Anda di halaman 1dari 8

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI


Jl. Pattimura No.20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12210 Telepon (021)72797848 Faksimili (021)7221782

Nomor : Fu. slez -oY / 811 Jakarta, 28 Oktober 2015


Lampiran

Kepada Yth.
1, Direktur Jenderal Bina Marga
2. Direktur Jenderal Sumber Daya Air
3. Direktur Jenderal Cipta Karya
4. Direktur lenderal Penyediaan Perumahan
di-
lakafta.

Perihal : Kriteria Evaluasi Pelelangan Pekerjaan Jasa Konstruksi

Sehubungan dengan pelaksanaan Pelelangan DiniTahun 2016 di Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat dan dengan diundangkannya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat nomor 3LlPRTlMl2015 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor A7PRT|M12011 Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi dan lasa Konsultan, sefta mengacu kepada hasil evaluasi proses pelelangan di
lingkungan Kementerian PUPR tahun 2015, dengan ini kami mengingatkan kembali hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam penyusunan kriteria evaluasi pelelangan pekerjaan konstruksi sebagai
berikut:

1. Persyaratan teknis terhadap personil harus dicantumkan dalam Dokumen Pengadaan, dan
di gunakan tidak berlebih-lebihan.
persyarata n ya ng
a. Personilyang disyaratkan hanya untuk personilutama.
b. Khusus untuk persyaratan Sertifikat Keahlian (SlG) personil, hanya disyaratkan 1 (satu) SKA
untuk setiap personil yang ditetapkan. Kondisi ini dapat dikecualikan jika satu personil dapat
merangkap lebih dari satu posisi pada suatu pekerjaan konstruksi.

2. Persyaratan teknis terhadap peralatan harus dicantumkan dalam Dokumen Pengadaan:


a. Peralatan yang disyaratkan hanya peralatan utama untuk pekerjaan utama,
b. Tidak mensyaratkan tahun pembuatan alat dalam evaluasi prakualifikasi. Untuk memastikan
bahwa peralatan yang ditawarkan laik dan dapat digunakan untuk penyelesaian pekerjaan
sesuai jadwal pelaksanaan pekerjaan, dapat dilakukan pembuktian sertifikat laik fungsi alat
atau survey langsung ke lokasi.

3. Persyaratan tertib penyelenggaraan konstruksi, termasuk diantaranya adalah penerapan Sistem


Manajemen Mutu (SMM) dan Sistem Manajemen Keselematan dan Kesehatan Kerla (SMK3),
a ga r mem perhati ka n ka ida h - ka id ah telais I e n g in eerin g.

4. Pengaturan mengenai Kerjasama Operasi (KSO) disyaratkan terhadap penyedia jasa dengan
kualifikasi yang sama, yaitu antar sesama kualifikasi besar, antar sesama kualifikasi menengah,
atau antar kualifikasi kecil.
Terlampir kami sampaikan rangkuman kesalahan-kesalahan umum yang terjadi pada proses
pelelangan tahun 2015 sebagai masukan upaya perbaikan dalam proses pelelangan tahun 2016.
Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan
\\ lER
Konstruksi
at
t ?a-
z4
t q
Y
{(n
Ir. Yusid M.Eng.5c.
NIP.
Tembusan disampaikan kepada Yth. : (q
l,rot,i
1. Menteri Pekerjaan Umum (sebagai laporan).
z. Sekretaris lenderai Kementerian Pekeriaan Umum dan Perumahan Rakyat.
3. Inspektur lenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
4. Para Kepala ULP di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMA
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KESALAHAN UMUM PADA PROSES PEMILIHAN


PENYEDIA JASA PEKERJAAN KONSTRUKSI &
JASA KONSUTTANSI KONSTRUKSI

PENGANTAR I

?rknfa.g,t*

Prinsip prinsip pengadaan: efisien, efektif, transparan,


terbuka, bersaing, adil/ tidak diskriminatif dan akuntabel.

Pada beberapa kasus pelaksanaan pelelangan terdapat


kesalahan umum sering terjadi sehingga memperlambat proses
penetapan pemenang lelang.

DIREITORATJEilOCRAI-BINA XOi TNT'XSI I XIHEi'IERIAN P€(ERJAANUMUM DAN PfRUMAHAN RAXYAT 2


TAHAPAN KUALIFIKASI ?rdnh.r..l

1 SIUJI(SBU/Sertifikat OHSAS/Sertifikat ISO 9001 tidak sesuai ketentuan, karena hal berikut:
a. Habis masa berlaku pada saat proses evaluasi
b. Dalam proses perpanjangan
c. Belum dikonversi
Contoh :
Pokja meluluskan penawaran penyedia jasa yang pada saat pemasukan dokumen kualifikasi
masa berlaku SBU/IUJK telah habis, namun melampirkan surat keterangan pengurusan
perpanjangan (SEHARUSNYA GUGUR)

2 Persyaratan Personil berlebihan


Contoh :
. Untuk pekerjaan non kecil personil mempersyaratkan Juru Ukur pendidikan D3 memiliki SKT;
. Mempersyaratkan 2 SKA Ahli Utama (Ahli Sipil Utama dan Ahli MK Utama, pengalaman 10
tahun. Seharusnya dengan persyaratan 2 ahli utama minimal memiliki pengalaman 20 tahun)
. Persyaratan tidak sesuai dengan kebutuhan lapangan (personil konstruksi disyaratkan 52 Ahli
Madya 4 tahun sedangkan S1 Ahli utama pengalaman 20 tahun digugurkan. Untuk pekerjaan
konstruksi seharusnya lebih diutamakan pengalaman lapangan dibandingkan dengan jenjang
pendidikan)

OlrEfiOnAI IENDTiAI (ON'TRUISI I IIIIITN'IIf,1AN PTIGRIAA'{ UMUi' OAN PCNUMA'IAN I^XIAT


3
'III

TAHAPAN KUALIFIKASI 1r*4laate.

3. Menerapkan persyaratan peralatan yang bukan peralatan utama


Contoh:
Dokumen pengadaan mempersyaratkan peralatan pendukung, seperti
theodolit, waterpass, molen.

4. Mensyaratkan tahun pembuatan alat dengan tujuan bahwa alat yang


disediakan terjamin kelaikan fungsinya, tetapi tidak mensyaratkan sertifikat laik
fungsi alat

4. Tidak dilakukan klarifikasi untuk hal-hal yang meragukan/ klarifikasi tidak


tuntas.
Contoh:
Lokasi alat yang disampaikan meragukan, namun Pokja tidak melakukan
klarifikasi, baik kepada Penyedia, PPK ataupun yang menyewakan alat.
Klarifikasi seringkali tidak dilakukan dengan tuntas dan tidak disertai bukti
tertu lis.

ontrfoial rl{oanar l|N^ roNsrnurq I ftfiar{ftRrAN PEr(r 4


TAHAPAN KUALIFIKASI ru a.1q,

6. Menetapkan pemenang di beberapa paket dengan personil dan peralatan yang


sama.
Contoh:
Pokja tidak melakukan klarifikasi atas alat yang ditawarkan apakah sedang dipakai
pada pekerjaan lain meskipun pada Pokja/Satker yang berbeda.

7. Menetapkan pekerjaan sejenis sebagai dasar perhitungan KD (Kemampuan Dasar)


tidak jelas/detail dan tidak tertuang dalam dokumen.
Contoh:
Untuk Pekerjaan Pembangunan Dam, mempersyaratkan SBU sub klasifikasi Jasa
Pelaksana Konstruksi Saluran Air, Pelabuhan, Dam dan Prasarana Sumber Daya
Air Lainnya (S1001), namun Pekerjaan yang dipilih untuk perhitungan KD bukan
Pekerjaan Pembangunan Dam, dan ketentuan tersebut tidak dicantumkan dalam
dokumen lelang.

OIREXTOiAI I(oNslnUTS] I XI EI{ITRIAN PIXEiIAAN UIIIUM OAN PfhUMAfiAtI RAI(YAI 5


'EiIDEnAL 'INA

EVALUASI TEKNIS - ADM . BIAYA


1 Melakukan perubahan nilai HPS tetapi tidak dilakukan lelang ulang.
Contoh:
Nilai HPS semula Rp.200 Miliar menjadi Rp.150 Miliar tidak
dilakukan PQ ulang padahal mempengaruhi persyaratan nilai KD
yang akan memberikan peluang jumlah peserta yang ikut
pelelangan lebih banyak.

2. Perubahan Dokumen saat aanwijzing tidak dituangkan dalam


addendum.
Con toh :

Perubahan penting yang diperlukan untuk evaluasi tidak dimasukkan


dalam Addendum dan tidak diupload dalam e-proc, hanya dalam
bentuk Berita Acara Penjelasan.

DriltIoilr raNDfRAr, llNA r(o srnur(sr I {n EnrEftAx DrtaoAAN uiauit oal'l }lnuirlBlN iafi r 6
EVALUASI TEKNIS - ADM - BIAYA
3. Menggugurkan yang tidak substansial.
Contoh:
. Kesalahan dalam pengetikan nama Paket pada surat penawaran, seperti
Penggandaan Jembatan >> Pengadaan Jembatan.
. Mengugurkan Jaminan Penawaran karena tidak sesuai format dalam
dokumen pemilihan, padahal isi/kriteria pencairan jaminan penawaran
yang disampaikan sudah mencakup ketentuan yang ada di dokumen.

4 Evaluasi terhadap Harga Timpang tidak dituangkan dalam Berita Acara


Klarifikasi.

5. Tidak dilakukan evaluasi kewajaran harga untuk harga penaworofl < 80o/o
HPS.
Contoh :
Terdapat beberapa paket pelelangan untuk harga penawaran dibawah 807o
tidak dilakukan evaluasi kewajaran harga, sehingga tidak dapat mengetahui
harga yang ditawarkan wajar/tidak wajar.

omr{ToRAT rtNoaR t flNA xoNsTRutsl I tttaallltturN pfxtiJlaN urcufi DAN PiRUSAHAN R {lAT 7

II
-
PAKET LOAN ,e-tq,.

1 Menambahkan persyaratan pengadaan yang tidak tertuang dalam persyaratan


Loan Agreement dan/atau Perpres No.54 thn 2010
Contoh:
Pada paket pekerjaan tertentu mensyaratkan bahwa penyedia yang dapat
memasukkan penawaran hanya yang direkomendasikan oleh Kedutaan Besar
dari negara pemberi pinjaman yang berkedudukan di Jakarta, walaupun hal ini
tidak disyaratkan dalam perjanjian pinjaman maupun Perpres Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. Hal ini membatasi kesempatan perusahaan lain
(nasional/internasional) untuk ikut serta dalam proses pengadaan.

2. Dokumen pengadaan untuk pekerjaan yang dilelangkan dengan


pelelangan/seleksi internasional tidak mensyaratkan dokumen penawaran
dalam 2 (dua) bahasa, bahasa lndonesia dan bahasa lnggris. Hal ini tidak
sesuai dengan Perpres No. 54/2010 dan perubahannya, pasal 101 ayat (2):
Dokumen Pengadaan melalui pelelangan/seleksi intemasional ditulis dalam
2(dua) bahasa yaitu Bahasa lndonesia dan Bahasa lnggris.

oREfiOR T TENDER T ArX r(OnsTRtrI' I Xrr{EMIEn]lN 9tl(aii^Al'l UMUM OAN PTRUiTAHTN eArY T
l

PAKET LOAN

3. Penggunaan Nilai Mata Uang dalam HPS tidak sesuai dengan nilai mata uang
belanja yang akan dilaksanakan
. Untuk komponen dalam negeri seharusnya dibayar dalam Rupiah.
. Untuk komponen luar negeri dapat dibayar dalam mata uang asing.
LAIN - LAIN
1. Pokja menyatakan bahwa data yang ada dalam sistem e-proc/SPSE rusak dan
tidak dapat dievalusi, tanpa melakukan klarifikasi secara tertulis kepada
Pusdatin Kementerian PUPR.
2. Tim Pokja melakukan evaluasi dengan data/dokumen hardcopy yang berbeda
dengan data/dokumen yang diupload pada sistem E-Proc.

(ONSIRUT$ I TEMENTERIAN P€XERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RA(YAT


DIRETTONATJENDERAI.EINA 9

($*-

-
II ERIN/IA KASIH KUTA

r il
Tffi
-
I rx **#m it:
{
TT

II
Ik KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JEN DERAL BINA KONSTRUKSI
NA PENYELENGGARAAN JASA KONSTR

Hqd
DI REKTORAT BI U KSI

1** *,A ''Tfr*

Anda mungkin juga menyukai