Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Glandula saliva dapat menjadi penyebab dari penyakit pada rongga mulut. Salah
satu penyakit yang mengenai glandula saliva ialah kista. Kista merupakan suatu kantong
patologis yang dapat terjadi pada tulang atau jaringan lunak yang berisi cairan,
mempunyai dinding berupa kapsul yang berlapis epitel. Kista yang berasal dari glandula
saliva dapat berupa mukokel dan ranula. Mukokel merupakan kista retensi/ekstravasasi
dari glandula saliva minor, sedangkan ranula merupakan kista retensi/ekstravasasi dari
glandula sublingualis dan submandibularis.

Definisi
Mukokel adalah lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkan oleh
pecahnya saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke jaringan lunak di sekitarnya.
Paling sering terjadi pada bibir bawah (60% pada seluruh kasus), dan dapat terjadi juga di
mukosa bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Mukokel jarang terjadi pada bibir atas,
palatum molle.
Mukokel adalah penyakit mulut yang melibatkan glandula saliva. Glandula saliva terbagi
dua, yaitu glandula saliva mayor dan glandula saliva minor. Glandula saliva mayor terdiri dari :
1. Glandula parotis adalah glandula terbesar yang letaknya pada permukaan otot
masseter yang berada di belakang ramus mandibula, di anterior dan inferior
telinga. Gland parotis menghasilkan 25% saliva, yang merupakan cairan
serous.
2. Glandula submandibula merupakan glandula terbesar kedua, letaknya di bagian
medial sudut bawah mandibula, menghasilkan 65% saliva di rongga mulut,
yang merupakan campuran cairan serous dan mukus.
3. Glandula sublingual letaknya pada fossa sublingual, yaitu dasar mulut bagian
anterior. Merupakan glandula saliva mayor yang terkecil yang menghasilkan
10% dari volume total saliva di rongga mulut dimana sekresinya didominasi
oleh cairan mukus.
Sedangkan glandula saliva minor terdiri dari 1000 kelenjar yang tersebar pada
lapisan mukosa rongga mulut, terutama di mukosa pipi, palatum, baik palatum
durum maupun palatum molle, mukosa lingual, mukosa bibir, dan juga terdapat di
uvula, dasar mulut, bagian posterior lidah, dasar atau ventral lidah, daerah sekitar
retromolar, daerah peritonsillar, dan sistem lakrimal. Glandula saliva minor
terutama menghasilkan cairan mukus, kecuali pada glandula Von Ebner’s
(glandula yang berada pada papilla circumvalata lidah) yang menghasilkan cairan
serous.
Kasus mukokel melibatkan glandula saliva minor. Tidak tertutup
kemungkinan mukokel dapat melibatkan glandula saliva mayor tergantung pada
letaknya. Sedangkan ranula merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut
mukokel yang berada di dasar mulut dan diketahui daerah dasar mulut dekat
dengan glandula sublingual dan glandula saliva minor. Dengan kata lain ranula
umumnya melibatkan glandula saliva minor ataupun glandula sublingual. Sama
halnya dengan mukokel, ranula juga dapat melibatkan glandula saliva mayor,
misalnya glandula saliva submandibula apabila ranula telah meluas ke otot
milohioideus dan memasuki ruang submandibula.

Glandula Saliva
2.1. Etiopatogenesis
Mukokel melibatkan duktus glandula saliva minor dengan etiologi yang tidak
begitu jelas, namun diduga terbagi atas dua. Pertama diakibatkan trauma, baik
trauma lokal atau mekanik pada duktus glandula saliva minor, untuk tipe ini disebut
mukus ekstravasasi. Trauma lokal atau mekanik dapat disebabkan karena trauma
pada mukosa mulut hingga melibatkan duktus glandula saliva minor akibat
pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti menghisap mukosa bibir diantara dua
gigi yang jarang, menggigit-gigit bibir, kebiasaan menggesek-gesekkan bagian
ventral lidah pada permukaan gigi rahang bawah (biasanya pada anak yang
memiliki kebiasaan minum susu botol atau dot), dan lain-lain. Dapat juga akibat
trauma pada proses kelahiran bayi, misalnya trauma akibat proses kelahiran bayi
yang menggunakan alat bantu forceps, trauma pada saat dilakukan suction untuk
membersihkan saluran nafas sesaat setelah bayi dilahirkan, ataupun trauma yang
disebabkan karena ibu jari bayi yang dilahirkan masih berada dalam posisi sucking
(menghisap) pada saat bayi melewati jalan lahir. Ketiga contoh trauma pada proses
kelahiran bayi akan mengakibatkan mukokel kongenital. Setelah terjadi trauma
yang dikarenakan salah satu atau beberapa hal di atas, duktus glandula saliva minor
rusak, akibatnya saliva keluar menuju lapisan submukosa kemudian cairan mukus
terdorong dan sekresinya tertahan lalu terbentuk inflamasi (adanya penumpukan
jaringan granulasi di sekeliling kista) mengakibatkan penyumbatan pada daerah
tersebut, terbentuk pembengkakan lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan pada
mukosa mulut yang disebut mukokel.
Kedua, Genangan mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan
melebar dapat disebabkan karena plug mukus atau inflamasi pada mukosa yang
menekan duktus glandula saliva minor lalu mengakibatkan terjadinya
penyumbatan, terjadi dilatasi akibat cairan mukus yang menggenang dan
menumpuk pada duktus glandula saliva, dan pada akhirnya ruptur, kemudian
lapisan subepitel digenangi oleh cairan mukus dan menimbulkan pembengkakan
pada mukosa mulut yang disebut mukokel.
Klasifikasi
Berdasarkan etiologi, patogenesis, dan secara umum mukokel dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
1. mukokel ekstravasasi mukus yang sering disebut sebagai mukokel
superfisial dimana etiologinya trauma lokal atau mekanik,
2. mukokel retensi mukus atau sering disebut kista retensi mukus dimana
etiologinya plug mukus akibat sialolith atau inflamasi pada mukosa mulut
yang menyebabkan duktus glandula saliva tertekan dan tersumbat secara
tidak langsung.

Mukokel ekstravasasi mukus

Mukokel retensi mukus


Gambaran Klinis dan Histopatologi

Mukokel memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu massa atau


pembengkakan lunak yang berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan apabila
massa belum begitu dalam letaknya, kadang-kadang warnanya normal seperti
warna mukosa mulut apabila massa sudah terletak lebih dalam, apabila dipalpasi
pasien tidak sakit.Massa ini berdiameter 1 mm hingga beberapa sentimeter,
beberapa literatur menuliskan diameter mukokel umumnya kurang dari 1 cm.

Mukokel pada anterior median line permukaan


ventral lidah

Mukokel pada bibir bawah


Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosa mukokel dilakukan prosedur-prosedur yang
meliputi beberapa tahap. Pertama melakukan anamnesis dan mencatat riwayat pasien.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik dengan tujuan melihat tanda-
tanda yang terdapat pada pasien, yaitu pemeriksaan keadaan umum mencakup
pengukuran temperatur dan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan ekstra oral
mencakup pemeriksaan kelenjar limfe, pemeriksaan keadaan abnormal dengan
memperhatikan konsistensi, warna, dan jenis keadaan abnormal, kemudian
pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat pembengkakan pada rongga mulut
yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi pada massa tersebut. Diperhatikan
apakah ada perubahan warna pada saat dilakukan palpasi pada massa. Ditanyakan
kepada pasien apakah ada rasa sakit pada saat dilakukan palpasi.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiologi. Pada kasus mukokel, cairan diambil secara
aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi secara mikroskopis
untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat. Kemudian dapat dilakukan
pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic Resonance
Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan), ultrasonografi, sialografi, dan juga
radiografi konfensional.

Diagnosa Banding
Beberapa penyakit mulut memiliki kemiripan gambaran klinis dengan mukokel,
diantaranya hemangioma, lymphangioma, pyogenic granuloma (apabila letaknya pada
bagian anterior lidah), salivary gland neoplasm, adenoma pleimorfik dan lain-lain.
Untuk dapat membedakan mukokel dengan penyakit-penyakit tersebut maka
dibutuhkan riwayat timbulnya massa dan gambaran klinis yang jelas, dan
pemeriksaan radiologi

Perawatan
Beberapa kasus mukokel dapat hilang dengan sendirinya tanpa dilakukan
perawatan terutama pada pasien anak-anak. Penanggulangan faktor penyebab
dimaksudkan untuk menghindarkan terjadinya rekurensi. Karena jika kebiasaan buruk
atau hal yang menyebabkan terjadinya trauma tidak segera disingkirkan atau
dihilangkan, maka mukokel akan dengan mudah muncul kembali walaupun
sebelumnya sudah dilakukan perawatan bedah. Pembedahan massa dibagi atas tiga
jenis, yaitu eksisi, marsupialisasi, dan dissecting. Pemilihan teknik pembedahan
tergantung kepada ukuran dan lokasi massa.
Eksisi mukokel dengan memakai modifikasi teknik elips, menebus mukosa,
diluar batas permukaan dari lesi. Batas mukokel dengan jaringan sehat mudah
diidentifikasi, lesi dipotong dengan teknik gunting, pengambilan glandula mukos
asesoris, penutupan dengan jahitan. Namun ada kemungkinan pembedahan dapat
menyebabkan munculnya mukokel lain. Beberapa dokter saat ini ada juga yang
menggunakan menggunakan injeksi kortikosteroid ini dapat mengempiskan
pembengkakan.

Komplikasi
Mukokel biasanya tidak menimbulkan keluhan bila kecil, namun jika besar akan
menimbulkan deformitas, penipisan korteks tulang, sehingga timbul fenomena bola
pingpong (pingpong phenomenon). Bila kista ini terinfeksi akan terasa sakit dan timbul
pus (nanah).

PEMBAHASAN

Dalam kasus ini, dari anamnesis didapatkan riwayat keluhan benjolan di bibir bawah
sebelah kanan sejak 6 bulan yang lalu. Benjolan semakin lama semakin membesar hingga
sebesar kacang polong, tidak didapatkan nyeri, tidak didapatkan kesulitan mengunyah.
Pada pemeriksaan ekstraoral, tidak didapatkan asimetri wajah maupun pembesaran
limfonodi. Pada pemeriksaan intraoral, pada mukosa labial inferior kanan didapatkan
benjolan sebesar kacang polong, warna lebih pucat dari daerah sekitar, tampak berisi cairan
bening, permukaan tampak licin. Benjolan berukuran 1x1x0,5 cm3, konsistensi lunak, pada
penekanan lesi tidak menjadi cekung, permukaan tidak berbenjol-benjol, tidak mudah
berdarah, fluktuasi (+), nyeri tekan (-), terfiksasi pada dasar bibir. Mukosa yang menutupi
benjolan teraba tegang.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditarik diagnosis pasien tersebut
adalah mukokel pada mukosa labial inferior kanan. Mukokel tersebut dapat disebabkan oleh
trauma, karena didapatkan riwayat sering menggigit bibir. Setelah terjadi trauma akibat
sering menggit bibir, duktus glandula saliva minor rusak, akibatnya saliva keluar menuju
lapisan submukosa kemudian cairan mukus terdorong dan sekresinya tertahan lalu terbentuk
inflamasi (adanya penumpukan jaringan granulasi di sekeliling kista) mengakibatkan
penyumbatan pada daerah tersebut, terbentuk pembengkakan lunak, berfluktuasi, translusen
kebiruan pada mukosa bibir.
Rencana terapi pada pasien ini adalah eksisi, yakni dengan mengangkat keseluruhan
dari kista beserta kapsulnya sebersih-bersihnya. Edukasi pasien perlu diberikan berkaitan
dengan pentingnya untuk tidak menggigit bibir.

Anda mungkin juga menyukai