NAMA KELOMPOK:
S1 ILMU KEPERAWATAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Proses penuaan pasti terjadi baik perempuan maupun laki-laki, juga pada semua makhluk
hidup. Hingga kini belum ditemukannya cara untuk mencegah proses penuaan. Penyebab
penuaan adalah mulai berkurangnya proses pertumbuhan,pembelahan sel, dan berkurangnya
proses metabolisme tubuh. Akibatnya, terjadi gangguan terhadap kulit, selaput lendir, tulang,
sistem pembuluh darah, aliran darah,metabolisme vitamin, dan fungsi otak. Masalah kesehatan
yang berhubungan dengan gangguan sistem endokrin terjadi sepanjang siklus kehidupan. Sistem
endokrin penting untuk mempertahankan dan mengatur fungsi vital tubuh, misalnya stress,
tumbuh kembang, homeostasis,reproduksi, dan metabolisme energi. Salah satu penyakit yang
terdapat pada sistem endokrin yaitu diabetes militus.
Diabetes melitus (DM) merupakan keadaan yang sering kali dikaitkan dengan
meningkatnya risiko kesakitan dan kematian. Lanjut usia(lansia) yang menderita DM seringkali
juga mengalami penyakit lainnya,ketidak mampuan fisik, gangguan psikososial dan fungsi
kognisi, serta meningkatnya pelayanan kedokteran. Pada akhirnya, komplikasi yang terjadi akan
mempengaruhi kualitas hidup lansia. Prevalensi DM sebesar 15,8% didapatkan pada kelompok
usia 60-70 tahun dan lansia wanita memiliki prevalensi lebih tinggi dari lansia pria. Rata-rata
skor domain kondisi lingkungan lebih tinggi pada lansia yang tidak menderita DM dan rata-rata
skor kesehatan fisik lebih tinggi pada lansia yang menderita obesitas. Semakin besar indeks
massa tubuh maka skor domain kesehatan fisik akan semakin meningkat secara drastis.
Ketertarikan kami mengangkat judul makalah ini khususnya pada diabetes militus yaitu karena
kebanyakan di rumah sakit ditemui orang yang menderita DM adalah lansia dan kita sebagai
perawat dapat melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi penyakit DM pada lansia. Dan
juga mengetahui komplikasi DM pada lansia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Definisi
Diabetes militus merupakan kelaianan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah
tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Pada DM
kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pangkreas dapat
menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini menimbulkan hiperglikemia yang dapat
mengakibatkan komplikasi metabolic akut seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom
hiperglikemik hyperosmolar nonketotik (HHNK). Hiperglekemia jangka panjang dapat ikut
menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan mata) serta komplikasi
neuropatik (penyakit pada syaraf) , DM juga disertai dengan peningkatan insiden penyakit makro
vaskuler yang mencangkup infarkmiokard, stroke, dan penyakit vaskuler perifer.
Klien yang mendapatkan tindakan amputasi organ tubuhnya, merupakan salah satu
bentuk masalah yang tersendiri yang juga menjadi objek penyelenggaraan asuhan keperawatan.
Keperawatan secara holistic akan memandang masalah yang di hadapi klien berbagai aspek
hidup yaitu biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Masalah yang dihadapi klien yang
mengalami amputasi tidak hanya upaya memenuhi kebutuhan fisik semata, tetapi lebih dari itu
perawat. Berusaha mempertahankan integritas diri klien secara utuh, sehingga tidak
menimbulkan komplikasi fisik selama kegiatan intra operative, gangguan mental, dan akhirnya
klien mampu mencapai kesehatan yang optimal dalam pengertian klien produktif bagi diri,
keluarga dan masyarakat.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memsiahkan bagian tubuh sebagain atau
seluruh bagian ekstreminitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi
pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstriminitas sudah tidak mungkin
untuk diperbaiki dengan menggunakan teknik lain sehingga kondisi organ dapat menyebabkan
keselamatan tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi insfeksi.
2.1.2 Etiologi
1. Kelainan sel beta pangkreas, berkisar dari hilang sel beta sampai kegagalan sel beta
melepas insulin.
2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta ,antara lain agen yang dapat
menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang di proses
secara berlebihan , obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan system imunitas. System ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang
disertai pembentukan sel-sel antibody anti pankreatik dan mengakibatkan kerusakan
sel-sel penghasil insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap
insulin terhadap kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membrane sel yang
responser terhadap insulin.
Menurut Hanifah (2005) Diabetes Militus dapat disebabkan karena:
1. Usia ( > 45tahun )
2. Obesitas (BB >120% BB ideal atau IMT > 25kg/M3)
3. Hipertensi (TD > 140/90 mmHg)
4. Riwayat keluarga DM
5. Riwayat melahirkan dengan bayi BB >4000 gr
6. Riwayat DM pada kehamilan (DM Gestasional)
7. PJK, TBC, Hipertiroidisme
8. Kadar lipid (kolestrol HDL < 35 mg/dl atau trigliserida>200 mg/dl
Penyebab utama pada era globalisasi ini adanya perubahan gaya hidup (pola
makan dan kurang aktivitas ), stress, kelainan genetic, usia yang semakin tua
dengan fungsi organ dalam tubuh sudah tidak dapat bekerja semaksimal
mungkin. Sedangkan indikasi tindakan amputasi dapat dilakukan pada
kondisi:
1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin diperbaiki
2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki
3. Gangguan vaskuler atau sirkulasi pada ekstrimitas yang berat
4. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebarke organ tubuh
lainnya
5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara
koservatif
6. Deformatis organ
Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami amputasi
maka perawat memberikan asuhan keperawat pada klien sesuai dengan kompetensinya.
2.1.3 Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologi dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek
utama akibat kurangnya insulin berikut:
3. Berkurangnya protein pada jaringan tubuh. Klien yang mengalami defisiensi insulin
tidak dapat mempertahankan kada rglukosa plasma puasa yang normal atau tolerans isesudah
makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal ( kosentrasi glukosa
darah sebesar 160-280mg/100ml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak
akan menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotic
yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida ,potassium ,danposfat. Adanya
poliuri menyebabkan dehidrasi dan polidifsi, akibat glukosa yang keluar bersama urin maka
klien akan mengalami keseimbangan protein negative dan berat badan menurun serta cenderung
terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah asthenia atau kekurangan energy sehingga klien menjadi
lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya kerbohidrat untuk energy. Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan
aterosklerosis, penebalan membrane basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkan terjadinya gangren .
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat hiperglikemia,
yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1. Teori sorbitol
2. Teori glikosilas
Terjadinya kaki diabetes (KD) sendiri disebabkan oleh faktor-faktor disebutkan dalam
etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah engiopati, neuropati dan infeksi.
Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan
menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan
menyebabkan hilang atau menurutnya sensasi neyri pada kaki sehingga akan mengalami trauma
tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulsetrasi pada kaki klien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah
ke kaki. Apabila sumbatan terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan
merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh
darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin,nyeri kaki di malam hari , denyut arteri
hilang ,kaki menjadi pucat bila di naikkan. Adanya angiopati tersebut akan penyebabkan
terjadinya penurun asupan nutrisi , oksigen (zat asam) serta antibiotika sehingga menyebabkan
luka sulit sembuh (Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD
akibatnya berkurangnya aliran darah atau neuropati , sehingga faktor aneopati dan infeksi
berpengaruh terhadap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
Jenis-jenis Diabetes
Kurang lebih 5% sampai 10 % penderita diabetic adalah tipe I ,sel-sel dari pangkreas
yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh autoimun. Diperlukan suntikan insulin
untuk mengontrol kadar gula darah. Awetannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30
tahun .
Kurang lebih 90% sampai 95% penderita diabetic adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan
oleh penurunan sesitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah
pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diet dan olahraga , jika kenaikan kadar
glukosa darah menetap , suplemen dengan preparat hipoglikemia (suntikan insulin di butuhkan ,
jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia ) , terjadi paling sering pada mereka
yang berusia lebih kurang dari 30 tahun dan mereka yang obesitas.
2.1.4 WOC
DM Tipe II
DM Tipe I
Sel-sel beta
Glukosuria prosess
Kurang
Urinasi pengetahuan
Poliuria n
Gangguan Sensorik Motorik
Pola tidur
Cemas
Dehidrasi Sensasi nyeri Otot kaki
pd kaki menjadi atropi
Kerusakan
Haus
/Polidipsi
integritas kulit
kulit Adanya ulkus Merubah titik
tumpu timbul
ulserasi
Selera Anoreksia
makan/polifagia
Aliran
Kelelahan & Timbulnya darah
Kelemahan angiopati
tergngg
u
Asupannutrisi,O2
,Antibiotik t’ganggu
Dari sudut klien DM sendiri , hal yang sering menyebabkan pasien datang berobat ke
dokter dan kemudian d diangnosis sebagai DM dengan keluhan :
1. Kelainan kulit : gatal-gatal dan bisul
2. Kelainan ginekolosis : keputihan
3. Kesemutan , rasa baal
4. Kelemahan tubuh
5. Luka atau bisul yang tidak kunjung sembuh
6. Infeksi saluran kemih
Kelainan kulit berupa gatal , biasanya terjadi biasanya terjadi di daerah genetalia ataupun
daerah lipatan kulit lain seperti di ketiak dan di bawah payudara , biasanya timbul akibat jamur ,
sring pula d keluhkan timbulnya bisul bisul atau luka yang lama tidak sembuh. Pada wanita
keputihan merupakan salah satu keluhan yang sering menyebabkan pasien datang ke dokter ahli
kebidanan. Jamur terutama kandida merupakan penyebab tersering dari keluhan klien.
Rasa baal kesemutan akibat sudah terjadinya neorupati , juga merupakan keluhan pasien,
di samping keluhan lemah dan mudah merasa lelah. Pada klien laki laki mungkin keluhan
impotensi yang menyebabkan klien datang kedokter. Keluhan lain mata kabur yang di sebabkan
katarak ataupun gangguan repraksi akibat perubahan – perubahan pada lansia oleh hiperglikemia
. Mungkin pula keluhan tersebut di sebabkan kalainan pada corpus vitreum . Diplopia binocular
akibat kelumpuhan smentara otot bola mata dapat mula merupakan salah satu sebab klien
berobat ke dokter mata .
Diabetes mungkin pula di temukan pada paien yang berobat untuk infeksi saluran kemih
dan untuk tubercolosis paru. Jika pada klien kemudian ditanyakan dengan teliti mengenai gejala
dan tanda DM, pada umumnya juga akan ditemukan tanda gejala DM, yaitu poliuria akibat
dieresis osmotic,polidipsia,polifagia dan berat badan menurun .
2.1.6 Komplikasi DM
Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang termasuk
dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA), dan hyperglycemic
hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah
retinopati diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
a. Komplikasi akut
1) Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang berat pada
jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat sensitive terhadap
kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)
b. Komplikasi kronis
1) Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina. Terdapat pula
bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina. Respon terhadap iskemik
retina ini adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh darah tersebut sangat
rapuh sehingga mudah pecah dan dapat mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa
mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.
2) Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang nodular yang
tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson. Glomeruloskleriosis nodular
dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson
ditemukan hanya pada DM.
3) Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic yang paling
sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
4) Displidemia
5) Hipertensi
6) Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia, dan sepsis.
Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan
potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat mengakibatkan
iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan
amputasi.
7) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl, yang
merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral. Penyebab
hipoglikemia pada pasien sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik oral.
2.1.8 Penatalaksanaan
a. Perencanaan makan
Pada diet DM harus memperhatikan jumlah kalori, jadwal makan, dan jenis makan
yang harus dihindari adalah gula. Menurut Tjokro Prawiro (1999), penentuan gizi
dibedakan menjadi:
Apabila sudah diketahui relatif body weigthnya maka jumlah kalori yang diperlukan
b. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secar teratur 3 -4 x tiap minggu selama ½ jam. Latihan
dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, joging, lari, renang, bersepeda dan
Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus diberikan
insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui suntikan, insulin
dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan per- oral (ditelan).
Bentuk insulin yang baru (semprot hidung) sedang dalam penelitian. Pada saat ini,
bentuk insulin yang baru ini belum dapat bekerja dengan baik karena laju
penyerapannya yang berbeda menimbulkan masalah dalam penentuan dosisnya. Insulin
disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di lengan, paha atau dinding perut.
Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak terasa terlalu nyeri.
Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan lama kerja
yang berbeda:
Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling sebentar. Insulin
ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit, mencapai
puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam. Insulin kerja cepat seringkali
digunakan oleh penderita yang menjalani beberapa kali suntikan setiap harinya dan disutikkan
15-20 menit sebelum makan.
Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan. Mulai
bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam waktu 6-10 jam dan bekerja
selama 18-26 jam. Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk memenuhi kebutuhan selama
sehari dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan sepanjang malam.
Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan. Efeknya baru
timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam. Sediaan insulin stabil dalam suhu ruangan
selama berbulan-bulan sehingga bisa dibawa kemana-mana. Pemilihan insulin yang akan
digunakan tergantung kepada:
Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya
Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan menyesuaikan
dosisnya
Aktivitas harian penderita
Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya
Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari
Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sehari sekali dari insulin kerja
sedang. Tetapi sediaan ini memberikan kontrol gula darah yang paling minimal.
Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2 jenis insulin, yaitu insulin
kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan kedua diberikan pada saat makan malam atau
ketika hendak tidur malam.
Kontrol yang paling ketat diperoleh dengan menyuntikkan insulin kerja cepat dan insulin
kerja sedang pada pagi dan malam hari disertai suntikan insulin kerja cepat tambahan pada siang
hari.
Beberapa penderita usia lanjut memerlukan sejumlah insulin yang sama setiap
harinya; penderita lainnya perlu menyesuaikan dosis insulinnya tergantung kepada makanan,
olah raga dan pola kadar gula darahnya. Kebutuhan akan insulin bervariasi sesuai dengan
perubahan dalam makanan dan olah raga.
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Identitas
DM pada pasien usia lanjut umumnya terjadi pada usia > 60 tahun dan umumnya adalah
DM tipe II ( non insulin dependen ) atau tipe DMTTI.
2) Keluhan utama
DM pada usila mungkin cukup sukar karena sering tidak khas dan asimtomatik ( contohnya ;
kelemahan, kelelahan, BB menurun, terjadi infeksi minor, kebingungan akut, atau depresi ).
Pada umumnya pasien datang ke RS dengan keluhan gangguan penglihatan karena katarak,
rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot ( neuropati perifer ) dan luka pada tungkai
yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis
apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien
untuk menanggulangi penyakitnya.
a) Aktivitas/ Istirahat : Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
b) Sirkulasi : Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan
darah
c) Integritas Ego : Stress, ansietas
d) Eliminasi : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
e) Makanan / Cairan : noreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik.
f) Neurosensori :Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,
gangguan penglihatan.
g) Nyeri / Kenyamanan : Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
h) Pernapasan : Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
i) Keamanan : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
b. Data obyektif
Sel menjadi lebih sedikit, jumlah dan ukurannya menjadi lebih besar, berkurangnya
jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intrasel.
2) Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan pucat dan terdapat bintik
– bintik hitam akibat menurunnya aliran darah kekulit dan menurunnya sel – sel yang
memproduksi pigmen, kuku pada jari tengah dan kaki menjadi tebal dan rapuh. Pada orang
berusia 60 tahun rambut wajah meningkat, rambut menipis / botak dan warna rambut kelabu,
kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
3) Sistem Muskuler
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang pengecilan otot karena
menurunnya serabut otot. Pada otot polos tidak begitu berpengaruh.
4) Sistem pendengaran
Presbiakusis ( menurunnya pendengaran pada lansia ) membran timpani menjadi altrofi
menyebabkan austosklerosis, penumpukan serumen sehingga mengeras karena meningkatnya
keratin.
5) Sistem Penglihatan
Karena berbentuk speris, sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar, lensa menjadi keruh, meningkatnya ambang penglihatan ( daya adaptasi terhadap
kegegelapan lebih lambat, susah melihat gelap ). Hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang
pandang karena berkurangnya luas pandangan. Menurunnya daya membedakan warna hijau atau
biru pada skala.
6) Sistem Pernafasan
Otot – otot penafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas
sillia, paru kurang elastis, alveoli kurang melebar biasanya dan jumlah berkurang. Oksigen pada
arteri menurun menjadi 75 mmHg. Karbon oksida pada arteri tidak berganti – kemampuan batuk
berkurang.
7) Sistem Kardiovaskuler
Katub jantung menebal dan menjadi kaku. Kemampuan jantung memompa darah
menurun 1 % pertahun. Kehilangan obstisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat akibat
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
8) Sistem Gastointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esofagus melebar, rasa lapar menurun, asam
lambung menurun waktu pengosongan lambung, peristaltik lemah sehingga sering terjadi
konstipasi, hati makin mengecil.
9)Sistem Perkemihan
Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, laju
filtrasi glumesulus menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang sehingga kurang mampu
memekatkan urine, Dj urin menurun, proteinuria bertambah, ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat, kapasitas kandung kemih menurun ( zoome ) karena otot – otot yang lemah,
frekwensi berkemih meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan, pada orang terjadi
peningkatan retensi urin dan pembesaran prostat (75 % usia diatas 60 tahun).
Selaput lendir vagina menurun / kering, menciutnya ovarium dan uterus, atrofi payu
darah testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur – angsur,
dorongan sek menetap sampai usia diatas 70 tahun asal kondisi kesehatan baik.
Produksi semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah,
berkurangnya ACTH, TSH, FSH, dan LH, menurunnya aktivitas tiroid sehingga laju
metabolisme tubuh ( BMR ) menurun, menurunnya produk aldusteran, menurunnya sekresi,
hormon godad, progesteron, estrogen, testosteron.
Reaksi menjadi lambat kurang sensitif terhadap sentuhan (berat otak menurun sekitar 10
– 20 % )
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi keperawatan
A. IDENTITAS UMUM
Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 70 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Alamat : RT 03 RW 02 Candirejo
Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. T
Umur : 53 tahun
Alamat : RT 03 RW 02 Candirejo
B. KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh kedua kakinya terasa kesemutan namun tidak mati rasa.
Klien mengatakan sudah lama mengalami keluhan seperti yang dirasakan saat
ini yaitusejak 3 bulan yang lalu. Klien mengatakan sudah minum obat untuk DM dan kolesterol
namun tidak rutin. Klien rutin datang ke Posbindu setiap satu bulan sekali. Kontrol terakhir hasil
GDS = 251 mg/dl, kolesterol = 386 mg/dl. Obat yang diminum Metformin 500 mg 3x1,
Simvastatin 10 mg 1x1. Klien mengatakan masih suka makan gorengan dan makanan bersantan
dan minum yang manis. Klien mengatakan sejak 3 bulan yang lalu mempunyai keluhan cepat
merasa lelah saat beraktivitas.
Anak klien mengatakan tidak mengetahui riwayat kesehatan anggota keluarga terdahulu,
namun anak-anak klien belum ada yang menderita penyakit DM maupun kolesterol tinggi.
Tn. S tinggal dirumah bersama dengan istrinya. Rumah anak-anak Tn. S bersebelahan
dengan rumah Tn. S. Lingkungan tempat tinggal Tn. S bersih, jalan rata namun agak licin karena
berlumut, tidak ada sampah berserakan, kamar tidur klien tampak rapi, lantai rumahdari keramik,
lantai kamar mandi agak licin dan tidak ada pegangan dinding, penerangan di rumah Tn. S cukup
terang pada siang karena terdapat jendela dan ventilasi yang dibuka setiap pagi dan pada malam
hari lampu penerangan cukup terang namun penerangan di kamar mandi agak redup.
G. RIWAYAT REKREASI
Klien mengatakan tidak pernah berpergian jauh. Sehari-hari klien menghabiskan waktu di
dalam rumah, klien mengisi waktu luang dengan membaca majalah.
1.Sumber Pendapatan :
Selama ini, biaya kehidupan Tn. S tercukupi oleh anak-anak Tn. S, makan dan keperluan
sehari-hari Tn. S disediakan oleh anak-anak Tn.S.
Ny. S mendapat dukungan sosial dari istri, anak, menantu, cucu dan cicit yang tinggal
saling berdekatan dengan rumah Tn. S. Tn. S juga mendapat dukungan dari teman-teman lansia
di lingkungannya yang rutin bertemu saat datang di Posbindu.
Tn. S mengatakan hari khusus bagi dirinya adalah hari Idul Fitri karena pada hari itu
semua keluarganya berkumpul dan merayakan hari itu bersama-sama.
b Nadi : 82 x/menit
c RR : 23 x/menit
d Suhu : 36,5 C
Inspeksi
Palpasi
3 Kepala
Inspeksi
Palpasi
4 Mata
Inspeksi
f Pupil : Isokor
5 Telinga
Inspeksi
Palpasi
Inspeksi
Palpasi
Inspeksi
8 Leher
Palpasi
Inspeksi
10 Pernafasan
Inspeksi
Palpasi
11 Kardiovaskuler
Perkusi : Redup
Auskultasi
12 Gastrointestinal
Auskultasi : Peristaltik
usus 10 x/menit
Perkusi : Timpani
14 Perkemihan
15 Muskuloskeletal
Inspeksi
b Tremor : Ada
Palpasi
16 SSP (N I – XII)
e Trigeminus : Klien
mampu mengunyah
f Abdusen : Baik
g Facialis : Bentuk bibir simetris
h Auditori : Fungsi
pendengaran sudah
mulai menurun
17 Sistem Endokrin
a Kebersihan : Bersih
1 Psikososial
Hubungan dengan : Klien mampu berinteraksi
orang lain dengan baik
dengan istri, anak, menantu
,cucu, cicitdan orang-orang
lain di sekitarnya.
2 Sosial Ekonomi
Pertanyaan tahap 1 :
Indeks KATZ
Klien Tn. S termasuk dalam kategori mandiri dalam makan, kontinensia (BAB dan BAK),
menggunakan pakaian, mandi, pergi ke toilet dan berpindah.
Barthel Indeks
10 : bantuan
15 : mandiri
0 : bantuan
5 : mandiri
5 : bantuan
10 : mandiri
6. Mandi 15
5 : bantuan
15 : mandiri
0 : bantuan
5 : mandiri
5 : bantuan
10 : mandiri
No Kriteria Skor Keterangan
9. Mengenakan pakaian 10
5 : bantuan
10 : mandiri
10 : mandiri
10 : mandiri
10 : mandiri
10 : mandiri
Keterangan :
130 : Mandiri
60 : Ketergantungan total
Interpretasi hasil pemeriksaan : Klien Tn. S saat dilakukan pemeriksaan dengan Barthel
Indeks (instrument untuk mengukur kemandirian dalam hal perawatan diri dan mobilitas), Tn. S
memperoleh total skor 130 yang berarti Tn. S dalam kategorimandiri.
SKOR NORTON
Baik 4
Kesadaran
Komposmentis 4
Akivitas
Ambulan 4
Mobilitas
Bergerak bebas 4
Inkontinensia
Tidak ada 4
Total Score 20
Kategori skor :
Interpretasi/kesimpulan :
Klien Tn. S saat dilakukan pemeriksaan dengan Skala Norton, Tn. S memperoleh total
skor 20 yang berarti Tn. S dalam kategori resiko dekubitus kecil sekali/tak terjadi.
1. Identifikasi tingkat intelektual dengan SPMSQ (Short Portable Mental Status Quesioner)
No. Pertanyaan Benar Salah Ket.
Jumlah
Interpretasi Hasil :
Interpretasi/kesimpulan :
2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini Mental
Status Exam)
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien
□ Tanggal : 23 (benar)
□ Bulan : Januari(benar)
□ Kabupaten Semarang(benar)
□ Kecamatan Ungaran(benar)
□ RW 02 (benar)
100 - 7 = 93
93 - 7 = 87
□ Mengetahui nama
: kertas(benar)
poin.
□ Dan (salah)
□ Atau (salah)
□ Tetapi (salah)
Total nilai 22
Interpretasi hasil :
Klien Tn. S saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner MMSE, Tn.S memperoleh total skor
sebanyak 22, Tn. S termasuk dalam kategori kerusakan aspek fungsi mental ringan
3. Skala depresi
Jawaban yang
No Pertanyaan
sesuai
Total score 5
Keterangan :
Interpretasi/kesimpulan :
Klien Tn. S saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner Skala Depresi,Tn.S memperoleh total
skor sejumlah 5 sehingga Tn. S dapat dikategorikan dalam kategori kemungkinan depresi.
1 Kebutuhan nutrisi
Snack : Kadang-kadang
2 Pemenuhan cairan
Konsistensi : Lembek
6 Pola aktifitas
7 Pola pemenuhan
personal hygiene
Memakai sabun : Ya
Menggunakan pasta : Ya
gigi
O. PROGRAM TERAPI
2 Simvastatin 10 mg 1x1
P. ANALISA DATA
- CRT 4 detik.
- Turgor
kulitkering, akral dingin Mikro
vaskuler
Neuropati
Parestesia
DO :
- Indeks
KATZKlien Tn.
Stermasuk dalam Glukosa
kategori mandiri dalam intrasel
makan, kontinensia menurun
(BAB dan BAK),
menggunakan pakaian,
mandi,pergi ke toilet dan Proses
berpindah. pembentukan
- TD : 130/80 ATP/energi
mmHg terganggu
- Nadi : 82 x/menit
- RR : 23 x/menit
Kelesuan
fisiologis
Keletihan
- Klien mengeluh
kakinya kesemutan tapi Komplikasi
tidak mati rasa. vaskuler
- Klien mengatakan
jarang memakai alas
kaki. Mikro
vaskuler
DO :
- Lingkungan tempat
Retinopati
tinggal Tn. S bersih, jalan
rata namun agak licin
karena berlumut, tidak
adasampah berserakan,
kamar tidur klien tampak Penglihatan
rapi, lantai rumah dari tidak jelas
keramik, lantai kamar
mandi agak licin dan
tidak ada pegangan Gangguan
dinding, penerangan di sensasi
rumah Tn. S cukup
terang pada siang karena
terdapat jendela dan
ventilasi yang dibuka
setiap pagi dan pada
malam hari lampu
penerangan cukup terang
namun penerangan di
kamar mandi agak redup.
- Klien mampu
bergerak dengan bebas.
- Ada tremor.
Senin DS : Ketidak-
Kurangnya
efektifan
23/01/17 - Klien mengatakan informasi
manajemen
masih suka tentang
13.10 kesehatan
makangorengan dan penyakit
makanan bersantan dan (00078)
minum yang manis.
- Klien mengatakan
mengetahui menderita Kurang
penyakit DM dan pengetahuan
kolesterol tinggi sejak 5 tentang
tahun yang lalu. Selama program
5 tahun klien tidak rutin terapeutik
minum obat untuk DM
dan kolesterol, klien juga
tidak mengatur pola
makannya, klien masih
mengkonsumsi banyak
gula dan makanan
berminyak.
DO :
- Terdapat parestesia
dan retinopati diabetik.
- SPMSQ : Tn. S
termasuk dalam
kategori kerusakan
intelektual ringan.
- MMSE : Tn. S
termasuk dalam
kategori kerusakan aspek
fungsi mental ringan.
S. INTERVENSI KEPERAWATAN
c. Ajarkan
klien cara
perawatan kaki
dan kuku.
d. Ajarkan
senam kaki
diabetik.
e. Anjurkan
klien
menggunakan
pelembab pada
kulit kaki yang
kering.
c. Monitor
sistem
kardiorespirasi
klien (TD, nadi,
RR).
d. Lakukan
ROM aktif/pasif
untuk mengurangi
ketegangan otot.
e. Anjurkan
tidur siang.
c. Memantau c. Jelaskan
glukosa darah (3 - 5) tentang program
terapi.
d. Mengikuti diet
yang d. Diskusikan
direkomendasikan (2 tentang perubahan
- 4) gaya hidup.
e. Berpartisipasi e. Ajarkan
dalam olahraga yang teknik relaksasi
direkomendasikan (1 otot progresif.
– 4)
f. Melakukan
kebiasaan hidup
secara rutin (2 - 4)
T. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
O : Tn. S mampu
mempraktekkan senam kaki
diabetik.
O : Tn. S mampu
menyebutkan kembali cara
merawat kaki dan kuku.
U. EVALUASI KEPERAWATAN
O:
- CRT 3 detik.
P:
O:
P:
O:
P:
Jumat Ketidakefektifan S:
manajemen kesehatan
27/01/17 berhubungan dengan - Tn. S mengatakan sudah memahami
kurang pengetahuan tentang lima pilar Diabetes Mellitus dan
11.15 akan mempraktekkan kelima pilar
tentang program
terapeutik (00078). tersebut.
O:
P:
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Diabetes militus merupakan kelaianan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. . Pada DM kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap
insulin dapat menurun atau pangkreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin.
Jenis-jenis Diabetes :
Manifestasi Klinis .Dari sudut klien DM sendiri , hal yang sering menyebabkan pasien
datang berobat ke dokter dan kemudian d diangnosis sebagai DM dengan keluhan :
Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang termasuk dalam
komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA), dan hyperglycemic
hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah
retinopati diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
Kriteria Diagnosis :
Penatalaksanaan :
atau gejala sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah komplikasi.
3.2 SARAN
Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Selalu berhati – hatilah dalam menjaga pola hidup. Sering berolah raga dan istirahat yang
cukup
2. Jaga pola makan anda. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terlalu manis. Karena itu dapat menyebabkan kadar gula melonjak tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
A. IDENTITAS
1. Kelompok : VII (Tujuh)
2. Jumlah Anggota Kelompok : 7 Orang
B. PENILAIAN
Catatan :
Nilai batas lulus adalah 3,00
1. Bila nilai makalah dibawah 3,00 maka tugas akan dikembalikan untuk diperbaiki sampai
mendapat nilai minimal 3,00.
2. Bila nilai etika penulisan 0 maka makalah harus diulang (termasuk kelompok yang sama)
FORMAT PENILAIAN PRESENTASI KELOMPOK
A. IDENTITAS
1. Nama kelompok : VII (tujuh)
2. Jumlah Anggota Kelompok : 7 Orang
B. PENILAIAN
Catatan :
1.Nilai batas lulus adalah 3,00
2.Bila nilai presentasi dibawah 3,00 maka harus mengulang presentasi sampai mendapatkan nilai
minimal 3,00.
FORMAT PENILAIAN PRESENTASI
PERSEORANGAN MAHASISWA
Keterangan :
1. Kehadiran diisi dengan tanda tangan
2. Keaktifan mahasiswa dalam bertanya atau menjawab pertanyaan
3. Partisipasi mahasiswa mengikuti presentasi sampai selesai
4. Sikap selama presentasi
5. Rentang nilai 1,0 – 4,0 ( kecuali kehadiran )