JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
2018
A. JUDUL :
Pemisahan dan Penentuan Kadar Asam Lemak Dari Sabun
B. TUJUAN :
Agar mahasiswa dapat memahami penggunaan dan prinsip kerja
ekstraksi.
C. DASAR TEORI
Ekstraksi pelarut sering digunakan pada kimia analitik, tidak hanya untuk pemisahan
tetapi juga untuk analisis kuantitatif. Untuk analisis kuantitatif kita memerlukan pengkhelat
(ligan) sebagai ekstraktan yang menghasilkan kompleks berwarna pada fase organik dan
dapat langsung diukur. Misalkan ekstraksi fotometri untuk penentuan uranium, besi,
cerium, ataupun Cu dengan 2-thenoyltrifluoroaseton (Khopkar, 2010).
Sabun merupakan produk pembersih untuk kulit manusia. Seperti detergen, sabun
mempunyai gugus hidrofobik yang berinteraksi dengan minyak dan ujung anionik yang
larut air. Mekanisme sabun mengangkat minyak atau lemak dari benda adalah molekul
sabun larut dalam air dan ujung hidrofobik mengepung molekul minyak sedangkan ujung
anion terlarut dalam air membentuk misel sehingga minyak terlepas dari benda. Garam
natrium atau kalium yang dihasilkan oleh asam lemak dapat larut dalam airdikenal sebagai
sabun. Sabun kalium disebut sabun lunak dan dan digunakan sebagai sabun untuk bayi.
Asam lemak yang digunakan untuk sabun umumnya adalah asam palmitat atatu stearat.
Dalam industri, sabun tidak dibuat dari asam lemak tetapi langsung dari minyak yang
berasal dari tumbuhan. Minyak adalah ester asam lemak tidak jenuh dengan gliserol.
Melalui proses hidrogenasi dengan bantuan katalis Pt atau Ni, asam lemak tidak jenuh
diubah menjadi asam lemak jenuh, dan melalui proses penyabunan dengan basa KOH dan
NaOH akan terbentuk sabun dan gliserol (Poejiadi, 2007).
Sabun adalah dari senyawa garam asam – asam lemak tinggi, seperti natrium
stearat C17H35COO-Na+. Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan dari kekuatan
pengemulsian dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan dari air. Konsep ini
dapat dipahami dengan pengingat kedua sifat dari anion sabun. Suatu gambaran dari stearat
terdiri dari ion karboksil sebagai “kepala” dengan hidrokarbon yang panjang sebagai
“ekor” (Rukaesih, 2004).
Menurut Zulkfli (2014) asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam
karboksilat berderajat tinggi (memiliki rantai karbon lebih dari 6). Asam lemak dibedakan
menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki
ikatan tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh
memiliki paling sedikit satu ikatan rangkap diantara atom-atom karbon penyusunnya.
Kedua jenis ikatan dalam asam lemak inilah yang menyebabkan perbedaan sifat fisik
antara asam lemak satu dengan lainnya. Keberadaan ikatan rangkap dan panjang rantai ini
menyebabkan asam lemak penyusun lipida memiliki dua jenis wujud yang berbeda pada
suhu ruang. Dua wujud lipida yang sering kita temukan adalah lemak dan minyak. Lemak
pada suhu ruang berwujud padat sedangkan minyak pada suhu ruang berwujud cair. Lemak
umumnya disusun oleh asam lemak rantai panjang yang memiliki ikatan tunggal atau
jenuh sedangkan minyak banyak disusun oleh asam lemak rantai panjang dengan ikatan
rangkapatau tak jenuh. Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat
dengan rumus kimia R-COOH or R-CO2H. Contoh yang cukup sederhana misalnya adalah
H-COOH yang adalah asam format, H3C-COOH yang adalah asam asetat, H5C2-COOH
yang adalah asam propionat, H7C3-COOH yang adalah asam butirat dan seterusnya
mengikuti gugus alkil yang mempunyai ikatan valensi tunggal, sehingga membentuk
rumus bangun alkana.
CH3 – (CH2 )n – CH2 – CH2 – C
Berdasarkan jenis basa yang digunakan, sabun dibedakan menjadi dua yaitu sabun
Natrium dikenal dengan sabun keras dan sabun kalium yaitu sabun yang lunak. Pembuatan
sabun natrium apabila basa yang digunakan adalah NaOH. Setelah asam lemak dididihkan
dalam NaOH akan terbentuk endapan garam Na-stearat seperti lilin yang terpisah dari
larutan. Apabila ditambahkan NaCl jenuh, padatan Na-stearat akan mengapung dan
dimurnikan (Dewi, 2010).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Untuk mengambil
bubuk iod
3. Spatula 1
Untuk meletakkan
corong pisah pada saat
6. Klem bulat 1 melakukan proses
ekstraksi cair-cair
Alat untuk meletakan
iod sebelum dilarutkan
7. Kaca arloji 1 dalam air
Untuk mengukur
volume larutan
8. Gelas Ukur 1
Untuk mengambil
larutan dalam jumlah
9. Pipet Tetes 1 sedikit
Batang larutan
11. 1
pengaduk
Untuk memanaskan
Untuk menimbang
13. Neraca Analitik 2 larutan
Untuk melukukan
titrasi
14. Buret 1
2. Bahan
Sabun
- Mengambil sebanyak 20 mL
- Memasukkan kedalam corong pisah
- Menambahkan 10 mL n-heksan
- Mengocok sambil membuka kran untuk mengeluarkan gas
- Menambahkan 10 mL larutan NaCl jika terbentuk emulsi
- Mengocok selama 10-15 menit, lalu mendiamkan
- Memisahkan lapisan n-heksan
Lapisan n-heksan
- Memasukkan kedalam corong pisah
- Menambahkan 10 mL aquades dan 2 tetes indikator pp,
mengocok
- Membuang lapisan air
- Menambahkan 20 mL metanol
- Mengocok selama 10-15 menit
- Membiatkan selama 15 menit
- Memisahkan Lapisan n-heksan kedalam erlenmeyar
- Menambahkan 2 tetes pp
- Menitrasi dengan NaOH 0,01 N
Kadar asam lemak =
0,6235%
F. HASIL PENGAMATAN
1. Hasil Pengamatan
2. Perhitungan
Dik : M NaOH = 0,01 N
Mr asam stearate = 284,47 g/mol
Berat sampel = 0,5018 gram = 501,8 mg
Dit : kadar lemak = ?
Penyelesaian :
𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑟 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑆𝑡𝑒𝑎𝑟𝑎𝑡
Kadar asam lemak = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)
1,1 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑁 284,47 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 𝑥 100 %
501,8 𝑚𝑔
= 0,6235 %
G . PEMBAHASAN
Ekstraksi adalah proses partisi yang meliputi pemisahan atau distribusi suatu zat
terlarut antara dua fase cair yang tidak salinng bercampur, dimana bermanfaat untuk
memisahkan campuran senyawa dalam berbagai sifat kimia yang berbeda. Sedangkan
ekstraksi yang menggunakan dua fase cair yang berperan sebagai pelarut diseburt
ekstraksi pelarut. Pada percobaan ini bahan utama yang digunakan adalah sabun, dalam
hal ini sabun yang digunakan adalah sabun Lifebuoy. Prinsip kerja pada percobaan ini
merupakan metode pemisahan campuran senyawa terlarut dalam dua jenis pelarut yang
tidak saling bercampur, karena adanya perbedaan koefisien distribusi senyawa terlarut
didalam masing-masing pelarutan tersebut sehingga terjadi pemisahan.
Pelarut yang digunakan pada percobaan ini yaitu air dan n-heksan karena
keduanya memiliki sifat kepolaran yang berbeda dimana air merupakan senyawa
polar sedangkan n-heksan merupakan senyawa nonpolar. Sehingga pada akhirnya akan
dihasilkan larutan dengan dua fase. Jika kelebihan campuran atau zat padat
ditambahkan kedalam cairan yang tidak saling bercampur tersebut maka zat tersebut
akan mendistribusikan diri diantara dua fase sehingga masing - masing menjadi jenuh.
Langkah awal yaitu memotong sabun menjadi potongan kecil-kecil dengan tujuan
agar sabun ini cepat larut dalam air. Selanjutnya menimbang sabun sebanyak 0,5018
gram dan melarutkana kedalam 400 ml gelas kimia dengan menggunakan air, sabun
yang dilarutkan hanya terlarut sebagian dan warna air menjadi keruh kemerahan. Warna
air menjadi keruh kemerahan dikarenakan warna dari sabun yang digunakan berwarna
merah. Larutan ini ditambahkan 1-3 tetes indikator pp, penambahan indicator pp ini
untuk mengidentifikasi sifat basa dari sabun tersebut, agar sabun dapat larut sempurna
dalam air maka harus di panaskan.selanjutnya mengangkat dan mendinginkan larutan,
pada saat pendinginan larutan sabun berbuih.
Gambar 1. Setelah proses pemanasan
Larutkan diencerkan menjadi 500 mL dengan menggunakan aquadest dalam labu ukur
sehingga buih-buih tadi hilang dengan adanya pengenceran.
Larutan sabun yang telah diencerkan diambil 20 mL dengan menggunakan gelas ukur
dan memasukan ke dalam corong pisah dengan menambahkan 10 mL n-heksan. Penambahan
n-heksan karena n-heksan bersifat non polar sehingga dapat menarik asam-asam lemak bebas
pada sabun. Hasil pengamatan yang diperoleh terbentuk dua fasa yaitu fasa organik n-heksan
pada lapisan atas dan fasa air pada lapisan bawah. Setelah kedua larutan dimasukan dalam
corong pisah dilakukan pengocokan dengan sekali-kali membuka sumbat agar gas yang
terdapat dalam corong pisah bias keluar/tidak ada lagi gas dalam corong pisah dan mendiamkan
beberapa menit sampai kedua larutan benar-benar terpisah.
Selanjutnya memisahkan kedua larutan tersebut dimana fasa organic berada di lapisan
atas dan fasa air berada pada lapisah bawah, memisahkan lapisan bawah dengan lapisan atas
dimana lapisan atas/fasa organik (n-heksan) akan dilakukan ekstraksi sebanyak 3 kali dengan
perlakuan yang sama.
Setelah melakukan 3 kali ekstraksi, menambahkan 10 mL aquadest ke dalam corong
pisah sehingga terbentuk dua fasa kembali yaitu fasa organik dan fasa air dengan
menambahkan 2 tetes indicator Phenoptalein (pp) sehingga larutan menjadi warna ungu tua,
penambahan air pertama untuk menghilangkan sifat kebasaan dari air, melakukan pengocokan
dan mendiamkan sampai kedua larutan terpisah dan melakukan ekstraksi sebanyak 2 kali pada
lapisan n-heksan hingga tidak berwarna. Penambhan air kedua sebanyak 10 mL bertujuan
untuk menarik pengotor-pengotor yang bersifat polar pada n-heksan. Pada lapisan n-heksan
dari pemisahan ekstraksi kedua larutan n-heksan ditambahkan 20 mL methanol dan dimasukan
ke dalam corong pisah, penambahan methanol bertujuan untuk menarik pengotor-pengotor
yang bersifat basa polar pada n-heksan.
Selanjutnya lapisan n-heksan dipisahkan dari larutan methanol dan di tambahkan 2 tetes
indicator phenoptalein (pp) namun warna larutan n-heksan tidak berubah warna dan masih
tetap menjadi larutan bening. Selanjutnya larutan n-heksan di titrasi dengan larutan NaOH
dengan kosentrasi 0,01 N. pada proses titrasi warna larutan menjadi warna ungu mudah dan
volume NaOH yang terpakai untuk mentitrasi sebanyak 1,1 mL. tujuan dilakukannya titrasi
adalah untuk mengetahui kadar asam lemak dari sabun pada n-heksan. Berdasarakan hasil
perhitungan didapatkan kadar lemak pada sabun Lifebuoy sebanyak 0,6235 %.
H. KESIMPULAN
Ekstraksi pelarut merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu
campuran berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling
bercampur. Dimana dalam percobaan ini di dapatkan kadar asam lemak dari sabun
sebanyak 0,6235%.
DAFTAR PUSTAKA