Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
DVT (Deep Vein Thrombosis) adalah suatu kondisi dimana ada pembentukan
gumpalan darah dalam sistem mendalam pembuluh darah. Ini mungkin bukan
penyakit serius, tetapi pasien harus menyediakan dengan pengobatan segera untuk
menghindari komplikasi serius di masa depan.
Trombosis vena dalam atau DVT biasanya muncul di kaki, paha, dan
beberapa bagian tubuh. Meskipun hanya bekuan darah yang terbentuk di dalam sistem
individu, dapat sepenuhnya atau sebagian darah aliran darah seseorang di dalam tubuh,
yang dapat menyebabkan pembengkakan dan nyeri kronis. Hal ini juga dapat merusak
katup pembuluh darah', yang akan memberi Anda kesulitan untuk mendapatkan
sekitar. Bekuan darah yang terbentuk juga dapat melakukan perjalanan dan istirahat
gratis melalui organ utama lainnya seperti paru-paru dan jantung. Oleh karena itu,
kondisi ini bukan biasa karena dapat menyebabkan kematian satu orang dalam waktu
beberapa jam.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari DVT (Deep Vein Thrombosis)?
2. Bagaimana etiologi dari DVT (Deep Vein Thrombosis)?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari DVT (Deep Vein Thrombosis)?
4. Bagaimana patofisiologi dari DVT (Deep Vein Thrombosis)?
5. Bagaimana klasifikasi dari DVT (Deep Vein Thrombosis)?
6. Bagaimana komplikasi dari DVT (Deep Vein Thrombosis)?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari DVT (Deep Vein Thrombosis)?
8. Bagaimana penatalaksaan dari DVT (Deep Vein Thrombosis)?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui secara menyeluruh mengenai konsep teori dan asuhan keperawatan
pada pasien DVT (Deep Vein Thrombosis)
2. Tujuan khusus
1. Menjelaskan definisi dari DVT (Deep Vein Thrombosis)
2. Menjelaskan etiologi dari DVT (Deep Vein Thrombosis)
3. Menjelaskan manifestasi klinis dari DVT (Deep Vein Thrombosis)
4. Menjelaskan patofisiologi DVT (Deep Vein Thrombosis)
5. Menjelaskan klasifikasi DVT (Deep Vein Thrombosis)
6. Menjelaskan Komplikasi DVT (Deep Vein Thrombosis)
7. Menjelaskan pemeriksaan penunjang DVT (Deep Vein Thrombosis)
8. Menjelaskan penatalaksanaan DVT (Deep Vein Thrombosis)
1.4 Manfaat
Manfaat yang di peroleh yaitu dapat menambah penegetahuan seputar laporan
pendahuluan dengan klien DVT (Deep Vein Thrombosis).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Deep thrombosis vein (Dvt) merupakan gumpalan darah atau thrombus yang
terbentuk pada vena dalam tubuh (Osborn, 2010). Dvt merupakan suatu kondisi
medis dimana terjadi bekuan darah di salah satu pembuluh darah besar, biasanya
ditungkai bawah (Stockman, 2008). Dvt merupakan suatu kondisi dimana terbentuk
bekuan darah dalam vena sekunder akibat inflamasi atau trauma dinding vena atau
karena obstruktif vena sebagian yang mengakibatkan penyumbatan (Doenges, 2010).
DVT adalah kondisi dimana bekuan darah dalam bentuk deep vein (vena
dalam), biasanya di kaki. Ada dua tipe dari vena-vena di kaki; vena-vena superficial
(dekat permukaan) dan vena-vena deep (yang dalam). Vena-vena superficial terletak
tepat dibawah kulit dan dapat terlihat dengan mudah pada permukaan. Vena-vena
deep, berlokasi dalam didalam otot-otot dari kaki. Darah mengalir dari vena-vena
superficial ke dalam sistem vena dalam melalui vena-vena perforator yang kecil.
Vena-vena superficial dan perforator mempunyai klep-klep (katup-katup) satu arah
yang mengalirkan darah balik ke jantung ketika vena-vena ditekan atau ketika tubuh
beraktivitas.
Bekuan darah (thrombus) dalam sistem vena dalam dari kaki sebenarnya
tidak berbahaya. Situasi menjadi mengancam nyawa ketika potongan dari bekuan
darah terlepas (embolus, pleural=emboli), berjalan melalui jantung ke dalam sistem
peredaran paru, dan menyangkut dalam paru. Diagnosis dan perawatan dari deep
venous thrombosis (DVT) dimaksudkan untuk mencegah pulmonary embolism.
Bekuan-bekuan dalam vena-vena superficial tidak memaparkan bahaya
yang menyebabkan pulmonary emboli karena klep-klep vena perforator bekerja
sebagai saringan untuk mencegah bekuan-bekuan memasuki sistem vena dalam.
Mereka biasanya tidak berisiko menyebabkan pulmonary embolism.
2.2 Etiologi
Ada 3 faktor yang dapat menyebabkan terjadinya trombosis vena dalam, yaitu :
1. Cedera pada pembuluh darah balik.
Pembuluh darah balik dapat cedera selama terjadinya tindakan bedah, suntikan
bahan yang mengiritasi pembuluh darah balik, atau kelainan-kelainan tertentu
pada pembuluh darah balik.
2. Peningkatan kecenderungan terjadinya pembekuan darah
Terdapat beberapa kelainan yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
kecenderungan terjadinya pembekuan darah. Beberapa jenis kanker dan
penggunaan kontrasepsi oral dapat memudahkan terjadinya pembekuan darah.
Kadang-kadang pembekuan darah juga dapat terjadi setelah proses persalinan
atau setelah tindakan operasi. Selain itu pembekuan darah juga mudah terjadi
pada individu yang berusia tua, keadaan dehidrasi, dan pada individu yang
merokok.
3. Melambatnya aliran darah pada pembuluh darah balik.
Hal ini dapat terjadi pada keadaan seperti perawatan lama di rumah sakit atau
pada penerbangan jarak jauh. Pada keadaan-keadaan tersebut otot-otot pada
daerah tungkai bawah tidak berkontraksi sehingga aliran darah dari kaki menuju
ke jantung berkurang. Akibatnya aliran darah pada pembuluh darah balik
melambat dan memudahkan terjadinya trombosis pada vena dalam.

2.3 Manifestasi Klinis


Ada beberapa kasus DVT yang bisa terjadi tanpa gejala. Berikut adalah gejala
berikut DVT:
1. Pembengkakan kaki
2. Kelelahan kaki
3. Vena permukaan terlihat
4. Warna atau kulit merah
5. Kelembutan atau nyeri di kedua kakinya. Ini mungkin terjadi saat Anda berjalan
atau berdiri.
2.4 Patofisiologi
Trombosis vena terjadi akibat aliran darah menjadi lambat atau terjadinya statis
aliran darah,sedangkan kelainan endotel pembuluh darah jarang merupakan faktor
penyebab trombus vena sebagian besar terdiri dari fibrin dan eritrosit dan hanya
mengandung sedikit masa trombosit.pada umumnya menyerupai reaksi bekuan
darah dalam tabung.
Faktor-faktor penyebab pada trombosis vena dikenal dengan virchow triad ( tiga
serangkai virchow) yaitu:
1. Perubahan dinding pembuluh darah
Pembuluh darah yang lilapisi oleh semacam sel yang memiliki sifat
khusus,mencega pembekuan darah normal di atasny.Apapun yang merusak sel
endotel,dapat menyebabakan darah menggumpal pada lapisan pembuluh darah
di bawah sel endotel.Dinding pembuluh juga dapat berubah dengan memiliki
bekas luka diatasnya seperti memiliki bekas trombosis vena sebelumny atau
tonjolan dan Narrowings dari dinding pembuluh darah seperti varises.
2. Perubahan Aliran Darah
Manusia,seperti semua binantang,benar-benar melakukan pergerakan yang
cukup aktif.Sayangnya dengan kehidupan modern,ada banyak contoh di mana
mereka melakukan pergerakan yang kurang aktif dari yang mereka harus
lakukan.Ini mungkin merupakan alasan mengapa seseorang tidak dapat
menghindarinya,seperti sakit atau patah kaki,cara hidup seseorang seperti duduk
yang lama di depan komputer atau televisi,perjalana dimobil,pelatihan atau naik
pesawat. Dengan mengurangi aktifivitas kaki,pompa infus dan otot sehingga
aliran darah menjadi sanggat lamban dalam vena dalam. Penyebab lain
perubahan dalam aliran darah adalah bila terjadi perubahan diameter atau
panjang pembuluh darah seperti yang ditemukan pada varises.darah mengalir
lancar pada pembuluh darah yang lurus dan sempit,varises dengan tonjolan
narrowings dapat mengakibatkan terjadinya perubahan pada aliran darah dan
dapat memungkinkan terjadinya pembekuan darah.
3. Perubahan Komposisi Darah
Penyebab paling umum perubahan komposisi darah adalah
dehidrasi.Hal ini sering terjadi karena orang meminum alkohol atau meminum
minuman dengan kandungan kafein didalamnya seperti teh,kopi, atau minuman
ringan.Sayangnya alkohol dan kafein bertindak sebagai diuretik,yang berarti
bahwa meskipun fluida sedang diambil dalam lebih banyak dikeluarkan dalam
bentuk urin.Oleh karena itu darah menjadi lebih terkonsentrasi dan lebih
mungkin untuk membeku.
Wanita yang mnggunakan kontrasepsi estrogen baik dalam bentuk pil
kontrasepsi oral atau HRT,juga mengubah komposisi darah dengan cara yang
membuat trombosis lebih mungkin terjadi.Orang dengan lemak darah tinggi
(hyperlipedemia) juga lebih munggkin untuk mendapatkan bekuan karena
komposisi darah yang abnormal.
Statis vena dapat terjadi sebagai akibat dari apa pun yang
memperlambat atau menghambat aliran darah vena.Hal ini menyebabkan
peningkatan viskositas dan pembentukan microtrombi,yang tidak hanyut oleh
pergerakan fluida,sedangkan trombus yang terbentuk kemudian dapat tumbuh
dan merambat,Endotel (intimal) kerusakan di pembuluh darah mungkin intrisik
atau sekunder terhadap trauma eksternal.Mungkin intriksik atau sekunder
terhadap trauma eksternal.Mungkin akibat dari cedera atau dilakukan
pembedahan.Hiperkoagulasi dapat terjadi karena ketidak seimbangan biokimia
antara factor yang beredar.hal ini mungkin akibat dari peningkatan sirkulasi
plasma antithrombin dan fibrinolysins.
Seiring waktu, perbaikan telah dibuat dalam deskripsi faktor-faktor dan
kepentingan relatif mereka terdapat perkembangan trombosis vena.Asal
trombosis vena sering multifaktorial,dengan komponen dari virchow triad
pentingnya asumsi variable pada individual pasien,namun hasil akhirnya adalah
interaksi awal trombus dengan endotelium.Inteksi ini meransang produksi
sitokin lokal dan memfasilitasi adhesi leukosit ke endotel, baik yang
mempromosikan trombosis vena.Tergantung pada keseimbangan yang relatif
antara koagulasi dan trombolisis yang di aktifkan,sehingga propagasi trombus
terjadi.
Penuruan kontaktilitas dinnding pembuluh darah dan disfungsi katup
vena memberikan kontribusi pada pengembangan insufisiensi vena
kronis.Kenaikan tekanan vena menyebabakan berbagai gejalah kiniks seperti
varises,edema tungkai bawah dan ulsurasi vena.
2.5 Klasifikasi
Klasifikasi umum DVT terbagi menjadi
1. Venous thromboembolism (VTE), yang terjadi pada pembuluh balik
2. Arterial thrombosis, yang terjadi pada pembuluh nadi
2.6 Komplikasi
 Emboli paru
 Gangguan jantung danorgan penting lainnya seperti ginjal laiinnya
 Nekrosis jaringan sampai dengan amputasi
 Perdarahan sebagai akibat pemberian heparin dan trombositopenia
 Kematian
2.7 Pemeriksaan Diagnostic
1. Venography, menyuntikan zat pewarna (dye) kedalam vena-vena untuk mencari
thrombus, umumnya tidak dilakukan lagi dan telah lebih menjadi catatan kaki
sejarah.
2. D-dimer adalah tes darah yang mungkin digunakan sebagai tes penyaringan
(screening) untuk menentukan apakah ada bekuan darah. D-dimer adalah kimia
yang dihasilkan ketika bekuan darah dalam tubuh secara berangsur-angsur
larut/terurai. Tes digunakan sebagai indikator positif atau negatif. Jika hasilnya
negatif, maka tidak ada bekuan darah. Jika tes D-dimer positif, itu tidak perlu
berarti bahwa deep vein thrombosis hadir karena banyak situasi-situasi akan
mempunyai hasil positif yang diharapkan (contohnya, dari operasi, jatuh, atau
kehamilan). Untuk sebab itu, pengujian D-dimer harus digunakan secara selektif.
3. EKG adalah Elektrokardiogram (ECG atau EKG) adalah tes non-invasif yang
digunakan untuk mencerminkan kondisi jantung yang mendasarinya dengan
mengukur aktivitas listrik jantung. Dengan posisi lead (listrik sensing perangkat)
pada tubuh di lokasi standar, informasi tentang kondisi jantung yang dapat
dipelajari dengan mencari pola karakteristik pada EKG
2.8 Penatalaksanaan
Tujuan penanganan medis DVT adalah mencegah perkembangan dan
pecahnya thrombus beserta risikonya yaitu embolisme paru dan mencegah
tromboemboli kambuhan. Terapi antikoagulasi dapat mencapai kedua tujuan
tersebut. Heparin yang diberikan selama 10-12 hari dengan infus intermitten
intravena atau infus berkelanjutan dapat mencegah berkembangnya bekuan darah
dan tumbuhnya bekuan baru. Dosis pengobatan diatur dengan memantau waktu
tromboplastin partial (PTT). Empat sampai 7 hari sebelum terapi heparin intravena
berakhir, pasien mulai diberikan antikoagulan oral. Pasien mendapat antikoagulan
oral selama 3 bulan atau lebih untuk pencegahan jangka panjang.
Tidak seperti heparin, pada 50% pasien, terapi trombolitik, menyebabkan
bekuan mengalami dekompensasi da larut. Terapi trombolitik diberikan dalam 3
hari pertama setelah oklusi akut, dengan pemberian streptokinase, mokinase atau
activator plasminogen jenis jaringan. Kelebihan terapi litik adalah tetap utuhnya
katup vena dan mengurangi insidens sindrompasca flebotik dan insufisiensi vena
kronis. Namun, terapi trombolitik mengakibatkan insidens perdarahan sekitar tiga
kali lipat disbanding heparin. PTT, waktu protrombin, hemoglobin, hematokrit,
hitung trombosit dan tingkat fibrinogen pasien harus sering dipantau. Diperlukan
observasi yang ketat untuk mendeteksi adanya perdarahan. Apabila terjadi
perdarahan, dan tidak dapat dihentikan, maka bahan trombolitik harus dihentikan.
Penataksanaan Bedah. Pembedahan trombosis vena dalam (DVT)
diperlukan bila : ada kontraindikasi terapi antikoagulan atau trombolitik, ada
bahaya emboli paru yang jelas dan aliran darah vena sangat terganggu yang dapat
mengakibatkan kerusakan permanen pada ekstremitas. Trombektomi
(pengangkatan trombosis) merupakan penanganan pilihan bila diperlukan
pembedahan. Filter vena kava harus dipasang pada saat dilakukan trombektomi,
untuk menangkap emboli besar dan mencegah emboli paru.
Penatalaksanaan Keperawatan. Tirah baring, peninggian ekstremitas yang
terkena, stoking elastik dan analgesik untuk mengurangi nyeri adalah tambahan
terapi DVT. Biasanya diperlukan tirah baring 5 – 7 hari setelah terjadi DVT. Waktu
ini kurang lebih sama dengan waktu yang diperlukan thrombus untuk melekat pada
dinding vena, sehingga menghindari terjadinya emboli. Ketika pasien mulai
berjalan, harus dipakai stoking elastik. Berjalan-jalan akan lebih baik daripada
berdiri atau duduk lama-lama. Latihan ditempat tidur, seperti dorsofleksi kaki
melawan papan kaki, juga dianjurkan. Kompres hangat dan lembab pada
ekstremitas yang terkena dapat mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan
DVT. Analgesik ringan untuk mengontrol nyeri, sesuai resep akan menambah rasa
nyaman.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian
a. Identitas
Identitas klien dan penanggung jawab dapat dilakukan dengan melihat medical
record dan mengklarifikasi kepada klien dan/atau keluarga klien mengenai nama,
umur, jenis kelamin, agama, tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan dan suku
bangsa klien, serta menanyakan pada klien dan/atau keluarga klien mengenai
siapa yang mendampingi dan menjadi penanggung jawab klien selama dirawat di
rumah sakit.
b. Riwayat Kesehatan
Biasanya pada penderita Dvt, keluhan utama yang dirasakan pasien adalah rasa
tidak nyaman pada ekstermitas yang ditandai dengan bengkak, nyeri, teraba panas
dan kemerahan.
B. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan fisik yang dilakukan terlebih dahulu yakni mengukur tanda-tanda
vital meliputi tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh, dan skala nyeri.
b. Mengkaji bagian kepala dan leher yang terdiri dari adanya keluhan sakit kepala
(berputar, ditusuk, ditekan, beban berat), inspeksi konjungtiva (anemis/ananemis),
warna sklera (ikterik/anikterik), adanya penggunaan kacamata atau masalah
penglihatan (diplopia/penglihatan kabur/nyeri/peradangan/pernah operasi mata),
kaji adanya gangguan pendengaran, masalah pada bagian hidung, dan kaji juga
tenggorokan dan mulut.
c. Kaji pernapasan klien yang terdiri dari perkusi adanya cairan, massa, ataupun
udara. Jika ditemukan adanya penimbunan cairan perlu untuk diperhatikan lobus
kanan atau kiri dan lobus atas atau bawah yang diperkusi ada kelainan.
Selanjutnya, lakukan auskultasi inspirasi dan ekspirasi pernapasan klien kemudian
dengarkan apakah suara paru-paru klien ditemukan adaya suara ronkhi, wheezing,
atau krepitasi. Hal penting yang juga perlu diperhatikan dengan melihat apakah
klien ditemukan clubbing finger.
d. Kaji pencernaan dengan menginspeksi elastisitas turgor kulit, keadaan bibir,
keadaan rongga mulut, tanda-tanda radang, keadaan gusi, keadaan abdomen, dan
keadaan rektal klien. Setelah dilakukan inspeksi, pemeriksaan fisik dilanjutkan
dengan mengauskultasi bising usus per menit. Pengkajian palpasi khusus untuk
pencernaan dilakukan paling akhir untuk mengetahui apakah ada keluhan nyeri
dan massa. Pada pasien kolelitiasis, biasanya terdapat massa pada abdomen
kuadran kadran atas serta nyeri abdomen. Selain itu, kaji pola eliminasi seperti
warna urin, warna feses, perut kembung, ada hambatan dalam BAK atau BAB,
serta tanyakan frekuensi BAK dan BAB sehari.
e. Pengkajian cardiovascular dengan menginspeksi bentuk dada, warna bibir, kuku
mengalami sianosis atau tidak, capillary refill < 3 detik, adanya kelainan
tangan/kaki/sendi, ada/tidaknya ictus cordis. Palpasi ictus cordis/apical pulse
teraba kuat atau lemah, lakukan perkusi untuk mengetahui ada/tidak ada
pembesaran jantung, kemudian auskultasi BJ I & BJ II serta ada atau tidaknya
bunyi tambahan seperti murmur/gallop.
f. Pengkajian neurologis yang terdiri dari kaji tingkat kesadaran klien, nilai GCS,
riwayat kejang, jenis kelumpuhan, koordinasi gerak,
g. Pengkajian muskuloskeletal yang perlu untuk dikaji ada/tidak nyeri otot, refleks
sendi, atropi/hyperthropi, dan range of motion klien (ROM).
h. Pengkajian kulit/integumen yang dilakukan dengan melihat ada edema, perubahan
warna kulit, rash/lesi/petechie/hematom, kaji elastisitas turgor kulit, kelembaban,
dan kelainan di bagian kulit.
C. Data Fokus
Data fokus dapat ditemukan melalui data objektif dan data subjektif yang didapatkan
pada saat pengkajian klien. Data subjektif didapatkan dari penuturan klien / keluarga
mengenai gejala, atau keluhan yang dirasakan klien seperti aphasia, hemiplagia dan
lain-lain. Data objektif didapat dengan melihat gejala yang timbul pada klien.
D. DIAGNOSA DAN PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran darah / statis vena (obstruksi
vena sebagian / penuh ), ditandai dengan : oedema jaringan, penurunan nadi perifer,
pengisian kapiler, pucat, eritema
Hasil yang diharapkan :
a. Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan oleh adanya nadi perifer / sama,
warna kulit dan suhu normal, tidak ada odema.
b. Peningkatan perilaku / tindakan yang meningkatkan perfusi jaringa
c. Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas
Intervensi Keperawatan :
a. Observasi ekstremitas, warna kulit, dan perubahan suhu juga oedema
b. Kaji ekstremitas, palpasi tegangan jaringan local, regangan kulit
c. Kaji tanda human
d. Tingkatkan tirah baring selama fase akut
e. Tinggikan kaki bila ditempat tidur atau duduk, secara periodic tinggikan kaki dan
telapak kaki diatas tinggi jantung
f. Lakukan latihan aktif dan pasif sementara di tempat tidur. Bantu melakukan
ambulasi secara bertahap.
g. Peringatkan pasien untuk menghindari menyilang kaki atau hiperfleksi lutut
(posisi duduk dengan kaki menggantung atau berbaring dengan posisi menyilang)
h. Anjurkan pasien untuk menghindari pijatan / urut pada ekstremitas yang sakit
i. Dorong latihan nafas dalam
j. Tingkatkan pemasukan cairan sampai sedikitnya 2000 ml/hari dalam toleransi
jantung
k. Kolaborasi : pemberian kompres hangat/basah atau panas pada ekstremitas yang
sakit ; dan antikoagulan
l. Pantau pemeriksaan laboratorium : masa protrombin (PT), masa tromboplastin
partial (PTT), masa tromboplastin teraktifasi partial (APTT),; darah lengkap
m. Berikan dukungan kaus kaki elastik setelah fase akut, hati-hati untuk menghindari
efek tornikuet
n. Siapkan intervensi bedah bila diindikasikan
2. Nyeri b.d penurunan sirkulasi arteri dan oksigenasi jaringan dengan produksi /
akumulasi asam laktat pada jaringan atau inflamasi, ditandai dengan ; pasien
mengatakan nyeri, hati-hati pada kaki yang sakit, gelisah dan perilaku distraksi.
Hasil yang diharapkan :
Nyeri hilang / terkontrol, menunjukkan tindakan rileks, mampu tidur / istirahat dan
meningkatkan aktifitas
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji derajat nyeri, palpasi kaki dengan hati-hati
b. Pertahankan tirah baring selama fase akut
c. Tinggikan ektremitas yang sakit
d. Berikan ayunan kaki
e. Dorong pasien untuk sering mengubah posisi
f. Pantau tanda vital : catat peningkatan suhu
g. Kolaborasi : analgesik, antipiretik, pemberian kompres panas pada ekstremitas
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, program pengobatan b.d kurang terpajan,
kesalan interpretasi, tidak mengenal sumber informasi, kurang mengingat , ditandai
dengan : minta informasi, pernyataan kesalahan konsep, tidak tepat dalam mengikuti
instruksi, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
Hasil yang diharapkan :
a. Menyatakan pemahaman proses penyakit, programpengobatan dan pembaasan
b. Berpartisipasi dalam proses belajar
c. Mengidentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medis
d. Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alsan tindakan

Intervensi Keperawatan :
a. Kaji ulang patofisiologi kondisi dan tanda/gejala, kemungkinan komplikasi
b. Jelaskan tujuan pembatasan aktifitas dan kebutuhan keseimbangan aktifitas / tidur
c. Adakan latihan yang tepat
d. Selesaikan masalah factor pencetus yang mungkin ada, contoh : tindakan yang
memerlukan berdiri /duduk lama, kegemukan, kontrasepsi oral, imobilisasi, dll
e. Identifikasi pencegahan keamanan, contoh : penggunaan sikat gigi, pencukur
jenggot, dll
f. Kaji ulang kemungkinan interaksi obat dan tekankan perlunya membaca label
kandungan obat yang mungkin obat tersebut dijual bebas
g. Identifikasi efek obat antikoagulan
h. Tekankan pentingnya pemeriksaan lab.
i. Dorong menggunakan kartu / gelang identifikasi
j. Anjurkan perawatan kulit ekstremitas bawah
k. Laporkan adanya lesi
DAFTAR PUSTAKA

Mackman N, Becker R (2010). DVT: a new era in anticoagulant therapy. Arterioscler

Thromb Vasc Biol.

Hirsh, J, RD Hull, dan GE Raskob. Epidemiology and Pathogenesis of Venous

Thrombosis. J Am Coll CardioI 1986;8:104B-113B. (dari:

http://content.onlinejacc.org/data/Journals/JAC/22739/00122.pdf, diakses

tanggal 5 November 2014, pkl 22.05)\

Bates, SM, R Jaeschke, SM Stevens, S Goodoacre, PS Wells, MD Stevenson, C Kearon,

HJ Schunemann, M Crowther, SG Pauker, R Makdissi, dan GH Guyatt.

Diagnosis of DVT: Antithrombotic Therapy and Prevention of Thrombosis, 9th

ed: American College of Chest Physicians. Evidence-Based Clinical Practice

Guidelines. CHEST 2012; 141(2)(Suppl):e351S–e418S

Fauci, AS, DL Kasper, DL Longo, E Braunwald, SL Hauser, JL Jameson, J Loscalzo.

Venous Thrombosis. Dalam: Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th

Edition. 2008. Chapter 111. USA: McGraw-Hill Companies, Inc.

Hirsh, J dan J Hoak. Management of Deep Vein Thrombosis and Pulmonary Embolism.

Circulation.1996; 93: 2212-2245 (dari: http://circ.ahajournals.org/

content/93/12/2212.full, diakses pada tanggal 5 November 2014, pkl 22.00)

Anda mungkin juga menyukai