Anda di halaman 1dari 2

B.

Peranan Filsafat Pendidikan


Proses pendidikan adalah proses perkembangan manusia yang secara alamiah
menuju kedewasaan dan kematangan, sebab potensi manusia yang paling alamiah
ialah bertumbuh menuju ke tingkat kedewasaan, kematangan. Potensi ini akan
terwujud apabila prakondisi alamiah dan sosial manusia memungkinkan, misalnya
iklim, makanan, kesehatan, keamanan, relatif sesuai dengan kebutuhan manusia.
Adakah makna kedewasaan, kematangan diatas bersifat biologis-jasmaniah,
atau rokhaniah (pikir, rasa dan karsa) ataukah secara moral dalam arti bertanggung
jawab, sadar-normatif. Persoalan ini sudah menyangkut scope dan pengertian tujuan
pendidikan yang harus didasarkan pula atas sistem nilai dan asas-asas normatif suatu
kebudayaan. Dengan demikaian masalah tersebut sudah merupakan bidang filsafat
pendidikan. Sebab lebih dari pada hanya perkembangan teleologis secara alamiah itu,
manusiapun mengandung potensi-potensi human dengan martabat kemanusiaannya.
Manusia dengan kodrat human dignity itu, memiliki kesadaran dri (self-existence),
potensi pikir, rasa dan karsa. Bahkan manusia mempunyai dorongan untuk merealisasi
potensi-potensi psikologis ini supayan berkembang sebagai satu self realization dan
ideal self guna berfungsi dan bermanfaat bagi hidup pribadi dan sosialnya.
Manusia melihat kenyataan, bahwa tidak semua manusia berkembang
sebagaimana diharapkan. Lahirlah didalam pemikiran manusia problem-problem
tentang kemungkinan –kemunkinan perkembangan potensi manusia itu. Apakah yang
menentukan perkembangan dan realisasi potensi manusia itu. Manakah yang lebih
menentukkan poensi yang kodrati, faktor-faktor alam sekitar, faktor luar, khususnya
pendidikan. Thema problem ini memang klasik, karena memang sudah lama ada
didalam konteks filsafat, psikologi, pendidikan, genetika dan sebagainya.
Sesungguhnya adanya aktivitas dan lembaga-lembaga pendidikan merupakan
jawaban manusia atas problema itu. Karena umat manusia berkesimpulan bahwa
pendidikan itu mampu mewujudkan potensi manusia sebagai aktualias, maka
pendidikan itu diselenggerakan.
Timbulnya problem dan pikiran pemecahannya itu merupakan bidang
pemikiran filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan ini berarti pelaksanaan dari pada
ide-ide filsafat. Dengan perkataan lain ide filsafat yang memberi asas kepastian bagi
nilai peranan pendidikan bagi pembinaan manusia, telah melahirkan ilmu
penndidikan, lembaga pendidikan dan aktivitas penyelenggeraan pendidiide kan. Jadi
peranan filsafat pendidikan merupakan sumber pendorong adanya pendidikan.
Ide-ide filsafat pendidikan antara lain tersimpul di dalam pandangan :
1. Aliran empirisme (aliran optimisme) Aliran ini dimotori oleh John Locke. Aliran
empirisme mengutamakan perkembangan manusia dari segi empirik yang secara
eksternal dapat diamati dan mengabaikan pembawaan sebagai sisi internal
manusia. Dengan kata lain pengalaman adalah sumber pengetahuan, sedangkan
pembawaaan yang berupa bakat tidak diakui. Manusia dilahirkan dalam keadaan
kosong, sehingga pendidikan memiliki peran penting yang dapat menentukan
keberadaan anak. Aliran ini melihat keberhasilan seseorang hanya dari pengalaman
(pendidikan) yang diperolehnya, bukan dari kemampuan dasar yang merupakan
pembawaan lahir.
2. Aliran nativisme (aliran pesimistik).Tokoh aliran ini adalah Arthur Schoupenhauer.
Aliran nativisme menyatakan bahwa perkembangan seseorang merupakan produk
dari pembawaan yang berupa bakat. Bakat yang merupakan pembawaan seseorang
akan menentukan nasibnya. Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran empirisme.
Orang yang “berbakat tidak baik” akan tetap tidak baik, sehingga tidak perlu
dididik untuk menjadi baik. Orang yang “berbakat baik” akan tetap baik dan tidak
perlu dididik, karena ia tidak mungkin akan terjerumus menjadi tidak baik.
3. Aliran naturalisme. Aliran ini dipelopori oleh J.J. Rousseau. Aliran naturalisme
menyatakan bahwa semua anak yang dilahirkan pada dasarnya dalam keadaan
baik. Anak menjadi rusak atau tidak baik karena campur tangan manusia
(masyarakat). Pendidikan hanya memiliki kewajiban untuk memberikan
kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya. Pendidikan hendaknya
diserahkan kepada alam. Dalam mendidik seorang anak hendaknya dikembalikan
kepada alam agar pembawaan yang baik tersebut tidak dirusak oleh pendidik.
4. Aliran konvergensi. Aliran ini dipelopori oleh William Stern. Aliran ini
menyatakan bahwa bakat, pembawaan dan lingkungan atau pengalamanlah yang
menentukan pembentukan pribadi seseorang. Pendidikan dijadikan sebagai
penolong kepada anak untuk mengembangkan potensinya. Yang membatasi hasil
pendidikan anak adalah pembawan dan lingkungannya. Aliran ini lebih realitis,
sehingga banyak diikuti oleh pakar pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai