Anda di halaman 1dari 15

NASKAH PUBLIKASI

TINGKAT PENGETAHUAN AKSEPTOR KB SUNTIK DMPA TENTANG


ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DI BPS MURYATI SUNARDI
GENDING SARI TIRTOMARTANI SLEMAN YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar


Ahli Madya KebidananProgram Studi Diploma III Kebidanan
Universitas Respati Yogyakarta

Disusun Oleh :
NI MADE OLISTYAWATI
09150220

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI
YOGYAKARTA
2012
TINGKAT PENGETAHUAN AKSEPTOR KB SUNTIK DMPA
TENTANG ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DI BPS MURYATI
SUNARDI GENDING SARI TIRTOMARTANI KALASAN SLEMAN
YOGYAKARTA
TAHUN 2012
Ni Made Olistyawati1, Sri Panuntun2, Kenik Sri Wahyuni3.

INTISARI

Latar Belakang : Metode kontrasepsi suntik merupakan salah satu metode kontrasepsi yang populer di
Indonesia, yaitu Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) untuk suntikan tiga bulan sekali. Proporsi
peserta KB aktif menurut metode kontrasepsi yang sedang digunakan tahun 2010 sebesar 76,5% peserta
KB aktif masih banyak menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek terutama suntikan (47,19%) dan pil
KB (26,81%). Sebaliknya metode kontrasepsi jangka panjang hanya digunakan oleh 23,5% peserta KB
aktif, terutama MOP (Metode Operasi Pria) yang paling rendah proporsi penggunanya yaitu sebesar
0,68%. Tingkat pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan akseptor memilih atau tidak
memilih suatu metode kontrasepsi. Pengetahuan adalah hal yang dijadikan dasar dari suatu aksi untuk
memecahkan masalah dan ini merupakan hasil dari tahu setelah orang melakukan pengindraan terhadap
objek tertentu.

Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Akseptor KB suntik DMPA tentang alat kontrasepsi suntik
DMPA di BPS Muryati Sunardi, Gending Sari, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

Metode : Penelitian Diskriptif dengan pendekatan Cross sectional. Data yang telah di olah dan di analisis
dengan tehnik deskriptif. Sampel penelitian ini adalah Ibu akseptor KB suntik DMPA yang aktif dan
berkunjung ke BPS Muryati Sunardi Gending Sari Tirtomartani Kalasan Sleman Yogyakarta yang
bejumlah 55 orang.

Hasil : Tingkat pengetahuan akseptor KB suntik DMPA tentang alat kontrasepsi suntik DMPA di BPS
Muryati Sunardi Gending Sari Tirtomartani Kalasan Sleman sebagian besar adalah cukup yaitu 29
responden tingkat pengetahuan sebesar (57% – 74%) sedangkan tingkat pengetahuan akseptor KB suntik
DMPA tentang alat kontrasepsi suntik DMPA yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 19
responden tingkat pengetahuan sebesar (78% - 91%), dan responden dengan tingkat pengetahuan kurang
tentang alat kontrasepsi suntik DMPA yaitu sebanyak 7 responden dan memiliki tingkat pengetahuan
sebesar (35% - 52%).

Kesimpulan : Tingkat pengetahuan akseptor KB suntik DMPA di BPS Muryati Sunardi Gending Sari
Kalasan Sleman Yogyakarta tentang alat kontrasepsi suntik DMPA masuk dalam kategori Cukup.

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Kontrasepsi Suntik DMPA, Akseptor KB Suntik DMPA
1
Mahasiswa Kebidanan
2
Dosen Kebidanan Universitas Respati Yogyakarta
3
Dosen Kebidanan Universitas Respati Yogyakarta
PENDAHULUAN
Pembangunan kependudukan yang didukung oleh program KB (Keluarga Berencana) sangat
penting karena telah berhasil menurunkan angka kelahiran TFR (Total Fertility Rate) dari 2,4 2 menjadi 2,3
anak per perempuan usia reproduksi pada tahun 20072. Penurunan fertilitas ini disebabkan antara lain oleh
pemakaian kontrasepsi telah mencapai 57,4% dari Pasangan Usia Subur (PUS), dan pendewasaan usia
kawin pertama pada perempuan, yang meningkat dari 19,9/tahun menjadi 19,8/tahun. Dengan demikian,
keberhasilan program KB tersebut telah mencegah lebih dari 100 juta kehamilan atau kelahiran. Hasil
Survei Demodrafi dan Kesehatan Indonesia menunjukkan TFR terendah berada di Provinsi DI Yogyakarta
(1,5) dan tertinggi di Maluku dan NTT (3,7). Sementara itu rata-rata jumlah anak yang dilahirkan pada
kelompok miskin adalah 4,2 anak, lebih banyak di bandingkan dengan kelompok yang lebih mampu (3,0).
Rata-rata jumlah anak dilahirkan oleh perempuan yang berpendidikan rendah (4,1) lebih banyak di
bandingkan dengan kelompok berpendidikan tinggi (2,7)2.

Paradigma baru, program keluarga berencana nasional telah diubah visi dan misinya untuk
mewujudkan “keluarga berkualitas tahun 2015” dimana visinya yaitu keluarga sejahtera, sehat, maju,
mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis, dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan misinya sangat menekankan pentingnya upaya
menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga 8 . Tingkat
pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan akseptor memilih atau tidak memilih suatu
metode kontrasepsi. Pengetahuan adalah hal yang dijadikan dasar dari suatu aksi untuk memecahkan
masalah dan ini merupakan hasil dari tahu setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu6.

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat
hubunganya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang
yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan
pengetahuan tidak mutlak di peroleh dari pendidikan non formal saja, akan tetapi dapat di peroleh melalui
pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek
positif dan objek yang di ketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu 6.

Metode kontrasepsi suntik merupakan salah satu metode kontrasepsi yang populer di Indonesia,
yaitu Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) untuk suntikan tiga bulan sekali8. Proporsi peserta KB
aktif menurut metode kontrasepsi yang sedang digunakan tahun 2010 sebesar 76,5% peserta KB aktif
masih banyak menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek terutama suntikan (47,19%) dan pil KB
(26,81%). Sebaliknya metode kontrasepsi jangka panjang hanya digunakan oleh 23,5% peserta KB aktif,
terutama MOP (Metode Operasi Pria) yang paling rendah proporsi penggunanya yaitu sebesar 0,68% 4.
Pencapaian peserta KB baru di Yogyakarta sampai bulan Juni 2011 sebanyak 25.974 peserta atau
47,94 % dari PPM PB total sebanyak 54.182 peserta, apabila dilihat per metode kontrasepsi pencapaian
peserta KB baru adalah sebagai berikut : IUD 5.221 peserta (20,10%), MOW 730 peserta (2,81%), MOP
201 peserta (0,77%), Kondom 2.436 peserta (9,38%), implant 2.297 peserta (8,84%) suntikan 12.600
peserta (48,51%), Pil 2.489 peserta (9,58%)1. Jenis kontrasepsi saat ini yang banyak digunakan oleh
akseptor adalah kontrasepsi suntik DMPA. DMPA adalah suntikan hormonal yang mengandung 150 mg
progestin yang di berikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intra muscular7.

Usia subur seorang wanita biasanya antara 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah
kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita atau pasangan ini lebih di prioritaskan untuk menggunakan
alat/metode KB4. Jumlah PUS di kota Yogyakarta sebanyak 48.914 pasangan dengan tingkat partisipasi KB
aktif 71,94% atau baru mencapai 98,55% dari target yang di tentukan. Target pada akhir 2009 adalah
jumlah PUS yang sudah menjadi akseptor KB aktif sebanyak 35.707 pasangan. Cakupan PUS ikut KB yang
di tandai dengan si istri masih menstruasi berusia 19-49 tahun di Sleman cukup mantap, karena hampir
mendekati 80% dari total peserta KB Sleman 119.000, sementra PUS secara keseluruhan berjumlah
149.000 pasangan1.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di BPS Muryati Sunardi Kalasan pada tanggal 21
Januari 2012 di dapatkan jumlah akseptor KB pada periode Desember 2011 sebanyak 139. Dari jumlah
akseptor tersebut, akseptor KB suntik 3 bulan (DMPA) sebanyak 76 akseptor (54,67%) suntik 1 bulan
(cyclofem) 49 akseptor (35,25%), pil 10 akseptor (7,19%), IUD sebanyak 2 akseptor (1,43%), kondom
sebanyak 2 akseptor (1,43%). Hasil wawancara pada bulan januari 2012 dengan jumlah responden 10 orang
akseptor, tentang pengetahuan akseptor KB suntik DMPA tentang kontrasepsi suntik DMPA, diantaranya 4
orang akseptor ikut KB karena sudah mendapatkan penjelasan dari bidan dan bisa menjawab pertanyaan
yang di berikan tentang efek samping, keuntungannya dan jadwal penyuntikannya , 4 orang lagi tidak bisa
menjawab tentang efek sampingnya, dan 2 orang akseptor menggunakan KB suntik karena ikut – ikutan
tetangganya dan hanya mengetahui jadwal penyuntikannya saja.

Hasil ini menunjukan bahwa informasi mengenai KB suntik DMPA dan pelayanan konseling
tentang KB suntik DMPA masih perlu di tingkatkan. Uraian – uraian diatas menunjukan pengguna
akseptor KB paling banyak adalah suntik 3 bulan, padahal kontrasepsi suntik memiliki efek samping yang
membuat akseptornya merasa tidak percaya diri, harus menyiapkan waktu untuk suntik kembali. Adapun
kontrasepsi suntik memiliki kontraindikasi seperti orang yang memiliki riwayat penyakit perdarahan,
keguguran, DM, serta asma, dimana apabila menggunakan kontrasepsi suntik dapat menyebabkan
kembalinya penyakit tersebut, dan dengan adanya riwayat penyakit dapat mengganggu cara kerja dari
kontrasepsi suntik, karena KB suntik mengandung hormonal dan KB suntik tidak dapat melindungi
akseptor dari penyakit menular seksual. Dari data di atas, penulis menjadi merasa tertarik untuk meneliti
lebih jauh tentang tingkat pengetahuan akseptor KB suntik tentang alat kontrasepsi suntik DMPA di BPS
Muryati Sunardi Gending Sari Kalasan.
METODE PENELITIAN
Penelitan ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan yang digunakan adalah croos
sectional. Penelitan ini dilaksanakan pada BPS Muryati Sunardi, Gending Sari, Tirtomartani, Sleman,
Yogyakarta, pada bulan Mei 2012. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh akseptor KB suntik DMPA di
BPS Muryati Sunardi pada bulan Februari 2012 yang berjumalah 64 akseptor. Jumlah sampel pada
penelitian ini yaitu 55 orang akseptor, dengan tehnik pengambilan sampel secara Accidental Sampling.
Penelitian ini terdiri dari satu variabel yaitu tingkat pengetahuan Akseptor KB suntik DMPA tentang alat
kontrasepsi suntik DMPA
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang digunakan untuk mewngukur tingkat
pengetahuan ibu yang diperoleh secara langsung dari jawaban kuesioner yang diisi oleh ibu, dan data
sekunder digunakan adalah data pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi suntik DMPA dari
data register KB di BPS Muryati Sunardi Kalasan.

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan tahap – tahap sebagai berikut yaitu editing,
coding, data entry, dan cleaning. Analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan analisis
univariat (analisis deskriptif ) yang bertujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap variabel penelitian
dalam bentuk tabel berdasarkan tabel distribusi frekuensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Lokasi penelitian ini di BPS Muryati Sunardi yang berada di Dusun Gending Sari, Desa
Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman. Batas – batas wilayahnya yaitu, sebelah Utara
Kecamatan Kalasan, sebelah Selatan Kecamatan Piyungan, sebelah Timur Kecamatan Prambanan, sebelah
Barat Kecamatan Banguntapan.

Jasa atau pelayanan yang ada di BPS Muryati Sunardi Gending Sari Kalasan meliputi Antenatal
Care (ANC), Imunisasi, Keluarga Berencana (KB), Persalinan, Nifas, Lansia, Konsultasi Reproduksi,
Pemeriksaan Tumbuh Kembang Anak, serta Praktek Dokter Spesialis Kandungan setiap hari rabu. Waktu
pelayanan kesehatan di BPS Muryati Sunardi Gending Sari Kalasan dilakukan setiap hari selama 24 jam
untuk persalinan dan setiap jam 06.00 WIB sampai jam 21.00 WIB untuk pasien selain persalinan. Fasilitas
yang ada di BPS Muryati Sunardi Gending Sari Kalasan Sleman yang di gunakan untuk proses pelayanan
kesehatan kepada masyarakat luas meliputi: 1 ruangan bersalin, 4 ruangan nifas, 1 ruangan bayi, 1 kamar
bidan jaga, 2 ruangan periksa bidan, 3 Kamar mandi dan 2 ruang tunggu.
Hasil pengolahan data Karakteristik Responden pada akseptor KB suntik DMPA di BPS Muryati Sunardi
Gending Sari, Tirtomartani, Kalasan disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di BPS Muryati Sunardi Gending Sari
Kalasan Sleman Yogyakarta
Karakteristik N %
Umur
<20 tahun 0 0.0
20-35 tahun 42 76.4
>35 tahun 13 23.6
Total 55 100
Pendidikan
SD 2 3.6
SMP 11 20.0
SMA 37 67.3
Perguruan Tinggi 5 9.1
Total 55 100
Paritas
1 orang 22 40.0
2 orang 25 45.5
3 orang 7 12.7
4 orang 1 1.8
Total 55 100
Pekerjaan
Rumah tangga 30 54.5
Tani 1 1.8
Buruh 1 1.8
Pegawai swasta 23 41.8
Total 55 100
Sumber : Data primer diolah, 2012.

Hasil analisis karakteristik berdasarkan umur responden diketahui sebagian besar responden
berumur 20-35 tahun sebanyak 42 orang (76,4%). Dilihat dari tingkat pendidikan diketahui sebagian besar
responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 37 orang (67,3%), dan sebagian besar berstatus sebagai ibu
rumah tangga sebanyak 30 orang (54,5%). Paritas sebagian besar responden adalah paritas 2 sebanyak 25
orang (45,5%).

Hasil analisis data tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi suntik DMPA dapat dilihat pada Tabel 5.
berikut.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Alat Kontrasepsi Suntik


DMPA
Pengetahuan Tingkat persentase pengetahuan akseptor Responden
akseptor KB Parameter Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
suntik DMPA Kurang 35 - 52 7 12.7
tentang Cukup 57 - 74 29 52.7
alat kontrasepsi Baik 78 - 91 19 34.5
suntik DMPA
Jumlah 55 100
Sumber : Data primer diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan akseptor KB suntik DMPA tentang alat
kontrasepsi suntik DMPA sebagian besar adalah cukup yaitu sebanyak 29 responden (52,7%).
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan tentang Pengertian Alat Kontrasepsi
Suntik DMPA

Pengetahuan Tingkat persentase Responden


akseptor KB pengetahuan akseptor
suntik DMPA
Parameter Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
tentang
Kurang 0 8 14.5
pengertian
Kontrasepsi Baik 100 47 85.5
suntik DMPA
Jumlah 55 100
Sumber : Data primer diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 6. dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tentang pengertian alat kontrasepsi suntik
DMPA sebagian besar adalah baik yaitu sebanyak 47 responden (85,5%).

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Cara Kerja Alat Kontrasepsi Suntik
DMPA
Pengetahuan Tingkat persentase pengetahuan akseptor Responden
akseptor KB
suntik DMPA
Parameter Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
tentang
Kurang 0 8 14.5
cara kerja
kontrasepsi suntik Baik 100 47 85.5
DMPA
Jumlah 55 100
Sumber : Data primer diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 7. dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan akseptor KB suntik DMPA tentang cara
kerja alat kontrasepsi suntik DMPA sebagian besar adalah baik yaitu sebanyak 47 responden (85,5%).

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Keuntungan dan Kerugian Alat Kontrasepsi
Suntik DMPA

Pengetahuan Tingkat persentase pengetahuan akseptor Responden


akseptor KB
suntik DMPA
Parameter Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
tentang
Kurang 0 - 43 15 27.2
keuntungan dan
kerugian Cukup 57 - 71 36 65.5
kontrasepsi suntik
DMPA Baik 86 4 7.3
Jumlah 55 100
Sumber : Data primer diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 8. dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan akseptor KB suntik DMPA tentang
keuntungan dan kerugian alat kontrasepsi suntik DMPA mayoritas responden adalah cukup yaitu sebanyak
36 responden (65.5%).
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Efek Samping Alat Kontrasepsi
Suntik DMPA

Pengetahuan Tingkat persentase pengetahuan akseptor Responden


akseptor KB
suntik DMPA
Parameter Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
tentang
Kurang 0 - 33 7 12.7
efek samping
Cukup 67 11 20.0
kontrasepsi suntik
Baik 100 37 67.3
DMPA
Jumlah 55 100
Sumber : Data primer diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 9. dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tentang efek samping alat kontrasepsi suntik
DMPA sebagian besar adalah baik yaitu sebanyak 37 responden (67,3%).

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Indikasi dan Kontraindikasi Alat kontrasepsi
suntik DMPA

Pengetahuan Tingkat persentase pengetahuan akseptor Responden


akseptor KB
suntik DMPA
Parameter Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
tentang
Kurang 0 - 40 11 20.0
indikasi dan
kontraindikasi Cukup 60 21 38.2
kontrasepsi suntik
Baik 80 - 100 23 41.8
DMPA
Jumlah 55 100
Sumber : Data primer diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 10. dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tentang indikasi dan kontraindikasi alat
kontrasepsi suntik DMPA sebagian besar adalah baik yaitu sebanyak 23 responden (41,8%).

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Tanda Bahaya Alat Kontrasepsi
Suntik DMPA

Pengetahuan Tingkat persentase pengetahuan akseptor Responden


akseptor KB
suntik DMPA
Parameter Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
tentang tanda Kurang 0 - 50 32 58.2
bahaya
kontrasepsi suntik Baik 100 23 41.8
DMPA
Jumlah 55 100
Sumber : Data primer diolah, 2012

Berdasarkan Tabel 11. dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tentang tanda bahaya Alat kontrasepsi
suntik DMPA sebagian besar adalah kurang yaitu sebanyak 32 responden (58,2%).

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Waktu Penyuntikan Alat Kontrasepsi Suntik
DMPA

Pengetahuan Tingkat persentase pengetahuan akseptor Responden


akseptor KB
suntik DMPA
Parameter Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
tentang waktu
Kurang 25 - 50 9 16.4
penyuntikan
kontrasepsi suntik Cukup 75 35 63.6
DMPA Baik 100 11 20.0
Jumlah 55 100
Sumber : Data primer diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 12. dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan tentang waktu penyuntikan alat kontrasepsi
suntik DMPA sebagian besar adalah cukup yaitu sebanyak 35 responden (63,6%).

Karakteristik atau identitas demografi responden dalam penelitian ini diamati berdasarkan umur,
pendidikan, pekerjaan dan paritas. Karakteristik responden tersebut memberikan kontribusi terhadap
terbentuknya pengetahuan yang menjadi fokus penelitian ini. Hasil análisis pada karakteristik umur
diketahui sebagian besar responden berumur 20-35 tahun sebesar 76,4%. Dilihat dari segi kesehatan
reproduksi rentang usia ini merupakan umur reproduksi sehat dimana ibu aman untuk hamil dan
melahirkan. Sesuai dengan9 semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir. Maka berdasar sudut pandang psikologis, rentang usia ini termasuk dalam usia
dewasa awal dimana orang telah mempunyai kematangan emosional sehingga dapat berpengaruh dalam
kemampuan berfikir dan mengambil keputusan. Pola pikir yang terbuka terhadap kemajuan dan ilmu
pengetahuan inilah yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu.
Menurut karakteristik pendidikan diketahui sebagian besar responden berpendidikan SMA sebesar
67,3%. Seperti yang dikemukakan oleh6 pendidikan yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan wawasan
dan pengetahuan seseorang. Tingkat pendidikan ibu mampu memberikan pengaruh terhadap terbentuknya
pola pikir ibu. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin luas wawasan yang
dimilikinya dan mampu meningkatkan kualitas sumber daya seseorang.

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan diketahui sebagian besar responden adalah ibu
rumah tangga sebesar 54,5%. Secara teori seseorang yang bekerja mempunyai relasi yang luas yang dapat
mendukung diperolehnya informasi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan. Didukung pendapat dari 6
menyebutkan informasi dapat menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Berdasarkan
pendapat di atas bukan berarti Ibu yang bersatus sebagai ibu rumah tangga, tidak dapat dikatakan tidak
mempunyai relasi pergaulan yang luas. Ibu rumah tangga mempunyai keuntungan yaitu adanya banyak
waktu luang yang dapat digunakan untuk menggali berbagai sumber informasi seperti pengetahuan tentang
alat kontrasepsi suntik DMPA karena hal ini juga merupakan pengetahuan yang sangat penting untuk
diketahui untuk mengatur jumlah anak dan jarak kehamilan Ibu. sehingga dapat meningkatkan
pengetahuannya.

Responden dilihat dari karakteristik paritas diketahui sebagian besar dengan paritas 2 sebesar
45,5%. Paritas dalam hal ini dikaitkan dengan pengalaman yang pernah dijalani ibu dalam menggunakan
alat kontrasepsi. Sesuai dengan 6 menyebutkan pengalaman itu adalah sumber pengetahuan. Hal ini
menunjukan bahwa akseptor KB suntik DMPA yang memiliki paritas 2 ada yang sudah memiliki
pengalaman pemakaian alat kontrasepsi suntik DMPA sebelumnya pada anak pertamanya sehingga bisa
belajar dari pengalamannya sendiri dan ada juga yang belum pernah menggunakan alat kontrasepsi suntik
DMPA sebelumnya pada anak pertamanya

Hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi suntik DMPA di BPS
Muryati Sunardi Gending Sari Tritomartani Kalasan Sleman Yogyakarta secara keseluruhan dalam kategori
Cukup baik sebesar 29 orang atau 52,7%. Hasil ini dapat diartikan bahwa ibu belum mempunyai
pemahaman yang baik tentang alat kontrasepsi suntik DMPA. 6Menyebutkan bahwa memahami merupakan
kemampuan menyelesaikan dengan cara yang benar tentang objek yang diketahui dan mengintepretasikan
suatu materi dengan benar. Diketahui sebagian besar adalah Ibu rumah tangga dan berpendidikan SMA,
sehingga seharusnya informasi dapat lebih mudah di dapat dari televisi, majalah, radio. Selain itu dengan
pendidikan yang tinggi Ibu akseptor KB mampu memahami tentang KB suntik DMPA dengan baik.

Salah satu faktor di sini yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan yaitu pendidikan formal
yang pernah ditempuh. Berdasarkan hasil penelitian, pendidikan responden yang paling banyak adalah
SMA yaitu 37 orang (67,3%) sesuai dengan pendapat Irmayanti melalui Dampuk (2011) mengatakan
bahwa pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok serta usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, sehingga semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin banyak pengetahuan yang diperoleh di karenakan pengetahuan itu
sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dan hasil ini sesuai dengan teori dari 9 menyebutkan semakin
tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi.

Faktor lain yang mempengaruhi terhadap tingkat pengetahuan adalah keterpaparan informasi.
Informasi dapat digunakan sebagai transfer pengetahuan. Informasi dapat diperoleh dalam kehidupan
sehari-hari melalui media massa, selain informasi pengalaman juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tngkat pengetahuan seseorang. Menurut6 bahwa semakin baik kemampuan analisis dan
sintesis yang dimiliki seseorang maka tingkat pengetahuannya semakin baik. Hal itu sesuai karena
seseorang cendrung menerapkan pengalamannya terdahulu untuk memecahkan masalah yang dihadapinya,
pengalaman yang dimiliki oleh responden menyebabkan seseorang mempunyai kemampuan analisis dan
sintesis yang baik.

Berdasarkan ítem pernyataan penelitian respon yang memiliki pengetahuan yang cukup baik yaitu
tentang keuntungan kerugian alat kontrasepsi suntik DMPA sebesar 36 orang atau 65,5% dan waktu
penyuntikan alat kontrasepsi suntik DMPA sebesar 35 orang atau 63,6% dan yang memliki pengetahuan
kurang yaitu tentang tanda bahaya alat kontrasepsi suntik DMPA sebesar 32 orang atau 58,2%. Menurut 6
pengetahuan dapat di peroleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri, pengalaman orang lain, media
masa, maupun lingkungan, kurangnya pengetahuan disebabkan karena keterbatasan informasi responden
mengenai kontrasepsi suntik DMPA, di sini diharapkan Bidan di BPS Muryati Sunardi memberikan
konseling tentang keuntungan kerugian, waktu penyuntikan dan tanda bahaya alat kontrasepsi suntik
DMPA sehingga akseptor memiliki pengetahuan yang lebih baik dari sebelumnya selain itu bidan juga bisa
menyediakan alat bantú berupa Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) KB. Untuk mewujudkan
terciptanya komunikasi yang efektif dan pelayanan konseling KB, maka petugas kesehatan di sini perlu
ditingkatkan pengetahuan dan kemampuan tentang komunikasi interpersonal atau konseling KB dengan
menggunakan ABPK. Dengan demikian kedua belah pihak dapat melakukan komunikasi yang efektif
sesuai dengan kebutuhan akseptor sehingga akseptor lebih cepat mengerti dan pengetahuannya bertambah
dengan cara mendengarkan dan melihat.

Hal ini sesuai dengan pendapat 6 pengetahuan merupakan hasil tahu dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Hasil penelitian ini mempunyai kesamaan
hasil dengan penelitian5 bahwa pengetahuan Ibu akseptor KB tentang alat kontrasepsi suntik DMPA
sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup. Kesamaan hasil penelitian ini dengan penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya mengandung arti bahwa sangat penting bagi ibu untuk memiliki
pengetahuan tentang kontrasepsi suntik DMPA. Pengetahuan yang dimiliki ibu akan mempengaruhi baik
buruknya perilaku ibu dalam penggunaan alat kontrasepsi dalam mengatur jarak kehamilan dan jumlah
anak yang diinginkan. Semakin baik pengetahuan maka akan semakin baik perilaku yang terbentuk, karena
seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini didukung dengan teori
yang dikemukakan oleh6 disebutkan pengetahuan merupakan aspek kognitif pembentuk perilaku kesehatan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan :

 Sebagan besar tingkat pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi suntik DMPA di BPS Muryati Sunardi
Gending Sari Tritomartani Kalasan Sleman Yogyakarta dalam kategori Cukup yaitu sebesar 57% –
74%
 Karakteristik akseptor sebagian besar adalah Pasangan Usia Subur yang berumur 20-35 tahun,
berpendidikan SMA, bekerja sebagai Ibu rumah tangga dan memiliki jumlah anak 2 orang dan masih
dalam reproduksi sehat.
 Hasil penelitian per ítem pernyataan menurut tingkat pengetahuan akseptor KB suntik DMPA yang
berpengetahuan baik yaitu tentang pengertian (100%), cara kerja (100%), efek samping (100%),
indikasi dan kontraindikasi (80% – 100%), yang berpengetahuan cukup yaitu waktu penyuntikan
(75%), keuntungan dan kerugian (57% - 71%), sedangkan yang berpengetahuan kurang yaitu tentang
tanda bahaya alat kontrasepsi suntik DMPA yaitu (0% - 50%)

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut:

 Bagi BPS Muryati,

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan pelayanan dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang kontrasepsi kepada akseptor terutama yang berkaitan dengan pemberian
informasi yang benar, menyediakan alat bantu pengambilan keputusan menggunakan alat kontrasepsi
agar akseptor menjadi lebih paham.

 Bagi Institusi Pendidikan,

Dapat di jadikan sebagai tambahan pustaka dan referensi untuk diteliti dan di kembangkan lebih lanjut,
oleh mahasiswa kebidanan Universitas Respati Yogyakarta yang akan mengadakan penelitian yang
berhubungan dengan alat kontrasepsi suntik DMPA.
DAFTAR PUSTAKA
 BKKBN. 2011. Hasil Pelaksanaan Sub Pencatatan Pelaporan Pelayanan
Kontrasepsi. Yogyakarta : BKKBN.
 BKKBN. 2010. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : BKKBN.
 Dampuk, M. 2011. “Hubungan Tingkat Pengetahuan Akseptor Tentang Kontrasepsi Suntik dengan
Keikutsertaan Menjadi Akseptor Kontrasepsi Suntik di RB Amanda Gamping Sleman
Yogyakarta”, Karya Tulis Ilmiah, Yogyakarta: Universitas Respati Yogyakarta
 Departermen Kesehatan. 2010. Resume Profil Kesehatan DIY. Yogyakarta : DinKes DIY
 Lestari, S. 2011. “Tingkat Pengetahuan Ibu Akseptor KB tentang Alat Kontrasepsi Suntik DMPA
di RB Amalia Bantul”, Karya Tulis Ilmuah, Yogyakarta: Universitas Respati Yogyakarta.
 Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
 Prawirahardjo, S. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina
Aksara.
 Saifudin, A.B, Affandi, B, Baharuddin, M, dan Soekir, S (Editor). 2006. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
 Wawan dan Dewi. 2010. Pengetahuan dan Prilaku. Yogyakarta : Nuha Medika

e-journal.respati.ac.id/.../Jurnal%20Ni%20Made%20O...

Anda mungkin juga menyukai