Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KAJIAN PUSTAKA
tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit
antara lain teori tentang tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isi kurikulum
belajar. Adapun pengertian belajar yang dikemukakan para ahli adalah sebagai
berikut :
yang kompleks. Kompleks belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu
dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses.
2009: 17).
diidentifikasi, karena ini merupakan kencendrungan perilaku saja. Hal ini dapat
melakukan suatu perbuatan. Jadi kita dapat mengidentifikasi hasil belajar melalui
7
belajar, meskipun pada dirinya hanya ada perubahan dalam kecenderungan
melakukan kegiatan tersebut, begitu juga halnya juga dengan belajar. Untuk
menertibkan diri dalam belajar harus mempunyai prinsip belajar seperti yang kita
ketahui prinsip-prinsip belajar memang kompleks tetapi dapat juga dianalisis dan
diperinci dalam bentuk prinsip belajar atau azas belajar sebagaimana yang
going).
4. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan siswa sendiri yang
5. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan.
6. Proses belajar dan hasil belajar secara material dipengaruhi oleh perbedaan-
8. Proses belajar yang terbaik apabila siswa mengetahui status dan kemajuan.
8
9. Proses belajar yang terbaik apabila kesatuan fungsional dari berbagai
prosedur.
10. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat
13. Hasil-hasil belajar diterima oleh siswa apabila memberi kepuasan pada
15. Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan
16. Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat
Disamping itu, belajar bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi juga
untuk memperoleh ilmu pengetahuan atas hasil yang dicapai atau disebut prestasi.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa pengertian hasil belajar adalah hasil
9
Gagne (Jufri, 2013: 58) mengatakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan (performance) yang dapat teramati dalam diri seseorang dan disebut
dengan kapabilitas. Menurut Gagne, ada lima kategori kapabilitas manusia yaitu:
perbuatan belajar adalah merupakan hasil belajar, karena belajar pada dasarnya
dikerjakan biasanya dilakukan tes atau ulangan yang akhirnya dapat ditentukan
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen. Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang
lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan
siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (Rusman, 2011: 202-203).
10
untuk saling berinteraksi. Dalam system belajar yang kooperatif, siswa belajar
kerja sama dalam anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung
jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota
semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh
guru atau diarahkan oleh guru (Agus Suprijono, 2010: 54). Pembelajaran
kooperatif tidak sama dengan belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar
benar akan memungkin guru mengelolah kelas akan lebih efektif. Model
nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasih dengan sesama. (2). Pengetahuan, nilai
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok
bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada
lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan (Agus
Suprijono, 2010: 58 )
3. Interaksi promotif.
11
4. Komunikasi antar anggota.
5. Pemprosesan kelompok.
individual.
3. guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri.
khususnya dalam wujud imput dalam level individu. Disamping itu penerapan
yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solideritas yang
untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan
belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama. Fase
12
terakhir pembelajaran kooperatif meliputi persentasi hasil akhir kerja kelompok
atau evaluasi apa yang telah mereka pelajari dan member penghargaan terhadap
13
2.6 Metode Eksperimen
menguji sesuatu hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika variabel yang
dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam
suatu hipotesis, juga kondisi-kondisi yang akan dikontrol sudah tepat. Untuk
keberhasilan ini, maka setiap eksperimen harus dirancang dulu kemudian di uji
coba. Eksperimen dapat dikatakan dewa dalam pembelajaran fisika, karena esensi
fisika bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat fisis, dapat diukur, diamati, dan
kesempatan kepada peserta didik, baik perorangan atau kelompok untuk dilatih
melakukan suatu proses atau percoabaan. Dalam proses belajar mengajar, dengan
melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau
mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik
ilmu pengetahuan dan teknologi agar menghasilkan suatu produk yang dapat
14
dinikmati masyarakat secara aman dan dalam pembelajaran melibatkan siswa
dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu,
suatu percobaan, mengalami dan membuktikan sendiri apa yang dipelajari, serta
3. Guru membimbing;
4. Tempat dikondisikan;
7. Ada temuan-temuan.
mengamati sesuatu hal; (2) menguji hipotesis; (3) menemukan hasil percobaan;
(4) membuat kesimpulan (5) membangkitkan rasa ingin tahu siswa; dan (6)
15
pembelajaran IPA dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa, sikap ilmiah dapat
tujuan pembelajaran IPA dalam melakukan metode ilmiah dan sikap ilmiah siswa.
Dengan percobaan (eksperimen) melatih siswa untuk merekam semua data fakta
yang diperoleh melalui hasil pengamatan dan bukan data opini hasil rekayasa
pemikiran.
meningkatkan sikap ilmiah siswa. Dalam penemuan fakta dan data metode
observasi dari sebuah eksperimen mempunyai peranan yang sangat penting bagi
tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuwan
16
2. Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
menghilangkan verbalisme; Siswa lebih aktif berfikir dan berbuat Karena hal
itu sangat diharapkan dalam dunia pendidikan modern; dan siswa bisa
sebagai berikut:
waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran; serta
metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi
2. Kesalahan dan kekagagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam
metode ini cocok untuk sains dan teknologi, kurang tepat jika diterapkan pada
17
pelajaran lain terutama bidang ilmu pengetahuan sosial; Pada hal-hal tertentu
selalu ada. Dalam hal ini faktor keselamatan kerja harus diperhitungkan;
Metode ini memerlukan alat dan fasilitas yang lengkap jika kurang salah satu
yang dilakukan olah siswa. Hal ini berarti bahwa peran guru sangatlah penting
eksperimen.
18
2. Menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu siswa dengan
eksperimen
Alat-alat apa yang diperlukan; (b) Langkah-langkah apa yang harus ditempuh;
(c) Hal-hal apa yang harus dicatat; (d) Variabel-variabel mana yang harus
dikontrol;
tersebut; (b) Mengadakan tanya jawab tentang proses; (c) Melaksanakan teks
19
c. Memberikan pengarahan tentang petunjuk dan langkah-langkah kegiatan
secara tertulis.
keterampilan proses terpadu yang lebih kompleks. Seluruh keterampilan proses ini
1. Pengamatan (observasi)
menggunakan semua panca indera atau alat bantu yang merupakan pengembangan
berikut:
20
a. Mengidentifikasikan ciri-ciri suatu benda, misalnya warna, bentuk, ukuran
dengan menggunakan sebagian atau keseluruhan indera dan atau alat bantu.
peristiwa.
Para ahli meyakini bahwa di alam ini terdapat suatu hubungan sebab
akibat, untuk memahami adanya hubungan sebab akibat ini, salah satunya
dibuat atas dasar observasi dan inferensi yang tersusun menjadi suatu hubungan
tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan keuntungan suatu pola yang sudah
observasi.
3. Klasifikasi
21
objek-objek atau peristiwa atau informasi deretan kelompok menurut cara atau
sebagai berikut:
c. Membandingkan.
d. Mengontraskan.
4. Pengukuran (Measuring)
objek, berapa banyak ruang yang ditempati suatu objek. Proses pengukuran
yang sesuai.
5. Menyimpulkan (Inference)
Hasil observasi yang diperoleh merupakan fakta atau data atau pertanyaan-
pertanyaan berupa informasi yang sesuai mengenai objek. Fakta atau data yang
diperoleh dari hasil observasi seringkali memberikan suatu pola. Pola dari fakta
dapat ditafsirkan lebih lanjut menjadi suatu penjelasan yang logis. Penjelasan atau
interprestasi terhadap suatu data yang didasarkan atas hasil observasi ini disebut
22
pengetahuan yang telah dimiliki. Indrawati (1999: 8) menyatakan bahwa
6. Mengkomunikasikan
c. Mengubah data dalam bentuk tabel ke bentuk lainya misalnya grafik atau peta.
Keterampilan proses sains terpadu merupakan alat yang siap dipakai jika
1. Merumuskan masalah
23
2. Merumuskan hipotesis
pengaruh yang diramalkan akan memiliki suatu variabel terhadap variabel lain
sebelum melakukan penyelidikan dan dugaan sebagai patokan arah dalam mencari
3. Identifikasi Variabel
memahami apa yang disebut dengan variabel. Variabel adalah suatu yang dapat
tiga, yaitu:
a. Variabel manipulasi, adalah variabel yang sengaja diubah dan dapat secara
b. Variabel respon, adalah variabel yang harganya berubah sebagai akibat dari
c. Variabel kontrol, adalah variabel yang dijaga agar tidak mempengaruhi hasil
eksperimen.
24
4. Menentukan definisi operasional variabel
perumusan suatu definisi yang berdasarkan pada apa yang dilakukan atau apa
yang diamati, beberapa perilaku yang dikerjakan siswa dalam menentukan definisi
kongkrit.
kejadian.
5. Melakukan eksperimen
ilmu pengetahuan alam yang telah dipelajari sebelumnya. Suatu eksperimen dapat
1988: 130).
dalam menyusun atau mengorganisasikan informasi dengan cara yang efisien dan
mudah dibaca bentuk tabel. Menyusun tabel dari data yang dimiliki dapat berasal
25
7. Penarikan kesimpulan (Inference)
sesuai mengenai objek. Fakta atau data yang diperoleh dari hasil observasi sering
memberikan suatu pola. Pola dari fakta dapat ditafsirkan lebih lanjut menjadi
suatu penjelasan yang logis. Penjelasan atau interprestasi terhadap suatu data
didasarkan atas hasil observasi ini disebut “inference” atau “inferensi”, yang
semacam zat alir, yaitu zat yang mengalir dari suatu benda ke benda yang lain.
Kalor akan mengalir dari benda yang suhunya lebih tinggi ke banda yang suhunya
lebih rendah, jika kedua benda itu bercampur atau bersentuhan. Satuan kalor pada
masa itu dinyatakan dalam satuan kalori. Satu kalori didefinisikan sebagai
“banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan satu gram air sehingga
26
Teori kalor sebagai zat alir yang dikemukakan oleh Lavoisier banyak
mengalami tentangan antara lain dari Benyamin Thompson atau Count Rumford
logam. Teori zat alir tidak dapat menjelaskan kejadian ini dengan memuaskan.
gambar 2.1 :
Gambar 2.1
Alat Percobaan Joule
James Prescott Joule melakukan percobaan dengan cara mengaduk air
dengan menjatuhkan beban. Jika dua beban pada alat itu dijatuhkan dari suatu
ketinggian, maka beban akan bergerak dan menyebabkan pada (suhu-suhu) dalam
tangki berputar. Hal ini menyebabkan suhu air dalam tangki menjadi naik. Kalor
yang timbul karena energi potensial beban berubah menjadi energi kinetik dan
energi kinetik berubah menjadi energi kalor. Dari percobaan tersebut Joule
27
menyimpulkan bahwa perbandingan antara usaha yang dilakukan dan kalor yang
timbul merupakan bilangan tetap, yang besarnya 4,186 x 103, dibulatkan menjadi
Kalor merupakan suatu bentuk energi, maka satuan untuk kalor dalam SI
sama dengan satuan energi yaitu joule (J). Adapun kesetaraan antara satuan kalori
dengan joule, yaitu 1 kalori = 4,2 joule, atau 1 joule = 0,24 kalori (Irawan &
Sunardi, 2011: 140). Satu kalori dapat didefinisikan banyaknya kalor yang
diperlukan tiap 1 gram air, sehingga suhunya naik 1 oC. Sedangkan satu kilokalori
Kalor adalah bentuk energi yang secara alamiah berpindah dari benda yang
suhunya tinggi ke benda yang suhunya rendah ketika kedua benda disentuhkan
atau dicampur (Kanginan, 2002: 129). Kalor juga dapat berpindah dari suhu
rendah ke suhu yang lebih tinggi jika dibantu dengan alat, contohnya mesin
Suatu zat apabila diberi kalor terus menerus, maka dapat menyebabkan dua
kondisi dengan lingkungan disekitarnya (Winarsih dkk, 2008: 115). Suhu zat akan
28
berubah ketika zat tersebut melepaskan atau menerima kalor. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa kalor dapat mengubah suhu suatu benda.Kalor berhenti
mengalir ketika suhu kedua benda sudah sama (Kanginan, 2002: 129).
bahwa bila dua zat dicampur, maka kalor yang dimiliki oleh zat yang suhunya
lebih tinggi akan mengalir ke zat yang suhunya lebih rendah sehingga terjadi
keseimbangan energi (Irawan & Sunardi, 2011: 174). Pernyataan tersebut dikenal
Qlepas = Qterima
Hubungan antara banyaknya kalor dengan massa zat, kalor jenis zat dan
Q = m c ∆T .............................................................................. (2.1)
Keterangan :
29
Kalor jenis zat dapat di definisikan sebagai banyaknya kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1 oC atau 1 K. Kalor jenis air
adalah 4200 J/kg oC, itu berarti bahwa kalor yang diperlukan untuk menaikkan
suhu 1 kg air sebesar 1 oC adalah 4200 J (Kanginan, 2002: 135). Kalor jenis
berbagai zat ditunjukkan pada tabel dibawah ini (Winarsih dkk, 2008: 118)
Tabel 2.1
Kalor Jenis Berbagai Zat
No. Jenis Zat Kalor Jenis
Zat (J/kg oC)
1. Air 4200
2. Alkhol 2300
3. Aluminium 900
4. Baja 450
5. Besi 460
6. Emas 130
7. Es 2100
8. Gliserin 2400
9. Kaca 670
30
19. Timbal 130
kalor dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut (Irawan & Sunardi, 2011:
152):
C = m c .......................................................................................... (2.2)
Keterangan :
Suatu zat apabila diberi kalor terus menerus dan mencapai suhu maksimum,
maka zat akan mengalami perubahan wujud. Peristiwa ini juga berlaku jika suatu
zat melepaskan kalor terus menerus dan mencapai suhu minimumnya. Perubahan
wujud suatu zat akibat pengaruh kalor dapat digambarkan dalam skema berikut
31
Gambar 2.2
Skema Perubahan Wujud Zat
Keterangan :
1 = mencair/melebur 4 = mengembun
2 = membeku 5 = menyublim
3 = menguap 6 = mengkristal
1. Menguap
Penguapan adalah peristiwa perubahan wujud zat dari cair mejadi gas. Zat
cair menguap karena beberapa molekulnya bergerak lebih cepat daripada molekul-
menguap, zat cair memerlukan kalor (Kanginan, 2002: 139). Proses penguapan zat
cair dapat dipercepat dengan melakukan beberapa cara sebagai berikut (Kanginan,
2002: 140):
a) Memanaskan
b) Memperluas permukaan
32
c) Meniupkan udara diatas permukaan
Gambar 2.3
Cara mempercepat proses penguapan
2. Mendidih
Mendidih adalah peristiwa penguapan zat cair yang terjadi diseluruh bagian
zat cair tersebut(Winarsih dkk, 2008: 125). Irawan & Sunardi (2011: 159)
gelembung yang berisi uap air dan bergerak dari bawah ke atas dalam zat cair.
Suhu zat cair pada saat mendidih adalah tetap atau tidak berubah walaupun kalor
terus diberikan.Suhu tetap pada saat mendidihnya suatu zat dikatakan sebagai titik
didih. Pada air mendidih yang tidak lagi diberikan kalor maka air itu tidak akan
mendidih lagi dan suhunya turun, ini berarti suatu zat memerlukan kalor untuk
mendidih.
Kalor uap suatu zat adalah banyaknya kalor (dalam joule) yang diperlukan
untuk menguapkan 1 kg zat cair pada titik didihnya (Kanginan, 200: 143). Satuan
33
kalor uap adalah J/kg. Secara matematis kalor yang diperlukan untuk menguapkan
Q = m U .................................................................................. (2.3)
Uap yang didinginkan akan berubah bentuk menjadi zat cair, proses ini yang
kalor yang dilepaskan pada waktu mengembun sama dengan banyaknya kalor
yang diperlukan diperlukan waktu menguap dan suhu dimana zat mulai
mengembun sama dengan suhu dimana zat mulai menguap (Winarsih dkk, 2008:
127)
Titik didih dan kalor uap beberapa zat dapat dilihat pada tabel 2.2 (Irawan &
Tabel 2.2
Titik didih dan kalor uap beberapa zat
No. Jenis Zat Titik Didih Normal ( oC) Kalor Uap (J/kg)
1. Alkohol 78 1.100.000
34
6. Perak 2.193 2.336.000
pada permukaan air akan menurunkan titik didihnya (Irawan & Sunardi, 2011:
162). Titik didih suatu zat juga bisa dipengaruhi oleh pencampuran zat lain,
penambahan suatu zat dapat menaikkan titik didih (Irawan & Sunardi, 2011: 163).
Perubahan wujud zat dari padat menjadi cair disebut melebur, sedangkan
perubahan wujud zat dari cair menjadi padat disebut membeku (Irawan &
Sunardi, 2008: 164). Kanginan (2002: 148) menyatakan bahwa untuk melebur zat
memerlukan kalor, dan suhu zat tetap. Sebaliknya, untuk membeku zat
melepaskan kalor dan pada waktu membeku suhu zat tetap. Kalor yang diperlukan
untuk meleburkan 1 kg zat padat menjadi 1 kg zat cair pada titik leburnya
dinamakan kalor lebur. Sebaliknya, kalor yang dilepaskan pada waktu 1 kg zat
cair membeku menjadi 1 kg zat padat pada titik bekunya dinamakan kalor beku.
Besarnya kalor lebur dapat dirumuskan sebagai berikut (Kanginan, 2002: 149)
Q
L=m ......................................................................................... (2.4)
Keterangan :
35
L = kalor lebur (J/kg)
Titik lebur dan kalor lebur beberapa zat dapat dilihat pada tabel 2.3
Tabel 2.3
Titik Lebur dan Kalor Lebur Beberapa Zat
No. Jenis Zat Titik lebur ( oC) Kalor lebur (J/kg)
4. Es 0 336.000
suatu zat dapat menurunkan titik leburnya (Irawan &Sunardi, 2011: 170).Selain
itu, titik lebur juga bisa dipengaruhi oleh pencampuran zat lain,penambahan zat
lain pada suatu zat dapat menurunkan titik lebur zat tersebut (Irawan & Sunardi,
2011: 172).
Menyublim yaitu peristiwa perubahan wujud zat padat menjadi gas. Saat
juga mendeposisi merupakan peristiwa perubahan wujud zat dari gas menjadi
36
padat (Sugiyarto & Ismawati, 2008: 104). Pada proses pengkristalan zat
Kalor dapat berpindah dari satu tempat ketempat lain dengan tiga cara, yaitu
konduksi atau hantaran, konveksi atau aliran, dan radiasi atau pancaran (Sugiyarto
Berdasarkan daya hantar kalor, benda dibedakan menjadi dua (Sugiyarto &
a. Konduktor
Konduktor adalah zat yang memiliki daya hantar kalor baik. Contoh : besi,
b. Isolator
Isolator adalah zat yang memiliki daya hantar kalor kurang baik. Contoh :
sifat isolator dalam kehidupan sehari-hari berupa pegangan panci, solder listerik,
37
Gambar 2.4
Solder listrik
Gambar 2.5
Setrika listrik
2. Konveksi atau aliran
Konveksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan
partikel-partikel zat tersebut (Sugiyarto & Ismawati, 2008: 113). Konveksi terjadi
karena perbedaan massa jenis zat. Konveksi udara dimanfaatkan oleh nelayan
untuk berlayar mencari ikan. Nelayan berangkat pada malam hari saat terjadi
angin darat, dan pulang pada siang hari saat terjadi angin laut.
Angin laut terjadi pada saat udara bergerak dari laut ke darat. Pada saat
siang hari tanah lebih cepat menjadi panas daripada laut, sehingga udara diatas
daratan lebih panas daripada udara diatas laut, sehingga udara panas didaratan
akan naik dan tempatnya akan digantikan oleh udara dingin dari permukaan laut
(Irawan & Sunardi, 2011: 181). Angin darat terjadi pada saat udara bergerak dari
darat ke laut. Pada saat malam hari, tanah lebih cepat dingin daripada laut,
sehingga udara diatas daratan lebih dingin daripada udara diatas laut dan udara
panas diatas laut naik dan tempatnya digantikan oleh udara dingin dari daratan
38
Gambar 2.6 Gambar 2.7
Skema angin darat Skema angin laut
3. Radiasi atau Pancaran
Radiasi atau pancaran adalah perpindahan kalor yang tidak memerlukan zat
perantara (medium), sehingga radiasi dapat terjadi dalam ruang hampa (vakum)
(Irawan & Sunardi, 2011: 182). Permukaan benda hitam, kusam, dan kasar
merupakan pemancar dan penyerap kalor yang baik. Sedangkan permukaan benda
putih, mengkilap dan halus merupakan pemancar dan penyerap kalor yang buruk
Gambar 2.8
Contoh peristiwa radiasi
39
BAB III
METODE PENELITIAN
dikenakan pada subjek selidik (Suharsimi Arikunto, 2005: 207). Penelitian ini
adalah penelitian yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok
pembanding dan menggunakan tes awal sehingga besarnya efek dari eksperimen
dengan metode eksperimen pada materi pokok kalor di kelas VII semester I SMP
Negeri 8 Palangka Raya. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah one group pretest posttest design (Suharsimi Arikunto, 2005: 212)
40
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
penelitian ini adalah seluruh kelas VII Semester I SMP Negeri 8 Palangka Raya
Tahun Ajaran 2015/2016 yang terdiri dari 8 kelas dengan jumlah orang siswa.
Tabel 3.1
Sebaran populasi kelas VII SMPN-8 Palangka Raya
Kelas VII-1 VII-2 VII-3 VII-4 VII-5 VII-6 VII-7 VII-8 VII-9
Jumlah 38 38 37 37 38 38 38 38 37
Siswa
Sumber : Tata Usaha SMPN-8 Palangka Raya Tahun Ajaran 2014/2015
kelasnya homogen yaitu dengan melakukan undian terhadap semua kelas populasi
yang akan dijadikan sebagai kelas sampel.Setelah diundi kelas yang terpilih
41
4. Membuat instrumen penelitian
oleh peneliti.
berupa THB dengan soal pilihan ganda sebagai alat evaluasi yang bertujuan
kalor.
siswa, yang diamati oleh empat orang pengamat yang sudah dilatih. Setiap
sebagai berikut:
42
2. Menganalisis hasil belajar kognitif untuk menghitung seberapa besar
kalor.
1. Tes keterampilan proses sains dalam bentuk tes kinerja yaitu dengan
menganalisis data dan menarik kesimpulan. Tes ini dilakukan setelah semua
eksperimen pada materi kalor selesai yang diisi oleh 4 orang pengamat.
2. THB disusun dengan mengacu kepada silabus KTSP SMPN-8 Palangka Raya
Tahun Ajaran 2015/2016. THB berupa tes objektif dalam bentuk pilihan
mendapat skor 1 dan item yang dijawab salah mendapat skor 0. Adapun kisi-
43
Table 3.2
Kisi-kisi Tes Hasil Belajar (THB) Untuk Uji Coba
Indikator No Jawaban
Tujuan Pembelajaran Khusus Aspek
Soal Soal
3. Menyebutkan pengertian C1 4 A
kalor jenis zat
4. Menyebutkan pengertian C1 5 A
kapasitas kalor
5. Mengemukakan benda C2 6 B
yang cepat menerima
kalor dalam kehidupan
sehari-hari
44
yang dapat 9. Menyebutkan faktor- C1 13,14, B,C,C
mempercepat faktor yang dapat
penguapan mempercepat penguapan 15
45
perpindahan dalam kehidupan sehari-
kalor untuk hari
menyelesaikan
masalah fisika 22. Menentukan benda-benda C3 29,30 C,A
yang berhubungan dengan
pemanfaatan kalor
Instrumen penelitian yang di uji coba adalah THB, berupa tes soal-soal
pilihan ganda dengan jumlah 30 soal dengan 4 pilihan jawaban. Uji coba
dilakukan dikelas VII SMPN-8 Palangka Raya yang telah menerima materi kalor.
Uji coba penelitian ini meliputi validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya
pembeda instrumen.
Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang
M p Mt p
r pbis
St q ………………..........………..……(3.1)
Keterangan :
Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
46
St = Standar deviasi skor total
Tabel 3.3
Kriteria Validitas Instrumen
Koefisien Validasi Kriteria
Sangat rendah
Antara 0,00 sampai dengan 0,200
mempunyai taraf suatu kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan
hasil yang tetap (Suharsimi Arikunto, 2012: 100). Untuk menguji reliabilitas
n M (n - M)
r11 1 ……….…..…………...................… (3.3)
n - 1 nS12
Keterangan:
n = Banyaknya item
47
St2 = Varian total
Tabel 3.4
Kriteria Reliabilitas
Reliabilitas Kriteria
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks
B
P ……………………………………........................……. (3.4)
JS
Keterangan:
P = Taraf kesukaran
Klasifikasi indeks kesukaran pada tabel dibawah ini (Suharsimi, 2012: 225) :
48
Tabel 3.5
Klasifikasi indeks kesukaran
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
B A BB
D = PA - PB .......…...........…………………….……..….. (3.5)
JA JB
Keterangan:
D = daya pembeda
49
BA
PA = = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (P adalah
JA
indeks kesukaran)
bergantung dari nilai daya pembeda suatu instrumen. Suharsimi (2008: 218)
mengatakan butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai
nilai daya pembeda 0,4 sampai 0,7. Kriteria daya pembeda diklasifikasikan pada
Tabel 3.6
Klasifikasi Daya Pembeda
Klasifikasi Daya Pembeda Kriteria
disampaikan
50
3.9 Teknik Analisis Data
proses sains siswa dan dianalisis dengan menjumlahkan skor dari tiap aspek yang
diamati. Jumlah skor yang diperoleh tiap siswa dideskripsikan menurut kategori,
sebagai berikut:
Data tes hasil belajar siswa digunakan untuk mengetahui ketuntasan hasil
eksperimen pada materi kalor. Perhitungan ketuntasan hasil belajar siswa pada
a. Ketuntasan Individu
jawaban benar siswa ≥ 70% yaitu ketuntasan yang ditetapkan sekolah SMP Negeri
51
menggunakan persamaan sebagai berikut (Trianto, 2010: 241)
T
KB = [T ] × 100% …………………………………………………….(3.6)
1
Keterangan:
KB = ketuntasan belajar
b. Ketuntasan klasikal
Ketuntasan secara klasikal dikatakan tuntas jika ≥ 85% individu yang tuntas
dari jumlah siswa yang berada di kelas tersebut. Rumus persentasi (P) adalah
Keterangan :
Suatu TPK dikatakan tuntas apabila persentase (P) siswa yang mencapai
TPK tersebut ≥ 70%. Untuk jumlah siswa sebanyak N orang, rumus persentasenya
Keterangan : P = persentase
52