KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF OBSTETRI
RUMAH SAKIT SIMPANGAN DEPOK
Nama Mahasiswa : Nurul Alia Fathila binti Kamalul Azmi Tanda Tangan
NIM : 112016391
IDENTITAS PASIEN
A. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis, tanggal: 03 Juli 2017, Jam: 0700 WIB
Keluhan utama:
Wanita G3P2A0 hamil 38-39 minggu dengan keluhan mulas, keluar cairan bening dari
jalan lahir sejak 8 jam SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Seorang wanita 32 tahun, G3P2A0 hamil 38-39 minggu datang ke Rumah Sakit
Simpangan Depok dengan keluhan mulas disertai keluar cairan bening dari jalan lahir sejak
8 jam SMRS. Cairan berwarna jernih, tidak berbau, dan tidak berdarah. Menurut pasien,
cairan yang keluar pada awalnya adalah sedikit tetapi semakin lama semakin banyak.
Pasien juga merasa mulas yang muncul 1 jam sekali dengan durasi kurang 5 menit. Setelah
dilakukan pemeriksaan dalam pada jam 07.00, ditemukan adanya lendir yang bercampur
darah, ketuban berwarna hijau, keruh dan pembukaan sudah 4cm.
Pasien mengatakan rutin mengontrol kandungannya ke bidan, pasien juga rajin
mengonsumsi vitamin. Selama kehamilan pasien tidak melakukan aktivitas ataupun pekerjaan
berat dan memiliki waktu istirahat yang cukup. Pasien juga tidak ada riwayat konsumsi obat-
obatan, minum jamu, merokok maupun konsumsi alkohol. Pasien menyangkal adanya riwayat
penggunaan pil KB atau KB suntik. Riwayat BAB dan BAK juga baik selama kehamilan.
Riwayat Menstruasi:
Menarche : 14 tahun
Dismenore : Tidak
Status Pernikahan
Status : Menikah
Riwayat Obstetri
2
Hamil ke Jenis Persalinan Waktu Kelahiran Jenis Kelamin BB lahir(g) Keadaan Sekarang
3 Hamil ini
Riwayat Kontrasepsi :
(-) Pil KB (-) Suntikan 3 bulan (-) IUD (-) Susuk KB (-) Lain-lain
Tidak pernah menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma dan alergi. Os
memiliki riwayat operasi seksio sesarea 2 kali.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis,
asma dan alergi.
Pendidikan
( ) SD ( ) SLTP (+) SLTA ( ) Sekolah Kejuruan
( ) Akademi ( ) Universitas
Pemeriksaan umum
Tinggi badan : 161 cm
Berat badan : 76 kg
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
3
Frekuensi nadi : 84 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,7 º C
Keadaan gizi : Baik
Sianosis : Tidak ada
Cara berjalan : Normal
Mobilisasi (Aktif/Pasif) : Aktif
Aspek Kejiwaan
Tingkah laku : Tenang
Alam perasaan : Biasa
Proses pikir : Wajar
4
C. PEMERIKSAAN FISIK OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah : Chloasma gravidarum (-)
Payudara : pembesaran (+), puting susu menonjol, cairan dari puting (-)
Abdomen : membuncit, memanjang, linea nigra (+), striae gravidarum (+),
bekas operasi (+)
Palpasi
TFU : 34cm
Taksiran berat janin : (34-12) x 155 = 3410 gram
Leopold I : bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
Leopold II : keras memanjang dan keras pada bagian kanan (PUKA)
Leopold III : bulat, keras, melenting (kepala)
Leopold IV : kepala sudah masuk PAP
His : (+), terjadi 3 kontraksi dalam 10 menit dan durasi setiap kontraksi adalah
30 detik
Auskultasi
DJJ : 142x/menit
Pemeriksaan dalam
Pembukaan Ø 4 cm, portio tebal dan lunak, selaput ketuban (-)
Bagian bawah / presentasi janin : kepala, Hodge I
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
Lab tanggal : 03 Juli 2017 Pukul 0730
Hb : 9,7 g/dL (N: 12-16)
Ht : 30 % (N: 37-47)
Leukosit : 12.600/µL (N: 5000-10000)
5
Trombosit : 175,000/µL (N: 150000-400000)
Masa perdarahan (BT) : 2’45 (N : 1-3)
Masa pembekuan (CT) : 8’15 (N : 6-10)
RESUME
Dari hasil anamnesis didapatkan Ny. W, umur 32 tahun dengan G3P2A0 usia kehamilan 38-
39 minggu mengeluh mulas dan adanya cairan bening keluar dari jalan lahir sejak 8 jam
SMRS. Pada pemeriksaan fisik obstetrik didapatkan inspeksi : perut membuncit memanjang,
striae gravidarum (+), linea nigra (+), striae livide (-), striae albicans (-). Palpasi: tinggi
fundus uteri 34 cm, leopold 1 : bulat, lunak, tidak melenting (bokong). Leopold II: keras
memanjang dan keras pada bagian kanan (PUKA). Leopold III: bulat, keras, melenting
(kepala). Leopold IV: kepala sudah masuk PAP. Denyut jantung janin: 142x/menit, His
terjadi 3 kontraksi dalm 10 menit dan durasi setiap kontraksi adalah 30 detik kuat dan teratur,
CTG reakif. Kemudian dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 4 cm, terdapat
darah dan lendir, portio tebal dan lunak, selaput ketuban tidak teraba dengan cairan ketuban
berwarna hijau, dan presentasi kepala berada pada Hodge 1. Os mengatakan ini kehamilan
ketiga dengan bekas seksio sesarea dua kali. Pada pemeriksaan laboratorium Hb 9,7 g/dL, Ht
30%, leukosit 12 600/µL, trombosit 175 000 /µL, masa perdarahan (BT) : 2’45, dan masa
pembekuan (CT) : 8’15.
Diagnosis Kerja
Tatalaksana
-Rawat inap
-IVFD RL 20 tpm
-Inj Cefotaxime 1gr IV
-Cek lab darah rutin, BT & CT
-Rencana SC
6
-IVFD RL 500cc + 1 amp oksitosin 20 tpm
-Th/ oral :
Asam mefenamat 3x500mg
Cefadroxil 2x500mg
Sangobion 1x1
Rencana Edukasi
-Dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein seperti telur, daging, susu, tahu,
tempe
-Istirahat yang cukup
-ASI eksklusif selama 6 bulan
-Banyak minum air
PROGNOSIS
Ibu
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Janin
Lahir bayi laki-laki perabdominal, berat lahir 3300 gram, panjang badan 51cm, lingkar kepala
34cm.
7
FOLLOW UP
S O A P
04/07/2017 Flatus (+) KU/Kes : Baik/CM P3A0 Post Obs KU, TTV,
0600 WIB BAK (+) TD:110/60mmHg SC, Hamil Perdarahan
BAB(-) N:80X/mnt Aterm Janin Aff infus, D/C
Perdarahan RR:20X/mnt Presentasi Mobilisasi bertahap
dbn Suhu : 36,7 C Kepala Th/ oral:
ASI (+) St.Generalis : dbN Tunggal -Asam mefenamat
Nyeri luka St. Obs : TFU 2 jari Hidup tab 3x500mg
operasi (+) dibawah pusat, kontraksi dengan KPD -Cefadroxil tab
baik Nifas Hari 2 2x500mg
-Sangobion 1x1
5/02/2017 Flatus (+) KU/Kes : Baik/CM P3A0 Post
0600 WIB BAK (+) TD:100/70mmHg SC, Hamil Obs KU, TTV,
BAB(-) N:88X/mnt Aterm Janin perdarahan
Perdarahan RR:20X/mnt Presentasi Th/ oral
dbn Suhu : 36,4 C Kepala Pasien
ASI (+) St.Generalis : dbN Tunggal diperbolehkan
Mobilisasi (+) St. Obs : TFU2 jari Hidup pulang
Nyeri bekas dibawah pusat, kontraksi dengan KPD
jahitan (+) baik, perdarahan(-) Nifas Hari 3
8
TINJAUAN PUSTAKA
KETUBAN PECAH DINI (KPD)
1.1 PENDAHULUAN
Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih kontroversial
dalam ilmu kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum ada, selalu
berubah. KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan
mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian
perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan,
dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan partus buatan
yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama pada pengelolaan konservatif. 1,2
Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif
terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu sampai terjadinya proses
persalinan, sehingga masa tunggu akan memanjang berikutnya akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi. Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada
KPD kehamilan kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan
janin yang cukup.1,2
Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : pertama, infeksi, karena
ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi.
Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa
menjadi patogen yang akan membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena
itu membutuhkan pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat persalinan
dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan resiko terjadinya infeksi ; kedua, adalah
kurang bulan atau prematuritas, karena KPD sering terjadi pada kehamilan kurang bulan.
Masalah yang sering timbul pada bayi yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau
respiratory Distress Syndrom (RDS) yang disebabkan karena belum masaknya paru. 1
9
pembentukan komponen – komponen amnion yang mencegah rupture atau robekan sangatlah
penting bagi keberhasilan persalinan 1,3
Amnion (selaput ketuban) merupakan membrane internal yang membungkus janin dan
cairan ketuban. Selaput ini licin, tipis, ulet, dan transparan. Selaput amnion melekat erat pada
korion (sekalipun dapat dikelupas dengan mudah). Selaput ini menutupi permukaan fetal
plasenta sampai pada insersio tali pusat dan kemudian berlanjut sebagai pembungkus tali pusat
yang tegak lurus hingga umbilicus janin. Sedangkan korion merupakan membrane eksternal
yang berwarna putih dan terbentuk vili – vili sel telur yang berhubungan dengan desidua
kapsularis. Selaput ini berlanjut dengan tepi plasenta dan melekat pada lapisan uterus 3
B. Cairan Amnion
Volume cairan amnion
Cairan yang normalnya jernih dan menumpuk di dalam rongga amnion ini akan meningkat
jumlahnya seiring dengan perkembangan kehamilan sampai menjelang aterm, saat terjadi
penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal.1,3
Volume cairan amnion pada hamil aterm sekitar 1000 – 1500 ml, warna putih, agak keruh
serta mempunyai bau yang khas, agak amis dan manis. Cairan ini mempunyai berat jenis 1.098
terdiri atas 98% air. Sisanya terdiri atas garam anorganik serta bahan organic dan bila diteliti
10
dengan benar terdapat rambut lanugo, sel – sel epitel dan verniks kaseosa. Protein ditemukan
rata –rata 2.6% g per liter, sebagian besar sebagai albumin.1,3
2.2 DEFINISI
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai
dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi pada
hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu, kejadiannya tidak terlalu
banyak. 3,4
1. Pecahnya ketuban sebelum inpartu atau sebelum timbulnya persalinan minimal lebih
dari 1 jam sebelum inpartu.
2. Pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila diameter serviks pada primigravida < 3
cm dan multi gravida <5 cm.
3. Pecahnya selaput ketuban secara spontan pada umur kehamilan > 28 minggu sebelum
waktu persalinan, dan dibagi menjadi dua :
11
- PROM (prelabour rupturs of the membranes) Pecahnya selaput ketuban pada
usia kehamilan > 37 minggu sebelum waktu persalinan.
dari
2.3 INSIDENSI
Ketuban pecah dini dapat terjadi pada kehamilan aterm (8%), preterm (1-3%), dan pada
midsemester kehamilan (<1%). Secara umum, insidensi dari KPD terjadi sekitar 7 – 12 % dari
semua kehamilan. 3,4
Sekitar 8-10% pasien ketuban pecah dini memiliki risiko tinggi infeksi intrauterine akibat
interval antara ketuban pecah dan persalinan yang memanjang. Ketuban pecah dini
berhubungan dengan 30 hingga 40% persalinan preterm dimana sekitar 75% pasien akan
mengalami persalinan satu minggu lebih dini dari jadwal.3
2.4 ETIOLOGI
Etiologi dari KPD masih belum jelas, bisa dikarenakan faktor selaput ketuban itu
sendiri ( berkurangnya kekuatan ketuban ) atau faktor infeksi yang menyebabkan peningkatan
tekanan intrauterin. 1,3
Karena etiologinya yang belum jelas maka tindakan preventif tdk dapat dilakukan,
kecuali dalam upaya untuk menekan terjadinya infeksi.
1. Faktor selaput ketuban itu sendiri Selaput ketuban yang kurang elastis dan tipis
2. Adanya infeksi yang terjadi secara langsung mengenai selaput ketuban maupun
ascenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban seperti:
- Chorioamnionitis
- Phyelonefritis
- Sistitis
12
- Cervisitis
- Vaginitis
3. Kelainan kehamilan :
- cephalo-pelvic disproportion
- kelainan letak janin (letak sungsang), sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah
5. Faktor lain ;
- Umur, usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada
ibu muda
13
2.5 PATOFISIOLOGI
2. Faktor infeksi Pada infeksi dan inflamasi terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan
prostaglandin menghasilkan kolagenase jaringan sehingga terjadi depolimerase
kolagen pada selaput korion/ amnion menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan
mudah pecah spontan. 3,4
3. Faktor trauma dan tekanan intra abdominal adanya stress material dan fetal
menyebabkan peningkatan pelepasan plasental cortikotropin releasing hormon (CRH),
sehingga terjadi pembentukan enzym matriks metalloproteinase (MMP) ketuban
pecah. 3,6,7
2.6 DIAGNOSA
Data subyektif:
Anamnesa:
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak
secara tiba-tiba dari jalan lahir,tidak dapat ditahan, terus menerus. Cairan berbau
khas, dan perlu juga diperhatikan warna keluanya cairan tersebut, his belum
teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah. Dari anamnesis
90% sudah dapat mendiagnosa KPD secara benar.1,3
Jika sudah terjadi infeksi intra partum ( misalnya amniontis) didapat keluhan
demam tinggi, nyeri abdomen dan keluar cairan pervaginam berbau.3
Riwayat haid
Ketuban pecah sebelum taksiran kelahiran. Umur kehamilan diperkirakan dari
hari haid terakhir3,4
14
Data objektif :
Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan umum:
o Periksa tanda-tanda vital pasien yaitu kesadaran, tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu badan. Apakah ada tanda infeksi, seperti suhu badan
meningkat dan nadi cepat.4,5
Pemeriksaan abdomen :
o Uterus lunak dan tidak nyeri tekan. Tinggi fundus uteri ( TFU) harus diukur dan
dibandingkan dengan tinggi yang diharapkan menurut haid terakhir:
o Denyut jantung janin normal yaitu 120-160x/ menit 3,4
Pemeriksaan obstetric 3-5
Memeriksa adanya cairan yang keluar pervaginam yang berisi meconium,
vernik kaseosa, rambut lanugo, dan tidak berbau.
Dengan inspekulo ;
lihat dan perhatikan apakah air ketuban memang keluar dari kanalis servikalis
dan apakah ada bagian yang pecah
Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan pendataran dari serviks,
adanya prolapse tali pusat atau tidak, ekstremitas bayi
Pooling pada cairan amnion dari forniks posterior
Pemeriksaan dalam ; (tidak dianjurkan)
Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi.
Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan,
pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu
diadakan pemeriksaan dalam karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari
pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina
yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.
Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam
persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan, dan bila akan dilakukan
penanganan aktif (terminasi kehamilan), dan dibatasi sedikit mungkin.
15
Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya.
Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret
vagina.
Pemeriksaan penunjang
o USG: untuk menilai jumlah air ketuban (Amniotic Fluid Index), menentukan
umur kehamilan, letak plasenta, letak janin dan berat janin. 3
o Amniosenteses: Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi
kematangan paru janin {(rasio L/S: Fosfatidilgliserol, fosfatidi(kolin jenuh)}.
Pewarnaan gram dan hitung koloni kuantitatif membuktikan adanya infeksi
intrauterine. 4,6
o Protein C-reaktif: peningkatan protein C-reaktif serum menunjukan peringatan
awal koriomnionitis.7
2.7 KOMPLIKASI
1. timbulnya persalinan Masa laten merupakan waktu dari ketuban pecah sampai
mulainya persalinan. Makin tua kehamilan maka masa latennya makin pendek. Dan
makin muda umur kehamilan maka makin panjang pula masa latennya. Persalinan
16
spontan dapat terjadi < 24 jam pada 80%-85% kehamilan aterm dan 50% kehamilan
prematur.3
Pada infeksi intra partum janin terinfeksi lebih dulu dibandingkan ibu, infeksi
ini terjadi karena adanya infeksi asendens dari vagina ke intra uterin
(Khorioamniositis). Infeksi yang dapat terjadi pada janin yaitu : pnemonia, septikemia,
infeksi saluran kemih, konjungtivitis. Bila terjadi infeksi pada janin didapatkan suhu
tubuh ibu meningkat dan DJJ meningkat (Fetal distress). 1,3,4
Prematuritas, intra uterin fetal disstres, infeksi dan masa laten yang meningkat
dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas janin.3,4
Pada masa laten yang lama terjadi peningkatan angka kematian janin. Dimana
bila masa laten > 12jam maka terjadi peningkatan 4-6% angka kematian janin. Bila >
24 jam meningkat 2 x lipat dan > 48 jam meningkat 4x lipat. 3,6
1. infeksi partial
3. Peritonitis, septikemia
17
4. Dry labor
6. atonia uteri
7. chorioamnionitis, endometritis
2.8 PENATALAKSANAAN
Dalam penatalaksanaan ketuban pecah dini ada beberapa hal dasar yang harus
dilakukan sebelum melakukan tindakan yaitu:
Memastikan diagnosis
Menentukan usia kehamilan
Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
Tanda-tanda inpartu dan gawat janin
Penderita dengan kemungkinan ketuban pecah dini harus masuk rumah sakit untuk dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar maka pasien dapat
pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala aktif, korioamnionitis dan gawat
janin maka kehamilan diterminasi. Bila ketuban pecah pada kehamilan premature maka
dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih komprehensif. Secara umum, penatalaksanaan pasien
ketuban pecah dini yang tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin,
penatalaksanaanya bergantung pada usia kehamilan. 3,,6,7
Secara umum, terdapat 2 jenis penanganan dan penatalaksanaan pada kasus ketuban
pecah dini yaitu:
A. Konservatif 1,3,5
Rawat di Rumah Sakit, berikan antibiotic ( ampicilin atau eritromisin 4x500mg dan
metronidazol 2x500mg selama 7 hari.
Jika usia kehamilan < 32 – 34 minggu maka pasien dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi dan tes
busa negative maka diberikan dexametason IM 5mg setiap 6 jam sebanyak 4x,
observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi kehamilan
pada usia kehamilan 37 minggu
18
Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi maka
berikan tokolitik (salbutamol), dexametason IM 5mg setiap 6 jam sebanyak 4x
dan induksi persalinan setelah 24 jam
Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu dan ada infeksi maka beri antibiotic dan
lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intra uterin).
Pada usia kehamilan 32 – 37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru
janin dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
B. Aktif 1,3,5
Pada kehamilan ≥37 minggu dan taksiran berat janin (TBJ) ≥ 2500gram,
keadaan ibu dan janin baik, skor pelvic ≥ 5 dan ICA > 5 maka dilakukan induksi
dengan oksitosin. Dapat pula diberikan misoprostol 25µg - 50µg intravaginal
tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila gagal maka dilakukan seksio sesarea.
Pada kehamilan ≥37 minggu dan taksiran berat jangin (TBJ) ≥ 2500gram, skor
pelvic < 5, ICA ≤ 5, keadaan ibu dan janin kurang baik ( terdapat tanda-tanda
infeksi intra partum, NST non-reaktif atau CST positif, terdapat indikasi
obstetric) dan ketuban pecah ≥12 jam maka berikan antibiotic dosis tinggi dan
kehamilan diakhiri dengan seksio sesarea.
19
Tabel. 2.2 Tatalaksana Ketuban Pecah Dini
20
1.8 PROGNOSIS
Usia kehamilan
Adanya infeksi / sepsis
Factor resiko / penyebab
Ketepatan Diagnosis awal dan penatalaksanaan
Prognosis dari KPD tergantung pada waktu terjadinya, lebih cepat kehamilan, lebih sedikit bayi
yang dapat bertahan. Bagaimanapun, umumnya bayi yang lahir antara 34 dan 37 minggu
mempunyai komplikasi yang tidak serius dari kelahiran premature.3
Kesimpulan
21
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetrik berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis,
yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
Beberapa peneliti melaporkan insidensi KPD berkisar antara 8 – 10 % dari semua
kehamilan. Hal ini menunjukkan, KPD lebih banyak terjadi pada kehamilan yang cukup
bulan dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95 %, sedangkan pada kehamilan tidak
cukup bulan atau KPD pada kehamilan preterm terjadi sekitar 34 % semua kelahiran
prematur.
Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih
kontroversial dalam kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum ada,
selalu berubah. Protokol pengelolaan yang optimal harus mempertimbangkan adanya
infeksi dan usia gestasi serta faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan untuk
merawat bayi yang kurang bulan. Meskipun tidak ada satu protokol pengelolaan yang dapat
untuk semua kasus KPD, tetapi harus ada panduan pengelolaan yang strategis, yang dapat
mengurangi mortalitas perinatal dan dapat menghilangkan komplikasi yang berat baik pada
anak maupun pada ibu.
DAFTAR PUSTAKA
22