Anda di halaman 1dari 10

DIMENSI INTERIOR, VOL. 11, NO. 1, JUNI 2013, 1-10 DOI: 10.9744/interior.11.1.

1-10
ISSN 1692-3532

OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN PADA RUANG


LABORATORIUM KAMPUS

Cicilia Noviyanti1, Hedy C. Indrani1*


1
Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra, Surabaya
* Korespondensi penulis; e-mail: cornelli@petra.ac.id

ABSTRAK

Salah satu penunjang kegiatan akademik dalam proses belajar mengajar di kampus adalah ruang laboratorium.
Kegiatan di dalam ruang laboratorium dapat berjalan dengan efektif jika didukung dengan sistem pencahayaan buatan yang
memadai. Tidak jarang sistem pencahayaan buatan dalam sebuah kampus kurang mendapat perhatian karena pada saat
perancangan nilai ekonomis yang menjadi perhatian utama. Pada laboratorium Jurusan Sastra Inggris dan Jurusan Ilmu
Komunikasi di Universitas Kristen Petra Surabaya hanya terdapat 1 dari 9 laboratorium yang memenuhi standar tingkat
luminasi buatan. Dengan bantuan program software DIALux 4.9 dilakukan proses optimasi sistem pencahayaan buatan pada
beberapa laboratorium yang belum memenuhi persyaratan tersebut. Hasil optimasi menunjukkan bahwa untuk memperoleh
sistem pencahayaan buatan yang efektif dan efisien perlu dilakukan penggantian beberapa tipe lampu dan warna dinding
ruang laboratorium.

Kata kunci: Optimasi, sistem pencahayaan buatan, ruang laboratorium.

ABSTRACT

The laboratory is one of the facilities that support academic activities and learning processes in the campus. Activities
inside the laboratory can be performed effectively when supported by an adequate artificial lighting system. The artificial
lighting systems today have often been overlooked due to the concern on economic value of the interior design. In the case of
this study, only one among nine laboratories used by the English and Communication Departments of Petra Christian
University Surabaya meets the illumination standard of artificial lighting. With the assistance of the DIALux 4.9 software, the
optimization process of natural lighting have been conducted in several of the laboratories that have not met the appropriate
standard. Results reveal that these laboratories require replacements of several types of lamps and color modifications on
the interior walls.

Keywords: Optimization, artificial lighting system, laboratory.

PENDAHULUAN pencahayaan buatan yang tepat agar kegiatan praktek


mahasiswa dapat dikerjakan dengan maksimal dan
Sistem pencahayaan buatan merupakan salah mahasiswa mendapat ruang praktek yang kondusif.
satu sistem interior yang memegang peranan penting Namun, tidak jarang sistem pencahayaan buatan
dalam ruang karena tanpa adanya cahaya yang dalam kampus kurang mendapat perhatian karena
memadai maka aktivitas visual akan terganggu. pada saat perancangan nilai ekonomis yang menjadi
Dengan kata lain, kemampuan mata untuk mengenali perhatian utama, padahal belum tentu nilai ekonomis
suatu rupa atau bentuk akan menurun. Namun, pen- itu efektif dan efisien (Benya dan Karlen, 2004:89).
cahayaan buatan yang berlebihan juga mengganggu Hasil pengukuran awal di lapangan menunjukkan
aktivitas mata untuk beradaptasi dengan area sekitar- bahwa pencahayaan buatan pada Laboratorium
nya, selain itu juga menjadi pemborosan energi. Jurusan Sastra Inggris dan Jurusan Ilmu Komunikasi
Cahaya yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan masih belum memenuhi standar. Selain itu, untuk
silau dan juga mata pedih (Ching, 1996:290). Dengan ruang dengan 2 (dua) kegiatan sekaligus seperti pada
demikian, diperlukan satu rancangan sistem pen- Laboratorium Teater dan Laboratorium Public
cahayaan buatan yang sesuai agar kegiatan yang Relation tidak terdapat dimmer sehingga menjadi
dilaksanakan di dalam ruang tersebut dapat ber- kendala bagi mahasiswa dalam berkegiatan praktek.
langsung dengan maksimal. Selain Studio TV, tingkat luminasi buatan rata-rata
Pada Jurusan Sastra Inggris dan Jurusan Ilmu pada ruang laboratorium lainnya masih berada di
Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya, bawah Standar Nasional Indonesia (SNI).
ruang laboratorium merupakan salah satu fasilitas Pada penelitian ini akan diteliti tingkat keefektif-
penunjang perkembangan kemampuan akademik an dan efisiensi sistem pencahayaan buatan dalam
mahasiswanya. Laboratorium ini memerlukan sistem ruang Teater, Laboratorium TV, Laboratorium Radio,

1
2 DIMENSI INTERIOR, VOL.11, NO. 1, JUNI 2013: 1–10

Laboratorium Media, Laboratorium Public Relation dan lantai pada bidang penglihatan tidak lebih dari 3:1
(PR), dan Laboratorium Bahasa. Data-data yang di- dan tidak lebih kecil dari 1:3.
peroleh dibandingkan dengan standar pencahayaan Ketiga, pembatasan agar cahaya tidak menyilau-
buatan yang ada. Jika masih belum memenuhi kan mata (luminance of glare). Silau pada umumnya
persyaratan maka selanjutnya dilakukan simulasi disebabkan oleh distribusi cahaya yang tidak merata.
optimasi secara 3D menggunakan program software Misalnya, semua lampu yang berada pada sudut
DIAlux v.4.9. untuk mendapatkan solusi pencahaya- pandang 45o akan menimbulkan kesilauan.
an buatan yang tepat. Simulasi optimasi mengguna- Keempat, arah cahaya dan pembentukan
kan percobaan material dan warna yang berbeda dan bayangan (light directionally and shadows). Arah
atau penambahan sumber cahaya buatan. Peneliti pencahayaan mempengaruhi pembentukan bayangan.
melakukan simulasi optimasi untuk semua ruang Bayangan dapat memperjelas atau menimbulkan
laboratorium kecuali Studio TV karena sudah men- kesan nyata atau sebaliknya. Di dalam ruangan,
cukupi standar tingkat iluminasi buatan yang di- bagian yang terang dapat dijadikan tempat bekerja
butuhkan. Hasilnya menunjukkan bahwa penggantian dan bagian yang tertutup oleh bayangan dapat di-
lampu mempunyai efek yang sangat besar dibanding- jadikan tempat untuk relaksasi. Ruangan memerlukan
kan dengan penggantian elemen interior. bayangan yang cukup dengan batasan yang lunak.
Bayangan yang terlalu lunak/tanpa bayangan sama
KAJIAN TEORITIS sekali dapat menimbulkan kesan monoton dan
membosankan, selain juga mempersulit penglihatan.
Menurut Suptandar (1998:217), terang suatu Kelima, warna cahaya dan reflektansi warnanya
penerangan ditentukan oleh faktor-faktor seperti kon- (light colours dan colours rendering). Cahaya mata-
disi ruang (tertutup/terbuka), letak penempatan lampu, hari mempunyai temperatur warna 6000o Kelvin.
jenis dan daya lampu, jenis permukaan benda-benda Pada suhu ini, spektrum warna mempunyai kese-
dalam ruang (memantulkan atau menyerap), warna- imbangan yang sempurna. Warna cahaya dari suatu
warna dinding, udara dalam ruang (asap rokok, dapur, sumber cahaya berdasarkan DIN 5035 untuk penca-
dan sebagainya), pola diagram dari tiap lampu. hayaan dalam ruang dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok
Sedangkan masalah pokok dari pencahayaan adalah yaitu: (1) Putih siang hari (day light white): ± 6000o
kebutuhan yang praktis (practical needs), membantu Kelvin; (2) Putih netral: ± 4000o Kelvin; (3) Putih
penampilan (easy of performance), nyaman (comfort), hangat: ± 3000o Kelvin.
keamanan (savety), ekonomis (economy), keperluan Untuk pencahayaan yang efisien dan renderasi
dekorasi (decorative needs), dan persyaratan bangun- warna yang baik, pencahayaan buatan dianjurkan
an (architectural consideration). untuk menggunakan lampu fluorescent T5 atau T8
Berdasarkan Darmasetiawan dan Puspakesuma dengan ballast elektronik. Lampu T8 terbaru mem-
(1991:7), terdapat 5 (lima) kriteria yang diperhatikan produksi cahaya 10% lebih banyak dibanding T8
untuk mendapat pencahayaan yang baik yaitu, yang lama atau 50% lebih banyak dibanding lampu
pertama, kuantitas atau jumlah pencahayaan pada T12. Lampu T8 ini lebih mahal hingga 30% di-
permukaan tertentu (lighting level) atau tingkat kuat banding T8 biasa namun harganya sebanding dengan
penerangan yang ditentukan dengan kuat cahaya yang pencahayaan dan warna yang dihasilkan serta ber-
jatuh pada suatu luas bidang atau permukaan dan tahan 20% lebih lama dibanding T8 biasa. Sedangkan
dinyatakan sebagai iluminasi. Iluminasi rata-rata lampu compact fluorescent harus digunakan untuk
adalah tingkat kuat penerangan rata-rata yang diukur menggantikan lampu incandescent sebagai lampu
secara horizontal dan vertikal untuk suatu ruangan / downlight. (Benya, 2011:2).
bidang kerja, biasanya diukur 75 cm dari atas lantai. Disebabkan umur lampu yang pendek dan
Iluminasi rata-rata dalam lux adalah arus cahaya yang penggunaan energinya tidak efisien, maka lampu
dipancarkan dalam lumen dibagi dengan luas bidang tungsten sangat sedikit digunakan dalam fasilitas
dalam m2. Arus cahaya adalah kuantitas cahaya total edukatif. Lampu ini seharusnya hanya digunakan
yang dipancarkan setiap detik oleh sumber cahaya dalam ruang teater, galeri seni dan ruang lain dimana
dalam satuan lumen. Tingkat cahaya yang diperlukan peredupan lampu diperlukan. Beberapa saran untuk
bergantung dari kegiatan yang dilakukan. menghasilkan pencahayaan yang efisien yaitu meng-
Kedua, distribusi kepadatan cahaya (luminance gunakan pencahayaan buatan yang dapat disesuaikan
distribution) atau luminasi merupakan ukuran ke- dengan pencahayaan alami, pilihlah sumber cahaya
padatan radiasi cahaya yang jatuh pada suatu bidang. yang merupakan sumber cahaya yang baik dan sesuai
Semakin tinggi tingkat kepadatan suatu permukaan kegunaan ruangnya, gunakan pencahayaan direct-
semakin terang pula permukaan itu. Pencahayaan indirect yang 85-90% lebih efisien, gunakan perang-
dikatakan harmonis jika perbandingan refleksi ke- kat dengan CU yang baik, gunakan alat kontrol
padatan cahaya antara langit-langit, dinding mebel, pencahayaan modern (Benya, 2011:5).
Noviyanti: Optimasi Sistem Pencahayaan Buatan 3

Tabel 1. Tingkat Iluminasi untuk Pencahayaan Interior METODOLOGI PENELITIAN


Area Lux
Teater dan motion picture house: Penelitian yang dilakukan adalah penelitian
Auditorium kuantitatif dengan mengumpulkan beberapa jenis data
During intermission 50 yang nantinya akan dianalisis, data tersebut adalah
During picture 1 data literatur, menggunakan teori sistem pencahayaan
Foyer 50 buatan sebagai acuan dalam penelitian pada Labora-
Lobby 200 torium Jurusan Sastra Inggris di Gedung B dan
Sekolah Jurusan Ilmu Komunikasi di Gedung C Universitas
Kelas (dengan meja belajar dan papan tulis) 300 Kristen Petra Surabaya, yang diambil dari berbagai
Halls, ruang dosen, ruang kesenian, kantor, per- 300 sumber yang dapat menunjang proses penelitian.
pustakaan, dan laboratorium
Kelas (dengan kebutuhan membaca gerakan 500
Data lapangan didapat dengan melihat kondisi
mulut) fisik dari gedung yang sudah ada, mengkaji kelebihan
Ruang drafting, mengetik, menjahit 500 dan kekurangannya untuk penelitian sistem pen-
Auditorium (bukan untuk belajar), kafetaria, 100 cahayaan buatan pada Laboratorium Jurusan Sastra
ruang loker, ruang cuci, koridor dengan loker, Inggris di Gedung B dan Jurusan Ilmu Komunikasi di
tangga Gedung C Universitas Kristen Petra Surabaya.
Koridor terbuka dan tempat penyimpanan 50
Sumber: Boast (1953:161) Metode Pengumpulan Data
Tabel 2. Tingkat Luminasi yang Dianjurkan
Survei dan wawancara dilakukan dengan me-
Tingkat Kelompok lihat kondisi lapangan serta meninjau langsung ke
Fungsi ruangan Pencaha- renderasi Keterangan lokasi sehingga dapat mengetahui keadaan dan
yaan (Lux) warna suasana dari tempat tersebut. Selama berada dalam
Rumah tinggal:
lokasi penelitian, diadakan pengukuran dan pen-
Teras 60 1 atau 2
Ruang tamu 120-250 1 atau 2 catatan elemen-elemen interior dari objek. Di
Ruang makan 120-250 1 atau 2 samping itu, dilakukan tanya jawab dengan pengguna
Ruang kerja 120-250 1 Laboratorium Jurusan Sastra Inggris di Gedung B dan
Kamar tidur 120-250 1 atau 2 Jurusan Ilmu Komunikasi di Gedung C sebagai
Kamar mandi 250 1 atau 2 pendukung penelitian.
Garasi 60 3 atau 4 Data-data yang diperoleh pada lokasi survei
Perkantoran:
maupun pada lingkungan sekitar proyek penelitian
Ruang direktur 350 1 atau 2
Ruang kerja 350 1 atau 2 didokumentasikan dengan foto-foto, maupun peng-
Ruang komputer 350 1 atau 2 Gunakan ar- hitungan dengan alat-alat yang dibutuhkan.
matur berkisi
untuk mence- Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
gah silau akibat
pantulan layar Data-data yang telah terkumpul diolah menjadi
monitor grafik yang menyatakan perbandingan tingkat inten-
Ruang rapat 300 1 atau 2
sitas cahaya dan jarak terhadap sumber cahaya serta
Ruang gambar 750 1 atau 2 Gunakan pen-
cahayaan se- dibandingkan dengan standar kebutuhan. Kemudian
tempat pada dengan menggunakan bantuan software DIAlux
meja gambar v.4.9. dibuatkan permodelan dan simulasi verifikasi
Gudang arsip 150 3 atau 4 3D yang menyerupai kondisi asli dari objek pene-
Ruang arsip aktif 300 1 atau 2 litian. Hasill simulasi 3D tersebut akan dianalisis
Lembaga pendidikan: untuk menghasilkan alternatif solusi pencahayaan
Ruang kelas 250 1 atau 2 buatan yang tepat melalui proses simulasi optimasi
Perpustakaan 300 1 atau 2 menggunakan percobaan material dan warna yang
Laboratorium 500 1
Ruang gambar 750 1 Gunakan
berbeda dan atau penambahan sumber cahaya buatan.
pencahayaan Simulasi optimasi dilakukan untuk semua ruang
setempat pada laboratorium kecuali Studio TV karena hasil peng-
meja gambar ukuran awal sudah mencukupi standar tingkat
Sumber: Badan Standarisasi Nasional Indonesia (2001) iluminasi buatan yang dibutuhkan.
4 DIMENSI INTERIOR, VOL.11, NO. 1, JUNI 2013: 1–10

HASIL DAN PEMBAHASAN Dinding dan plafon diubah dengan reflection factor
sebesar 88% berwarna traffic white. Sedangkan lantai
Hasil Data Lapangan mempunyai reflection factor 90%. Dari perubahan
tersebut dihasilkan tingkat luminasi rata-rata (Eav )
Hasil pengukuran di lapangan memperlihatkan sebesar 246 lux yang paling mendekati standar.
bahwa pada hampir semua pencahayaan buatan pada Pemilihan jenis lampu dan fittingnya membawa
laboratorium masih belum memenuhi standar. pengaruh yang sangat besar. Reflection factor dari tiap
Sumber cahaya alami yang masuk ke dalam ruang warna yang digunakan dalam material memberikan
sangat besar, namun belum digunakan secara dampak yang besar bagi tingkat luminasi terutama
maksimal karena pada saat ruang digunakan sering pada dinding. Dengan menggunakan alternatif ini,
kali bukaan ditutup. Hal tersebut disebabkan oleh daya yang digunakan menjadi lebih rendah karena
besarnya cahaya matahari yang masuk sehingga mengurangi lampu yang awalnya menggunakan 2
menimbulkan silau. Sumber cahaya buatan kurang (dua) buah TL pada masing-masing titik lampunya.
merata sehingga banyak area yang gelap. Per-
masalahan utama menurut pengguna adalah tidak b. Laboratorium Teater
adanya dimmer. Semua ruang laboratorium meng-
gunakan pencahayaan langsung melalui lampu TL 36 Dinding dan plafon yang pada awalnya ber-
watt dan 40 watt. warna putih mendekati warna traffic white, diubah
hingga mendekati warna light ivory. Semula diguna-
Hasil Verifikasi Data Lapangan kan 4 (empat) buah lampu Philips TL-D Reflex 36W,
diubah menjadi 4 (empat) buah lampu Philips
Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan TMS028 2xTL-D58W HFP +GMS028 L, kemudian
diketahui bahwa hanya 1 (satu) objek yang sudah diberi tambahan 2 (dua) buah lampu downlight
mencukupi SNI yaitu ruang Studio TV, sedangkan Philips MBS244 1xCDM-Tm20W EB 24 dengan
tingkat luminasi objek lain masih jauh dari standar. dimmer sehingga ketika pementasan berlangsung,
Untuk mendapatkan tingkat luminasi semirip mung- area belajar sekaligus tempat penonton tingkat
kin dengan kondisi di lapangan, maka hampir semua
luminasinya dapat direndahkan, namun tidak gelap
dinding objek verifikasi menggunakan warna putih
total.
dengan tingkat refleksi paling tinggi. Sedangkan
Alternatif ini paling sesuai untuk pencahayaan
untuk warna perabot digunakan warna yang semirip
dalam ruang Laboratorium Teater. Perubahan warna
mungkin dengan kondisi di lapangan. Untuk material
lantai menggunakan bahan tiles-white-42 dan carpet panggung dari hitam menjadi putih memberikan efek
singled-colored grey. yang signifikan dikombinasikan dengan penggantian
lampu dengan watt yang lebih besar. Adanya
Hasil Simulasi Optimasi Pencahayaan Buatan downlight dengan dimmer menjadi solusi
pencahayaan dalam ruang yang mempunyai 2 (dua)
Simulasi optimasi pencahayaan buatan dilaku- fungsi ini.
kan menggunakan program software DIALux v.4.9.
setelah melalui proses verifikasi sehingga didapatkan c. Laboratorium TV
hasil semirip mungkin dengan kondisi yang ada di
lapangan. Beberapa alternatif dibuat untuk mendapat- Ruang Edit
kan hasil pencahayaan buatan yang paling optimal
melalui proses simulasi material baik dinding, lantai, Hasil simulasi optimasi diperoleh melalui peng-
plafon, perabot dan lampu dari permodelan yang telah gantian lampu dengan 2 (dua) buah lampu Philips
dibuat (variabel tidak tetap). Adapun variabel yang TMS028 1xTL-D58W HFP +GMS028 L dan juga
tidak diubah (variabel tetap) adalah jendela dan mengganti tekstur lantai menjadi birch wood light-2.
dinding struktur. Alternatif tersebut dibuat beberapa Tingkat luminasi rata-rata yang dihasilkan paling
kali hingga memperoleh solusi pencahayaan buatan mendekati standar yaitu sebesar 351 lux.
paling mendekati standar yang ditetapkan. Penggantian tekstur lantai membawa pengaruh
yang cukup kuat dibandingkan dengan dinding,
a. Laboratorium Bahasa perabot, maupun lantai. Dengan menggunakan alter-
natif ini titik lampu tidak perlu diubah, hanya perlu
Hasil verifikasi yang pada awalnya mengguna- memutar posisi lampu dari vertikal menjadi hori-
kan 8 (delapan) buah lampu Mazda TMS028 2xTL- zontal dan akan membawa banyak perubahan. Selain
D36W HFP diganti dengan 8 (delapan) buah lampu itu, jumlah TL pada setiap titik lampu juga dikurangi
Philips TMS028 1xTL-D36W HFP +GMS028 L. sehingga menghemat energi.
Noviyanti: Optimasi Sistem Pencahayaan Buatan 5

Sumber: DIAlux v.4.9., 2011


Gambar 1. Hasil perhitungan dan rendering optimasi Laboratorium Bahasa

Sumber: DIAlux v.4.9, 2011


Gambar 2. Hasil perhitungan dan rendering Laboratorium Teater untuk kegiatan belajar

Sumber: DIAlux v.4.9, 2011


Gambar 3. Hasil prhitungan dan rendering Laboratorium Teater untuk pementasan
6 DIMENSI INTERIOR, VOL.11, NO. 1, JUNI 2013: 1–10

Sumber: DIAlux v.4.9, 2011


Gambar 4. Hasil perhitungan dan rendering Ruang Edit

Sumber: DIAlux v.4.9, 2011


Gambar 5. Hasil perhitungan dan rendering Ruang Sub on Air-Master Control

Ruang Sub on Air-Master Control d. Laboratorium Radio

Hasil verifikasi yang pada awalnya mengguna- Hasil verifikasi yang pada awalnya mengguna-
kan 1 (satu) buah lampu Philips TMS028 2xTL-
kan 4 (empat) buah Lampu Philips TMX204 2xTL-
D36W HFP diganti dengan 1 (satu) buah lampu
D36W HFP diganti dengan 4 (empat) buah lampu Philips TCH481 2xTL5-49W HFP M2. Dinding yang
Philips TBS315 1xTL-D58W. Pada alternatif ini, semula menggunakan tekstur warna biru tua diganti
warna dinding diganti menjadi traffic white, sehingga dengan warna daffodil yellow. Dari perubahan ter-
dihasilkan tingkat luminasi rata-rata paling mendekati sebut dihasilkan tingkat luminasi rata-rata paling
standar yaitu sebesar 347 lux. mendekati standar yakni sebesar 349 lux.
Noviyanti: Optimasi Sistem Pencahayaan Buatan 7

Sumber: DIAlux v.4.9, 2011


Gambar 6. Hasil perhitungan dan rendering Laboratorium Radio

Sumber: DIAlux v.4.9, 2011


Gambar 7. Hasil perhitungan dan rendering Laboratorium Produksi

Pemilihan jenis lampu dan fittingnya membawa e. Laboratorium Produksi


pengaruh yang sangat besar. Selain itu pengaruh
warna dinding pada ruang yang tidak terlalu luas juga Hasil verifikasi yang pada awalnya mengguna-
membawa dampak yang besar terhadap tingkat lumi- kan 1 (satu) buah lampu Philips TMS028 2xTL-
nasi rata-rata. D36W HFP +GMS028 diganti dengan 1 (satu) buah
8 DIMENSI INTERIOR, VOL.11, NO. 1, JUNI 2013: 1–10

Sumber: DIAlux v.4.9., 2011


Gambar 8. Hasil Perhitungan dan Rendering Laboratorium Media

Sumber: DIAlux v.4.9, 2011


Gambar 9. Hasil Perhitungan dan Rendering Laboratorium Public Relation untuk Kegiatan Membaca

Sumber: DIAlux v.4.9., 2011


Gambar 10. Hasil Perhitungan dan Rendering Laboratorium Public Relation untuk Kegiatan dengan
menggunakan proyektor
Noviyanti: Optimasi Sistem Pencahayaan Buatan 9

lampu Philips TBS326 2xTL-D58W HFP C5 GT. luminasi yang lebih tinggi pula. Luasan warna dan
Dinding yang semula menggunakan tekstur warna refleksi warna elemen interior berbanding lurus
biru tua diganti dengan warna dafidol yellow. Dari dengan tingkat refleksi yang dihasilkan. Semakin
perubahan tersebut dihasilkan tingkat luminasi rata- sempit luas ruang, warna dinding semakin besar
rata yang paling mendekati standar yang dibutuhkan mempengaruhi tingkat luminasi.
yaitu sebesar 328 lux.
Tabel 3. Hasil Optimasi Tingkat Luminasi Rata-Rata pada
f. Laboratorium Media Laboratorium
Tingkat Luminasi
Hasil verifikasi yang pada awalnya mengguna- Rata-rata (Eav)
Perubahan yang
kan 8 (delapan) buah lampu Philips TMS028 2xTL- No. Ruang Verifi- Stan- Optimasi
dilakukan
D36W HFP +GMS028 diganti dengan 8 (delapan) kasi dar (lux)
buah lampu Philips TBS315 1xTL5-49W HFP C6-H. (lux) (lux)
Perabot yang semula menggunakan tekstur warna a. Lab. 186 250 248 Lampu, warna
Bahasa dinding dan plafon.
coklat tua dengan reflection factor 12% diganti
b. Lab. 81 250 112/ Lampu, warna
dengan tekstur wild pear dan root wood. Warna Teater 4.55* dinding dan plafon.
dinding dan plafon diganti dengan warna traffic white Diberi tambahan
sedangkan lantai dengan tekstur tiles-square-white. lampu downlight dan
Dengan adanya perubahan tersebut dihasilkan tingkat dimmer.
luminasi rata-rata paling mendekati standar yaitu c.1. Ruang 79 350 351 Lampu dan warna
sebesar 349 lux. Sub on dinding.
Air-
Master
g. Laboratorium Public Relation (PR)
Control
c.2. Ruang 212 350 347 Lampu dan material
Hasil verifikasi yang pada awalnya mengguna- Edit lantai.
kan 8 (delapan) buah lampu Philips TMS028 2xTL- d. Lab. 107 350 349 Lampu dan warna
D36W HFP +GMS028 diganti dengan 8 (delapan) Radio dinding
buah lampu Philips TMS028 1xTL-D58W HFP e. Lab. 112 350 328 Lampu dan warna
+GMS028 L dan ditambah dengan 4 (empat) buah Produksi dinding
lampu downlight Philips BBG360 1xLXML-10-/CW f. Lab. 116 350 349 Lantai, dinding,
yang dilengkapi dengan dimmer. Warna dinding dan Media plafon, perabot,
lampu.
plafon diganti dengan warna traffic white. Alternatif g. Lab. PR 259 300 299/1.09* Lampu, dinding,
1 menunjukkan objek digunakan untuk kegiatan plafon, diberi
membaca dan ceramah dan dilengkapi dengan 8 tambahan lampu
(delapan) lampu fluoroscent Philips TMS028 1xTL- downlight dan
D58W HFP +GMS028 L sehingga menunjukkan dimmer
tingkat luminasi sebesar 299 lux. Sedangkan alternatif Keterangan:
2 menunjukkan objek digunakan untuk kegiatan * : Ruang digunakan untuk 2 (dua) kegiatan yang berbeda
presentasi menggunakan proyektor dan mempunyai dengan area kegiatan bersebelahan. Ketika 1 (satu) kegiatan
berlangsung, lampu area lain diredupkan. Hal tersebut
tingkat luminasi yang dapat diatur. Jika lampu
menyebabkan turunnya tingkat luminasi rata-rata, namun
downlight diredupkan dengan dimmer hingga me- tingkat luminasi setempat tetap mencukupi standar.
nyala hanya sebesar 15% tanpa lampu fluorescent,
maka tingkat luminasi yang dihasilkan adalah sebesar Objek pada tabel yang mempunyai 2 (dua)
1.09 lux. tingkat luminasi berbeda adalah objek yang mendapat
Hasil simulasi optimasi (peningkatan) Eav dapat tambahan lampu downlight dan menggunakan
dilihat dalam tabel 3 berikut ini. Perubahan yang dimmer. Hal tersebut mempunyai tujuan agar tingkat
dilakukan harus cukup signifikan karena tingkat luminasi dapat disesuaikan untuk 2 (dua) kegiatan
luminasi rata-rata objek yang diteliti masih jauh dari yang berbeda. Tingkat luminasi rata-rata pada Labo-
standar. Penggantian elemen interior yang sangat ratorium Teater tidak mencapai standar dikarenakan
berpengaruh adalah dengan penggantian lampu dari pada saat kegiatan belajar berlangsung lampu pang-
yang menggunakan 2 (dua) tube menjadi 1 (satu) tube gung dimatikan. Sedangkan ketika ada pementasan
namun dengan watt yang lebih tinggi. Semakin terang teater, lampu pada area belajar dimatikan. Lampu
warna suatu elemen interior, semakin tinggi tingkat panggung dapat disesuaikan tingkat luminasinya
refleksi yang dihasilkan dan menghasilkan tingkat terhadap kebutuhan dan setting panggung sendiri.
10 DIMENSI INTERIOR, VOL.11, NO. 1, JUNI 2013: 1–10

SIMPULAN Untuk 6 (enam) objek penelitian yang lain, hal


yang paling umum menjadi masalah adalah kurang-
Salah satu fasilitas dalam suatu kampus yang nya luminasi yang dihasilkan oleh lampu. Hal
memegang peranan penting dalam membantu me- tersebut terjadi karena lampu yang digunakan mem-
ningkatkan kemampuan mahasiswa adalah labora- punyai daya yang rendah. Untuk Laboratorium
torium. Fasilitas tersebut sebaiknya didukung dengan Radio, Laboratorium Produksi, dan Ruang Sub on
elemen interior dan perangkat yang memadai, namun Air-Master Control yang menggunakan dinding
tidak semua aspek tersebut dipenuhi. Salah satu
dengan peredam suara banyak menyerap luminasi
elemen interior yang kurang diperhatikan dalam
pengelolaan fasilitas edukasi adalah sistem pen- yang dihasilkan oleh lampu dikarenakan tekstur yang
cahayaan. Hal tersebut cukup terbukti dari hasil lebih kasar dan warna permukaan dinding yang lebih
penelitian yang menyatakan 8 (delapan) dari 9 gelap sehingga hanya sedikit memantulkan cahaya.
(sembilan) objek penelitian laboratorium di Jurusan Untuk sebagian besar ruang, warna dinding dan
Sastra Inggris dan Jurusan Ilmu Komunikasi Univer- plafon yang digunakan adalah warna traffic white
sitas Kristen Petra Surabaya masih belum mencukupi yaitu warna yang paling terang sehingga mempunyai
standar yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi tingkat refleksi cahaya yang tinggi. Sedangkan lampu
Nasional. Kedelapan objek penelitian tersebut adalah yang digunakan cukup variatif karena disesuaikan
Laboratorium Bahasa, Laboratorium Teater, Ruang dengan besar ruang dan jenis reflector yang sesuai
Edit, Ruang Sub on Air-Master Control, Laborato- untuk kegiatan yang berlangsung di dalam ruangan.
rium Produksi, Laboratorium Radio, Laboratorium Jenis pencahayaan yang digunakan adalah tipe direct
Media, dan Laboratorium Public Relation (PR). lighting dikarenakan tinggi ruang yang kurang
Sedangkan satu-satunya objek penelitian yang sudah memadai untuk menggunakan pencahayaan indirect
memenuhi standar adalah Ruang Studio TV. lighting.
Berdasarkan hasil penelitian, 8 (delapan) ruang
tersebut belum didukung dengan sistem pencahayaan
REFERENSI
yang efektif dan efisien untuk kegiatan mahasiswa
Jurusan Sastra Inggris dan Ilmu Komunikasi. Untuk 2
(dua) kasus yaitu Laboratorium Teater dan Laborato- Badan Standarisasi Nasional Indonesia (2001)
rium PR, sistem pencahayaan buatan yang digunakan Benya, James dan Karlen, Mark. 2004. Lighting
tidak dapat mencukupi kebutuhan untuk 2 (dua) Design Basics. Canada: John Wiley & Sons, Inc.
kegiatan yang berbeda. Laboratorium Teater merupa- Benya, James.”National Clearing House for Educa-
kan ruang dengan 2 (dua) fungsi yaitu untuk pemen- tional Facilities”. Lighting for Schools.2001.
tasan teater dan kegiatan belajar. Pada laboratorium National Institute of Building Sciences. 11
tersebut, sistem pencahayaan tidak dilengkapi dengan Januari 2011. www.ed.facilities.org
dimmer, sehingga ketika pementasan berlangsung Boast, Warren B. 1953 Illumination Engineer-
beberapa lampu harus dipadamkan. Laboratorium PR ing.New York: New York Publisher.
yang digunakan untuk kebutuhan membaca dan Ching, Francis D.K. 1996. Ilustrasi Desain Interior.
seminar atau pengajaran dengan cara ceramah, juga Jakarta: Erlangga.
tidak mempunyai dimmer, seperti pada kasus Labora- Darmasetiawan, Christian dan Puspakesuma, Lestari.
torium Teater, ketika ceramah berlangsung dan meng- 1991. Teknik Pencahayaan dan Tata Letak
gunakan LCD proyektor, maka lampu akan dipan- Lampu. Jakarta: Grasindo.
damkan. Hal tersebut tidak mendukung mahasiswa Suptandar, J. Pamudji. 1998. Desain Interior. Jakarta:
yang harus mencatat selama ceramah berlangsung. Djambatan.

Anda mungkin juga menyukai