HPK 1.2.2 Pedoman
HPK 1.2.2 Pedoman
DISUSUN OLEH :
RS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak dan kewajiban pasien dan keluarga merupakan elemen dasar dari semua kontak di
rumah sakit, stafnya, serta pasien dan keluarganya. Dengan berlakunya peraturan perundang-
undangan yang mengatur secara eksplisit mengenai hak dan kewajiban pasien, maka rumah
sakit berkewajiban menjamin bahwa ada mekanisme pemenuhan hak dan kewajiban pasien &
keluarga di RSML. Peraturan perundang-undangan dimaksud diantaranya adalah undang-
undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, undang-undang nomor 29 tahun 2004
tentang Praktek Kedokteran dan beberapa peraturan negara lainnya.
Untuk itu, perlu disusun sebuah pedoman yang menjadi dasar dalam penerapan hak pasien
dan keluarga selama menjalani perawatan di RSML.
B. Tujuan Pedoman
1. Terpenuhinya hak pasien & keluarga di RS Muhammadiyah Lamongan;
2. Adanya Pedoman bagi staf RS Muhammadiyah Lamongan dalam rangka memenuhi hak
pasien dan keluarga selama di RS Muhammadiyah Lamongan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini, meliputi :
1. Pedoman ini diterapkan kepada semua pasien/pengunjung/karyawan selama berada dalam
Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan;
2. Pelaksana Pedoman ini adalah semua karyawan yang bekerja di rumah sakit (medis
maupun non medis).
D. Batasan Operasional
Istilah-istilah yang disebutkan dalam Pedoman ini akan diartikan sebagaimana telah
didefinisikan dalam bab ini, kecuali apabila konteksnya menghendaki pengertian yang
berbeda:
1. Hak adalah Kekuasaan / kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu badan
hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu.
2. Kewajiban adalah Sesuatu yang harus diperbuat atau yang harus dilakukan oleh
seseorang atau suatu badan hukum.
4. Dokter adalah Tenaga medis yang memberikan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
Muhammadiyah Lamongan, mencakup dokter dan dokter gigi.
6. Staff adalah seluruh karyawan yang bekerja di Rumah Sakit sesuai regulasi yang berlaku.
7. Informed Consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat
setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
8. Penelitian adalah usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap
sesuatu masalah. Sistematik, karena harus mengikuti prosedur dan langkah-langkah
sebagai suatu kebulatan prosedur di Rumah Sakit.
9. Donasi organ adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu
tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan
dan kondisi tertentu di Rumah Sakit.
10. Barang milik pasien adalah benda bergerak yang dibawa pasien maupun keluarga pasien
selama perawatan di Rumah Sakit.
12. Lokasi terpencil atau terisolasi adalah lokasi di rumah sakit yang paling sedikit terjadi
aktivitas manusia.
E. Landasan Hukum
Landasan Hukum yang digunakan dalam pedoman ini adalah :
a. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
b. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
c. Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;
d. PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
e. PerMenKes no 280/MenKes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis
BAB II
RUMAH SAKIT MENGEDEPANKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA
Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan memberikan hak pasien & keluarga dengan sebaik-
baiknya dan penuh rasa tanggung jawab sesuai peraturan perundangan-undangan yang berlaku
dan mengatur hal tersebut. Diantaranya :
a. Hak pasien menurut Undang-Undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 pada pasal 32
adalah :
Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit.
Pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.
Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional.
Pasien berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien tehindar dari
kerugian fisik dan materi.
Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
Pasien berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
surat izin praktek (SIP) baik didalam maupun di luar rumah sakit.
Pasien berhak mendapat privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-
data medisnya.
Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternative tindakan, resiko dan kompliksi yang mungkin terjadi
dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.
Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama / kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien yang lainnya.
Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
di Rumah Sakit.
Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas prilaku Rumah Sakit terhadap
dirinya.
Pasien berhak menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
Pasien berhak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata maupun
pidana.
Pasien berhak mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasien berhak menolak atau memberhentikan resusitasi atau bantuan hidup dasar.
Pasien dan keluarga berhak dilibatkan dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan.
Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala aturan dan tata tertib Rumah
Sakit
Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala intruksi dokter dan perawat dalam
pengobatannya.
Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua biaya dan jasa
pelayanan Rumah Sakit / Dokter.
Dokter berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya.
Dokter berhak untuk bekerja menuntut standar pelayanan serta berdasarkan hak otonomi
clinical appoinment).
Dokter berhak untuk menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, profesi, dan etika.
Dokter berhak atas privacy, menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh pasien
dengan ucapan atau tindakan yang melecehkan atau memalukan.
Dokter berhak mendapat informasi lengkap dari pasien yang dirawatnya atau dari
keluarganya.
Dokter berhak atas informasi atau pemberitahuan pertama dalam menghadapi pasien
yang tidak puas terhadap pelayanan.
Dokter berhak untuk diperlakukan adil dan jujur baik oleh Rumah Sakit maupun oleh
pasien.
Dokter berhak untuk mendapat imbalan atas jasa profesi yang diberikannya berdasarkan
perjanjian dan atau ketentuan/peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
KEWAJIBAN DOKTER :
Dokter wajib mematuhi peraturan Rumah Sakit sesuai dengan hubungan hukum antara
dokter dengan Rumah Sakit.
Dokter wajib memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar pelayanan kedokteran
dan menghormati hak-hak pasien.
Dokter wajib merujuk pasien ke dokter lain/Rumah Sakit lain yang mempunyai
keahlian/kemampuan yang lebih baik, apabila ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan.
Dokter wajib memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan
dengan keluarga dan dapat menjalankan ibadah sesuai keyakinannya.
Dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang penderita, bahkan
juga setelah penderita itu meninggal dunia.
Dokter wajib memberikan informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medic yang
bersangkutan serta resiko yang dapat ditimbulkannya.
Dokter wajib membuat rekam medis yang baik secara lengkap dan berkesinambungan
berkaitan dengan keadaan pasien.
Dokter wajib terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan
ilmu kedokteran/kedokteran gigi.
Dokter wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.
Dokter wajib bekerja sama dengan profesi dan pihak lain yang terkait secara timbal-balik
dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
3. Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan, sebagai pemberi layanan kesehatan kepada pasien,
mempunyai hak & kewajiban sebagai berikut :
HAK RUMAH SAKIT
Rumah Sakit berhak menentukan jumlah, jenis dan kualifikasi sumber daya manusia
sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit.
Rumah Sakit berhak menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi,
insentif dan penghargaan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Rumah Sakit berhak melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka
mengembangkan pelayanan.
Rumah Sakit berhak menerima bantuan dari pihak sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Rumah Sakit berhak untuk mempromosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rumah Sakit berhak untuk mendapat insentif pajak bagi Rumah Sakit publik dan Rumah
Sakit yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit pendidikan.
Rumah Sakit wajib memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit
kepada masyarakat.
Rumah Sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti
diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar
pelayanan Rumah Sakit.
Rumah Sakit wajib memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanan.
Rumah Sakit wajib menyediakan saran dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu
atau miskin.
Rumah Sakit wajib melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas
pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka,
pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bukti sosial bagi misi
kemanusiaan.
Rumah Sakit wajib membuat, melaksanakan dan menjaga standar mutu pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.
Rumah Sakit wajib menyediakan sarana dan prasarana yang umum dan layak antar lain
darna ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-
anak, dan lanjut usia.
Rumah Sakit wajib membuat, melaksanakan dan menjaga standar mutu pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.
Rumah Sakit wajib menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi
dan etika serta peraturan perundang-undangan.
Rumah sakit wajib memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien.
Rumah Sakit wajib melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara
regional maupun nasional.
Rumah Sakit wajib membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran
dan melaksanakan peraturan intern Rumah Sakit (hospital bylaws).
Rumah Sakit wajib melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas
rumah sakit dalam melaksanakan tugasnya di RSML.
Rumah Sakit wajib memberlakukan seluruh lingkungan Rumah Sakit sebagai kawasan
tanpa rokok.
Rumah Sakit dapat menolak mengungkapkan segala informasi kepada publik yang
berkaitan dengan rahasia kedokteran.
Pasien dan/atau keluarga yang menuntut Rumah Sakit dan menginformasikannya melalui
media massa, dianggap telah melepaskan hak rahasia kedokterannya kepada umum.
Penginformasian kepada media massa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan
kewenangan kepada Rumah Sakit untuk mengungkapkan rahasia kedokteran pasien
sebagai hak jawab Rumah Sakit.
Rumah Sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya
menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah
adanya penjelasan medis yang komprehensif.
Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia.
BAB III
III. 1. Pelepasan informasi medis kepada keluarga & pihak lain di RSML diatur sebagai
berikut :
1. Pada kondisi pasien tidak sadarkan diri atau tingkat kesadarannya menurun atau karena
sifat informasi yang bisa berakibat buruk pada kondisi pasien, maka informasi medis
dapat diberikan kepada keluarga terdekat. Dengan tingkatan : 1. suami/istri, 2. anak
kandung, 3. orangtua kandung/wali/curator, 4. Saudara kandung.
2. Pelepasan informasi kepada pihak asuransi hanya diperkenankan bagi asuransi yang
sudah menjalin kerjasama dengan RSML. Didahului dengan permintaan tertulis oleh
asuransi, dan diberikan jawaban secara tertulis berupa resume medis pasien.
4. Pelepasan informasi kepada media massa cetak maupun elektronik hanya dapat
dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari pasien atau keluarga terdekat.
6. Pelepasan informasi bagi Tenaga Kesehatan perujuk pasien diberikan dalam bentuk
jawaban rujukan pasien.
Identifikasi dan menghormati nilai kepercayaan pasien di RSML diatur sebagai berikut :
1. Rumah sakit mendidik semua staf tentang hak pasien dan keluarganya yang
menyadarkan bahwa staf dapat mempunyai nilai-nilai dan kepercayaan yang berbeda
dari pasien yang mereka layani.
4. RSML menyediakan tenaga bina rohani untuk memfasilitasi kebutuhan keagamaan dan
spiritual pasien, khususnya yang beragama Islam. Untuk agama selain Islam, RSML
memberikan kesempatan bagi pasien & keluarga yang mempunyai kebutuhan khusus
untuk mendatangkan tokoh agama sesuai agama dan kepercayaannya ke RSML, dengan
syarat tidak mengganggu kenyamanan pasien lainnya.
5. Tenaga bina rohani melakukan pelayanan kerohanian Islam baik yang bersifat rutin
(konsultasi, bimbingan ibadah saat sakit) maupun yang bersifat khusus (pendampingan
saat sakaratul maut, dan pemulasaraan jenazah) atas permintaan keluarga pasien dengan
mengisi form permintaan bimbingan kerohanian yang bersifat khusus.
Identifikasi harapan dan kebutuhan privasi pasien di RSML diatur sebagai berikut :
2. Pada saat wawancara klinis yang bersifat khusus & pasien/keluarga membutuhkan
privasi, maka dapat dilakukan diruang tersendiri dan tidak didengar oleh orang lain
yang tidak diinginkan pasien/keluarga.
3. Pada saat pemeriksaan, tindakan dan pengobatan, privasi dilakukan dengan
menutupkan sekat pada setiap bed pasien. Mengategorikan pasien sesuai jenis
kelaminnya, sehingga tidak terjadi percampuran antara pasien laki-laki dan perempuan.
4. Pada saat transportasi baik antar ruangan di RSML maupun keluar RSML, privasi
pasien dijaga dengan menutupkan selimut ke tubuh pasien secara penuh kecuali wajah.
2. Pada pasien gawat darurat, One Day Surgery, dan rawat inap yg tidak mampu
melindungi barang-barangnya karena kondisi pasien lemah atau tidak sadar dan tidak
didampingi oleh keluarga maka barang bawaannya dicatat oleh petugas ruangan dan
keamanan barang tersebut menjadi tanggung jawab Rumah Sakit.
4. Ketentuan lebih lanjut terkait tanggungjawab ini diatur dalam SPO Perlindungan Harta
Benda Pasien.
1. Petugas rekam medis mengidentifikasi kelompok pasien yang lemah dan yang berisiko,
yaitu anak-anak, pasien yang cacat, lanjut usia, Pasien koma dan mereka dengan
gangguan mental atau emosional dan memberikan penanda khusus bagi kelompok
tersebut.
2. Daftar kelompok beresiko adalah sebagai berikut :
Kasus emergensi.
Pelayanan resusitasi.
Pelayanan darah dan produk darah.
Peralatan Bantu hidup dasar dan/atau yang koma.
Penyakit menular dan mereka yang daya tahannya diturunkan (immune-supressed).
Pasien dialisis (cuci darah).
Alat penghalang (restraint) dan asuhan pasien yang diberi penghalang.
Usialanjut, mereka yang cacat, anak-anak dan mereka yang berisiko disiksa.
Kemoterapi atau terapi lain yang berisiko tinggi.
Gangguan mental dan/atau emosional.
Pasien yang tidak dapat melindungi dirinya sendiri.
3. Setiap orang yang masuk ruang perawatan pasien harus teridentifikasi. Setiap pasien,
pengunjung dan karyawan yang berada di RSML harus menggunakan tanda pengenal
berupa : gelang, identifikasi pasien (pasien), kartu visitor/pengunjung (pengunjung)
atau ID card (karyawan).
4. Petugas Keamanan melakukan kontrol keliling setiap waktu yang sudah ditentukan, dan
memantau sisi rumah sakit yang rawan melalui kamera CCTV.
5. Ketentuan lebih lanjut terkait tanggungjawab ini diatur dalam SPO Perlindungan Pasien
terhadap kekerasan fisik dan SPO penggunaan kamera CCTV.
2. lnformasi medis pasien rawat inap dalam bentuk tulisan di kertas/berkas rekam medis
sedangkan Informasi medis pasien rawat jalan dalam bentuk rekaman elektronik atau
rekam medis elektronik.
3. Informasi medis bersifat rahasia dan Informasi medis yang dikeluarkan, harus dalam
bentuk tertulis berupa resume medis pasien. Dan hanya diberikan kepada yang berhak
menerimanya.
2. Salah satu cara melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan
yang diterimanya adalah dengan cara memberikan informed consent.
3. Pasien dan keluarganya memahami jenis keputusan yang harus dibuat tentang
pelayanannya dan bagaimana berpartisipasi dalam membuat keputusan tersebut. Pasien
dan keluarga memberikan persetujuan dan/atau penolakan untuk pelayanan apa, tes,
prosedur dan pengobatan yang perlu persetujuan mereka.
4. Apabila pasien yang tidak mau diberitahu tentang diagnosis pasti atau untuk
berpartisipasi dalam keputusan tentang pelayanannya, mereka diberi kesempatan dan
dapat memilih berpartisipasi melalui keluarganya, teman atau wakil yang dapat
mengambil keputusan.
5. Yang dapat memberikan persetujuan dan terlibat dalam pelayanan selain pasien sesuai
tingkatannya adalah : 1. suami/istri, 2. anak kandung, 3. orangtua kandung/wali/curator,
4. Saudara kandung. Petugas, Pasien dan keluarga memahami siapa yang dapat,
memberikan persetujuan selain pasien.
III. 8. Penjelasan kepada pasien dan keluarga terkait pelayanan dan pengobatan di RSML
1. Penjelasan umum diberikan pada saat pasien memulai perawatan di RSML, oleh petugas
admision, terkait dengan lingkup pelayanan,
2. Penjelasan diberikan oleh dokter yang merawat pasien, baik pada saat wawancara klinis,
sebelum tindakan dilakukan, dan pada saat dilakukan visite dokter. Informasi penting
yang diberikan dicatat secara berkelanjutan selama pasien dirawat di RSML, di lembar
form edukasi pasien di dokumen rekam medis, diparaf oleh pasien atau keluarga.
3. Penjelasan diberikan oleh petugas kesehatan lain yang melakukan kunjungan ke pasien
(perawat/bidan, ahli gizi, farmasi klinis dan fisioterapis) dicatat dalam dokumen rekam
medis pasien.
4. Penjelasan oleh DPJP (Dokter Penanggungjawab Pelayanan) kepada pasien dan keluarga
meliputi : Kondisi pasien dan diagnosa, usulan pengobatan, nama individu yang
memberikan pengobatan, kemungkinan manfaat dan kekurangannya, kemungkinan
alternatif, kemungkinan keberhasilan, kemungkinan timbulnya masalah selama masa
pemulihan. Kemungkinan hasil yang terjadi apabila tidak diobati.
1. Staf RS (Perawat, dokter & petugas penunjang medis) harus assesment, mengakomodir
dan merespon keluhan nyeri pasien.
2. Assesment nyeri dicatat di dokumen rekam medis pasien dan dikomunikasikan dengan
DPJP agar mendapat penanganan.
III. 11. Assesment Pasien kondisi Terminal
1.
III. 12. RS Muhammadiyah Lamongan merespon kebutuhan unik pasien di akhir
hidupnya
1. Pasien yang sedang menghadapi kematian mempunyai kebutuhan yang unik untuk
untuk pelayanan yang penuh hormat dan kasih-sayang. Perhatian terhadap
kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua aspek pelayanan pada tahap
akhir kehidupan pasien.
2. Staf RS (Perawat, dokter & petugas penunjang medis) harus menyadari,
mengakomodir dan merespon kebutuhan unik pasien pada akhir kehidupannya.
Kebutuhan ini meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan sekunder,
manajemen nyeri, respon terhadap aspek psikologis, sosial, emosional, agama dan
budaya pasien dan keluarganya serta keterlibatannya dalam keputusan pelayanan.
3. Ketentuan lebih lanjut terkait tanggungjawab ini diatur dalam SPO pelayanan
khusnul khotimah di RSML.
2. Untuk kemudian keluhan tersebut ditelaah, disampaikan kepada petugas terkait dan
sesegera mungkin diselesaikan.
3. Semua keluhan masuk diakumulasi oleh unit Pelayanan Pelanggan dan apabila
keluhan menimbulkan konflik, atau dilema lain bagi rumah sakit dan
pasien/keluarga, maka permasalahan harus disampaikan kepada direksi RSML,
untuk kemudian dilakukan pembahasan bersama guna penyelesaian permasalahan
bersama unit terkait lainnya.
4. Ketentuan lebih lanjut terkait tanggungjawab ini diatur dalam alur penyelesaian
keluhan pasien.
1. Semua tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapatkan
persetujuan dari pasien atau keluarga terdekat;
2. Persetujuan dapat diberikan secara lisan maupun tertulis;
3. Persetujuan tertulis dimintakan apabila tindakan medis yang dilakukan merupakan
tindakan invasif dan tindakan yang beresiko tinggi serta transfusi darah;
4. Apabila pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri sedangkan harus dilakukan
tindakan medis untuk menyelamatkan nyawanya. sementara keluarga pasien tidak
ada, maka pihak Rumah sakit dapat melakukan tindakan sejauh kebutuhan life
saving pasien, demi keselamatan jiwa pasien. Untuk tindakan lain diluar life saving
dilakukan kemudian apabila pasien sadar dan/atau keluarga telah hadir, setelah
sebelumnya informasi diberikan;
6. Ketentuan lebih lanjut terkait tanggungjawab ini diatur dalam SPO Persetujuan
Tindakan Kedokteran.
III. 15. Pemberian Kesempatan kepada pasien & keluarga untuk memperoleh second
opinion
1. Pasien mempunyai hak untuk meminta pendapat dokter lain terhadap penanganan
penyakitnya. Dokter dimaksud dapat berasal dari dokter RSML maupun dokter di
luar RSML. Permintaan terhadap second opinion harus disampaikan secara tertulis
kepada Petugas Ruangan RSML yang merawat pasien.
2. Petugas ruangan merespon permintaan second opinion kepada dokter lain yang
SIPnya ada di RSML. Dan mengkomunikasikan kepada dokter yang merawat
pasien.
3. Apabila pasien & keluarga berkeinginan untuk second opinion kepada dokter lain
yang SIPnya di luar RSML. Maka petugas ruangan menjelaskan kebebasan pasien
& keluarga untuk meminta second opinion tersebut secara mandiri.
4. Apabila permintaan sampai pada alih rawat dokter, maka petugas ruangan
memberikan form alih rawat dokter kepada pasien & keluarga untuk ditandatangani.
Daftar tindakan yang memerlukan persetujuan lisan & tertulis akan diatur tersendiri
diluar Pedoman ini.
BAB IV
1. Dengan dikeluarkannya pedoman ini maka setiap staf Rumah Sakit agar senantiasa
memperhatikan hak dan kewajiban pasien, dokter, dan Rumah Sakit sebagai panduan
dalam lingkup kerjanya masing-masing.
2. Pedoman hak dan kewajiban pasien, Dokter, dan Rumah Sakit ini agar dijalankan
sebaik-baiknya di lingkungan RS Muhammadiyah Lamongan.