Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan (PJB)
adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang
dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan
struktur jantung pada fase awal perkembangan janin.
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah abnormalitas struktur makroskopis
jantung atau pembuluh darah besar intratoraks yang mempunyai fungsi pasti atau
potensial yang berarti. Kelainan ini merupakan kelainan kongenital yang paling sering
terjadi pada bayi baru lahir. Prevalensi penyakit jantung bawaan yang diterima secara
internasional adalah 0.8%, walaupun terdapat banyak variasi data yang terkumpul, secara
umum, prevalensi penyakit jantung bawaan masih diperdebatkan. (Ngastiyah, 2012).
Kelainan ini merupakan kelainan bawaan tersering pada anak, sekitar 8 – 10 dari
1000 kelahiran hidup. Penyakit Jantung Bawaan ini tidak selalu memberi gejala segera
setelah bayi lahir, tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur
beberapa bulan atau bahkan ditemukan setelah pasien berumur beberapa tahun. Kelainan
ini bisa saja ringan sehingga tidak terdeteksi saat lahir. Namun pada anak tertentu, efek
dari kelainan ini begitu berat sehingga diagnosis telah dapat ditegakkan bahkan sebelum
lahir. Dengan kecanggihan teknologi kedokteran di bidang diagnosis dan terapi, banyak
anak dengan kelainan jantung kongenital dapat ditolong dan sehat sampai dewasa
(Ngastiyah, 2012).
Ada 2 golongan besar PJB, yaitu non sianotik (tidak biru) dan sianotik (biru) yang
masing-masing memberikan gejala dan memerlukan penatalaksanaan yang berbeda.
Penyakit Jantung Bawaan non sianotik terdiri dari defek septum ventrikel, defek septum
atrium, duktus arteriosus persisten, stenosis pulmonal, stenosis aorta dan koarktasio aorta.
Penyakit Jantung Bawaan sianotik terdiri dari tetralogi fallot dan transposisi arteri besar
(Ngastiyah, 2012).
Kelainan jantung bawaan dapat melibatkan katup – katup yang menghubungkan
ruang – ruang jantung, lubang di antara dua atau lebih ruang jantung, atau kesalahan
penghubung antara ruang jantung dengan arteri atau vena. Dalam diagnosa PJB,
perhatian utama ditujukan terhadap gejala klinis gangguan sistem kardiovaskular pada
masa neonatus. Indikasinya seperti sianosis sentral (kebiruan pada lidah, gusi, dan
mucosa buccal bukan pada ekstremitas dan perioral, terutama terjadi saat minum atau
menangis), penurunan perfusi perifer (tidak mau minum, pucat, dingin, dan berkeringat
disertai distress nafas), dan takipneu > 60x /menit (terjadi setelah beberapa hari atau
minggu, karena takipneu yang terjadi segera setelah lahir menunjukkan kelainan paru,
bukan PJB) (Manuaba, 2008).
Berdasarkan penjelasan di atas sehingga kelompok tertarik untuk melakukan
Asuhan Keperawatan pada An. R dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Penyakit
Jantung Bawaan di Ruang Akut Anak RSUP Dr.M.. Djamil Padang .

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada An. R dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler : Penyakit Jantung Bawaan di Ruang Akut Anak RSUP Dr.M..
Djamil Padang .

2. Tujuan Khusus :
1) Mampu melakukan Pengkajian pada An.R dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler : Penyakit Jantung Bawaan
2) Mampu menegakkan Diagnosa keperawatan pada An.R dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler : Penyakit Jantung Bawaan
3) Mampu melakukan Intervensi Keperawatan pada An.R dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler : Penyakit Jantung Bawaan
4) Mampu melakukan Implementasi Keperawatan pada An.R dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler : Penyakit Jantung Bawaan
5) Mampu melakukan Evaluasi pada An.R dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler : Penyakit Jantung Bawaan
6) Mampu melakukan Dokumentasi pada An.R dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler : Penyakit Jantung Bawaan
BAB II
KONSEP TEORITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan
malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir.
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak.
Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit
jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien
tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini
pada usia muda.
Penyakit jantung bawaan adalah penyakit struktural jantung dan pembuluh
darah besar yang sudah terdapat sejak lahir. Perlu diingatkan bahwa tidak semua
penyakit jantung bawaan tersebut dapat dideteksi segera setelah lahir, tidak jarang
penyakit jantung bawaan baru bermanifestasi secara klinis setelah pasien berusia
beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan beberapa tahun
(A.H Markum, 2009).
2. ETIOLOGI
Penyakit jantung bawaan dapat mempunyai beragam penyebab. Penyebab-
penyebabnya termasuk faktor lingkungan (seperti bahan-bahan kimia, obat-obatan
dan infeksi-infeksi), penyakit-penyakit tertentu ibu, abnormalitas chromosome,
penyakit-penyakit keturunan (genetic) dan faktor-faktor yang tidak diketahui
(idiopathic). Namun pada dasarnya penyebab penyakit jantung bawaan ini berkaitan
dengan kelainan perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu,
jantung dan pembuluh darah besar dibentuk
Faktor-faktor lingkungan kadang-kadang yang dipersalahkan, Contohnya jika
seorang ibu mendapat German measles (rubella) selama kehamilan, maka infeksinya
dapat mempengaruhi perkembangan jantung pada kandungannya (dan juga organ-
organ lainnya). Jika ibunya mengkonsumsi alkohol selama kehamilan, maka
fetusnya dapat menderita fetal alcohol syndrome (FAS) termasuk PJB.
Exposure terhadap obat-obatan tertentu selama kehamilan dapat juga
menyebabkan PJB. Satu contoh adalah retinoic acid (nama merek Accutane) yang
digunakan untuk jerawat (acne). Contoh-contoh lain adalah obat-obat anti
convulsant, terutama hydantoins (seperti dilantin) dan valproate.
Penyakit-penyakit tertentu pada ibu dapat meningkatkan risiko
mengembangkan PJB pada fetus. Bayi-bayi dari wanita dengan diabetes mellitus,
terutama pada wanita-wanita yang gula darahnya kurang optimal terkontrol selama
kehamilan, berisiko tinggi mendapat PJB. Dan wanita yang mempunyai penyakit
keturunan phenylketonuria (PKU) dan tidak berada pada special dietnya selama
kehamilan, bertendensi juga mempunyai bayi dengan PJB.
Kelainan chromosome dapat menyebabkan penyakit jantung congenital
(chromosome mengandung materi genetic, DNA). Pada kira-kira 3% dari seluruh
anak-anak dengan PJB dapat ditemukan kelainan chromosome
(Ontoseno, 2009).

3. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi Jantung
Jantung terdiri dari 4 ruangan. Atrium kiri dan kanan dibagian atas. Ventrikel
kiri dan kanan terletak dibagian bawah. Ventrikel kiri merupakan ruang yang
terbesar.katup jantung dapat membuka dan menutup sedemikian rupa sehingga darah
hanya dapat mengalir dalam satu arah. 4 katup tersebut yaitu: Katup tricuspid, katup
pulmonal, katupmitral dan katup aorta.
Darah dari tubuh masuk ke atrium kanan. Darah dalam tubuh mengandung
kadar Oksigen rendah dan harus menambah oksigen sebelum kembali ke dalam
tubuh. Darah dari atrium kanan masuk ke ventrikel kanan melalui katup tricuspid.
Darah kemudian dipompa oleh ventrikel kanan ke paru-paru melewati katup
pulmonal kemudian diteruskan oleh arteri pulmonal ke paru-paru untuk mengambil
oksigen. Darah yang sudah bersih yang kaya oksigen mengalir ke atrium kiri melalui
vena pulmonalis. Dari atrium kiri darah mengalir ke ventrikel kiri melewati katup
mitral. Ventrikel kiri kemudian memompa darah keseluruh tubuh melalui katup aorta
dan diteruskan oleh pembuluh aorta keseluruh tubuh.bersih Dari tubuh kemudian
darah yang dari tubuh dengan kadar oksigen yang rendah karena telah diambil oleh
sel-sel tubuh kembali ke atrium kanan dan begitu seterusnya.
Fisiologi Jantung
Peredaran darah didalam fetus (the fetal circulation) adalah berbeda dengan
yang sesudah lahir. Sirkulasi fetus mendapatkan oksigen dan nutrisi dari ibu melalui
placenta. Sirkulasi fetus juga mempunayi komunikasi yang penting (shunt) antara
kedua ruangan atas jantung dan pembuluh darah besar dekat jantung.
Konsekwensinya adalah kebanyakan tipe dari PJB dapat ditoleransi dengan baik
selama kehidupan fetus. Bahkan suatu bentuk PJB yang parah seperti hypoplasia
jantung kiri (yang mana seluruh jantung kiri tidak berkembang) dapat
dikompensasikan oleh sirkulasi fetus.
a. Sirkulasi Fetus
Tiga fitur utama dari sirkulasi fetus adalah :
1. Sirkulasi maternal (ibu) melalui placenta membawa oksigen dan nutrisi ke fetus
dan mengeluarkan karbon dioksida dari sirkulasi fetus.
2. Foramen ovale adalah sebuh lubang yang terletak di septum (dinding) antara
kedua ruangan atas jantung (atria kanan dan kiri). Foramen mengizinkan darah
mengalir melalui jalur samping (shunt) dari atrium kanan ke atrium kiri.
3. Jalur samping yang lain, ductus arteriosus, mengizinkan darah yang miskin
oksigen mengalir dari arteri pulmonary kedalam aorta dan melalui itu ke tubuh.
b. Sirkulasi sesudah kelahiran
Placenta sudah dikeluarkan dan paru-paru harus mengambil alih fungsi
oksigenisasi darah. Perubahan-perubahan utama sirkulasi terjadi setelah kelahiran.
Perubahan-perubahan ini termasuk :
· Sirkulasi maternal tidak dapat lagi membawa oksigen dan mengeluarkan karbon
dioksida dari sirkulasi bayi.
· Foramen ovale menutup dan tidak bertindak lagi sebagai jalur samping antara
kedua atria jantung.
· Ductus arteriosus menutup dan tidak lagi menyediakan komunikasi antara arteri
pulmonary dan aorta.
Tangisan pertama merupakan proses masuknya oksigen yang pertama kali ke
dalam paru. Peristiwa ini membuka alveoli, pengembangan paru serta penurunan
tahanan ekstravaskular paru dan peningkatan tekanan oksigen sehingga terjadi
vasodilatasi disertai penurunan tahanan dan penipisan dinding arteri pulmonalis.
Hal ini mengakibatkan penurunan tekanan ventrikel kanan serta peningkatan
saturasi oksigen sistemik. Perubahan selanjutnya terjadi peningkatan aliran darah ke
paru secara progresif, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan di atrium kiri
sampai melebihi tekanan atrium kanan. Kondisi ini mengakibatkan penutupan
foramen ovale juga peningkatan tekanan ventrikel kiri disertai peningkatan tekanan
serta penebalan sistem arteri sistemik. Peningkatan tekanan oksigen sistemik dan
perubahan sintesis serta metabolisme bahan vasoaktif prostaglandin mengakibatkan
kontraksi awal dan penutupan fungsional dari duktus arteriosus yang mengakibatkan
berlanjutnya penurunan tahanan arteri pulmonalis.
Pada neonatus aterm normal, konstriksi awal dari duktus arteriosus terjadi pada
10-15 jam pertama kehidupan, lalu terjadi penutupan duktus arteriosus secara
fungsional setelah 72 jam postnatal. Kemudian disusul proses trombosis, proliferasi
intimal dan fibrosis setelah 3-4 minggu postnatal yang akhirnya terjadi penutupan
secara anatomis. Pada neonatus prematur, mekanisme penutupan duktus arteriosus
ini terjadi lebih lambat, bahkan bisa sampai usia 4-12 bulan.
Pemotongan tali pusat mengakibatkan peningkatan tahanan vaskuler sistemik,
terhentinya aliran darah dan penurunan tekanan darah di vena cava inferior serta
penutupan duktus venosus, sehingga tekanan di atrium kanan juga menurun sampai
dibawah tekanan atrium kiri. Hal ini mengakibatkan penutupan foramen ovale,
dengan demikian ventrikel kanan hanya mengalirkan darahnya ke arteri pulmonalis.
Peristiwa ini disusul penebalan dinding ventrikel kiri oleh karena menerima
beban tekanan lebih besar untuk menghadapi tekanan arteri sistemik. Sebaliknya
ventrikel kanan mengalami penipisan akibat penurunan beban tekanan untuk
menghadapi tekanan arteri pulmonalis yang mengalami penurunan ke angka normal.
Penutupan duktus venosus, duktus arteriosus dan foramen ovale diawali
penutupan secara fungsional kemudian disusul adanya proses proliferasi endotel dan
jaringan fibrous yang mengakibatkan penutupan secara anatomis (permanen).
Tetap terbukanya duktus venosus pada waktu lahir mengakibatkan masking
effect terhadap total anomalous pulmonary venous connection dibawah difragma.
Tetap terbukanya foramen ovale pada waktu lahir mengakibatkan masking effect
terhadap kelainan obstruksi jantung kanan. Tetap terbukanya duktus arteriosus pada
waktu lahir mengakibatkan masking effect terhadap semua PJB dengan ductus
dependent sistemic dan ductus dependent pulmonary circulation.
Sekali ini terjadi, maka sirkulasi fetus menjadi suatu barang dari masa lalu dan
seluruh pengaruh dari berbagai kerusakan jantung genital dirasakan. Kerusakan-
kerusakan ini menjadi nyata, menyebabkan tanda-tanda dan gejala-gejala yang dapat
didiagnosis. Perubahan-perubahan lebih jauh terjadi di sistim kardiovaskular selama
waktu bayi dan waktu anak-anak dan juga di hubungan tekanan antara ventricle
kanan dan ventricle kiri. Perubahan-perubahan ini membawa lebih banyak kasus-
kasus PJB ke permukaan
(Muttaqin, 2010).
4. PATOFISIOLOGI DAN WOC
Dalam keadaan normal darah akan mengalir dari daerah yang bertekanan tinggi
ke daerah yang bertekanan rendah. Daerah yang bertekanan tinggi ialah jantung kiri
sedangkan yang bertekanan rendah adalah jantung kanan. Sistem sirkulasi paru
mempunyai tahanan yang rendah sedangkan sistem sirkulasi sistemik mempunyai
tahanan yang tinggi. Apabila terjadi hubungan antara rongga-rongga jantung yang
bertekanan tinggi dengan rongga-rongga jantung yang bertekanan rendah akan terjadi
aliran darah dari rongga jantung yang bertekanan tinggi ke rongga jantung yang
bertekanan rendah.
Sebagai contoh adanya defek pada sekat ventrikel, maka akan terjadi aliran
darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan. Kejadian ini disebut pirau (shunt) kiri ke
kanan. Sebaliknya pada obstruksi arteri pulmonalis dan defek septum ventrikel
tekanan rongga jantung kanan akan lebih tinggi dari tekanan rongga jantung kiri
sehingga darah dari ventrikel kanan yang miskin akan oksigen mengalir melalui
defek tersebut ke ventrikel kiri yang kaya akan oksigen, keadaan ini disebut dengan
pirau (shunt) kanan ke kiri yang dapat berakibat kurangnya kadar oksigen pada
sirkulasi sistemik.
Kadar oksigen yang terlalu rendah akan menyebabkan sianosis. Kelainan jantung
bawaan pada umumnya dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
 Peningkatan kerja jantung, dengan gejala : kardiomegali, hipertrofi, Takhikardia.
 Curah jantung yang rendah, dengan gejala : gangguan pertumbuhan,
 intoleransi terhadap aktivitas.
 Hipertensi pulmonal, dengan gejala : dispnea, takhipnea
 Penurunan saturasi oksigen arteri, dengan gejala : polisitemia, asidosis, sianosis.

5. TANDA DAN GEJALA


Gejala-gejala dan tanda-tanda dari PJB dihubungkan dengan tipe dan
keparahan dari kerusakan jantung. Beberapa anak tidak mempunyai gejala atau
tanda-tanda, dimana yang lainnya mengembangkan sesak napas, cyanosis (warna
kulit yang biru disebabkan berkurangnya oksigen didalam darah), nyeri dada,
syncope, kurang gizi atau kurang pertumbuhannya.
Kerusakan atrial septal (sebuah lubang di dinding antara atrium kanan dan
kiri), misalnya dapat menyebabkan sedikit atau sama sekali tidak ada gejala.
Kerusakan dapat berlangung tanpa terdeteksi untuk puluhan tahun.
Aortic stenosis (halangan aliran darah pada klep aortic karena katup yang
abnormal) juga umumnya tidak menyebabkan gejala-gejala terutama ketika stenosis
(penyempitan) ringan. Pada kasus aortic stenosis berat yang mana kasus ini jarang
terjadi, gejala-gejala dapat timbul selama masa bayi dan anak-anak, Gejala-gejala
dapat termasuk pingsan, pusing, nyeri dada, sesak napas dan keletihan yang luar
biasa.
Ventricular septal defect (VSD) adalah contoh lain dimana gejala-gejala
berhubungan dengan kerusakan yang berat. VSD adalah suatu lubang di dinding
antara kedua ventrikel. Ketika kerusakannya kecil, anak-anak tidak menderita
gejala-gejala, dan satu-satunya tanda VSD adalah suara desiran jantung yang kera.
Jika lubangnya besar, dapat terjadi gagal jantung, kurang gizi dan pertumbuhan yang
lambat. Pada kasus-kasus yang lain dengan komplikasi pulmonary hypertension
yang permanen (kenaikan tekanan darah yang parah pada arteri-arteri dari paru-
paru), cyanosis dapat terjadi.
Tetralogy Of Fallot (TOF) adalah suatu kerusakan jantung yang merupakan
kombinasi dari VSD dan halangan aliran darah keluar dari ventrikel kanan. Cyanosis
adalah umum pada bayi dan anak-anak dengan TOF. Cyanosis dapat timbul segera
setelah kelahiran dengan episode mendadak dari cyanosis parah dengan pernapasan
yang cepat (ahkan mungkin menjadi pingsan. Selama latihan, anak-anak yang lebih
dewasa dengan TOF bisa mendapat sesak napas atau pingsan.
Coarctation dari aorta adalah bagian yang menyempit dari arteri besar ini.
Umumnya tidak ada gejala waktu kelahiran, namun hal ini dapat berkembang lebih
awal, misalnya minggu pertama sesudah kelahiran. Seseorang bayi dapat mengalami
gagal jantung congestive atau hipertensi
(Dyah, 2012)
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Radiologi: Foto rontgen dada hampir selalu terdapat kardiomegali.
 Elektrokardiografi (EKG): Menunjukkan adanya gangguan konduksi pada
 ventrikel kanan dengan aksis QRS bidang frontal lebih dari 90 derajat.
 Pemeriksaan dengan doppler berwarna: Digunakan untuk mengevaluasi
 aliran darah dan arahnya.
 Ekokardiografi, bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada
 abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar, sangat
 menentukan dalam diagnosis anatomic.
 Kateterisasi jantung untuk menentukan resistensi vaskuler paru.

7. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Konsevatif
 Restriksi cairan dan pemberian obat-obatan
 furosemid (Lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan
diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular
 Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah
penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah
endokarditis bakterial.
b. Pembedahan
 Operasi penutupan defek
 Pemotongan atau pengikatan duktus (dianjurkan saat berusia 5-10 tahun)
 Obat vasodilator, obat antagonis kalsium untuk membantu pada pasien
 dengan resistensi kapiler paru yang sangat tinggi dan tidak dapat dioperasi.
 Pemotongan atau pengikatan duktus tanpa pembedahan dilakukan dengan
 cara penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung.

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


I. Pengkajian
a. Identitas Klien
Biasanya berisi nama (inisial), tempat tanggal lahir/usia, jenis kelamin,
agama, pendidikan, tanggal masuk, tanggal pengkajian dan diagnose medic.
b. Identitas Orang Tua
Biasanya berisi nama, usia, pendidikan, pekerjaan/sumber penghasilan
serta agama ayah dan ibu.
c. Keluhan Utama Masuk RS
Biasanya klien atau keluarga klien serangan sianotik mendadak ditandai
dengan dyspnea, napas cepat dan dalam, lemas, kejang, sinkop bahkan sampai
koma.
d. Reaksi Alergi
Biasanya berisi klien memiliki riwayat alergi makanan, obat, terpasang
gelang tanda alergi (warna merah), dll.
e. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien tampak biru (sianosis) setelah tumbuh, sianosis ini
menyeluruh atau pada membran mukosa bibir, lidah, konjungtiva. Sianosis
juga timbul pada saat menangis, makan dan pada saat klien tegang. Dyspnea
biasanya menyertai aktifitas makan, menangis atau tegang/stress. Klien akan
sering squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan
beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia
berjalan kembali. Pertumbuhan dan perkembangan tidak sesuai dengan usia.
Digital clubbing.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya meliputi adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti
penyakit SLE, diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung kongenital pada
keluarga baik dengan abnormalitas kromosom misalnya sindrom down maupun
tidak, atau kelainan bawaan. Riwayat selama periode antenatal (kehamilan)
ibu, seperti sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan
tanpa resep dokter, jamu tradisional yang diminum serta kebiasaan merokok
dan minum alkohol selama hamil. Adanya kemungkinan menderita penyakit
infeksi seperti penyakit rubella (campak jerman) pada ibu.
3. Riwayat Kesehatan/Pengobatan/Perawatan Sebelumnya
Biasanya berisi klien pernah dirawat atau tidak, obat yang biasa
digunakan, riwayat penyakit yang sama sebelumnya.
f. Riwayat Kehamilan (Khusus Untuk Pasien Usia < 5 tahun)
1. Prenatal
Biasanya berisi ibu memeriksakan kehamilannya teratur/tidak dan apakah
ada keluhan selama hamil yang dirasakan.
2. Intranatal
Biasanya berisi tempat persalinan, jenis persalinan, penolong persalinan
dan komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah
melahirkan.
3. Postnatal
Biasanya berisi kondisi bayi, APGAR, keadaan anak pada saat lahir, dll.
g. Riwayat Imunisasi
Biasanya berisi jenis imunisasi (BCG, Hepatitis, DPT I, II dan III, polio I,
II, III DAN IV, campak), waktu pemberian, frekuensi dan reaksi setelah
pemberian.

h. Riwayat Tumbuh Kembang Anak


Biasanya berisi pertumbuhan gigi, tengkurap, duduk, merangkak, berdiri,
berjalan, senyum, bicara dan berpakaian tanpa bantuan di usia berapa.
i. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Biasanya berisi baik, sedang dan buruk.
2. Tanda-tanda vital
Biasanya meliputi TD, nadi, pernafasan, suhu, LILA, LP, LK dan LD.
3. Pernafasan
a. Irama
Biasanya berisi regular atau irregular
b. Retraksi dinding dada
Biasanya berisi ada atau tidak ada.
c. Alat bantu nafas
Biasanya berisi spontan, kanul/RB/NRB mask.
4. Sirkulasi
a. Sianosis
Biasanya klien dengan PJB terdapat sianosis.
b. Pucat
Biasanya klien dengan PJB tampak pucat.
c. Akral
Biasanya akral teraba dingin pada klien PJB.
5. Neurologi
a. Kesadaran
Biasanya berisi kompos mentis, apatis, somnolen, spoor dan koma.
b. GCS
c. Gangguan neurologis
Biasanya berisi ada atau tidak ada.
6. Gastrointestinal
a. Mulut
Biasanya berisi mukosa lembab/kering, labio/palatosciziz, stomatitis dan
perdarahan gusi.
b. Mual muntah
Biasanya berisi mual muntah/tidak.
c. Asites
Biasanya berisi ada atau tidak.
7. Eliminasi
a. Defekasi
Biasanya berisi frekuensi, konsistensi, stoma dan karakteristik feses.
b. Urin
Biasanya berisi spontan/kateter urin, apakah ada kelainan atau tidak.
8. Integumen
a. Warna Kulit
Biasanya berisi normal, pucat, kuning dan mottled.
b. Luka
Biasanya berisi ada luka atau tidak.
c. Lokasi luka/lesi lain
Biasanya diberikan tanda X/arsiran lokasi luka/lesi/edema ditubuh pasien
pada gambar.
d. Gambar anatomis
Biasanya berisi posisi anatomis dan fundamental.
9. Genetalia
Biasanya berisi normal/kelainan.
10. Resiko cedera/jatuh (untuk usia > 12-18 tahun)
j. Kebutuhan Dasar
1. Cairan dan nutrisi
Biasanya berisi kebutuhan cairan, jenis cairan yang diberikan, jumlah
cairan yang masuk, balance cairan, makanan yang disukai, nafsu makan, pola
makan, makanan yang diberikan saat ini (ASI, PASI, bubur susu, nasi tim, nasi),
dll.
2. Tidur
a. Pola tidur
Biasanya berisi pola tidur siang dan malam
b. Kebiasaan sebelum tidur
Biasanya berisi sebelum tidur klien perlu mainan, dibacakan cerita,
dengan benda, benda kesayangan, ditemani, dll.
3. Personal hygiene
a. Pola kebersihan diri
Biasanya berisi klien mandi sendiri/dimandikan.
b. Kebersihan kuku
Biasanya berisi bersih atau tidak.
4. Aktivitas bermain
Biasanya berisi sendiri, dengan oran tua, dengan teman sebaya, dll.
k. Status Fungsional
Biasanya berisi mandiri atau perlu bantuan
l. Skrinning Nyeri
Biasanya berisi adakah rasa nyeri, skor nyeri, tipe nyeri, karakteristik nyeri dan
pengaruh nyeri
m. Skrinning Nutrisi
Biasanya berisi skrinning gizi anak
n. Skrinning Resiko jatuh
Biasanya berisi pengkajian resiko jatuh anak
o. Hasil Pemeriksaan Penunjang
Biasanya berisi pemeriksaan laboratorium, radiologi, dll.

II. Diagnosa Keperawatan Teoritis


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kegagalan fungsi jantung
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan edema paru
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan akibat sesak
4. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan fungsi pompa
5. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan fungsi pompa
6. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pada jaringan paru akibat
edema paru
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan energy yang dihasilkan dari
metabolisme yang berubah
8. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan ketidakcukupan nutrisi untuk
regenerasi dan perkembangan sel-sel tubuh
9. Resiko deficit volume cairan berhubungan dengan kesulitan minum akibat sesak
nafas
10. Resiko infeksi berhubungan dengan pembendungan darah dalam jantung
11. Gangguan body image berhubungan dnegan adanya clubbing finger akibat
sianosis yang kronik.
(NANDA, 2017)

III. Rencana Keperawatan


No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan

1 Penurunan curah Keefektivan pompa jantung: Perawatan jantung


jantung 1. Tekanan darah systole 1. Aktivitas keperawatan
berhubungan (1/3) 2. Secara rutin mengecek pasien
dengan kegagalan 2. Tekanan darah systole baik secara fisik dan
fungsi jantung (1/3) psikologis sesuai dengan
3. Denyut jantung apical kebijakan tiap agen/penyedia
(1/3) layanan.
4. Indeks jantung (1/3) 3. Pastikan aktivitas klien yang
5. Denyut nadi perifer (1/3) tidak membahayakan curah
6. Ukuran jantung (1/3) jantung atau memprovokasi
7. Keseimbangan intake dan seranganjantung
output dalam 24 jam (1/3) 4. Evaluasi episode nyeri dada
8. Tekanan vena sentral (1/3) (intensitas, lokasi, radiasi,
9. Distritmia (1/3) durasi, faktor pemicu serta
10. Suara jantung abnormal peringan nyeri dada)
(1/3) 5. Monitor EKG, adakah
11. Angina (1/3) perubahan segmen ST,
12. Edema perifer (1/3) sebagaimana mestinya
13. Edema paru (1/3) 6. Lakukan penilaian
14. Kelelahan (1/3) komprehensif pada sirkulasi
15. Dispnea pada saat istirahat perifer
(1/3) 7. Monit tanda-tanda vital secara
16. Asites (1/3) rutin
17. Sianosis (1/3) 8. Monitor distritmia jantung
18. Wajah kemerahan (1/3) 9. Catat tanda dan gejala
Status sirkulasi : penurunan curah jantung
1. Tekanan darah systole 10. Monitor status pernafasan
(1/3) terkait dengan adanya gejala
2. Tekanan darah diastole gagl jantung
(1/3) 11. Monitor keseimbangan cairan
3. Tekanan nadi (1/3) 12. Evaluasiperubahan tekanan
4. Tekanan darah rata-rata darah
(1/3) 13. Monitor toleransi aktivitas
5. Tekanan vena sentral (1/3) klien
6. Kukuatan nadi karotis 14. Monitor sesaknafas,
kanan (1/3) kelelahan,takipnea dan
7. Kekuatan nadi karotis kiri orthopnea
(1/3)
8. Kekuatan nadi brakialis
kanan (1/3)
9. Kekuatan nadi brakialis
kiri (1/3)
10. Kekuatan nadi radialis
kanan (1/3)
11. Kekuatan nadi radialis kiri
(1/3)
12. Kekuatan nadi femoralis
kanan (1/3)
13. Kekuatan nadi femoralis
kiri (1/3)
14. Kekuatan nadi dorsalis
pedis kanan(1/3)
15. Kekuatan nadi dorsalis
pedis kiri(1/3)
16. Saturasi oksigen (1/3)
17. Perbedaan oksigen arteri-
vena
18. Bising pembuluh darah
besar (1/3)
19. Istensi vena leher (1/3)
20. Edema perifer(1/3)pitting
edema (1/3)

2 Ketidakefektifan Status pernafasan : Terapi oksigen :


pola nafas 1. Frekuensi pernafasan (3/5) 1. pertahankan kepatenan jalan
berhubungan 2. Irama pernafasan (3/5) nafas
dengan edema 3. Kedalaman inspirasi (3/5) 2. siapkan peralatan oksigen dan
paru 4. Suara auskultasi nafas (3/5) berikan melalui sistem
5. Kepatenan jalan nafas (3/5) humidifier
6. Saturasi oksigen (3/5) 3. berikan oksigen tambahan
7. Penggunaan otot bantu nafas seperti yang dianjurkan
(3/5) 4. monitor aliran oksigen
8. Retraksi dinding dada (3/5) 5. monitor posisi perangkat
9. Sianosis (3/5) pemberian oksigen
10. Dispneu saat istirahat (3/5) 6. periksa perangkat pemberian
11. Dispneu dengan aktivitas oksigen secara berkala
ringan (3/5) 7. monitor efektifitas terapi
12. Mengantuk (3/5) oksigen
13. Suara nafas tambahan (3/5) 8. pastikan penggantian masker
14. Gangguan ekspirasi (3/5) oksigen/kanul nasal setiap kali
15. Mendesah (3/5) perangkat diganti
16. Mendengkur (3/5) 9. rubah perangkat pemberian
17. Pernafasan cuping hidung oksigen dari masker ke kanal
(3/5) nasal saat makan
18. Demam (3/5) 10. amati tanda-tanda hipoventilasi
19. Batuk (3/5) induksi oksigen
11. pantau adanya tanda-tanda
Status pernafasan : ventilasi keracunan oksigen dan kejadian
1. Frekuensi pernafasan (3/5) antelektasis
2. Irama pernafasan (3/5) 12. monitor peralatan oksigen untuk
3. Kedalaman inspirasi (3/5) memastikan bahwa alat tersebut
4. Suara perkusi nafas (3/5) tidak mengganggu upaya pasien
5. Penggunaan otot bantu untuk bernafas
nafas (3/5) 13. monitor kerusakan kulit
6. Suara nafas tambahan (3/5) terhadap adanya gesekan
7. Dispnea saat istirahat (3/5) perangkat oksigen
8. Dispnea saat latihan (3/5)
9. Taktil fremitus (3/5) Monitor pernafasan :
10. Pengembangan dinding 1. monitor kecepatan, irama,
dada tidak simetris (3/5) kedalaman dan kesulitan
11. Gangguan ekspirasi (3/5) bernafas
12. Gangguan suara saat 2. catat pergerakan dada, catat
auskultasi (3/5) ketidaksimetrisan, penggunaan
otot bantu nafas, dan retraksi
Status pernafasan : pada otot supraclaviculas dan
pertukaran gas : intercosta
1. Tekanan parsial oksigen di 3. monitor suara nafas tambahan
darah arteri (paO2) (3/5) seperti ngorok atau mengi
2. Tekanan parsial 4. monitor pola nafas
karbondioksida di darah 5. monitor saturasi oksigen
arteri (3/5) 6. pasang sensor pemantauan
3. pH ateri (3/5) oksigen non-invasif
4. saturasi oksigen (3/5) 7. palpasi kesimetrisan ekspansi
5. hasil rontgen dada (3/5) paru
6. sianosis (3/5) 8. monitor keluhan sesak nafas
7. mengantuk (3/5) pasien, termasuk kegiatan yang
8. gangguan kesadaran (3/5) meningkatkan atau
memperburuk sasak nafas
Status pernafasan : kepatenan tersebut
jalan nafas : 9. monitor suara krepitasi pada
1. Frekuensi pernafasan (3/5) pasien
2. Irama pernafasan (3/5) 10. monitor hasil foto thorak
3. Kedalaman inspirasi (3/5) 11. berikan bantuan terapi nafas jika
4. Kemampuan untuk diperlukan
mengeluarkan sekret (3/5)
5. Ansietas (3/5) Monitor tanda-tanda vital :
6. Ketakutan (3/5) 1. monitor tekanan darah, nadi,
7. Tersedak (3/5) suhu dan status pernafasan
8. Suara nafas tambahan (3/5) dengan tepat
9. Pernafasan cuping hidung 2. monitor irama dan tekanan
(3/5) jantung
10. Mendesah (3/5) 3. monitor irama irama dan laju
11. Dispnea saat istirahat (3/5) pernapasan
12. Dispnea dengan aktivitas 4. monitor suara paru-paru
ringan (3/5) 5. monitor pola pernafasan
13. Penggunaan otot bantu abnormal
nafas (3/5) 6. monitor warna kulit, suhu, dan
14. Batuk (3/5) kelembaban
15. Akumulasi sputum (3/5) 7. monitor sianosis sentral dan
perifer
8. monitor akan adanya kuku
clubbing
9. identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan tanda-
tanda vital

Manajemen jalan nafas


Aktivitas :
1. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
2. Identifikasi kebutuhan
aktual/potensial pasien untuk
memasukkan alat membuka
jalan nafas
3. Lakukan fisioterapi dada
4. Gunakan teknik yang
menyenangkan untuk
memotivasi bernafas dalam
kepada anak-anak (misalnya :
meniup gelembung, meniup
kincir, peluit, balon, meniup
bulu)
3 Keidakseimbanga Status Nutrisi : Manajemen nutrisi :
n nutrisi kurang 1. asupan gizi (3/5) 1. tentukan status gizi pasien dan
dari kebutuhan 2. asupan makanan (3/5) kemampuan memenuhi
tubuh 3. asupan cairan (3/5) kebutuhan gizi
berhubungan 4. energi (3/5) 2. identifikasi alergi atau toleransi
dengan 5. rasio berat badan/tinggi makanan yang dimiliki pasien
penurunan nafsu badan (3/5) 3. tentukan apa yang menjadi
makan akibat 6. hidrasi (3/5) preferensi makanan bagi pasien
sesak 4. tentukan jumlah kalori dan jenis
Status nutrisi : asupan nutrisi nutrisi yang dibutuhkan untuk
: memenuhi persyaratan gizi
1. asupan vitamin (3/5) 5. ciptakan lingkungan yang
2. asupan mineral (3/5) optimal pada saat
3. asupan zat besi (3/5) mengkonsumsi makan
4. asupan kalsium (3/5) 6. lakukan atau bantu pasien
terkait dengan perawatan mulut
Status nutrisi : asupan sebelum makan
makanan dan cairan : 7. berikan obat-obatan sebelum
1. asupan makanan secara oral makan, jika diperlukan
(3/5) 8. pastikan makanan yang
2. asupan makanan secara tube disajikan dengan cara yang
feeding (3/5) menarik dan pada suhu yang
3. asupan cairan secara oral paling cocok untuk konsumsi
(3/5) secara optimal
4. asupan cairan intravena (3/5) 9. anjurkan keluarga untuk
5. asupan nutrisi parentral (3/5) membawa makanan favorit
pasien sementara berada
Nafsu makan : dirumah sakit
1. hasrat/keinginan untuk 10. kebutuhan diet untuk kondisi
makan (3/5) sakit
2. mencari makanan (3/5) 11. monitor kalori dan asupan
3. menyenangi makanan (3/5) makanan
4. merasakan makanan (3/5) 12. Monitor kecenderungan
5. energi untuk makan (3/5) terjadinya penurunan dan
6. intake makanan (3/5) kenaikan berat badan
7. intake nutrisi (3/5) 13. Anjurkan pasien untuk
8. intake cairan (3/5) memantau kalori dan intake
9. rangsangan untuk makan makanan (misalnya : buku
(3/5) harian makanan)

Monitor nutrisi :
1. Timbang berat badan pasien
2. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
3. Monitor kecenderungan turun
dan naiknya berat badan
4. Identifikasi perubahan berat
badan terakhir
5. Monitor turgor kulit dan
mobilitas
6. Identifikasi abnormalitas kulit
7. Identifikasi adanya abnormalitas
rambut
8. Monitor adanya mual muntah
9. Monitor diet dan asupan kalori
10. Identifikasi perubahan nafsu
makan dan aktifitas akhir-akhir
ini
11. Monitor tipe dan banyaknya
latihan yang biasa dilakukan
12. Tentukan pola makan
13. Monitor adanya pucat
14. Identifikasi adanya
ketidaknormalan kuku
15. Lakukan evaluasi menelan
16. Identifikasi adanya
ketidaknormalan dalam rongga
mulut
17. Tentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi asupan nutrisi

Manajemen cairan
1. Timbang berat badan setiap hari
dan monitor status pasien
2. Hitung atau timbang popok
dengan baik
3. Jaga intake/asupan yang akurat
dan catat output
4. Monitor status hidrasi
5. Monitor hasil laboratorium
6. Monitor tanda-tanda vital pasien
7. Monitor perubahan berat badan
pasien sebelum dan setelah
dialisis
8. Monitor makanan/cairan yang
dikonsumsi dan hitung asupan
kalori harian
9. Berikan terapi IV seperti yang
ditentukan
10. Monitor status gizi
11. Berikan cairan dengan tepat
12. Berikan diuretik yang
diresepkan
13. Tingkatkan asupan oral
14. Distribusikan asupan cairan
selama 24 jam
15. Dukung pasien dan keluarga
untuk membantu dalam
pemberian makan dengan baik
16. Tawari makanan ringan

Manajemen elektrolit/cairan
1. Monitor perubahan status paru
atau jantung yang menunjukkan
kelebihan cairan atau dehidrasi
2. Pantau adanya tanda dan gejala
overhidrasi yang memburuk
atau dehidrasi
3. Dapatkan spesimen
laboratorium untuk pemantauan
perubahan cairan atau elektrolit
4. Timbang berat badan harian dan
pantau gejala
5. Berikan cairan yang sesuai
6. Tingkatkan intake/asupan cairan
per oral
7. Jaga infus intravena yang tepat,
8. Pastikan bahwa larutan IV yang
mengandung elektrolit diberikan
dengan aliran yang konstan dan
sesuai
9. Jaga pencatatan intake/asupan
dan output yang akurat
10. Pantau adanya tanda dan gejala
retensi cairan
11. Batasi cairan yang sesuai
12. Monitor tanda-tanda vital yang
sesuai
Monitor kehilangan cairan

BAB III

PENGKAJIAN ANAK

Tanggal masuk ruang rawat : 24 Oktober 2018


Jam Masuk :
Ruang rawat : HCU
Tanggal Pengkajian : 29 Oktober 2018

I. PENGKAJIAN

A. Identitas Klien

1. Nama (inisial) : An. R

2. Tempat tgl lahir/usia : Lubuk sikaping, 21 September 2018/ 1 bulan 9 hari

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Agama : Islam

5. Pendidikan :-

6. Tgl Masuk : 24 Oktober 2018


7. Tgl Pengkajian : 29 Oktober 2018

8. Diagnosa medic : PJB ( Penyakit Jantung Bawaan)

B. Identitas Orang Tua

Ayah Ibu

Nama Tn.A Ny. M

Usia 32 Tahun 25 Tahun

Pendidikan SMA SMA

Pekerjaan/sumber Wiraswasta IRT

penghasilan

Agama Islam Islam

C. Keluhan Utama Masuk RS

Pasien bernama An. R usia 1 bulan 9 hari di bawa ke RS. Dr. M.Djamil Padang pada

tanggal 24 Oktober 2018 dengan diagnosa medic PJB. Pasien rujukan dari RSUD

Lubuk sikaping. Dengan keluhan sesak nafas sejak 17 hari yang lalu.

D. Riwayat Alergi

Tidak ada alergi

E. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

An. R usia 1 bulan 9 hari dirawat diruang rawat inap anak HCU pada tanggal 24

Oktober 2018 dengan diagnose medis PJB. Keluarga mengatakan pasien sesak nafas

sejak 17 hari yang lalu. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 29 Oktober

2018 jam 16.00 keluarga mengatakan pasien masih sesak nafas, keluarga juga
mengatakan sesak nafas bertambah saat menangis dan menyusu. Kondisi umum,

klien terpasang O2, klien tampak sesak nafas. TTV didapatkan suhu: 36,1 ˚c, nadi:

133 x/m, RR: 45x/m. Dengan hasil EKG sinus takikardi, EVH, RVH

2. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ny. M mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang mengidap penyakit PJB

seperti An. R, serta penyakit yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler.

3. Riwayat Kesehatan/ Pengobatan/ Perawatan Sebelumnya

An. R pernah dirawat di RSUD Lubuk Sikaping pada umur 7 hari selama 4 hari

dengan keluhan hiperbilirubinemia dan mendapatkan pengobatan Fototerapi

F. Riwayat Kehamilan

1. Prenatal

Ny. M pada sat hamil An. R teratur melakukan pemeriksaan kehamilan. Pada saat

hamil An. R, Ny. M mengalami pendarahan.

2. Intranatal

Ny. M melahirkan di RSUD Lubuk Sikaping dengan jenis persalinan Caesar dan

tidak ada mengalami komplikasi saat melahirkan dan setelah melahirkan.

G. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum: Buruk

2. Tanda-Tanda Vital

 Suhu : 36,5˚C

 HR : 133 x/m

 RR : 55 x/m

 LK : 34 cm
 BB : 2,7 Kg

 PB : 49 cm

3. Sirkulasi

 Sianosis : Tidak ada

 Pucat : Tidak ada

 CRT : < 2 detik

 Akral : Hangat

4. Neurologi

 kesadaran : compos mentis

 GCS : E4 M6 V5

 Gangguan Neurologis: tidak ada

5. Kepala

 Rambut : Hitam dan tidak mudah rontok

 Mata : Konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik

 Telinga : Otorhea (-), tidak ada kelaianan

 Hidung : Rhinorhea (-), PCH (-), tidak ada kelainan

 Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak terdapat kelainan

6. Dada

 Inspeksi : Normochest, retraksi (+), ictus cordis tidak terlihat

 Palpasi : Sulit dinilai

 Perkusi : Tidak dilakukan

 Auskultasi: VBS ki=ka, ronkhi (-), whezzing (-),murmur (+)

7. Paru
 Inspeksi : Normochest, retraksi (+)

 Palpasi : Sulit dinilai

 Perkusi : Sonor

 Auskultasi : VBS ki=ka, ronkhi (-), whezzing (-), basah halus nyaring

+/+

 Alat Bantu Nafas: Nasal, O2 1 liter

8. Jantung

 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

 Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari lateral RPC IV-V

 Perkusi : Tidak dilakukan

 Auskultasi: Murmur sistolik grade 3/6 terdengar jelas di RTC III-IV

9. Abdomen

 Inspeksi : Distensi (-)

 Palpasi : Hepar terapa 1/3-1/9,pinggir tumpul, kenyal

 Perkusi : Tympani

 Auskultasi: Bising usus (+)

10. Eliminasi

 Defekasi : Anus

 Urin : Spontan, tidak ada kelainan

11. Integumen

 Warna Kulit : Normal

 Luka : Tidak ada


H. Kebutuhan dasar

1. Cairan dan Nutrisi

 Jenis cairan yang diberikan : ASI

 Jumlah cairan yang masuk : 12x15 cc/hari

 Balance Cairan

(IVFD+oral) – (urine+IWL)

= (192+210) – (340-180)

= -46

2. Akitifitas dan Istirahat

 Rentang gerak : Aktif

 Deformitas : Tidak Ada

 Gangguan Tidur : Tidak

I. Hasil Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Hematologi (25 Oktober 2018)

 Hemoglobin : 9,1 g/dl

 Leukosit : 7.820 /mm3

 Eritrosit : 2,8

 Trombosit :428.000 /mm3

 Hematokrit : 28%

 Retukolosit : 1,7%

 MCV : 99 Fl

 MCH : 33 pg
 MCHC : 33%

Gambaran darah tepi :

 Eritrosit: Anisositosis Normokiom

 Leukosit: Jumlah cukup, neutrofilin relative

 Trombosit: Jumlah cukup,morfologi normal

29 Oktober 2018

 Glukosa Sewaktu : 119 mg/dl

 Kalsium : 7,7

 Natrium : 139

 Kalium : 3,4

 Klorida Serum : 102

2. lain-lain

Tanggal 24 Oktober 2018

 OR, DC, Na, K, Ca

 RI Thorak

 EKG

II. Analisa Data

NO Data Penunjang Masalah Etiologi WOC Singkat

1 DS: Penurunan Perubahan Irama Kelainan Kongenital

 Ny. M mengatakan sejak 2 curah jantung Jantung (PJB)

minggu yang lalu muntah

setelah menyusui, muntah Pirau ka=ki

keluar dari hidung


 Sesak nafas sejak 17 hari Atrium kanan tidak

yang lalu sampai sekarang dapat menimbangi

 Sesak nafas nafas bertambah peningkatan

saat An. R menangis dan workload

menyusui

DO: Penurunan Curah

 An. R tampak sesak nafas Jantung

 Sesak nafas tidak terdengar

menciut-ciut

 An. R terpasang O2 Nasal 1

liter

 An. R terpasang monitor

 TTV

Suhu : 36,5˚C

HR : 133 x/m

RR : 55 x/m

 Hasil EKG sinus takikardi

2. DS: Ketidak Hiperventilasi PJB

 Ny. M mengatakan sejak 2 Efektifan

minggu yang lalu muntah Pola Nafas Penyempitan

setelah menyusui, muntah pulmonal di fndus

keluar dari hidung bulum

 Sesak nafas sejak 17 hari


yang lalu sampai sekarang Aliran darah ke paru

Sesak nafas nafas bertambah menurun

saat An. R menangis dan

menyusui Konsentrasi O2 dalam

DO: darah arteri menurun

 An. R tampak sesak nafas

 Sesak nafas tidak terdengar Ketidakefektifan

menciut-ciut Pola Nafas

 An. R terpasang O2 Nasal 1

liter

 TTV

Suhu : 36,5˚C

HR : 133 x/m

RR : 55 x/m

3. DS: Ketidak Ketidakmampuan Aliran darah ke paru

 Ny. M mengatakan setelah seimbangan mencerna meningkat

menyusui An. R muntah, Nutrisi: makanan

muntah keluar dari hidung Kurang dari Darah, CO2, dan O2

DO: Kebutuhan bercampur

 TTV Tubuh

Suhu : 36,5˚C Sesak nafas saat

HR : 133 x/m makan dan minum

RR : 55 x/m
BB awal: 2,7 Kg Ketidak seimbangan

Penurunan BB: 0,3 Kg Nutrisi: Kurang

IVFD: 192 dari Kebutuhan

Oral: 210 Tubuh

Urine: 340

IWL: 180

Balance cairan: -46

III. Rencana Keperawatan


No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan

1 Penurunan curah Keefektivan pompa jantung: Perawatan jantung


jantung 19. Tekanan darah systole 15. Aktivitas keperawatan
berhubungan (1/3) 16. Secara rutin mengecek pasien
dengan kegagalan 20. Tekanan darah systole baik secara fisik dan
fungsi jantung (1/3) psikologis sesuai dengan
21. Denyut jantung apical kebijakan tiap agen/penyedia
(1/3) layanan.
22. Indeks jantung (1/3) 17. Pastikan aktivitas klien yang
23. Denyut nadi perifer (1/3) tidak membahayakan curah
24. Ukuran jantung (1/3) jantung atau memprovokasi
25. Keseimbangan intake dan seranganjantung
output dalam 24 jam (1/3) 18. Evaluasi episode nyeri dada
26. Tekanan vena sentral (1/3) (intensitas, lokasi, radiasi,
27. Distritmia (1/3) durasi, faktor pemicu serta
28. Suara jantung abnormal peringan nyeri dada)
(1/3) 19. Monitor EKG, adakah
29. Angina (1/3) perubahan segmen ST,
30. Edema perifer (1/3) sebagaimana mestinya
31. Edema paru (1/3) 20. Lakukan penilaian
32. Kelelahan (1/3) komprehensif pada sirkulasi
33. Dispnea pada saat istirahat perifer
(1/3) 21. Monit tanda-tanda vital secara
34. Asites (1/3) rutin
35. Sianosis (1/3) 22. Monitor distritmia jantung
36. Wajah kemerahan (1/3) 23. Catat tanda dan gejala
Status sirkulasi : penurunan curah jantung
21. Tekanan darah systole 24. Monitor status pernafasan
(1/3) terkait dengan adanya gejala
22. Tekanan darah diastole gagl jantung
(1/3) 25. Monitor keseimbangan cairan
23. Tekanan nadi (1/3) 26. Evaluasiperubahan tekanan
24. Tekanan darah rata-rata darah
(1/3) 27. Monitor toleransi aktivitas
25. Tekanan vena sentral (1/3) klien
26. Kukuatan nadi karotis 28. Monitor sesaknafas,
kanan (1/3) kelelahan,takipnea dan
27. Kekuatan nadi karotis kiri orthopnea
(1/3)
28. Kekuatan nadi brakialis
kanan (1/3)
29. Kekuatan nadi brakialis
kiri (1/3)
30. Kekuatan nadi radialis
kanan (1/3)
31. Kekuatan nadi radialis kiri
(1/3)
32. Kekuatan nadi femoralis
kanan (1/3)
33. Kekuatan nadi femoralis
kiri (1/3)
34. Kekuatan nadi dorsalis
pedis kanan(1/3)
35. Kekuatan nadi dorsalis
pedis kiri(1/3)
36. Saturasi oksigen (1/3)
37. Perbedaan oksigen arteri-
vena
38. Bising pembuluh darah
besar (1/3)
39. Istensi vena leher (1/3)
40. Edema perifer(1/3)pitting
edema (1/3)

2 Ketidakefektifan Status pernafasan : Terapi oksigen :


pola nafas 20. Frekuensi pernafasan (3/5) 14. pertahankan kepatenan jalan
berhubungan 21. Irama pernafasan (3/5) nafas
dengan edema 22. Kedalaman inspirasi (3/5) 15. siapkan peralatan oksigen dan
paru 23. Suara auskultasi nafas (3/5) berikan melalui sistem
24. Kepatenan jalan nafas (3/5) humidifier
25. Saturasi oksigen (3/5) 16. berikan oksigen tambahan
26. Penggunaan otot bantu nafas seperti yang dianjurkan
(3/5) 17. monitor aliran oksigen
27. Retraksi dinding dada (3/5) 18. monitor posisi perangkat
28. Sianosis (3/5) pemberian oksigen
29. Dispneu saat istirahat (3/5) 19. periksa perangkat pemberian
30. Dispneu dengan aktivitas oksigen secara berkala
ringan (3/5) 20. monitor efektifitas terapi
31. Mengantuk (3/5) oksigen
32. Suara nafas tambahan (3/5) 21. pastikan penggantian masker
33. Gangguan ekspirasi (3/5) oksigen/kanul nasal setiap kali
34. Mendesah (3/5) perangkat diganti
35. Mendengkur (3/5) 22. rubah perangkat pemberian
36. Pernafasan cuping hidung oksigen dari masker ke kanal
(3/5) nasal saat makan
37. Demam (3/5) 23. amati tanda-tanda hipoventilasi
38. Batuk (3/5) induksi oksigen
24. pantau adanya tanda-tanda
Status pernafasan : ventilasi keracunan oksigen dan kejadian
13. Frekuensi pernafasan (3/5) antelektasis
14. Irama pernafasan (3/5) 25. monitor peralatan oksigen untuk
15. Kedalaman inspirasi (3/5) memastikan bahwa alat tersebut
16. Suara perkusi nafas (3/5) tidak mengganggu upaya pasien
17. Penggunaan otot bantu untuk bernafas
nafas (3/5) 26. monitor kerusakan kulit
18. Suara nafas tambahan (3/5) terhadap adanya gesekan
19. Dispnea saat istirahat (3/5) perangkat oksigen
20. Dispnea saat latihan (3/5)
21. Taktil fremitus (3/5) Monitor pernafasan :
22. Pengembangan dinding 12. monitor kecepatan, irama,
dada tidak simetris (3/5) kedalaman dan kesulitan
23. Gangguan ekspirasi (3/5) bernafas
24. Gangguan suara saat 13. catat pergerakan dada, catat
auskultasi (3/5) ketidaksimetrisan, penggunaan
otot bantu nafas, dan retraksi
Status pernafasan : pada otot supraclaviculas dan
pertukaran gas : intercosta
9. Tekanan parsial oksigen di 14. monitor suara nafas tambahan
darah arteri (paO2) (3/5) seperti ngorok atau mengi
10. Tekanan parsial 15. monitor pola nafas
karbondioksida di darah 16. monitor saturasi oksigen
arteri (3/5) 17. pasang sensor pemantauan
11. pH ateri (3/5) oksigen non-invasif
12. saturasi oksigen (3/5) 18. palpasi kesimetrisan ekspansi
13. hasil rontgen dada (3/5) paru
14. sianosis (3/5) 19. monitor keluhan sesak nafas
15. mengantuk (3/5) pasien, termasuk kegiatan yang
16. gangguan kesadaran (3/5) meningkatkan atau
memperburuk sasak nafas
Status pernafasan : kepatenan tersebut
jalan nafas : 20. monitor suara krepitasi pada
16. Frekuensi pernafasan (3/5) pasien
17. Irama pernafasan (3/5) 21. monitor hasil foto thorak
18. Kedalaman inspirasi (3/5) 22. berikan bantuan terapi nafas jika
19. Kemampuan untuk diperlukan
mengeluarkan sekret (3/5)
20. Ansietas (3/5) Monitor tanda-tanda vital :
21. Ketakutan (3/5) 10. monitor tekanan darah, nadi,
22. Tersedak (3/5) suhu dan status pernafasan
23. Suara nafas tambahan (3/5) dengan tepat
24. Pernafasan cuping hidung 11. monitor irama dan tekanan
(3/5) jantung
25. Mendesah (3/5) 12. monitor irama irama dan laju
26. Dispnea saat istirahat (3/5) pernapasan
27. Dispnea dengan aktivitas 13. monitor suara paru-paru
ringan (3/5) 14. monitor pola pernafasan
28. Penggunaan otot bantu abnormal
nafas (3/5) 15. monitor warna kulit, suhu, dan
29. Batuk (3/5) kelembaban
30. Akumulasi sputum (3/5) 16. monitor sianosis sentral dan
perifer
17. monitor akan adanya kuku
clubbing
18. identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan tanda-
tanda vital

Manajemen jalan nafas


Aktivitas :
5. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
6. Identifikasi kebutuhan
aktual/potensial pasien untuk
memasukkan alat membuka
jalan nafas
7. Lakukan fisioterapi dada
8. Gunakan teknik yang
menyenangkan untuk
memotivasi bernafas dalam
kepada anak-anak (misalnya :
meniup gelembung, meniup
kincir, peluit, balon, meniup
bulu)
3 Keidakseimbanga Status Nutrisi : Manajemen nutrisi :
n nutrisi kurang 7. asupan gizi (3/5) 14. tentukan status gizi pasien dan
dari kebutuhan 8. asupan makanan (3/5) kemampuan memenuhi
tubuh 9. asupan cairan (3/5) kebutuhan gizi
berhubungan 10. energi (3/5) 15. identifikasi alergi atau toleransi
dengan 11. rasio berat badan/tinggi makanan yang dimiliki pasien
penurunan nafsu badan (3/5) 16. tentukan apa yang menjadi
makan akibat 12. hidrasi (3/5) preferensi makanan bagi pasien
sesak 17. tentukan jumlah kalori dan jenis
Status nutrisi : asupan nutrisi nutrisi yang dibutuhkan untuk
: memenuhi persyaratan gizi
5. asupan vitamin (3/5) 18. ciptakan lingkungan yang
6. asupan mineral (3/5) optimal pada saat
7. asupan zat besi (3/5) mengkonsumsi makan
8. asupan kalsium (3/5) 19. lakukan atau bantu pasien
terkait dengan perawatan mulut
Status nutrisi : asupan sebelum makan
makanan dan cairan : 20. berikan obat-obatan sebelum
6. asupan makanan secara oral makan, jika diperlukan
(3/5) 21. pastikan makanan yang
7. asupan makanan secara tube disajikan dengan cara yang
feeding (3/5) menarik dan pada suhu yang
8. asupan cairan secara oral paling cocok untuk konsumsi
(3/5) secara optimal
9. asupan cairan intravena (3/5) 22. anjurkan keluarga untuk
10. asupan nutrisi parentral (3/5) membawa makanan favorit
pasien sementara berada
Nafsu makan : dirumah sakit
10. hasrat/keinginan untuk 23. kebutuhan diet untuk kondisi
makan (3/5) sakit
11. mencari makanan (3/5) 24. monitor kalori dan asupan
12. menyenangi makanan (3/5) makanan
13. merasakan makanan (3/5) 25. Monitor kecenderungan
14. energi untuk makan (3/5) terjadinya penurunan dan
15. intake makanan (3/5) kenaikan berat badan
16. intake nutrisi (3/5) 26. Anjurkan pasien untuk
17. intake cairan (3/5) memantau kalori dan intake
18. rangsangan untuk makan makanan (misalnya : buku
(3/5) harian makanan)

Monitor nutrisi :
18. Timbang berat badan pasien
19. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
20. Monitor kecenderungan turun
dan naiknya berat badan
21. Identifikasi perubahan berat
badan terakhir
22. Monitor turgor kulit dan
mobilitas
23. Identifikasi abnormalitas kulit
24. Identifikasi adanya abnormalitas
rambut
25. Monitor adanya mual muntah
26. Monitor diet dan asupan kalori
27. Identifikasi perubahan nafsu
makan dan aktifitas akhir-akhir
ini
28. Monitor tipe dan banyaknya
latihan yang biasa dilakukan
29. Tentukan pola makan
30. Monitor adanya pucat
31. Identifikasi adanya
ketidaknormalan kuku
32. Lakukan evaluasi menelan
33. Identifikasi adanya
ketidaknormalan dalam rongga
mulut
34. Tentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi asupan nutrisi

Manajemen cairan
17. Timbang berat badan setiap hari
dan monitor status pasien
18. Hitung atau timbang popok
dengan baik
19. Jaga intake/asupan yang akurat
dan catat output
20. Monitor status hidrasi
21. Monitor hasil laboratorium
22. Monitor tanda-tanda vital pasien
23. Monitor perubahan berat badan
pasien sebelum dan setelah
dialisis
24. Monitor makanan/cairan yang
dikonsumsi dan hitung asupan
kalori harian
25. Berikan terapi IV seperti yang
ditentukan
26. Monitor status gizi
27. Berikan cairan dengan tepat
28. Berikan diuretik yang
diresepkan
29. Tingkatkan asupan oral
30. Distribusikan asupan cairan
selama 24 jam
31. Dukung pasien dan keluarga
untuk membantu dalam
pemberian makan dengan baik
32. Tawari makanan ringan
Manajemen elektrolit/cairan
13. Monitor perubahan status paru
atau jantung yang menunjukkan
kelebihan cairan atau dehidrasi
14. Pantau adanya tanda dan gejala
overhidrasi yang memburuk
atau dehidrasi
15. Dapatkan spesimen
laboratorium untuk pemantauan
perubahan cairan atau elektrolit
16. Timbang berat badan harian dan
pantau gejala
17. Berikan cairan yang sesuai
18. Tingkatkan intake/asupan cairan
per oral
19. Jaga infus intravena yang tepat,
20. Pastikan bahwa larutan IV yang
mengandung elektrolit diberikan
dengan aliran yang konstan dan
sesuai
21. Jaga pencatatan intake/asupan
dan output yang akurat
22. Pantau adanya tanda dan gejala
retensi cairan
23. Batasi cairan yang sesuai
24. Monitor tanda-tanda vital yang
sesuai
Monitor kehilangan cairan

IV. CATATAN PERKEMBANGAN


Hari/tanggal Dx Kep Implementasi Evaluasi Paraf
Jam
Senin /29 Penurunan  Memantau status S : keluarga mengatakan
oktober 2018 curah jantung hemodinamika klien masih lemah , sesak
14.00 WIB  Memantau O: klien tampak lemah
kehilangan cairan Klien tampak berada
(mual muntah, dalam inkubator MHS
diare) Klien terpasang O2 1 Liter
 Memantau status nasal kanul
pernapasan A:Penurunan curah
 Memberikan obat jantung
sesuai resep
 Memberikan obat P: Masalah belum teratasi
melalui NGT Intervensi dilanjutkan
 Memonitor status - Monitor status
cairan pernapasan
- Monitor tanda-
tanda vital
- Kolaborasi dalam
pemberian terapi

Senin /29 Ketidakefektifan  Memantau status S: keluarga mengatakan MHS


oktober 2018 pola nafas pernafasan klien sesak nafas, keluarga
14.00 WIB  Memberikan terapi mengatakan klien rewel
O2 O: klien tampak sesak
 Memonitor aliran Klien terpasang O2 1 liter
oksigen 55x/menit
 Memonitor posisi A: Ketidak efektifan pola
perangkat nafas
pemberian oksigen P: Masalah belum teratasi
 Memonitor Intervensi dilanjutkan
efektifitas terapi - Monitor status
oksigen pernapasan
 Memonitor tanda- - Monitor pemberian
tanda hipoventilasi oksigen
induksi oksigen - Kolaborasi dalam
pemberian terapi
 Memonitor saturasi
oksigen
Senin /29 Ketidakseimban  berkolaborasi S: keluarga mengatakan MHS
oktober 2018 gan nutrisi dengan gizi klien muntah setelah diberi
14.00 WIB kurang dari pemberian nitrisi ASI
kebutuhan tubuh  mengidentifikasi O: klien tampak lemah
alergi Klien terpasang NGT
 mencatat intake Intake : 30 CC
dan output Output: 50CC
A: ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
P: masalah belum teratasi
Intervensi dilanjutkan
-kolaborasi dalam
pemberian trapi
Pantau intake dan output
Selasa/30- Penurunan curah  Memantau status S : keluarga mengatakan MHS
10-2018 jantung hemodinamika klien masih lemah ,
10.00WIB  Memantau keluarga mengatakan klien
kehilangan cairan masih sesak
(mual muntah, O: klien tampak lemah
diare) Klien tampak berada
 Memantau status dalam inkubator
pernapasan HR:142x/i
 Memberikan obat RR: 32x/i
sesuai resep Suhu: 36,5’C
 Memberikan obat Klien terpasang O2 1 Liter
melalui NGT nasal kanul
 Memonitor status A:Penurunan curah
cairan jantung

P: Masalah belum teratasi


Intervensi dilanjutkan
- Monitor status
pernapasan
- Monitor tanda-
tanda vital
- Kolaborasi dalam
pemberian terapi

Selasa/30- Ketidakefektifan  Memantau status S: keluarga mengatakan MHS


10-2018 pola nafas pernafasan klien sesak nafas, keluarga
10.00WIB  Memberikan terapi mengatakan klien rewel
O2 O: klien tampak sesak
 Memonitor aliran Klien terpasang O2 1 liter
oksigen A: Ketidak efektifan pola
 Memonitor posisi nafas
perangkat P: Masalah belum teratasi
pemberian oksigen Intervensi dilanjutkan
 Memonitor - Monitor status
efektifitas terapi pernapasan
oksigen - Monitor pemberian
 Memonitor tanda- oksigen
tanda hipoventilasi - Kolaborasi dalam
induksi oksigen pemberian terapi
 Memonitor saturasi
oksigen
Selasa/30- Ketidak  berkolaborasi S: keluarga mengatakan MHS
10-2018 seimbangan dengan gizi klien tidak muntah setelah
10.00WIB nutrisi kurang pemberian nitrisi diberi ASI
dari kebutuhan  mengidentifikasi O: klien tampak lemah
tubuh alergi Klien terpasang NGT
 mencatat intake Intake : 30CC
dan output Output: 30 CC

A: ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
P: masalah belum teratasi
Intervensi dilanjutkan
-kolaborasi dalam
pemberian trapi
Pantau intake dan output
Rabu/31-10- Penurunan curah  Memantau status S : keluarga mengatakan MHS
2018 jantung hemodinamika klien masih lemah ,nafas
15.00  Memantau sesak
kehilangan cairan O: klien tampak lemah
(mual muntah, Klien tampak sesak nafas
diare) Klien tampak berada
 Memantau status dalam inkubator
pernapasan Klien terpasang O2 1 Liter
 Memberikan obat nasal kanul
sesuai resep HR: 129x/i
 Memberikan obat RR: 50x/i
melalui NGT Suhu: 36,5’C
 Memonitor status A:Penurunan curah
cairan jantung

P: Masalah belum teratasi


Intervensi dilanjutkan
- Monitor status
pernapasan
- Monitor tanda-
tanda vital
- Kolaborasi dalam
pemberian terapi

Rabu/31-10- Ketidakefektifan  Memantau status S: keluarga mengatakan MHS


2018 pola nafas pernafasan klien sesak nafas, keluarga
15.00  Memberikan terapi mengatakan klien rewel
O2 O: klien tampak sesak
 Memonitor aliran Klien terpasang O2 1 liter
oksigen A: Ketidak efektifan pola
 Memonitor posisi nafas
perangkat P: Masalah belum teratasi
pemberian oksigen Intervensi dilanjutkan
 Memonitor - Monitor status
efektifitas terapi pernapasan
oksigen - Monitor pemberian
 Memonitor tanda- oksigen
tanda hipoventilasi - Kolaborasi dalam
induksi oksigen pemberian terapi
 Memonitor saturasi
oksigen
Rabu/31-10- Ketidak  berkolaborasi S: keluarga mengatakan MHS
2018 seimbangan dengan gizi anak sudah tidak muntah
15.00 nutrisi kurang pemberian nitrisi ketika dibeli Asi melalui
dari kebutuhan  mengidentifikasi NGT
tubuh alergi O: klien tampak mulai
 mencatat intake ceria dan tidak rewel
dan output Intake : 45CC
Output: 35 CC
Klien terpasang NGT
A: ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
P: masalah nutrisi teratasi
Intervensi dihentikan

Kamis/31- Penurunan curah  Memantau status S : keluarga mengatakan MHS


10-2018 jantung hemodinamika klien masih lemah , sesak
15.00  Memantau O: klien tampak lemah
kehilangan cairan Klien tampak berada
(mual muntah, dalam inkubator
diare) Klien terpasang O2 1 Liter
 Memantau status nasal kanul
pernapasan HR: 120x/i
 Memberikan obat RR: 35x/i
sesuai resep Suhu: 36,6’C
 Memberikan obat A:Penurunan curah
melalui NGT jantung
 Memonitor status
cairan P: Masalah belum teratasi
Intervensi dilanjutkan
- Monitor status
pernapasan
- Monitor tanda-
tanda vital
- Kolaborasi dalam
pemberian terapi

Kamis/31- Ketidakefektifan  Memantau status S: keluarga mengatakan MHS


10-2018 pola nafas pernafasan klien sesak nafas, keluarga
15.00  Memberikan terapi mengatakan klien rewel
O2 O: klien tampak sesak
 Memonitor aliran Klien terpasang O2 1 liter
oksigen A: Ketidak efektifan pola
 Memonitor posisi nafas
perangkat P: Masalah belum teratasi
pemberian oksigen Intervensi dilanjutkan
 Memonitor - Monitor status
efektifitas terapi pernapasan
oksigen - Monitor pemberian
 Memonitor tanda- oksigen
tanda hipoventilasi - Kolaborasi dalam
induksi oksigen pemberian terapi
 Memonitor saturasi
oksigen
DAFTAR PUSTAKA

A. H. Markum. 2009. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit

Bulechek, G. 2013. Nursing Intervention Classification (nic), 6th Edition. Missouri:


Elsevier Mosby

Dyah, 2012. Perkembangan pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dan
Non-sianotik. Jakarta: EGC

Herdman, T.H (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: Definition & Classification
2018-2020. Jakarta: EGC

Moorhead, S. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of Health


Outcomes, 5th Edition. Missouri: Elsevier Saunder

Muttaqin, 2010. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

Ngastiyah. 2012. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta: EGC

Ontoseno, 2009. Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Jantung pada Anak. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai