter (2004) dengan
model 5 tahap.
a. Pembentukan (forming) adalah fase awal yang dicirikan dengan ketidakpastian tujuan,
struktur dan kepemimpinan kelompok.
b. Bada (storming) adalah tahapan kedua yang dicirikan oleh banyaknya konflik dalam
kelompok.
c. Penormaan (norming) adalah tahapan ketiga yang dicirikan adanya hubungan yang
akrab dan suasana keterpaduan/kekohesifan dalam kelompok.
d. Pelaksanaan (performing) adalah tahapan keempat, dimana kelompok telah berfungsi
dan diterima anggota.
e. Pembubaran (adjourning) adalah tahapan terakhir untuk kelompok yang sifatnya
sementara, yang dicirikan oleh adanya kepedulian untuk menuntaskan kegiatan-
kegiatan penutupan bukannya melaksanakan tugas atau pekerjaan.
2. Menurut Gibson dan kawan-kawan (1996), dengan model empat tahapan, sebagai berikut.
a. Penerimaan bersama, adalah fase dimana anggota menolak untuk berkomunikasi satu
dengan yang lain. Tak mau mengekspresikan ide, sikap dan keyakinan mereka.
b. Komunikasi dan pengambilan keputusan, adalah fase dimana telah mulai ada
komunikasi yang terbuka, diskusi, interaksi untuk menyelesaikan tugas.
c. Motivasi dan produktivitas, pada fase ini ada upaya menyelesaikan tujuan kelompok.
d. Pengendalian dan organisasi, sudah tercipta afiliasi, regulasi dan norma kelompok.
Lebih mengedepankan tujuan kelompok dibanding individu.
3. Menurut Indriyo Gitosudarma dan Nyoman Sudita (1997), dengan model empat tahap, yaitu
sebagai berikut.
a. Tahap orientasi, suatu tahapan di mana anggota mencoba untuk memahami tujuan
kelompok dan peranan masing-masing anggota.
b. Tahap konfrontasi, yang ditandai adanya konflik karena perebutan kekuasaan dan
pengaruh. Jika konflik dapat diatasi maka perjalanan kelompok menuju kematangan
semakin mendekati kenyataan.

6
c. Tahap deferensiasi, suatu tahapan di mana perbedaan masing-masing individu diakui,
tugas pekerjaan berbasis keahlian dan kemampuan masing-masing individu. Pada fase
ini anggota sudah mulai merasakan sukses yang dicapai kelompoknya.
d. Tahap kolaborasi, adalah suatu fase di mana kelompok sudah mencapai tingkat
kematangan yang tinggi. Komitmen dan kekompakan begitu tinggi. Keputusan dan

solusi masalah dilakukan melalui diskusi yang rasional.

2.3 Perilaku dan Prestasi Kelompok


1. Faktor eksternal yang menentukan prestasi kelompok
Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997) adalah sebagai berikut.
a. Strategi organisasi-visi, misi, tujuan oranisasi akan mempengaruhi perilaku kelompok
yang ada.
b. Struktur otoritas/wewenang menyangkut penempatan suatu kelompok dalam hirarki
organisasi.
c. Peraturan formal, yang membakukan perilaku karyawan.
d. Sumber daya organisasi, besar kecilnya sumber daya akan mempengaruhi perilaku dan
prestasi kelompok.
e. Proses seleksi SDM, proses seleksi yang berkualitas menjadi faktor penting untuk
memperoleh orang-orang yang berkualitas yang bila menjadi anggota kelompok akan
berkontribusi terhadap prestasi kelompok.
f. Penilaian prestasi dan sistem imbalan, adanya sistem imbalan yang berbasis
prestasi/kinerja akan berpengaruh terhadap perilaku kelompok.
g. Budaya organisasi, setiap organisasi memiliki budaya organisasi tersendiri yang akan
menghantarkan anggota organisasi tersebut berperilaku dalam kelompok maupun
dalam organisasi.
h. Lingkungan fisik, tempat kerja, kenyamanan lingkungan kerja akan berkontribusi
terhadap daya tahan dan semangat kerja anggota.
2. Sumber daya internal anggota kelompok
Perilaku dan prestasi kelompok juga ditentukan oleh faktor internal anggota kelompok itu
sendiri seperti:
a. Kemampuan (baik itu kemampuan fisik dan kemampuan intelektual)
b. Karakteristik kepribadian seperti kemahiran bergaul, kemandirian, kebebasan atau
sebaliknya, yang akan mempengaruhi individu dan kelompok dalam berinteraksi dan
memiliki efek terhadap prestasi kelompok.

7
3. Struktur kelompok
Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997) struktur kelompok meliputi:
a. Kepemimpinan formal. Setiap kelompok kerja pastipunya pimpinan yang sah/formal
yang akan berperanan penting dalam mempengaruhi perilaku anggota kelompok demi
keberhasilan kelompok.
b. Peran. Seperangkat pola perilaku yang diharapkan, dan yang dikaitkan pada seseorang
yang menduduki suatu posisi tertentu dalam satu unit organisasi.
c. Norma. Pedoman-pedoman yang diterima dan diikuti oleh anggota-anggota sebuah
kelompok (Robbins dan Coulter, 2004).
d. Status kelompok. Posisi atau peringkat yang didefinisikan secara sosial yang diberikan
kepada kelompok atau anggota kelompok oleh orang lain.
e. Ukuran kelompok. Kelompok besar sangat baik untuk memperoleh masukan yang
beraneka. Kelompok kecil lebih baik dalam melakukan sesuatu yang produktif degan
masukan tersebut.
f. Proses kelompok. Beberapa proses penting yang perlu dipahami di antaranya adalah
seperti pola komunikasi, pengambilan keputusan, perilaku pemimpin, dinamika
kekuasaan dan konflik yang terjadi dalam kelompok.

2.4 Kohesivitas dalam Kelompok


1. Kohesivias/kepaduan adalah kekuatan suatu kelompok yang bias diwujudkan dalam bentuk
keramahan, kekompakan, antusias dalam mengemukakan saran atau pendapat, mau
berkorban dan bertanggung jawab atas apa yang dikerjakan (Indriyo Gitosudarmo dan
Nyoman Sudita, 1997). Robbins dan Coulter (2004) mengatakan keterpaduan kelompok
adalah tingkat sejauh mana anggota-anggota tertarik satu dengan yang lain dan berbagai
tujuan dalam kelompok tersebut.
Menurut Collins dan Raven (1964), Kohesivitas kelompok adalah kekuatan yang
mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya
meninggalkan kelompok.
Setiap individu menemukan suatu kenyamanan dengan bergabung dan berinteraksi
dalam suatu kelompok, karena di dalam kelompok seseorang akan merasa bahwa dirinya
disukai dan diterima. Perasaan disukai dan diterima semacam ini sangat penting bagi semua
usia dalam rentang kehidupan manusia.

8
Kohesi kelompok merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjaga
keutuhan kelompok. Kelompok dengan kohesi yang lemah akan memiliki kemungkinan
perpecahan yang tinggi, dibandingkan dengan kelompok dengan kohesi yang tinggi.
Kohesi kelompok merupakan perasaan bersama-sama dalam kelompok dan
merupakan kekuatan yang memelihara dan menjaga anggota dalam kelompok. Taylor,
Peplau & Sears (1997: 109) mendefinisikan kohesivitas sebagai kekuatan (baik positif
ataupun negatif) yang menyebabkan anggota menetap pada suatu kelompok.
Kohesivitas bergantung pada tingkat keterikatan individu yang dimiliki setiap
anggota kelompok. Daya tarik antar pribadi merupakan kekuatan pokok yang positif.
Adapun ketertarikan itu sendiri dipengaruhi oleh tiga hal yaitu :
a. Tingkat rasa suka satu sama lain di antara anggota kelompok
Apabila anggota kelompok saling menyukai satu sama lain dan dieratkan dengan
ikatan persahabatan, kohesivitasnya akan tinggi.
b. Tujuan instrumental kelompok
Kelompok seringkali digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, sebagai cara
untuk memperoleh pendapatan atau untuk melakukan pekerjaan yang kita sukai.
Ketertarikan kita terhadap suatu kelompok bergantung pada kesesuaian antara
kebutuhan dan tujuan kita sendiri dengan kegiatan dan tujuan kelompok.
c. Keefektifan dan keselarasan interaksi dalam kelompok
Semua orang akan lebih suka bergabung dalam kelompok yang bekerja secara efisien
daripada dengan kelompok yang menghabiskan waktu dan menyalahgunakan
keterampilan kita. Segala sesuatu yang meningkatkan kepuasaan dan semangat
kelompok akan meningkatkan kohesi kelompok.

Kohesivitas kelompok juga dipengaruhi kekuatan negatif yang menyebabkan para


anggota tidak berani meninggalkan kelompok itu, bahkan meskipun individu merasa tidak
puas. Kadang-kadang orang tetap tinggal dalam suatu kelompok karena kerugian yang
akan ditanggungnya bila dia meninggalkan kelompok itu sangat tinggi, atau karena tidak
tersedianya pilihan lain.
Pada dasarnya eksistensi suatu kelompok tergantung pada seberapa jauh kelompok
dapat memnuhi kebutuhan individu. Jika sebuah kelompok tidak dapat lagi memenuhi
kebutuhan anggota-anggotanya, kelompok itu semakin berkurang jumlah anggotanya.
Kohesivitas adalah pemahaman seseorang tentang kelompok berdasar waktu yang
dihabiskan, akses ketat, ukuran kelompok,ancaman eksternal, sukses sebelumnya. Aspek

9
waktu yang lama ketika saling berinteraksi menurut Wilson (dalam Robbins,2003 ) akan
menimbulkan kesamaan kepentingan dan menambah daya tarik kelompok.
2. Faktor-faktor yang dapat mendorong kepaduan
Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997) adalah sebagai berikut:
a. Kesamaan nilai dan tujuan
b. Keberhasilan dalam mencapai tujuan
c. Status kelompok
d. Penyelesaian perbedaan
e. Kecocokan terhadap norma
f. Daya tarik pribadi
g. Persaingan antar kelompok
h. Pengakuan dan penghargaan
3. Menurut penulis yang sama faktor-faktor yang dapat menurunkan kepaduan :
a. Ketidaksamaan tujuan
b. Besar anggota
c. Pengalamannya yang tidak menyenangkan
d. Persaingan di dalam
e. Dominan

2.5 Efek Kohesif pada Produktivitas Kelompok


Anggota kelompok yang tingkat kepaduannya tinggi biasanya akan meningkatkan
produktivitas, karena memereka menikmati kepuasan kerja, sehingga menurunkan tingkat
absensi, mampu mengurangi tingkat perpindahan karyawan. Kelompok yang padu akan
mempersepsikan dirinya sebagai bagiandari kelompok, dan bahagia berada didalamnya, dan
bangga terhadap kelompoknya. Hasil studi telah membuktikan hal tersebut.
Kohesivitas kelompok menciptakan suasana kerja yang lebih sehat. Karena orang-orang
yang adadidalamnya lebih menaruh perhatian pada orang lain dengan berbagai cara yang
lebihpositif serta seseorang akan lebih berpengalaman dalam mengurangi kegelisahan dan
ketegangan. Seseorang dalam kohesivitas kelompok akan lebih siap dalam menerimatujuan,
keputusan dan norma kelompok.
Berikut pengaruh kohesivitas kelompok pada tiga faktor penentu produktivitas dalam
lingkungan kelompok :

10
1. Efisiensi dalam Memanfaatkan Sumber:
Dengan asumsi bahwa sumber daya yang sama sedang digunakan (faktor input yang sama),
kualitas dan volume output secara otomatis menentukan efisiensi dalam memanfaatkan
sumber daya. kualitas tinggi dan volume pekerjaan yang dihasilkan mencerminkan efisiensi
yang lebih tinggi dalam memanfaatkan sumber daya dan sebaliknya.
2. Kualitas
Para peneliti telah menghasilkan ratusan makalah tentang pengaruh kohesi kelompok pada
kualitas output kelompok / pengambilan keputusan meskipun "kohesi sebagai berdampak
positif antara anggota kelompok saat ini yang paling umum" (Losh, 2003).
3. Volume
Salah satu kelebihan kelompok adalah semangat kompetisi dan adanya sistem pemantauan
fisiologis yang memperkenalkan dirinya dalam pengaturan kelompok, memotivasi anggota
kelompok untuk meningkatkan output mereka. Robert Vecchio bersaksi kepada fakta
bahwa "memiliki orang lain di dekatnya cenderung untuk mempermudah kinerja" (Vecchio,
2005).
Dalam kelompok kohesif tinggi baik aspek yang disebutkan di atas berkurang jika
tidak dihilangkan. Seperti Susan Losh dikatakan: "meskipun gairah beberapa mungkin
terjadi dengan kehadiran hanya orang lain, itu akan meningkat jika beberapa jenis situasi
evaluasi yang terlibat. Dan, dengan kelompok teman-teman, respons relaksasi dapat terjadi
bukan "(Losh, 2003).

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Perilaku kelompok merupakan respon-respon anggota kelompok terhadap struktur sosial
kelompok dan norma yang diadopsinya. Jadi ketika sebuah kelompok memasuki dunia
organisasi maka karateristik yang dibawanya adalah kemampuan, kepercayaan pribadi,
penghargaan kebutuhan, dan pengalaman masa lalunya. Banyak teori yang mengembangkan
suatu anggapan mengenai awal mula terbentuknya kelompok. Mulai dari anggapan adanya
kedekatan ruang kerja maupun tempat tinggal mereka, sampai kepada alasan-alasan praktis.
Di dalam suatu kelompok yang sebenarnya, para anggota mempertimbangkan diri
mereka sendiri dan bergantung satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan umum, dan mereka
saling berhubungan satu dengan yang lain secara teratur untuk mengejar tujuannya atas
dukungan dalam suatu periode waktu

12
DAFTAR PUSTAKA

 Robbin, Stephen P., Judge, Timothy A, 2008, Perilaku Organisasi, Jakarta, Penerbit:
Salemba Empat
 Ardana, Komang, Mujiati, Ni Wayan, Sriathi, Anak Agung Ayu, 2009 Perilaku
Keorganisasian, Yogjakarta, Penerbit: Graha Ilmu

13

Anda mungkin juga menyukai