Anda di halaman 1dari 1

Indonesia memiliki 14,9 juta hektar lahan gambut yang memiliki berbagai fungsi, meliputi

penambat karbon, indikator perubahan iklim, membantu rekonstruksi gambaran ekologi di masa
lalu, sampai sumber energi. Ironisnya, lahan gambut justru dikonversi untuk kepentingan lain
dengan cara yang tak seharusnya, yaitu dibakar. Ini terjadi setiap tahunnya, menghasilkan kerugian
tidak hanya bagi masyarakat sekitar tetapi juga merembet sampai ke negara tetangga. Lahan
gambut yang kering akan mudah terbakar terutama pada saat musim kemarau ditambah dengan
aktivitas pembakaran hutan yang dapat menimbulkan bencana asap seperti yang terjadi pada tahun
2015 lalu. Data dari Global Forest Watch Fires menyebutkan bahwa 52% kebakaran di
Indonesia terjadi di lahan gambut. Pada bulan Oktober 2015 lalu, Bencana tersebut
mengakibatkan lebih dari 120,000 penduduk terserang penyakit pernapasan, gangguan akses
terhadap pendidikan dan jaringan transportasi, kerugian finansial negara sebesar 220 triliun rupiah,
lepasnya emisi gas rumah kaca (GRK), serta terancamnya habitat flora dan fauna. Restorasi lahan
gambut membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan laju kehidupan mahluk hidup
itu sendiri. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa proses akumulasi karbon dan pertumbuhan
tanah gambut sangat lambat, tetapi karbon dioksida sangat cepat dilepaskan. Penelitian tersebut
menemukan bahwa dalam setahun, lebih dari 2.300 hektar hutan lahan gambut pesisir alami
Indonesia diperlukan untuk menyerap jumlah setara karbon yang hilang selama 100 tahun dari satu
hektar hutan terkonversi Restorasi gambut bertujuan untuk mengembalikan fungsi ekologi lahan
gambut dan sejahterakan masyarakat. Upaya restorasi gambut dilakukan melalui tiga pendekatan,
yaitu pembasahan, penanaman ulang, dan meravitalisasi sumber mata pencaharian masyarakat
setempat. Oleh sebab itu hal yang bisa dilakukan oleh Tenaga Fasilitator /pendamping peduli lahan
gambut adalah memberikan penyuluhan dan pemahaman tentang pentingnya lahan gambut serta
membangkitkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan mencegah terjadinya kebakaran lahan
gambut serta dapat memberikan manfaat bagi mereka dan masyarakat luas tentunya. Hal ini akan
dapat terlaksana bila pendamping/tenaga fasilitator dapat terus mengarahkan dan memberikan
pelatihan guna meningkatkan ekonomi dari masyarakat dengan terjaganya lahan gambut, baik
berupa pembuatan tikar atau produk-produk yang dihasilkan dari lahan gambut itu sendiri.
Sehingga nantinya masyarakat dapat menyadari dan menjaga sendiri lahan gambut disekitar
wilayah tempat tinggal mereka.

Anda mungkin juga menyukai