Pada awalnya, organ reproduksi laki-laki dan perempuan adalah sama. Setelah usia
kehamilan sekitar 8 minggu, terjadi diferensiasi atau perbedaan bentuk dan fungsi, sesuai dengan
kromosom yang bersatu. Perempuan memiliki dua kromosom X dan tanpa kromosom Y. Oleh
karena tidak terdapat gen Y dan tidak terdapat hormone testosteron, maka pertumbuhan organ
reproduksi perempuan mengalami perkembangan menjadi clitoris, labia, vagina, uterus (rahim),
tuba falopii dan ovarium (indung telur).
Organ reproduksi perempuan terdiri dari organ genetalia internal dan genetalia
eksternal.Organ genetalia internal adalah ovarium, tuba fallopii, uterus dan vagina.Sedangkan
organ genetalia eksternal terdiri dari mons veneris, labia mayora, labia minora, vestibulum dan
selaput dara.
Gambar 2.2. Organ reproduksi perempuan (Solomon dkk, 2002)
Tahap proliferasi; pada tahap ini calon sel telur membagi diri secara mitosis. Hasil
proliferasi berupa oogoniadengan kromosom diploid (2n). Proses proliferasi terjadi pada prenatal
(sebelum kelahiran) sampai beberapa saat setelah fetus dilahirkan. Sejak fetus dilahirkan sampai
menginjak dewasa oogonia yang telah dihasilkan seolah-olah istirahat.Tahap tumbuh; tahap ini
baru dimulai setelah individu menginjak usia dewasa.
Tahap tumbuh ditandai dengan isi sitoplasma dari calon sel telur (ovum) bertambah
banyak, membran sel (zona pelusida) berkembang dan terjadi proliferasi sel-sel folikel yang
mengelilingi calon sel telur.Sel-sel folikel berfungsi sebagai pelindung dan pemberi makan calon
sel telur. Hasil pada tahap tumbuh ini berupa oosit primer dengan kromosom diploid (2n).
Tahap menjadi masak; pada tahap ini terjadi pembelahan miosis dari oosit primer yang
mengalami perubahan menjadi sel telur dengan Jumlah kromosom setengah dari jumlah
kromosom oosit primer (haploid). Proses tersebut melalui tahapan-tahapan yaitu pembelahan
oosit primer menjadi oosit skunder dengan kromosom haploid (n), terjadi pembagian sitoplasma
yang tidak merata, sel anak yang satu (oosit skunder) mendapat lebih banyak sitoplasma,
sedangkan sel anak yang lain jumlah sitoplasmanya sedikit disebut benda kutub (polosit I). Pada
pembelahan berikutnya, oosit skunder menghasilkan dua sel anak yang pembagian jumlah
sitoplasmanya juga tidak merata. Sel yang banyak mengandung sitoplasma disebut ootid(n),
sedangkan sel anak yang sitoplasmanya sedikit disebut benda kutub II (polosit II). Kemudian
dari ootid mengalami perubahan menjadi sel telur atau ovum dengan jumlah kromosom haploid
(n)(Yatim, 2001 dan Junquiera, 2007).
Perkembangan sel telur tersebut terjadi di dalam kortek ovarium. Sel telur dikelilingi oleh
sel-sel folikel yang merupakan hasil diferensiasi dari epithelium germinativum (dinding
ovarium). Sel telur yang masih muda dikelilingi oleh satu lapis sel-sel folikel disebutfolikel
primer. Sel telur yang dikelilingi oleh 2 sampai 5 lapis sel-sel folikel disebut folikel
sekunder,yang akan berubah menjadifolikel tertier dan ditandai dengan adanya rongga diantara
sel-sel folikel yang disebutantrum folliculi. Rongga tersebut berisi cairan folikel (liquor folliculi)
yang mengandung hormon estrogen. Folikel tertier akan berkembang menjadi folikel de
Graafditandai denganrongga folikel yang semakin membesar mendesak sel telur ke tepi. Pada
tingkat ini sel telur sudah matang dan siap mengalami ovulasi (lepasnya sel telur dari ovarium).
Pada tingkat folikel de Graaf ini sel telur dikelilingi oleh lapisan bening yang disebut zona
pellusida,sedangkan lapisan sel-sel folikel yang berdekatan dengan zona pellusida disebut
corona radiata.Selain itu juga terdapat bangunan sel-sel folikel yang membentuk tangkai sel
telur disebut cumulus oophorus (Yatim, 2001 dan Junquiera, 2007).
Ovulasi adalah proses keluarnya sel telur dari ovarium, yang terjadi pada saat telur berada
pada fase folikel de Graaf.Ada dua aspek penyebab ovulasi yaitu tekanan turgor dan pengaruh
hormon. Ovarium yang mengandung folikel sudah matang (folikel de Graaf), terjadi penonjolan
seperti abses. Di permukaan penonjolan terjadi penipisan lapisan, dan adanya cairan folikel yang
semakin banyak menyebabkan tekanan hidrostatik, sehingga tekanan turgor naik. Menjelang
ovulasi cumulus oophorus disintegrasi, sehingga sel telur bebas dalam liquor folliculi. Tegangan
memuncak diikuti oleh pecahnya selaput tipis, kemudian sel telur keluar bersama liquor folliculi.
Hormon hipofis yang mengotrol proses ovulasi adalah LH (luteinizing hormone). Sedangkan
hormon estrogen menyebabkan kontraksi theca externa, membantu pecahnya folikel, sehingga
sel telur keluar (Yatim, 2001 dan Junquiera, 2007).
b. Tuba fallopii (saluran telur)
Tuba fallopii merupakan saluran yang menghubungkan ovarium dengan rahim (uterus),
terdapat satu pasang di dalam tubuh perempuan dengan alat penggantung mesosalpinx.Bentuk
berkelok-kelok yang disebut juga tuba uterina. Ujung kranial (bagian kepala) terbuka dengan
lubang yang disebut osteum tuba abdominale, dan pada bibirnya terdapat juluran seperti jari-jari
dikenal sebagaifimbriaeyang berfungsi untuk membantu masuknya telur dari indung telur ke
dalam saluran telur. Ke arah kaudal (bagian ekor) dari mulut saluran telur menyempit sehingga
berbentuk seperti corong yang disebutinfundibulum. Bagian-bagian lain dari saluran telur
adalahampula yang meliputi kira-kira setengah dari panjang saluran telur, dan isthmus
merupakan bagian menyempit yang berhubungan dengan rahim.Fungsi saluran telur adalah
memindahkan sel telur dan spermatozoa ke tempat pembuahan, sebagai tempat pembuahan,
pengaktifan (kapasitasi) spermatozoa, dan tempat pembelahan zigot (Ganonget al, 2015).
c. Uterus (rahim)
Rahim adalah suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum
(serosa). Tipe rahim pada manusia adalah tunggal (simpleks).Pada wanita yang belum pernah
melahirkan, ukuran rahim biasanya memiliki panjang sekitar 7 cm dan lebar 4–5 cm. Rahim
bagian bawah menyempit disebut serviks uteri (leher rahim), sedangkan bagian tengah yang
berukuran lebar disebut corpus uteri (badan rahim). Dindingnya dibedakan menjadi 3 lapian
yaituperimetrium (lapisan paling luar) disusun oleh jaringan ikat, miometrium (lapisan bagian
tengah) disusun oleh otot polos yang mempunyai kemampuan untuk kontraksi dan
relaksasi,endometrium(lapisan bagian dalam) disusun oleh sel epitel berbentuk kubus atau
silindris, lapisan kelenjar dan jaringan ikat.Lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum
uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus menstruasi (siklus haid) akibat pengaruh hormon-hormon
ovarium (Yatim, 1996). Selama kehamilan rahim berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi
dan nutrisi konseptus, yaitu sebagai tempat berkembangnya janin selama kehamilan dan
memberikan makanan ke janin melalui plasenta yang melekat pada dinding rahim.Leher Rahim
(serviks uterus)merupakan bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan/
menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Kelenjar mukosa leher rahim
menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan
larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir leher rahim
dipengaruhi siklus haid(Ganonget al, 2015).
d. Vagina
1. Mons veneris
Mons veneris atau mons pubis adalah bagian yang sedikit menonjol dan menutupi tulang
kemaluan (simfisis pubis). Bagian ini disusun oleh jaringan lemak dengan sedikit jaringan ikat.
Ketika dewasa bagian mons veneris akan ditutupi oleh rambut – rambut kemaluan dan
membentuk pola seperti segitiga terbalik.
Fungsi mons veneris
Merupakan bagian paling luar dari kemaluan wanita. Seperti namanya, bagian ini
berbentuk seperti bibir, merupakan bagian lanjutan dari mons veneris yang berbentuk lonjong,
menuju ke bawah dan bersatu membentuk perineum. Bagian Luar dari Labia Mayor disusun oleh
jaringan lemak, kelenjar keringat, dan saat dewasa biasanya ditutupi oleh rambut – rambut
kemaluan yang merupakan rambut dari mons veneris. Sedangkan selaput lemak yang tidak
berambut, memiliki ujung – ujung saraf yang sensitif saat melakukan hubungan seksual.
3. Labia minora
Labia Minora merupakan organ berbentuk lipatan yang tersembunyi di balik Labia
Mayora. Organ ini tersusun atas jaringan lemak, dan memiliki banyak pembuluh darah sehingga
dapat membesar saat gairah seks bertambah. Bibir Kecil Kemaluan ini mengelilingi Orifisium
Vagina (lubang Kemaluan)
4. Vestibulum
Vestibulum adalah daerah dengan batas atas klitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia
minora, dan berasal dari sinus urogenital.Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae
externum, introitus vaginae, ductus glandulae bartholinii kanan-kiri dan duktus skene kanan-kiri
5. Klitoris
Klitoris adalah area erotis utama pada wanita yang akan membesar dan mengeras ketika
mendapatkan rangsangan seksual. Klitoris terdiri dari kelenjar clitoridis yang terletak di bagian
superior vulva, dan korpus clitoridis tertanam di dalam dinding anterior vagina. Pada klitoris
terdapat reseptor androgen, banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sehingga sangat
sensitif terhadap rangsangan seksual. Bagian ini homolog embriologik dengan penis pada pria
(Ganong, 2015).Klitoris berfungsi untuk mengeluarkan cairan jika ada rangsangan seksual yang
berguna untuk melumasi vagina selama hubungan seksual.
6. Hymen
Hymen dikenal dengan sebutan selaput dara, merupakan sebuah lipatan yang berada di
depan introitus (mulut) vagina. Bentuk yang paling umum dari hymen adalah bulat seperti cincin
yang mengitari sisi vagina bagian dalam. Bentuk lain yang cukup sering adalah bulan sabit dan
sekat di tengah. Konsistensinya juga bervariasi, ada yang lunak dan ada pula yang kaku.
Selaput dara ini hanya dapat dilalui oleh jari kelingking, bila selaput dara ini masih utuh
dan belum terluka. Hubungan seksual memberikan robekan khas pada selaput dara, di sisi jam 10
atau jam 2, namun robekan ini tidak selalu menimbulkan pendarahan, karena pembuluh darah di
selaput hymen sedikit.
Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
2. Skrotum
Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi testis. Skrotum
juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara
normal, testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh.
Otot kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau mengencang sehinnga testis
menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi lebih dingin) atau lebih dekat ke tubuh
(dan suhunya menjadi lebih hangat).
3. Testis
Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan terletak di dalam skrotum.
Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan. Testis menghasilkan Follicle Stimulating
Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) juga hormon testosterone. Fungsi testis, terdiri
dari :
a) Membentuk gamet-gamet baru yaitu spermatozoa, dilakukan di Tubulus seminiferus.
b) Menghasilkan hormon testosteron, dilakukan oleh sel interstial (sel leydig).
2. Struktur dalamnya terdiri dari : vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan vesikula seminalis.
Sumber : http://medicastore.com/images/anatomi_pria.jpg
Gambar Anatomi Sistem Reproduksi Pria
1. Vas deferens
Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari epididimis. Saluran ini berjalan ke
bagian belakang prostat lalu masuk ke dalam uretra dan membentuk duktus ejakulatorius.
Struktur lainnya (misalnya pembuluh darah dan saraf) berjalan bersama-sama vas deferens dan
membentuk korda spermatika.
2. Uretra
Uretra memiliki 2 fungsi, yaitu sebagai bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air
kemih dari kandung kemih dan bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.
3. Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih di dalam pinggul dan mengelilingi bagian
tengah dari uretra. Biasanya ukurannya sebesar walnut dan akan membesar sejalan dengan
pertambahan usia. Prostat mengeluarkan sekeret cairan yang bercampur secret dari testis,
perbesaran prostate akan membendung uretra dan menyebabkan retensi urin. Kelenjar prostat,
merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50 kelenjar yang terbagi atas 4 lobus yaitu:
• Lobus posterior
• Lobus lateral
• Lobus anterior
• Lobus medial
Fungsi Prostat: Menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang berguna untuk menlindungi
spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat pada uretra dan vagina.
Di bawah kelenjar ini terdapat Kelenjar Bulbo Uretralis yang memilki panjang 2-5 cm. fungsi
hampir sama dengan kelenjar prostat.
4. Vesikula seminalis.
Prostat dan vesikula seminalis menghasilkan cairan yang merupakan sumber makanan bagi
sperma. Cairan ini merupakan bagian terbesar dari semen. Cairan lainnya yang membentuk
semen berasal dari vas deferens dan dari kelenjar lendir di dalam kepala penis. Fungsi Vesika
seminalis adalah mensekresi cairan basa yang mengandung nutrisi yang membentuk sebagian
besar cairan semen.
5. Epididimis
Merupakan saluran halus yang panjangnya ± 6 cm terletak sepanjang atas tepi dan belakang dari
testis. Epididimis terdiri dari kepala yang terletak di atas katup kutup testis, badan dan ekor
epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan visceral, lapisan ini pada mediastinum menjadi lapisan
parietal.
Saluran epididimis dikelilingi oleh jaringan ikat, spermatozoa melalui duktuli eferentis
merupakan bagian dari kaput (kepala) epididimis. Duktus eferentis panjangnya ± 20 cm,
berbelok-belok dan membentuk kerucut kecil dan bermuara di duktus epididimis tempat
spermatozoa disimpan, masuk ke dalam vas deferens
Fungsi dari epididimis yaitu sebagai saluran penhantar testis, mengatur sperma sebelum di
ejakulasi, dan memproduksi semen.
6. Duktus Deferens
Merupakan kelanjutan dari epididimis ke kanalis inguinalis, kemudian duktus ini berjalan masuk
ke dalam rongga perut terus ke kandung kemih, di belakang kandung kemih akhirnya bergabung
dengan saluran vesika seminalis dan selanjtnya membentuk ejakulatorius dan bermuara di
prostate. Panjang duktus deferens 50-60 cm.
Struktur Sperma
Sperma diproduksi di testis, organ reproduksi pria. Pria mulai memproduksi sperma saat pubertas
(kurang lebih usia 15 tahun), dan sebagian besar pria mempunyai sperma dewasa sampai usia
tua. Sperma diproduksi sebanyak 300 juta per hari, dan mampu bertahan hidup selama 48 jam
setelah ditempatkan di dalam vagina sang wanita. Rata-rata volume air mani untuk setiap
ejakulasi adalah 2.5 sampai 6 ml, dan rata-rata jumlah sperma yang diejakulasikan adalah 40-100
juta per ml.
Spermatozoa masak terdiri dari :
1. Kepala (caput), terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma, mengandung inti
(nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya. Pada bagian membran permukaan di ujung
kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim
hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.
2. Leher (cervix), menghubungkan kepala dengan badan.
3. Badan (corpus), banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi
untuk pergerakan sperma.
4. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas deferen dan
ductus ejakulotoris.
Efek reproduksi : untuk pertumbuhan dan pematangan organ reproduksi, penting dalam
spermatogenesis, serta untuk pertumbuhan tanda kelamin sekunder
Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa. Berlangsung 64
hari. Spermatogonia berkembang menjadi spermatozit primer. Spermatozit primer menjadi
spermatozit sekunder. Spermatozit sekunder berkembang menjadi spermatid. Tahap akhir
spermatogenesis adalah pematangan spermatid menjadi spermatozoa. Ukuran spermatozoa
adalah 60 mikron. Spermatozoa terdiri dari kepala, badan dan ekor.
Sumber : http://sandurezu.files.wordpress.com/2010/06/spermatogenesis.jpg
Gambar Proses Spermatogenesis dalam Tubulus Seminiferus
Proses Spermatogenesis :
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit
primer.
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan
cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi
spermatosit primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom
berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A.
Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian,
setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih
bersifat diploid
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami
meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami
meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom (haploid). Spermatosit sekunder
kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk empat buah spermatid yang haploid juga.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi
masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan
spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi,
fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa (sperma)
masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel.
Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri
dari kepala dan ekor.
Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen Binding Protein
Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi
umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan oleh
kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper. Spermatozoa bersama cairan
dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi,
seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa.
B. Proses Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari rahim yang dimulai sekitar 14 hari setelah
ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak, 2004).Kondisi ini
terjadi karena tidak ada pembuahan sel telur oleh sperma, sehingga lapisan dinding rahim
(endometrium) yang sudah menebal untuk persiapan kehamilan menjadi luruh. Jika seorang
wanita tidak mengalami kehamilan, maka siklus menstruasi akan terjadi setiap bulannya.
Umumnya siklus menstruasi pada wanita yang normal adalah 28-35 hari dan lama haid antara 3-
7 hari. Siklus menstruasi pada wanita dikatakan tidak normal jika siklus haidnya kurang dari 21
hari atau lebih dari 40 hari siklusmenstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi
sampai datangnya menstruasi periode berikutnya, sedangkan panjang siklus menstruasi adalah
jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya.
• Fase menstruasi
• Fase ini adalah fase yang harus dialami oleh seorang wanita dewasa setiap bulannya. Sebab
melalui fase ini wanita baru dikatakan produktif. Oleh karena itu fase menstruasi selalu
dinanti oleh para wanita, walaupun kedatangannya membuat para wanita merasa tidak
nyaman untuk beraktifitas. Biasanya ketidaknyamanan ini terjadi hanya 1-2 hari, dimana
pada awal haid pendarahan yang keluar lebih banyak dan gumpalan darah lebih sering
keluar.Pada fase menstruasi, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal
fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon)menurun atau pada
kadar terendahnya, sedangkan siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru
mulai meningkat Fase proliferasi
Pada fase ini ovarium sedang melakukan proses pembentukan dan pematangan ovum. Fase
proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5
sampai hari ke-14 dari siklus haid. Permukaan endometriumsecara lengkap kembali normal
sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh
menjadi tebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat
ovulasi. Pada fase proliferasi terjadi peningkatan kadar hormon estrogen, karena fase ini
tergantung pada stimulasi estrogenyang berasal dari folikel ovarium.
• Fase sekresi/luteal
• Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasisampai sekitar tiga hari sebelum periode
menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang
dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus.
Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. Umumnya pada fase
pasca ovulasi wanita akan lebih sensitif. Sebab pada fase ini hormon reproduksi (FSH,
LH, estrogen dan progesteron)mengalami peningkatan. Jadi pada fase ini wanita
mengalami yang namanya Pre Menstrual Syndrome (PMS). Beberapa hari kemudian
setelah gejala PMS maka lapisan dinding rahim akan luruh kembali. Fase
iskemi/premenstrual
Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus Luteum yang mensekresi estrogen dan
progesterone menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesterone yang cepat, arteri
spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi
nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.
C.PROSES KEHAMILAN
Untuk terjadi suatu kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum
(konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi. Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu
oleh mikrofilamen-mikrofilamen fimbria infundibulum tuba kearah ostium tuba abdominalis,
dan disalurkan terus kearah medial. Kemudian jutaan spermatozoa ditumpahkan diforniks
vagina dan disekitar porsio pada waktu koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat
terus ke kavum uteri dan tuba, dan hanya beberapa ratus spermatozoa dapat sampai ke bagian
ampula tuba dimana spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah siap untuk dibuahi, dan
hanya satu spermatozoa yang mempunyai kemampuan (kapasitasi) untuk membuahi. Pada
spermatozoa ditemukan peningkatan konsentrasi DNA dinukleus, dan kaputnya lebih mudah
menembus dinding ovum oleh karena diduga dapat melepaskan hialuronidase (Sarwono,
2008).
Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa yang
biasanya berlangsung diampula tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam
ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetik. Hanya satu
spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi membran
sel ovum. Untuk mencapai ovum, sperma harus melewati korona radiata (lapisan sel diluar
ovum) dan zona pelusida (suatu bentuk glikoprotein ekstraselular), yaitu lapisan yang
menutupi dan mencegah ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa.
Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan membran nukleusnya, yang tinggal
hanya pronukleusnya, sedangkan ekor spermatozoa dan mitokondrianya berdegenerasi. Itulah
sebabnya seluruh mitokondria pada manusia berasal dari ibu (maternal). Masuknya
spermatozoa kedalam vitelus membangkitkan nukleus ovum yang masih dalam metafase
untuk proses pembelahan selanjutnya (pembelahan mieosis kedua) sesudah anafase
kemudian timbul telofase dan benda kutub (polar body) kedua menuju ruang perivitelina.
Ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus yang haploid. Pronukleus spermatozoa juga
telah mengandung jumlah kromosom yang haploid (Sarwono, 2008).
Kedua pronukleus saling mendekati dan bersatu membentuk zigot yang terdiri atas bahan
genetik dari perempuan dan laki-laki. Pada manusia terdapat 46 kromosom, ialah 44 kromosom
otosom dan 2 kromosom kelamin; pada seorang laki-laki satu X dan satu Y. sesudah
pembelahan kematangan, maka ovum matang
mempunyai 22 kromosom otosom serta 1 kromosom X. Zigot sebagai hasil pembuahan
yang memiliki 44 kromosom otosom serta 2 kromosom X akan tumbuh sebagai janin
perempuan, sedangkan yang memiliki 44 kromosom otosom serta 1 kromosom X dan 1
kromosom Y akan tumbuh sebagai janin laki-laki.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal ini
dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan
enzim. Segera setelah pembelahan ini terjadi, pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan
dengan lancar, dan selama tiga hari terbentuk suatu kelompok sel yang sama besarnya. Hasil
konsepsi berada dalam stadium morula. Energi untuk pembelahan ini diperoleh dari vitelus,
sehingga volume vitelus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan
demikian, zona pelisida tetap utuh, atau dengan kata lain, besarnya hasil konsepsi tetap utuh.
Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi disalurkan terus ke pars ismika dan pars
interstisial tuba (bagia-bagian tuba yang sempit) dan terus disalurkan kearah kavum uteri
oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba.
Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula yang disebut
blastokista, suatu bentuk yang dibagian luarnya adalah trofoblas dan dibagian dalamnya
disebut massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang
menjadi plasenta. Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh suatu simpai yang disebut
trofoblas. Trofoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan kehamilan terkait dengan
keberhasilan nidasi (implantasi), produksi hormon kehamilan, proteksi imunitas bagi janin,
peningkatan aliran darah maternal ke dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak tropoblas
terbentuk, produksi hormon human chorionic gonadotropin (hCG) dimulai, suatu hormon
yang memastikan bahwa endometrium akan menerima (resesif) dalam proses implantasi
embrio (Sarwono, 2008).
Setelah proses implantasi selesai, maka pada tahap selanjutnya akan terbentuk amnion
dan cairan amnion. Amnion pada kehamilan aterm berupa sebuah membran yang kuat dan
ulet tetapi lentur. Amnion adalah membran janin paling dalam dan berdampingan dengan
cairan amnion. Amnion manusia pertama kali dapat diidentifikasi sekitar hari ke-7 atau ke-8
perkembangan mudigah. Secara jelas telah diketahui bahwa amnion tidak sekedar membran
avaskular yang berfungsi menampung cairan amnion. Membran ini aktif secara metabolis,
terlihat dalam transpor air dan zat terlarut untuk mempertahankan homeostatis cairan amnion,
dan menghasilkan berbagai senyawa bioaktif menarik, termasuk peptida vasoaktif, faktor
pertumbuhan dan sitoin (Cunningham, 2006).
Pada awal kehamilan, cairan amnion adalah suatu ultrafiltrat plasma ibu. Pada awal
trimester kedua, cairan ini terutama terdiri dari cairan ekstrasel yang berdifusi melalui kulit
janin sehingga mencerminkan komposisi plasma janin. Volume cairan amnion pada setiap
minggu gestasi cukup berbeda-beda. Secara umum, volume cairan meningkat 10 ml
perminggu pada minggu ke-8 dan meningkat sampai 60 ml perminggu pada minggu ke-21,
dan kemudian berkurang secara bertahap hingga kembali ke kondisi mantap pada minggu ke-
33. Dengan demikian, volume cairan biasanya meningkat dari 50 ml pada minggu ke-12
menjadi 400 ml pada pertengahan kehamilan dan 1000 ml pada kehamilan aterm
(Cunningham, 2006).
Cairan yang normalnya jernih dan menumpuk di dalam rongga amnion ini akan
meningkat jumlahnya seiring dengan perkembangan kehamilan sampai menjelang aterm, saat
terjadi penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal. Cairan amnion ini
berfungsi sebagai bantalan bagi janin, yang kemungkinan perkembangan sistem
muskuloskletal dan melindungi pertahanan suhu dan memiliki fungsi nutrisi yang minimal
(Cunningham, 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Ganong. Kim E. Barrett, Susan M. Barman. 2015. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
(Edisi 24). Scott Boitano:Heddwen L. Brooks.
Solomon E.P., Berg L.R., Martin D.W. 2002. Biology.6th ed, USA.
MATERNITAS
“ANATOMI DAN FISIOLOGI REPRODUKSI,
PROSES KEHAMILAN & PROSES MENSTRUASI”
Dosen Pembimbing :
Disusun oleh:
Nama: INTAN PUTRI ANDRIANI
Nim : P05120217008