Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM II

ANALISIS KUANTITATIF PEMERIKSAAN SUSUT PENGERINGAN DAN BAHAN ORGANIK ASING

A. Tujuan
 Mahasiswa mampu melakukan pengujian kualitas simplisia dengan melakukan metode
pemeriksaan susut pengeringan dan bahan organik asing

B. Dasar Teori
Metode analisis simplisia yang dilakukan pertama kali yaitu pengambilan contoh.
Contoh suatu simplisia harus mewakili batch yang diuji, untuk mengurangi
penyimpangan yang disebabkan oleh kesalahan pengambilan comtoh terhadap hasil
analisis, baik kualitatif maupun kuantitatif. Dalam pengambilan contoh diperlukan kerja
yang sangat ketat, masuk kebutuhan pengambilan contoh dari wadah yang lebih banyak
atau pengambilan contoh yang lebih banyak dari setiap wadah. Contoh dalam skala besar
jika pada pengambilan bagian luar wadah, penandaan dan keterangan etiket menunjukkan
bahwa bets obat dianggap homogen, ambil contoh secara terpisah dari berbagai wadah
yang terpilih secara acak sesuai ketentuan. Beberapa sub-bets yang sangat homogen
mungkin, kemudian melakukan pengambilan contoh pada masing-masing sub-bets
seperti pada bets yang homogen. Contoh bahan harus diambil pada bagian atas, tengah
dan bawah dari setiap wadah. contoh bahan terdiri dari bagian-bagian berukuran 1 cm
atau lebih kecil dan untuk semua bahan yang diserbukan atau digiling, dilakukann
pengambilan contoh dengan menggunakan suatu alat pengambilan contoh dapat
menembus bahan dari bagian atas ke bagian bawah wadah, tidak kurang dari dua
pengambilan yang dilakukan pada arah yang berlawanan. persiapan contoh dalam skala
besar dengan menggabungkan dan mencampurkan setiap contoh yang telah diambil dari
setiap wadah yang telah terbuka dan dijaga jangan sampai terjadi kenaikan tingkat
fragmentasi atau mempengaruhi derajat kelembaban secara bermakna. Contoh dalam
skala laboratorium, persiapkan contoh laboratorium dengan bagi contoh dalam skala
besar menjadi empat bagian atau catatan. Cara membagi empat adalah dengan
menempatkan contoh yang telah dicampur kan dengan baik, diratakan dalam bentuk
tumpukan segi empat dan sama rata, kemudian dibagi secara diagonal menjadi empat
bagian sama. Ambil kedua bagian yang berlawanan dan campur secara hati-hati. Ulangi
proses ini secukupnya sampai diperoleh jumlah yang diperlukan. Contoh skala
laboratorium harus mencukupi dan memenuhi kebutuhan semua pengujian yang
diperlukan. Perkecil ukuran contoh dalam skala laboratorium dengan membagi empat,
jaga agar setiap bagian dapat mewakili. Bahannya tidak dikirim atau tidak diserbukkan,
giling contoh sehingga melewati ayakan 20 dan campur hasil ayakan. Jika bahan tidak
dapat digiling, perkecil sedapat mungkin sehingga menjadi halus, campur dengan
mengguling gulingkan pada kertas atau kain, sebarkan menjadi lapisan tipis dan ambil
bagian untuk pengujian. Contoh untuk pengujian kecuali dinyatakan lain dalam
monografi, timbang sejumlah contoh dalam skala laboratorium, setiap di bawah ini,
usahakan agar bagian yang diambil mewakili (jika perlu dibagi empat):
Akar rimpang, kulit batang dan herba 500g
Daun, bunga, biji, dan buah 250g
Potongan bagian tanaman 50g
tebarkan contoh menjadi suatu lapisan tipis dan pisahkan bahan organik asing dengan tangan
sesempurna mungkin. Timbang dan hitung prosentase bahan organik asing terhadap bobot
contoh yang digunakan (Depkes RI, 1989).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
1. Cawan porselin
2. Pinset
3. Luv
4. Kertas merang
5. Kertas HVS

B. Bahan:
1. Simplisia
IV. CARA KERJA
Ditaburkan simplisia pada sebuah kertas besar

Diratakan dan dibagi menjadi 4 bagian

Ambil sampel dari setiap bagian yang telah dibagi


Sebanyak 25

Taburkan pada kertas HVS

Ambil benda asing yang terdapat pada simplisia


IV. HASIL PENGAMATAN

No Berat Berat Pengovenan Pengovenan Pengovenan Susut


sampel cawan I II III pengeringan
awal kosong
(sebelum (sesudah
di oven ) di oven)
1 3,01 50,6691 0,2444 0,2477 0,2523 8,38%
gram gram gram gram gram
2 3,00 50,4457 0,3192 0,3037 0,3237 10,79%
gram gram gram gram gram

Perhitungan :
1. Pengovenan I

 Cawan I = (50,6691+3,01)-53,4347
=0,2444 gram
 Cawan II =(50,4457+3,00)-53,1265
=0,3192 gram

2. Pengovenan II

 Cawan I =(50,6691 +3,01)-53,4314


=0,2477 gram
 Cawan II =(50,4457+3,00)-53,1420
=0,3037 gram

3. Pengovenan III

 Cawan I =(50,6691+3,01)-53,4268
=0,2523 gram

 Cawan II =(50,4457+3,00)-53,1220
=0,3237 gram

Cara perhitungan
Bahan organik asing
kadar bahan organik asing  x100%
Bahan sampel awal
a. Perhitungan pada pecobaan pertama:
0,001
bahan organik asing  x 100%
25,004
bahan organik asing  0,003%

Perhitungaan pada percobaan kedua :


0,000
bahan organik asing  x100%
25,005
bahan organik asing  0%

V. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali mahasiswa diminta mampu melakukan pengujian simplisia dengan

menggunakan metode susut pengeringan dan bahan organik asing dengan menggunakan metode

gravimetri, metode gravimetri sangat cocok digunakan untuk penetapan susut pengeringan

dan tidak membutuhkan pelarut. Dengan menghitung susut pengeringan hingga tercapai

bobot tetap, diamati pengaruh cara dan lama pengeringan pada kualitas simplisia. Dilakukan

pengeringan dengan oven pada suhu 1050C selama 45 menit. Dilakukan pada suhu 1050C

agar mendapatkan hasil pengeringan yang maksimal. Bobot pada cawan akan semakin

berkurang karena adanya pemanasan. Pengujian susut pengeringan adalah kadar bagian yang

menguap suatu zat , pengujian yang di lakukan dengan mengoven serbuk simplisia sebanyak 3 gram

yang di perkukan berkali-kali hingga di peroleh bobot yang konstan dengan bertujuan untuk

mengurangi kadar air sehingga simplisia tidak mudah rusak dan dapat disimpan dalam waktu

yang lebih lama. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar lebih dari 10 %, dapat

menjadi media pertumbuhan mikrobaPada literatur yaitu Farmakope Indonesia edisis III

mengatakan bahwa benda asing pada simplisia adalah benda asing yang berasal dari
tanaman. Simplisia harus bebas dari serangga, fragmen hewan atau kotoran hewan ; tidak

boleh menyimpang bau dan warnanya; tidak boleh mengandung lendir;cendawan atau

menunjukan adanya zat pengotor lainnya; tidak boleh mengandung racun dan zat berbahaya

lainnya. Hal ini dikarenakan apabila terdapat benda yang telah disebutkan akan berdampak

pada khasiat yang terdapat pada simplisia tersebut. Salah satu cara untuk mengendalikan

mutu simplisia adalah dengan melakukan standarisasi simplisia. Standarisasi diperlukan agar

dapat diperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya dapat menjamin efek farmakologi

tanaman tersebut. Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan

digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan tertentu. Parameter

mutu simplisa meliputi susut pengeringan, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam,

kadar sari larut air, kadar sari. Dalam percobaan kali ini dilakukan proses penetapan susut

pengeringan dari suatu simplisia.

Pada praktikum kali ini simplisia yang kami gunakan adalah Daun Jeruk purut (Citrus hystrix
DC) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang umum digunakan sebagai flavor
alami pada berbagai produk makanan dan minuman. Daun jeruk purut mengandung
senyawa bioaktif seperti flavonoid, steroid, kumarin, fenolik, tanin, saponin, terpen, dan
minyak atsiri (Setiawan, 2000).
Kandungan minyak dalam daun jeruk purut juga mengandung senyawa seperti
sitronelal, sitronelol, linalol dan geraniol (Koswara, 2009).
Flavor dari daun jeruk purut berasal dari oleoresin yang dikandungnya yang
didalamnya terdapat komponen utama yaitu sitronelal (Khasanah,.dkk 2015).
Jeruk purut banyak ditanam orang di pekarangan atau di kebun-kebun. Daunnya
merupakan daun majemuk menyirip beranak daun satu. Tangkai daun sebagian melebar
menyerupai anak daun. Helaian anak daun berbentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal
membundar atau tumpul, ujung tumpul sampai meruncing, tepi beringgit, panjang 8-15 cm,
lebar 2-6 cm, kedua permukaan licin dengan bintik-bintik kecil berwarna jernih,
permukaan atas warnanya hijau tua agak mengilap, permukaan bawah hijau muda atau
hijau kekuningan, buram, jika diremas baunya harum. Bunganya berbentuk bintang,
berwarna putih kemerah-merahan atau putih kekuning-kuningan. Bentuk buahnya bulat
telur, kulitnya hijau berkerut, berbenjol-benjol, rasanya asam agak pahit.
Jeruk purut sering digunakan dalam masakan, pembuatan kue, atau dibuat manisan.
Jeruk purut dapat diperbanyak dengan cangkok dan biji.
1. Sifat dan khasiat jeruk purut
Daun jeruk purut berkhasiat stimulant dan penyegar. Kulit buah berkhasiat stimulant,
berbau khas aromatic, rasanya agak asin, kelat dan lama-kelamaan agak pahit.
2. Kandungan kimia jeruk purut
Daun mengandung tannin 1,8%, steroid triterpenoid, dan minyak asiri 1-1,5% v/. Kulit
buah mengandung saponin, tannin 1%, steroid triterpenoid, dan minyak asiri yang
mengandung sitrat 2-2,5% v/b
3. Bagian yang digunakan adalah buah dan daun.
4. Buah jeruk purut digunakan untuk mengatasi :
 Influenza,Badan terasa lelah,
 Rambut kepala yang bau(mewangikan kulit),
 Kulit bersisik dan mengelupas ,
 Badan letih dan lemah sehabis sakit berat.

Adapun Tujuan dari praktikum kali ini yaitu percobaan bahan organik asing yang bertujuan
untuk melihat kualitas dari sebuah simplisia. Dimana suatu simplisia katakan memiliki
kualitas yang bagus apabila simplisia tersebut tidak memiliki melebihi dari ketentuan yang
telah ditentukan. Simplisia yang di gunakan sebagai bahan jamu atau fitofarmaka harus
memenuhi syarat monografi yang telah di tentukan dalam buku-buku standar seperti materia
medika indonesia (MMI), farmakope herbal indonesia (FHI), Farmakope Indonesia (FI), dan
lain-lain. Kegunaannya adalah untuk menjaga agar mutu yang di harapkan dapat terpenuhi
dengan baik. Untuk simplisia yang baru di kenalpun perlu di tetapkan karakteristik nya, Pada
Farmakope Indonesia edisi III mengatakan bahwa benda asing tidak boleh melebihi dari 2,0%.
Hasil percobaan terhadap simplisia daun jeruk purut tidak terdapat rambut atau pun benda
asing lainnya .

VII Kesimpulan
a. Pada simplisia bahan organik asing tidak boleh lebih dari 2,0%
b. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga simplisia tidak mudah
rusak dan dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Air yang masih tersisa dalam
simplisia pada kadar lebih dari 10 %, dapat menjadi media pertumbuhan mikroba
c. Kadar susut pengeringan daun jeruk purut yang diuji pada cawan nomor 1 sebesar 8,38
% dan cawan nomor 2 sebesar 10,79 %

VI. DAFTAR PUSTAKA


Svehla, G. 1985. Kimia Analisis. PT. Kalman Media Pusaka, Jakarta. Terjemahan Setiono.

Sumardjo. 1997. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I. Fakultas Kedokteran Umum, Semarang.

Day, R. A. dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.

Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia jilid V. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat Dan Makanan.

Dirjen POM.1995. Farmakope Indonesia edisi IV.Jakarta : Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.h.dvii

Anda mungkin juga menyukai