A. IDENTITAS KLIEN
Nama klien : Tn. P
Usia : 69 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Suku / bangsa : melayu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat asal : jl. HM Suwignyo Gang Tegal Rejo III No II B
No. RM :105xxx
Tanggal masuk : 25 maret 2019
Tanggal pengkajian : 31 maret 2019
Dx. Medis : Penurunan kesadaran ec stroke non hemoragic
Golongan Darah :O
Penanggung jawab & biaya : keluarga & BPJS
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
nama : Ny. S
usia : 59 tahun
jenis kelamin : perempuan
agama : islam
suku : melayu
pendidikan : Sma
pekerjaan : ibu rumah tangga
alamat : jl. HM Suwignyo Gang Tegal Rejo III No II B
hubungan dengan klien : Istri
a. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan masa lalu
Penyakit yang pernah diderita
Keluarga klien mengatakan, klien pernah mengalami stroke kurang lebih 4 tahun
yang lalu pada bagian tubuh sebelah kiri. Selain itu keluarga klien mengatakan klien
menderita hipertensi kurang lebih 10 tahun
Riwayat alergi
Keluarga klien mengatakan klien tidak memiliki riwayat alergi makanan dan obat
obatan
Tindakan operasi yg pernah dilakukan
Keluarga klien mengatakan klien belum pernah dioperasi
Riwayat kesehatan saat ini
Alasan masuk RS
Klien masuk Rumah Sakit karena mengalami penurunan kesadaran 1 jam SMRS dan
sulit untuk berbicara karena lidah pelo kurang lebih 6 jam SMRS.
Keluhan utama
Klien mengalami penurunan kesadaran dan terpasang ventilator
b. Riwayat kesehatan keluarga
keluarga klien mengatakan dari keluarga nya tidak pernah memiliki riwayat penyakit
seperti ini sebelumnya
c. Genogram
d. Pemeriksaan fisik
keadaan umum : lemah
kesadaran : stupor GCS: 6 E: 1 V:2 M: 3
tanda-tanda vital : TD 134/96 mmhg N: 114 x/m S: 36,7 c RR : 24 x/m
spo2: 98 %
Sistem Pernafasan
dada, thorax dan paru paru
inspeksi : tampak ada retraksi dada , pergerakan dada simetris, kulit pada
dada tidak tampak kuning dan tidak terdapat lesi, rr : 26 x/m
palpasi : tidak terdapat benjolan abnormal
perkusi : suara perkusi pekak pada ics 2 -5 sinistra
auskultasi : suara nafas ronchi
Sistem Kardiovaskuler
jantung
ispeksi : tidak ada lesi pada dada
palpasi : ictus kordis di ics 5 tidak teraba adanya benjolan abnormal
perkusi : suara perkusi pekak pada ics 2-5 sinistra
auskultasi : suara s1 dan s2 tunggal, tidak ada murmur jantung
crt : <2 detik
Sistem Persyarafan
sensai nyeri : (-)
Nervus
N1 (olfaktorius) = tidak terkaji
N2 (optikus) = tidak terkaji
N3 ( okulomotorius) = tidak terkaji
N4 ( troclearis ) = tidak terkaji
N5 (trigeminus ) = tidak terkaji
N6 ( abdusen ) = tidak terkaji
N7 ( Facialis) = tidak terkaji
N8 ( vestibulotroklearis ) = tidak terkaji
N9 ( glosofaringeus) = tidak terkaji
N10 ( vagus ) = tidak terkaji
N11 ( Assesoris ) = tidak terkaji
N12 ( hipoglosus) = tidak terkaji
Catatan : klien mengalami penurunan kesadaran
2222 2222
Pola istirahat dan tidur
Klien tampak tidur >20 jam . klien tidak tampak rewel
Sistem Pencernaan
mulut dan tenggorokan
inspeksi : palatum utuh, bibir normal, mukosa tampak kering
palpasi : tidak teraba masa abnormal
abdomen
inspeksi : tidak tampak kemerahan, lesi (-)
auskultasi : bising usus terdengar 8 x /m
palpasi : tidak teraba masa abnormal
perkusi : suara abdomen timpani
anus : terdapat lubang anus
pola nutrisi : klien hanya di berikan minum susu melewati Ngt
pola eliminasi : Belum ada BAB sejak masuk icu-iccu
Sistem Perkemihan
pola eliminasi
klien menggunakan kateter urin dengan jumlah urin ± 2000 cc
genitalia
organ genitalia tampak normal, tidak terdapat area genitalia yang abnormal
penggunaan alat bantu perkemihan
klien terpasang selang kateter
System Muskuloskeletal
ekstimitas
ekstrimitas atas dan bawah lengkap, jari jari lengkap, pergerakan lemah, tidak ada
kelainan pada bagian ekstimitas
kekuatan otot dengan nilai 2222 sebelah kanan dan ekstremitas sebelah kiri
dengan nilai 2222.
aktivitas
klien hanya berbaring dengan posisi dirubah tiap 3 jam
Sistem Integumen
kulit
inspeksi : kulit berwarna sawo matang, akral teraba hangat, kulit kering,
turgor kulit menurun, tidak terdapat kemerahan maupun lesi.
palpasi : tidak teraba benjolan abnormal
rambut dan kuku
rambut berwarna hitam dengan distribusi rambut merata, kuku panjang
pola kebersihan
klien diamandikan 1x di pagi hari
Sistem Sensori Persepsi
telinga
inspeksi : telinga simetris, tidak terdapat serumen , tidak terdapat
pengeluaran cairan abnormal
palpasi : tidak ada respon nyeri tekan, tidak ada benjolan yang abnormal
hidung
inspeksi : hidung terdapat septum, tidak ada polip
palpasi : tidak ada benjolan yang abnormal
mata
inspeksi : mata simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,
pupil isokor, reflek cahaya positif (+/+)
palpasi : saat diraba tidak ada respon nyeri.
e. Data Psikososial
Status Emosi
klien tidak sadarkan diri, klien dalam pengaruh obat. Keluarga sangat khawatir dengan
kondisi klien
Konsep Diri
keluarga tampak sabar menunggu orang tuanya sembuh
Gaya Komunikasi dan Pola Interaksi
keluarga klien dapat berkomunikasi dengan baik
Pola Koping
keluarga klien menyatakan menyerahkan sepenuhnya kepada tim medis tentang kondisi
ayahnya
f. Data Social
Hubungan Sosial
keluarga klien mengatakan, agar ayahnya supaya cepat sembuh agar dapat berkumpul
dengan keluarga di rumah
Faktor Sosial Kultural
orang tua klien mengatakan tidak ada kebiasaan yang dilakukan dilingkungannya untuk
mengetahui penyakit ayahnya, klien segera membawa ke pelayanan kesehatan
Gaya Hidup
keluarga klien mengatakan tidak merokok dan minum obat-obatan tertentu
g. Pengetahuan Tentang Penyakit
keluarga klien mengetahui penyakit apa yang di derita ayah nya namun, keluarga belum
mengetahui penanganan seperti apa yang harus dilakukan dirumah.
h. Data Spiritual
keyakinan terhadap Tuhan : keluarga klien mengatakan percaya bahwa
ayahnya akan sembuh dengan terus berdoa ke tuhan
kegiatan ibadah selama sakit : keluarga selalu berdoa agar ayahnya lekas sembuh
i. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
- Tanggal 25 maret 2019
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 14,6 13,2 – 17,3
Leukosit 10.830 / uL 3.800 – 10.600
Trombosit 401.000 /uL 150.000 – 440.000
Hematokrit 42,4 % 40 – 52
Eritrosit 4,82 106/uL 4,4 – 5,9
McH 30,3 pg 27-32
MCHC 34,4 gdL 31-35
MCV 88 fL 77-96
MPV 99 fL 7,2-11,1
P-LCR 22,6 % 15,0-25,0
PDW 10,4 fL 9,0-13,0
j. Medikasi/ Pengobatan
IVFD. NaCl 15 tpm
Inj citicoline 4x1 gr
Inj mecobalamine 2 x 500 mg
Inj lansoprazole 2x 30 mg
Inj ceftriaxone 2x1 gr
Drip micardipine 2,5 cc/jam
Infus paracetamol 3x1 gr
Combivent 3x1 (inhalasi/nebulizer)
Cpct 1x 75 mg (oral)
ANALISA DATA
No. Data Etioloi Masalah keperawatan
1 Data Subjektif: Keluarga Infark cerebri, hipertensi Ketidakefektifan perfusi
klien mengatakan tiba-tiba jaringan otak
klien sulit berbicara dan
mengalami penurunan
kesadaran
Data Objektif:
- Klien tampak tidak
sadar dan terpasang
ventilator
- Kesadaran klien
stupor (GCS=6, E:1,
V:2, M:3)
- Bagian tubuh sebelah
kiri mengalami
kelemahan
- Hasil pemeriksaan
CT-Scan tampak lesi
hypodense di ganglia
basalis et corona
radiata bilateral
(Kesan: multiple
infark)
- TD 134/96 mmhg
- N: 114 x/m
- S: 36,7 c
- RR : 24 x/m
- Spo2: 98 %
2 Data Subjektif: Penumpukan sekret Ketidakefektifan
Data Objektif: bersihan jalan nafas
- Klien tampak lemah
- Klien menggunakan
OPA dan dibantu
ventilator
- Kesadaran klien
stupor (GCS=6, E:1,
V:2, M:3)
- inspeksi :
tampak ada retraksi
dada , pergerakan
dada simetris, kulit
pada dada tidak
tampak kuning dan
tidak terdapat lesi,
- palpasi : tidak
terdapat benjolan
abnormal
- perkusi : suara
perkusi pekak pada
ics 2 -5 sinistra
- auskultasi : suara
nafas ronkhi
- Klien bernafas
terdengar suara
penumpukan lendir
- TD 134/96 mmhg
- N: 114 x/m
- S: 36,7 c
- RR : 24 x/m
- Spo2: 98 %
3 Data subjektif : Disfungsi neuromuskular Ketidakefektifan pola
Data objektif: nafas
- Klien tampak lemah
- Kesadaran klien
stupor (GCS=6, E:1,
V:2, M:3)
- Klien menggunakan
OPA dan dibantu alat
ventilator
- inspeksi :
pernafasan klien
tampak cepat,
tampak ada retraksi
dada , pergerakan
dada simetris, kulit
pada dada tidak
tampak kuning dan
tidak terdapat lesi,
- palpasi : tidak
terdapat benjolan
abnormal
- perkusi : suara
perkusi pekak pada
ics 2 -5 sinistra
- auskultasi : suara
nafas ronkhi
- Klien bernafas
terdengar suara
penumpukan lendir
- TD 134/96 mmhg
- N: 114 x/m
- S: 36,7 c
- RR : 24 x/m
- Spo2: 98 %
4 Data subjektif: keluarga Gangguan Hambatan mobilitas fisik
klien mengatakan klien tidak neuromuskular,
sadarakan dari kurang lebih penurunan kekuatan otot
1 jam SMRS
Data objektif :
- Klien tampak tidak
sadarkan diri
- Kesadaran klien
stupor (GCS=6, E:1,
V:2, M:3)
- Klien tampak bed
rest
- Klien mengalami
kelemahan pada
bagian tubuh sebelah
kiri
- Kekuatan otot
2222 2222
2222 2222
5 Data subjektif: keluarga Imobiltasi fisik Resiko kerusakan
klien mengatakan klien tidak integritas kulit
sadarakan dari kurang lebih
1 jam SMRS
Data objektif:
- Klien tampak tidak
sadarkan diri
- Kesadaran klien
stupor (GCS=6, E:1,
V:2, M:3)
- Klien tampak bed
rest
- Kulit klien tampak
kering, turgor kulit
menurun
INTERVENSI KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan - Kaji tingkat kesadaran klien - Untuk menilai tingkat kesadaran klien
jaringan otak b.d keperawatan 3 x 24 jam di harapkan - Kaji tingkat konsentrasi klien - Untuk menilai tingkat konsentrasi klien
perdarahan di otak perfusi jaringan otak normal dengan - Batasi gerakan pada kepala dan leher - Untuk mencegah terjadinya peningkatan TIK
kriteria hasil :
- Monitor tanda-tanda vital - Untuk menilai kondisi klien
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan
- Monitor adanya kelemahan pada anggota - Untuk menilai fungsi motorik dan kelemahan
TIK
tubuh klien
- Tanda-tanda vital dalam batas
- Posisikan klien 30º - Untuk mencegah peningkatan tekanan intra
normal
- Lakukan pemberian analgesik kranial
- Tingkat kesadaran membaik
- Untuk mengurangi nyeri klien
- Berkomukasi dengan jelas
2 Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan tindakan - Auskultasi suara napas tambahan - Untuk mendengar suara tambahan
jalan napas b.d keperawatan 3 x 24 jam di harapkan - Kaji penyebab sumbatan jalan napas - Untuk mengetahui penyebab dari gangguan
penumpukan secret jalan napas klien paten dengan kriteria - Monitor tanda-tanda vital pola napas
hasil :
- Berikan posisi yang benar - Untuk menilai kondisi klien
- Pola napas klien paten
- Untuk memperlancar pernapasan klien
- Tidak ada penumpukan secret
- Anjurkan klien untuk intirahat - Agar klien merasa lebih nyaman dan tenang
- Tanda-tanda vital dalam batas
- Agar klien merasa tenang dan santai untuk
normal - Berikan lingkungan yang nyaman istirahat
- untuk membuang secret yang menghalang
- Lakukan suction untuk membuang secret
pola napas
3 Gangguan menelan b.d Setelah dilakukan tindakan - Kaji kemampuan menelan klien - Untuk menilai reflek menelan klien
gangguan neuromuscular keperawatan 3 x 24 jam di harapkan - Berikan posisi yang nyaman - Untuk mencegah terjadinya muntah
gangguan menelan klien dapat teratasi - Berikan makanan dalam bentuk cair atau - Agar klien lebih mudah dalam memenuhi
dengan kriteria hasil :
lunak nutrisinya
- Kemampuan menelan adekuat
- Lakukan pemasangan NGT - Untuk mempermudah klien makan
- Dapat makan dengan baik
- Ajarkan klien untuk makan tidak - Untuk melatih refklek menelan klien
- Mampu makan dan minum dengan
menggunakan NGT
baik
- Monitor tanda-tanda vital - Untuk menilai kondisi klien
- Tidak terpasang selang NGT
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari ke 1
2 Selasa 12 Maret Ketidakefektifan bersihan jalan napas - Melakukan auskultasi suara napas - Terdengar suara roncki
2019 / b.d penumpukan secret tambahan - TD : 270/100 mmHg S : 36 ᵒc
- Memonitor tanda-tanda vital N : 114 x /menit RR: 26 x/menit
07.00 – 13.00 - Posisi klien semi fowler
- Memberikan posisi yang benar - Klien hanya terpasang OPA
- Kolaborasi pemasangan OPA - Jalan napas klien paten dan sekret sudah
- Melakukan suction untuk membuang tampak sedikit
secret
3 Selasa, 12 Maret Gangguan menelan b.d gangguan - Mengkaji kemampuan menelan klien - Klien tidak dapat menelan
2019 neuromuscular - Memberikan posisi yang nyaman - Posisi semi fowler
- Memberikan makanan dalam bentuk cair - Klien di puasakan
07.00 – 13.00
atau lunak - Klien sudah terpasang selang NGT
- Melakukan pemasangan NGT - TD : 270/100 mmHg S : 36 ᵒc
- Memonitor tanda-tanda vital N : 114 x /menit RR: 26 x/menit
Hari ke 2
2 Rabu 13 Maret 2019 / Ketidakefektifan bersihan jalan napas - Melakukan auskultasi suara napas - Terdengar suara roncki
b.d penumpukan secret tambahan - TD 154/114 mmHg
07.30 – 13.00 - Memonitor tanda-tanda vital - N: 80 x/m
- S: 36 c
- Memberikan posisi yang benar - RR : 26 x/m
- Kolaborasi pemasangan OPA - Spo2: 98 %
- Melakukan suction untuk membuang - Posisi klien semi fowler
secret - Klien hanya terpasang OPA
- Jalan napas klien paten dan sekret sudah
tampak sedikit
3 Rabu, 13 Maret 2019 Gangguan menelan b.d gangguan - Mengkaji kemampuan menelan klien - Klien tidak dapat menelan
/ neuromuscular - Memberikan posisi yang nyaman - Posisi semi fowler
- Memberikan makanan dalam bentuk cair - Klien di puasakan (Residu kuning)
07.30 – 13.00
atau lunak - Klien sudah terpasang selang NGT
- Melakukan pemasangan NGT - TD 154/114 mmHg
- Memonitor tanda-tanda vital - N: 80 x/m
- S: 36 c
- RR : 26 x/m
- Spo2: 98 %
EVALUASI
No.
Hari/Tanggal SOAP Paraf
Diagnosa
S: -
O:
- Tingkat kesadaran klien coma
E : 1, V : 1, M : 3
- Klien tampak gelisah
- Klien hanya berbaring di atas tempat tidur dengan posisi 30 º
- TD 270/100 mmhg
- N: 114 x/m
- S: 36 c
- RR : 26 x/m
- Spo2: 92 %
Selasa
12/3/2019 - Klien mengalami kelemahan dibagian tubuh sebelah kanan
1 - Inf. Herbeser s.p Kel.3
inf. Manitol 4 x 125 mg
13.30 WIB inj. Citicolin 2 x 250 mg
micardipin 1 x 80 mg
clonidin 3 x 150 mg
A: Ketidakefektifan perfusi jaringan otak
P: Lanjutkan Intervensi
- Kaji tingkat kesadaran klien
- Kaji tingkat konsentrasi klien
- Batasi gerakan pada kepala dan leher
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor adanya kelemahan pada anggota tubuh
- Lakukan kolaborasi pemberian terapi farmakologi
Selasa 2 S: - Kel.3
12/3/2019 O:
- Terdengar suara ronchi
13.45 WIB - TD 154/114 mmHg
- N: 80 x/m
- S: 36 c
- RR : 26 x/m
- Spo2: 98 %
- Posisi klien semi fowler
- Klien hanya terpasang OPA
- Jalan napas klien paten dan sekret sudah tampak sedikit
A: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
P: Lanjutkan Intervensi
- Observasi frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada
- Observasi pola batuk dan karakter secret
- Monitor TTV dan SpO2 klien
- Auskultasi bunyi napas dan catat adanya suara napas tambahan
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Instruksikan keluarga untuk memberikan posisi semifowler saat sesak
- Kolaborasi dalam pemberian terapi oksigen
S: -
O:
- Klien tidak dapat menelan
- Posisi semi fowler
- Klien di puasakan (Residu kuning)
Selasa - Klien sudah terpasang selang NGT
12/3/2019 A: Gangguan Menelan
3 P: Lanjutkan Intervensi Kel.3
14.00 WIB - Kaji kemampuan menelan klien
- Berikan posisi yang nyaman
- Berikan makanan dalam bentuk cair atau lunak
- Lakukan pemasangan NGT
- Ajarkan klien untuk makan tidak menggunakan NGT
- Monitor tanda-tanda vital
Hari ke 2
No.
Hari/Tanggal SOAP Paraf
Diagnosa
S: -
O:
- Tingkat kesadaran klien supor
E :1 , V :1, M : 3
- Klien tampak gelisah
- Klien hanya berbaring di atas tempat tidur dengan posisi 30 º
- TD 154/114 mmHg
- N: 80 x/m
- S: 36 c
- RR : 26 x/m
- Spo2: 98 %
Rabu - Klien mengalami kelemahan dibagian tubuh sebelah kanan
13/3/2019 - Inf. Herbeser s.p
1 Kel.3
inf. Manitol 4 x 125 mg
13.20 WIB inj. Citicolin 2 x 250 mg
micardipin 1 x 80 mg
clonidin 3 x 150 mg
A: Ketidakefektifan perfusi jaringan otak
P: Lanjutkan Intervensi
- Kaji tingkat kesadaran klien
- Kaji tingkat konsentrasi klien
- Batasi gerakan pada kepala dan leher
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor adanya kelemahan pada anggota tubuh
- Lakukan kolaborasi pemberian terapi farmakologi
Rabu S: - Kel.3
13/3/2019 O:
2 - Terdengar suara roncki
13.30 WIB - TD 154/114 mmHg
- N: 80 x/m
- S: 36 c
- RR : 26 x/m
- Spo2: 98 %
- Posisi klien semi fowler
- Klien terpasang OPA
A: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
P: Lanjutkan Intervensi
- Observasi frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada
- Observasi pola batuk dan karakter secret
- Monitor TTV dan SpO2 klien
- Auskultasi bunyi napas dan catat adanya suara napas tambahan
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Instruksikan keluarga untuk memberikan posisi semifowler saat sesak
- Kolaborasi dalam pemberian terapi oksigen
S: -
O:
- Klien tidak dapat menelan
- Posisi semi fowler
- Klien di puasakan (Residu kuning)
- Klien sudah terpasang selang NGT
- TD 154/114 mmHg
- N: 80 x/m
Rabu - S: 36 c
13/3/2019
3 - RR : 26 x/m Kel.3
13.40 WIB - Spo2: 98 %
A: Gangguan Menelan
P: Lanjutkan Intervensi
- Kaji kemampuan menelan klien
- Berikan posisi yang nyaman
- Berikan makanan dalam bentuk cair atau lunak
- Lakukan pemasangan NGT
- Ajarkan klien untuk makan tidak menggunakan NGT
- Monitor tanda-tanda vital
TINJAUAN TEORI STROKE
1. Definisi
2. Epidemiologi
5
6
23.636 orang. Sedangkan yang rawat jalan atau yang tidak dibawake rumah sakit
tidak diketahui jumlahnya (Kompas, 2008) Di Bali jumlah penderita Stroke
Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik yang masuk ke RSUP Sanglah
Denpasar tidak bisa dikatakan sedikit.
Dari data catatan medik RSUP Sanglah Denpasar didapatkan jumlah
penderita stroke 2 tahun terakhir memang mengalami penurunan, namun
jumlah kasusnya masih tergolong banyak. Pada tahun 2011 jumlah penderita
stroke yang menjalani perawatan adalah 848 orangdimana bila dirata-ratakan
terdapat 71 kasus per bulan. Sedangkan pada tahun 2012 menjadi 715 orang
dimana bila dirata-ratakan terdapat 60 kasus per bulan.
3. Etiologi
Sroke biasanya disebabkan oleh:
a. Trombosis Serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan
kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang
sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan
aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan
iskemia serebri. Tanda dan gejala neurologis sering kali memburuk dalam
48 jam setelah terjadinya thrombosis. Beberapa keadaaan di bawah ini dapat
menyebabkan thrombosis otak:
- Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya
kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis
aterosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui
mekanisme berikut; lumen arteri menyempit dan mengakibatkan
berkurangnya aliran darah, oklusi mendadak pembuluh darah karena
terjadi thrombosis, merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian
melepaskan kepingan thrombus (embolus) dan dinding arteri menjadi
lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.
- Hiperkoagulasi pada Polisitema
7
4. Faktor Resiko
Faktor resiko untuk terjadinya stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan
kemungkinannya untuk dimodifikasi atau tidak (nonmodifiable, modifiable, atau
potentially modifiable) dan bukti yang kuat (well documented atau less well
documented).
1) Non modifiable risk factors :
a. Usia
Insidensi stroke sebanding dengan meningkatnya usia di atas umur 55
th, insidensinya meningkat 2 kali lipat. Hal ini berkaitan dengan adanya
proses penuaan (degenerasi) yang terjadi secara alamiah dan pada
umumnya pada orang lanjut usia pembuluh darahnya lebih kaku karena
adanya plak (atheroscelorsis).
b. Jenis kelamin
9
Insidensi pada pria 19% lebih tinggi daripada wanita. Hal ini mungkin
terkait bahwa laki-laki cenderung merokok. Dan, rokok ternyata dapat
nerusak lapisan dari pembuluh darah tubuh.
c. Berat badan lahir rendah
Risiko stroke meningkat dua kali pada orang dgn berat badan yg rendah
(< 2500 g) ketika lahir.
d. Ras/etnis
Dari beberapa penelitian dikemukakan bahwa ras kulit putih memiliki
peluang lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan ras kulit hitam.
Hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup. Pada
tahun 2004 di Amerika terdapat penderita stroke pada laki-laki yang
berkulit putih sebesar 37,1% dan yang berkulit hitam sebesar 62,9%
sedangkan pada wanita yang berkulit putih sebesar 41,3% dan yang
berkulit hitam sebesar 58,7%.
e. Genetik / Hereditas
Hal ini terkait dengan riwayat stroke pada keluarga. Orang dengan
riwayat stroke pada keluarga, memiliki resiko yang lebih besar untuk
terkena stroke dibandingkan dengan orang tanpa riwayat stroke pada
keluarganya. Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke,
misalnya hipertensi, jantung, diabetes dan kelainan pembuluh darah.
Riwayat stroke dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota
keluarga pernah mengalami stroke pada usia kurang dari 65 tahun,
meningkatkan risiko stroke.
2. Modifiable risk factors
a. Well-documented and modifiable risk factors
- Hipertensi
Hipertensi adalah faktor resiko yang paling penting untuk stroke,
terutama Stroke sumbatan. Tidak ada bukti bahwa wanita lebih
tahan terhadap hipertensi daripada laki-laki. Insiden stroke
sebagian besar diakibatkan oleh hipertensi, sehingga kejadian
stroke dalam populasi dapat dihilangkan jika hipertensi diterapi
secara efektif. Peningkatan tekanan darah yang ringan atau
10
5. Patofisiologi
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja di dalam
arteri-arteri yang membentuk Sirkulus Willisi (Gambar 1): arteria karotis interna
dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Secara umum, apabila
aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi
infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak
selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut.
Alasannya adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke
daerah tersebut. Proses patologik yang mendasari mungkin salah satu dari
berbagai proses yang terjadi di dalam pembuluh darah yang memperdarahi otak.
Patologinya dapat berupa (1) keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri,
seperti pada aterosklerosis dan trombosis, robeknya dinding pembuluh, atau
peradangan; (2) berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran
14
darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah; (3) gangguan aliran darah akibat
bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium;
atau (4) ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid (Price et al,
2012).
Suatu stroke mungkin didahului oleh Transient Ischemic Attack (TIA) yang
serupa dengan angina pada serangan jantung. TIA adalah serangan-serangan
defisit neurologik yang mendadak dan singkat akibat iskemia otak fokal yang
cenderung membaik dengan kecepatan dan tingkat penyembuhan bervariasi
tetapi biasanya dalam 24 jam. TIA mendahului stroke trombotik pada sekitar
50% sampai 75% pasien.
15
16
6. Klasifikasi Stroke
Klasifikasi stroke debedakan menurut ptologi dari serangan stroke meliputi:
a. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan
subaraknoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah
otak tertentu. Biasanya kejadiaannya saat melakukan aktivitas atau saat
aktif, namun bisa juga terjadi saat istorahat. Kesadaran klien umumnya
menurun.
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara
spontan bukan oleh trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya
pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler. Perdarahan otak dibagi menjadi
dua, yaitu :
1) Perdarahan intraserebri (PSI)
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa
yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningktan
TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena
herniasi otak. Perdarahan intraserebri yang disebabkan hipertensi sering
dijumpai didaerah putamen, talamus, pons dan serebellum
2) Perdarahan subaraknoid (PSA)
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.
Aneurisma yang pecah ini berasal adari pembuluh darah sirkulasi Willisi
dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar perenkim otak. Pecahnya
arteri dan keluarnya ke ruang subaraknoid menyebabkan TIK meningkat
mendadak , meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh
darah serebri yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia dan lainnya).
Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang subaraknoid
mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK yang mendadak,
17
hiperdensi)
Oftalmoskop Fenomena silang Perdarahan retina dan
silver wire art korpus vitreum
Lumbal pungsi
Tekanan Normal Meningkat
Warna Jernih Merah
Eritrisit <250/mm3 >1000/mm3
EEG Di tengah Bergeser dari bagian
tengah
7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari stroke secara umum Menurut Smeltzer dan Bare (2015)
menyebutkan adalah sebagai berikut :
a. Nyeri kepala yang sangat hebat menjalar ke leher dan wajah
b. Mual dan muntah
c. Kaku kuduk
d. Penurunan kesadaran
e. Hilangnya kekuatan (atau timbulnya gerakan canggung) di salah satu bagian
tubuh, terutama di salah satu sisi, termasuk wajah, lengan atau tungkai.
20
f. Rasa baal (hilangnya sensasi) atau sensasi tak lazim di suatu bagian tubuh,
terutama jika hanya salah satu sisi.
g. Hilangnya penglihatan total atau parsial di salah satu sisi
h. Kerusakan motoric dan kehilangan control volunteer terhadap gerakan
motoric
i. Gangguan komunikasi seperti : disatria (kesulitan bicara), disfasia atau
afasia (kerusakan komunikasi/ kehilangan fungsi biacara), apraksia (ketidak
mampuan melakukan tindakan yang dipelajari).
j. Gangguan persepsi
k. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
l. Disfungsi kandung kemih
Manifestasi klinis stroke dapat dilihat dari deficit neurologiknya, yaitu:
a. Defisit Lapangan Penglihatan
1) Homonimus heminopsia (kehilangan setengah lapang penglihatan):
- Tidak menyadari orang atau objek di tempat hehilangan penglihatan
- Mengabaikan salah satu sisi tubuh
- Kesulitan menilai jarak
2) Kehilangan penglihatan perifer:
- Kesulitan melihat pada malam hari
- Tidak menyadari objek atau batas objek
3) Diplopia yaitu penglihatan ganda
b. Defisit Motorik
1) Hemiparesis (kelemahan salah satu sisi tubuh):
Kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama (karena lesi
pada hemisfer yang berlawanan)
2) Hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi):
Paralisis wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama (karena lesi pada
hemisfer yang berlawanan)
3) Ataksia:
- Berjalan tidak tegak.
- Tidak mampu menyatukan kaki.
4) Disartria yaitu kesulitan dalam membentuk kata.
21
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang diperlukan dalam membantu menegakkan
diagnosis klien stroke meliputi:
a. Angiografi Serebri.
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
27
b. Lumbal Pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragik pada subarachnoid atau perdarahan pada
intracranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses
inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang massif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
c. CT Scan
Pemeriksaan diagnostik obyektif didapatkan dari Computerized
Tomography scanning (CT-scan). Menurut penelitian Marks, CT-scan
digunakan untuk mengetahui adanya lesi infark di otak dan merupakan baku
emas untuk diagnosis stroke iskemik karena memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi. Pemeriksaan ini mempunyai keterbatasan, yaitu
tidak dapat memberikan gambaran yang jelas pada onset kurang dari 6 jam,
tidak semua rumah sakit memiliki, mahal, ketergantungan pada operator dan
ahli radiologi, memiliki efek radiasi dan tidak untuk pemeriksaan rutin
skirining stroke iskemik.( Widjaja, Andreas., dkk. 2010) yaitu
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke
ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
d. Magenetic Imaging Resonance (MRI)
Dengan menggunakan gelombang magnetic untuk menentukan posisi serta
besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan area yang mengalami lesi infark akibat dar hemoragik.
e. USG Doppler
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya penyakit
arteriovena (masalah sistem karotis)
f. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls liistrik dalam
jaringan otak.
28
9. Penatalaksanaan Stroke
Penatalaksanaan stroke hemoragik
a. Terapi stroke hemoragik pada serangan akut
1) Saran operasi diikuti dengan pemeriksaan
2) Masukkan klien ke unit perwatan saraf untuk dirawat di bagian bedah
saraf
3) Neurologis
Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya
29
10. Komplikasi
Setelah mengalami stroke klien mungkin akan mengalami komplikasi,
komplikasi ini dapat dikelompokkan berdasarkan.
a. Dalam hal imobilisasi : infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi dan
tromboflebitis.
b. Dalam hal paralisis : nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi
deformitas, dan terjatuh.
c. Dalam hal kerusakan otak: epilepsi dan sakit kepala.
d. Hidrosepalus.
(Fransisca B. Batticaca, 2018).
a. Hipoksia serebral
b. Penurunan aliran darah serebral
c. Embolisme serebral.
11. Pencegahan
a. Hindari merokok, kopi dan alkohol.
b. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan ideal ( cegah
kegemukan).
c. Batasi intake garam bagi penderita hipertensi.
d. Batasi makkanan berkolesterol dan lemak (daging,durian,alpukat,keju dan
lainnya).
e. Pertahankan diet dengan gizi seimbang (banyak mkan buah dan sayuran).
f. Olahraga yang teratur (Smeltzer dan Bare, 2015).
31
DAFTAR PUSTAKA
Smelter SC dan Bare BG. 2015. Buku Ajaran Keperawatan Medical Bedah Volume 2.
Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2015. Buku Ajar Auhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba medika
Price, Sylvia dkk. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses Penyakit. Volume 2.
Edisi 6. Jakarta: EGC.
Widjaja, Andreas C., Imam BW, Indranila Ks. 2010. Uji Diagnostik Pemeriksaan Kadar
D-Dimer Plasma pada Diagnosis Stroke Iskemik. File Type PDF/ Adobe Acrobat.
Dari http://eprints.undip.ac.id/24038/1/Andreas_C._Widjaja-01.pdf