Panduan-Spo-Perlindungan-Terhadap-Kekerasan-Fisik RAFIE FIX
Panduan-Spo-Perlindungan-Terhadap-Kekerasan-Fisik RAFIE FIX
Disusun Oleh
Rumah Sakit Islam Banjarmasin
Alamat : Jl. Letjend. S. Parman No 88 Banjarmasin Kode Pos 70115
Website : rs_islambjm@yahoo.com
BAB I
PENDAHULUAN
DEFINISI
1. Pasien beresiko tinggi adalah pasien yang teridentifikasi mempunyai resiko tinggi
berdasarkan kepada umur, kondisi, atau kebutuhan yang bersifat kritis. Termasuk
juga pasien yang memerlukan peralatan kompleks, yang diperlukan untuk
pengobatan penyakit yang mengancam jiwa (pasien dialisis), sifat pengobatan
(penggunaan darah atau produk darah), potensi yang membahayakan pasien atau
efek toksik dari obat berisiko tinggi (misalnya kemoterapi), pasien yang ketakutan
(tahanan), bingung, atau koma dimana pasien tersebut tidak mampu memahami
proses asuhan bila asuhan harus diberikan secara cepat dan efisien.
2. Kekerasan Fisik adalah ekspresi dari apa baik yang dilakukan secara fisik yang
mencerminkan tindakan gresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat
seseorang. Kekerasan fisik dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang.
3. Perlindungan Pasien Beresiko adalah suatu upaya rumah sakit untuk melindungi
pasien yang mempunyai resiko tinggi dari berbagai dampak yang mungkin terjadi
akibat pemberian tindakan selama dalam proses pelayanan.
4. Bayi Baru Lahir (Neonatus) adalah bayi dalam kurun waktu satu jam pertama
kelahiran. Bayi Lahir Normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
5. Anak – Anak adalah masa yang dimulai dari periode bayi sampai masa pubertas
yaitu 13-14 tahun.
6. Pasien cacat fisik/ gangguan mental
Pasien dengan cacat fisik merupakan orang-orang yang cacat tubuhnya atau mereka
yang tubuhnya tidak normal sehingga sebagian besar kemampuannya untuk
berfungsi di masyarakat terhambat. Dilihat dari aspek fisik kelompok ini dibagi
menjadi beberapa kategori, yaitu: tuna netra, tuna rungu, dan tuna daksa. Gangguan
mental adalah suatu keadaan dimana fungsi mental seseorang mengalami disfungsi.
ketidakseimbangan jiwa yang mengakibatkan terjadinya ketidaknormalan sikap dan
tingkah laku yang dapat menghambat dalam proses penyesuaian diri. Dengan
demikian gangguan mental ialah kondisi kejiwaan yang lemah (sakit), yang bisa
merusak kepribadian dengan tingkah lakunya yang tidak normal (abnormal), serta
mengakibatkan seseorang atau individu mengalami kesulitan bersosialisasi,
beraktualisasi, dan beradaptasi, yakni mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
10. Pasien dengan penggunaan dan pemberian darah serta komponen darah
(transfusi)
12. Pasien dengan penyakit menular atau daya tahan tubuh rendah
Pasien dengan daya tahan tubuh rendah adalah pasien yang mengalami penurunan
daya tahan tubuh akibat suatu pengobatan bagi penyakit utamanya yang disebut
imunosupresi, atau diakibatkan karena penyakit tertentu yang dialaminya seperti
HIV/AIDS. Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agen biologis
seperti virus, bacteria, atau parasit. Bukan disebabkan oleh factor fisik seperti luka
bakar atau kimia seperti keracunan.
RUANG LINGKUP
Perlindungan kepada pasien bayi baru lahir dan anak dilakukan agar mereka dapat
terhindar dari kekerasan fisik. Kekerasan terhadap bayi meliputi semua
bentuktindakan/ perlakuan menyakitkan secara fisik, pelayanan medis yang tidak
standar seperti inkubator yang tidak layak pakai, penculikan, bayi tertukar dan
penelantaran bayi. Kekerasan pada anak (child abuse) di rumah sakit adalah perlakuan
kasar yang dapat menimbulkan penderitaan, kesengsaraan, penganiayaan fisik,
seksual, penelantaraan (ditinggal oleh orangtuanya di rumah sakit), maupun
emosional, yang diperoleh dari orang dewasa yang ada dilingkungan rumah sakit.
Terjadinya kekerasan fisik adalah dengan penggunaan kekuasaan atau otoritasnya,
terhadap anak yang tidak berdaya yang seharusnya diberikan perlindungan.
2. Lansia
Dalam kehidupan sosial, kita mengenal adanya kelompok rentan, yaitu semua orang
yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam menikmati standar kehidupan
yang layak bagi kemanusiaan dan berlaku umum bagi suatu masyarakat yang
berperadaban. Salah satu kelompok rentan tersebut adalah orang-orang lanjut usia
(lansia). Lansia rentan terhadap kekerasan. Kekerasan pada lansia adalah suatu
kondisi ketika seorang lansia mengalami kekerasan oleh orang lain. Dalam banyak
kasus, kekerasan fisik datang dari orang-orang yang mereka percayai. Sepeti : anggota
keluarga atau orang yang berada pada posisi yang merekapercayai, seperti: pasangan
hidup, anak, menantu, saudara, cucu, ataupun perawat. Karenanya, mencegah
kekerasan pada lansia dan meningkatkan kesadaran akan hal ini, menjadi suatu tugas
yang sulit. Kekerasan fisik pada lansia di rumah sakit, bias berupa perkosaan,
pemukulan, dipermalukan/ diancam seperti anak kecil, diabaikan/ diterlantarkan, atau
mendapatkan perawatan yang tidak standar.
.3. Orang dengan cacat fisik dan gangguan jiwa
Pasien dengan gangguan jiwa terkadang tidak bisa mengendalikan perilakunya, sehingga
pasien tersebut perlu dilakukan tindakan pembatasan gerak (restraint) atau menempatkan
pasien di kamar isolasi. Tindakan ini bertujuan agar pasien dibatasi pergerakannya
karena dapat mencederai orang lain atau dicederai orang lain, Bila tindakan isolasi tidak
bermanfaat dan perilaku pasien tetap berbahaya, berpotensi melukai diri sendiri atau
orang lain maka alternatif lain adalah dengan melakukan pengekangan/ pengikatan fisik
(restraint). Kekerasan fisik pada pasien jiwa yang dilakukan restrain di rumah sakit, bisa
disebabkan oleh tindakan restrain yang tidak sesuai prosedur, atau menggunakan
pengikat yang tidak standar. Selain itu, pasien jiwa yang dilakukan restrain mudah
menerima kekerasan fisik, baik dari pengunjung lain, sesama pasien jiwa, maupun oleh
tenaga medis. Hal ini disebabkan oleh karena kondisi pasien yang “ terikat “ sehingga
mudah mendapatkan serangan.
TATA LAKSANA
Tujuan perlindungan terhadap kelompok pasien berisiko tinggi dari kekerasan fisik adalah
melindungi pasien tersebut terhadap tindakan/ prosedur apapun yang dapat dilakukan oleh
pengunjung, staf rumah sakit dan pasien lain serta menjamin keselamatan kelompok pasien
berisiko tersebut pada saat mendapat pelayanan di Rumah Sakit.
Cara Rumah Sakit melindungi pasien beresiko & keluarganya dari kekerasan fisik
terutama pada pasien yang tidak mampu melindungi dirinya adalah sebagai berikut :
7. Melakukan pengawasan ketat terhadap ruang perawatan bayi dan anak–anak untuk
mencegah penculikan dan perdagangan bayi dan anak - anak, seperti pada : Ruang
Perinatologi , dan Ruang Rawat Gabung Ibu dan Anak
8. Melakukan penanganan pada bayi / anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya di RS
Islam Banjarmasin dengan merawat bayi tersebut agar sehat untuk selanjutnya
diserahkan ke Dinas Sosial.
9. Membatasi jumlah penunggu pasien yang masuk ke ruang perawatan dengan
menerapkan ketentuan hanya mereka yang menggunakan ID Card yang boleh
memasuki ruang perawatan
10. Setiap pengunjung rumah sakit selain keluarga pasien meliputi : tamu RS, detailer,
pengantar obat atau barang, dan lain-lain wajib melapor ke petugas informasi dan wajib
memakai kartu pengunjung.
11. Pemberlakuan jam berkunjung pasien : Senin – jumat pagi : jam 10.00 – 11.00 WIB
Sore : jam 16.00 – 17 .00 WIB
12. Semua pengunjung diluar jam kunjungan rumah sakit, baik di luar jam kantor, di luar
jam pelayanan maupun di luar jam besuk didaftarkan dan dicatat oleh Petugas
keamanan
13. Petugas Satpam berwenang menginterogasi/ bertanya kepada pengunjung yang
mencurigakan dan mendampingi pengunjung terebut sampai ke pasien yang dimaksud.
14. Staf perawat unit wajib melapor kepada petugas keamanan apabila menjumpai
pengunjung yang mencurigakan atau pasien yang dirawat membuat keonaran maupun
kekerasan.
15. Petugas keamanan mengunci akses pintu penghubung antar unit pada jam 21.00 WIB.
16. Pengunjung diatas jam 22.00 WIB lapor dan menulis identitas pengunjung pada
petugas keamanan.
Tatalaksana Perlindungan Pada Bayi/ Anak-anak :
1. Identifikasi pasien masuk berdasarkan hasil pengkajian atau assement.
2. Menempatkan pasien pada ruangan bayi/ anak dengan fasilitas tempat tidur sesuai
standar RS salah satunya memiliki pengamanan terpasang bed plang.
5. Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua apabila akan
6. Pemasangan CCTV di Ruang Anak untuk memantau setiap orang yang keluar masuk
8. Melakukan observasi/ pemantauan secara berkala kepada pasien bayi/ anak terhadap
kemungkinan/ resiko terjadinya kekerasan baik dari pengunjung/ penunggu/ keluarga/
pasien lain.
9. Menghindarkan resiko injury pada pasien bayi/ anak dengan memberikan pengarahan
kepada orang tua yang menunggunya untuk senantiasa memperhatikan keadaan
bayi/ anaknya dan melaporkan kepada petugas jika terjadi hal-hal yang
tidakdiinginkan.
10. Petugas mendokumentasikan pada berkas rekam medik apabila ada kejadian luar
biasa seperti terjadinya kekerasan fisik yang ditemui di lapangan.
11. Melakukan koordinasi dengan bagian/ unit terkait kondisi pasien
12. Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama dalam proses pelayanan, petugas
unit/ pelayanan berkoordinasi dengan petugas satpam Rumah Sakit untuk melakukan
investigasi.
13. Petugas di unit/ pelayanan bekerjasama dengan satpam untuk melaksanakan
pemantauan pengamanan secara berkala.
Tatalaksana Pencegahan Penculikan Bayi :
1. Ruang perinatologi harus dijaga minimal dua orang perawat atau bidan, ruangan
tidak boleh ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan yang menjaga.
2. Lakukan pemeriksaan secara berkala di ruang rawat bayi/ anak/ pasien yang tidak
dapat melindungi dirinya sendiri
7. Lakukan pemeriksaan terhadap seluruh area rumah sakit, Jika ada laporan terjadi
penculikan bayi segera.
Tata laksana perlindungan terhadap pasien usia lanjut dan gangguan kesadaran :
A. Pasien Rawat jalan
1. Identifikasi pasien lansia yang masuk berdasarkan hasil pengkajian.
2. Jika pasien tanpa pendamping, maka petugas penerimaan pasien
mengantarkan sampai ke tempat periksa yang dituju dengan memakai alat bantu
bila diperlukan.
3. Perawat poli umum, spesialis dan gigi wajib mendampingi pasien saat dilakukan
pemeriksaan sampai selesai.
B. Pasien rawat inap
1. Identifikasi pasien lansia yang masuk berdasarkan hasil pengkajian.
2. Menempatkan pasien lansia pada ruangan sesuai dengan diagnosa pasien dan
pemasangan gelang identitas. Penempatan pasien dikamar rawat inap sedekat
mungkin dengan kantor perawat
3. Ruangan yang ditempati oleh pasien lansia hendaknya yang mudah diakses oleh
pasien/ petugas, penerangan cukup terang, lantai tidak licin, tempat tidur
terpasang side rail dan bed plang.
4. Meminta keluarga untuk menjaga pasien baik oleh keluarga atau pihak yang
ditunjuk dan dipercaya.
5. Petugas di unit/ pelayanan bekerjasama dengan satpam melakukan pemantauan
secara berkala kepada pasien lansia terhadap kemungkinan/ resiko terjadinya
kekerasan fisik yang dapat dilakukan oleh keluarga/ penunggu/pengunjung/
pasien lain yang berada di dekatnya.
6. Jika terjadi hal-hal yang mengarah kepada terjadinya kekerasan fisik, maka
petugas segera melakukan tindakan untuk melindungi pasien lansia
.Petugas mendokumentasikan pada berkas rekam medik apabila ada kejadianluar
biasa seperti terjadinya kekerasan fisik yang ditemui di lapangan.Melakukan
koordinasi dengan bagian/ unit terkait
Tata laksana perlindungan terhadap penderita cacat/ gangguan mental :
1. Petugas penerima pasien melakukan proses penerimaan pasien penderita cacat baik
rawat jalan maupun rawat inap dan wajib membantu serta menolong sesuai dengan
kecacatan yang disandang sampai proses selesai dilakukan.
2. Bila diperlukan, perawat meminta pihak keluarga untuk menjaga pasien atau pihak
lain yang ditunjuk sesuai kecacatan yang disandang.
3. Identifikasi pasien yang masuk dengan gangguan mental atau mengalami cacat fisik
berdasarkan hasil pengkajian kemudian pemasangan gelang identitas.
4. Menempatkan pasien pada ruangan yang mudah diakses pasien/ petugas atau sesuai
kondisi penyakit pasien (Ruang Isolasi) untuk kebutuhan privasi pasien. Perawat
memasang dan memastikan pengaman tempat tidur pasien.
6. Jika terjadi hal-hal yang mengarah kepada terjadinya kekerasan fisik, maka petugas
segera melakukan tindakan untuk melindungi pasien tersebut.
7. Petugas mendokumentasikan pada berkas rekam medik apabila ada kejadian luar
biasa seperti terjadinya kekerasan fisik yang ditemui di lapangan.
4. Setiap tindakan yang diberikan harus secara cepat dan tepat untuk menenangkan
pasien.
6. Jika terjadi hal-hal yang mengarah kepada terjadinya kekerasan fisik, maka petugas
segera melakukan tindakan untuk melindungi pasien tersebut.
7. Petugas mendokumentasikan pada berkas rekam medik apabila ada kejadian luar
biasa seperti terjadinya kekerasan fisik yang ditemui di lapangan.
2. Menempatkan pasien pada ruangan yang mudah diakses oleh petugas sesuai dengan
kondisi penyakit pasien.
7. Petugas mendokumentasikan pada berkas rekam medik apabila ada kejadian luar
1 Bayi dan anak Ruang bayi harus selalu dalam keadaan tertutup dan terkunci
Penghalang tempat tidur harus selalu terpasang
Bagi yang dipulangkan harus diantar petugas sampai pintu pembatas
Rawat Inap
Bayi baru lahir yang diserahkan kepada keluarga harus menggunakan
formulir serah terima bayi baru lahir
2 Manula Setiap ruangan harus tersedia tombol darurat
Harus selalu ditunggu oleh satu orang keluarga
Menyediakan alat bantu gerak ( tongkat,kursi roda )
3 Penyandang Menyediakan alat bantu gerak setiap ruangan sesuai kebutuhan
cacat
DOKUMENTASI
1. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Subang Nomor
...../Kep...../HPK/2016 tentang Kebijakan Hak Pasien dan Keluarga Pada Rumah
Sakit Islam Banjarmasin.
pada tanggal :
DIREKTUR
dr. Hj.Rafiqah
NIK : 0603/ VI / 2003
Melindungi pasien dari kekerasan/ penganiayaan fisik dari orang yang dicurigai
1. PENGERTIAN selama mendapat pelayanan kesehatan atau dalam perawatan di Rumah Sakit
Islam Bnajarmasin
Dengan adanya perlindungan pasien pada bayi, anak-anak, orang tua ( lansia ),
TUJUAN sehingga pasien yang tidak mampu melindungi diri sendiri/ pasien beresiko bisa
mendapatkan pelayanan/ perawatan yang nyaman dan aman di Rumah Sakit
Islam Banjarmasin
1. Adanya CCTV ditempat yang beresiko
2. jam berkunjung pasien tepat waktu ( tatatertib RS )
PROSEDUR 2. Diruang perawatan segera merespon bila pasien butuh bantuan dengan
koordinator dan dengan pihak terkait.
3. Bagian keamanan (satpam) melaksanakan buku pengunjung sesuai fungsinya
dan penjagaan khusus terkait ancaman kekerasan fisik.
4. Penunggu pasien dapat kartu tunggu dan pembesuk menunjukkan identitas
serta harus seijin dari penunggu pasien.
PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK
4/ 5
11). Bila pihak kepolisian telah dilokasi serahkan komando kepada polisi,
namun tetap melakukan koordinasi dengan anggota tim lain dilokasi
kejadian
12). Informasikan kepada Pos Induk Security, bila kondisi telah bisa
ditangani. Buat laporan kronologis penanganan kasus.
e. Prosedur V : Ka Bagian umum
1) Segera merespon informasi satpam setempat dengan menuju ke
lokasi kejadian
2) Berkoordinasi dengan penanggung jawab di ruangan, bagian CCTV
dan Komandan Regu jaga security untuk memahami situasi dan
membuat rencana penanganan
3) Informasikan ke piket untuk prosedur evakuasi bila diperlukan
4) Pastikan anggota telah mengenakan alat pelindug diri
5) Berikan informasi lengkap apabila pihak kepolisian tiba dilokasi
kejadian
Instruksikan Komandan Regu Jaga security dan anggotanya untuk
memperkecil akses pelaku dengan pengatur penampatan anggota
6) Komandan regu jaga security informasikan kepada perwira piket, bila
kondisi telah bisa ditangani
7) Bila pelaku diamankan pihak kepolisian, instruksikan agar
penanggung jawab ruangan dan komandan regu jaga security untuk
mendampingi pihak kepolisian sebagai saksi.
8) Melaporkan kejadian dan penanganan yang dilakukan kepada jajaran
direksi.
1. IGD
2. Poliklinik
5. UNIT TERKAIT 3. Ruang Perawatan
4. Satpam jaga setempat
5. Kepala bagian umum
PERLINDUNGAN TERHADAP KELOMPOK BERESIKO
( ANAK ANAK,INDIVIDU YANG CACAT & LANJUT
USIA )
PROSEDUR TETAP
dr. Hj.Rafiqah
NIK : 0603/ VI / 2003
KEBIJAKAN
Tata laksana perlindungan terhadap pasen usia lanjut dan
gangguan kesadaran
Rawat Jalan
1. Pendampingan oleh petugas penerimaan pasen dan
mengantarkan sampai ketempat periksa yang diju dengan
PROSEDUR
memakai alat bantu brankar atau kursi roda bila diperlukan
2. Perawat poli umum spesialis dan gigi wajib mendampingi
pasen saat dilakukan pemeriksaan sampai selesai
PROSEDUR TETAP
dr. Hj.Rafiqah
NIK : 0603/ VI / 2003
KEBIJAKAN
Bayi/anak /manula orang yang tidak dapat melindungi diri sendiri harus
mendapat perlindungan khusus Lakukan perlindungan secara berkala di
ruang rawat bayi ,anak,manula pasen yang tidak dapat melindungi dirinya
sendiri
1. Lakukan monitoring seluruh ruangan dengan memakai CCTV
2. Larang orang asing yang tidak berkepentingan berada di ruangan
PROSEDUR 3. Awasi dengan disiplin pintu keluar di ruangan perinatal semua orang
yang akan meninggalkan rumah sakit
4. Pastikan bahwa keluarga /orang tua bayi/anak membewa surat serah
terima bayi ( STB )sesuai identitas
5. lakukan pemeriksaan terhadap seluruh area rumah sakit jika ada laporan
terjadi penculikan bayi segera
1. Satpam
UNIT TERKAIT
2. Seluruh Unit Terkait
PERLINDUNGAN TERHADAP PASIEN CACAT FISIK
DAN GANGGUAN MENTAL
PROSEDUR TETAP
dr. Hj.Rafiqah
NIK : 0603/ VI / 2003
PENGERTIAN Segala bentuk upaya keselamatan yang dilakukan Rumah Sakit untuk
memberikan perlindungan terhadap pasien dengan keterbatasan fisik
dan gangguan mental selama dalam proses pelayanan di Rumah Sakit.
Memberikan keamanan dan kenyamanan serta keselamatan kepada
TUJUAN
pasien dengan keterbatasan fisik dan gangguan mental dari segala
bentuk kekerasan selama proses pelayanan di Rumah Sakit.
PROSEDUR TETAP
dr. Hj.Rafiqah
NIK : 0603/ VI / 2003
Segala bentuk upaya keselamatan yang dilakukan Rumah Sakit untuk
PROSEDUR TETAP
dr. Hj.Rafiqah
NIK : 0603/ VI / 2003
Segala bentuk upaya keselamatan yang dilakukan Rumah Sakit untuk
PROSEDUR TETAP
dr. Hj.Rafiqah
NIK : 0603/ VI / 2003
Segala bentuk upaya keselamatan yang dilakukan Rumah Sakit untuk
PROSEDUR keperawatan.
4.Melakukan sosialisasi kepada semua tenaga kesehatan yang bertugas
5.Keberadaan pasien terdokumentasi dalam form Daftar Pasien
beresiko
UNIT TERKAIT Emergency/ IGD, Hemodialisa, Unit Thalasemia, Ruang Rawat Inap
PERLINDUNGAN TERHADAP PASIEN TAHANAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN