Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satuu tugas perkembangan yang harus dicapai pada periode anak
adalah memiliki seperangkat nilai atau sistem etis untuk menadi pedoman dalam
bertingkah laku dalam menjalani kehidupan di masyarakat. Selama usia anak-anak,
pengusaha moral anak mulai diperhatikan secara berangsur-angsur mereka mulai
menguasai dan meyakini nilai-nilai yang bersifat universal. Nilai-nilai yang dimiliki
sebagai seorang anak membimbing cara berinteraksi dengan orang lain, dan dalam
menghadapi berbagai polemik kehidupan, sehingga memungkinkan anak menjalani
kehidupan secara seimbang dan tentram. Tercapainya perkembangan moral
memberi arti bagi peningkatan sosialisasi sehingga anak benar-benar siap
memasuki kehidupan dewasa atau remajanya.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian moral ?


2. Bagaimana perkembangan sosial bagi anak di sekolah dasar ?
3. Bagaimana peran gender pada anak usia SD ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian moral


2. Untuk mengetahui perkembangan sosial bagi anak di sekolah dasar
3. Untuk mengetahui perkembangan gender pada anak di usia SD
BAB II

PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN MORAL DAN SOSIAL PADA ANAK SEKOLAH DASAR

A. Pengertian Moral
Moral berasal dari bahasa latin: mores berarti tata krama atau kebiasaan. Perilaku moral di
kendalikan oleh konsep moral yakni aturan aturan dalam bertingkah lak, dimana anggota masyarakat
berperilaku sesuai dengan pola perilaku yang diharapkan oleh masyarakatnya, sedangkan perilaku
immoral merupakan perilaku yang gagal menyesuaikan pada harapan sosial. Perilaku tersebut tidak
dapat di terima oleh norma norma sosial. Perilaku unmoral adalah perilaku yang tidak menghiraukan
harapan dari kelompok sosialnya.

B.

 Apa perbedaan antara moral, etika, dan akhlak…?


 Moral adl suatu keyakinan tentang benar-salah, baik-buruk, yang sesuai
dengan kesepakatan sosial, yg mendasari tindakan.
 Benarkah, semakin baik kemampuan berpikir/kecerdasan anak, maka anak
itu memiliki perkembangan moral yang baik pula…?

Pertimbangan Moral dan Isi Pertimbangan Moral

 Pilihan untuk mengerjakan tugas bermain ð ISI PERTIMBANGAN MORAL.


 Alasan anak memilih alternatif yang ada ð PERTIMBANGAN MORAL.

“Ajarkan kepada anak mana yg BAIK dan SALAH, jangan pilihkan perilaku yang
akan dilakukan.”
Pendukung Dalam Mempelajari Moral

 MENGABAIKAN. Abaikan jika anak mengiba/ingin diperhatikan padahal dia


melakukan kesalahan.
 MENCONTOHKAN. Ini adalah cara pemberian pelajaran moral paling
EFEKTIF.
 MEMBIARKAN. Membiarkan, sabar, tenang, tidak kesal, selama itu tidak
membahayakan. Agar anak DAPAT MENILAI akibat tingkah lakunya sendiri.
 MENGALIHKAN PERHATIAN. Mengalihkan ke permainan lain, ke perhatian
lain, atau menghentikannya.

Elemen Yang Berhubungan Dengan Moral

 PERAN HARAPAN SOSIAL. Dengan banyak KEGIATAN SOSIAL, anak


memiliki banyak HARAPAN SOSIAL.
 PERAN HATI NURANI (KATA HATI)
 PERAN RASA SALAH DAN MALU. RASA SALAH: pengakuan adanya
pelanggaran terhadap yang diyakini dan seharusnya ia patuhi. Contoh: anak
yang merasa salah setelah adiknya terjatuh karena tidak diajak
bermain. RASA MALU: perasaan tidak menyenangkan karena mendapat
respon negatif. Contoh: anak yang ketahuan berbohong karena dia tidak bisa
berenang.
 PERAN BERINTERAKSI SOSIAL. BERGUNA UNTUK: (1) Memberi standar
perilaku; (2) Memotivasi mengembangkan perilaku; dan (3) Belajar dievaluasi
orang lain.

Hambatan Dalam Mempelajari Moral

 TINGKAT INTELEGENSI
 CARA PENGAJARAN

Tidak Boleh Vs Harus


Gunakan kalimat POSITIF, hindari kalimat NEGATIF. Contoh: Dari pada
mengatakan “TIDAK BOLEH MALAS” lebih baik mengatakan “HARUS RAJIN
BELAJAR.”
Komitmen dan Kesabaran, karena pendidikan moral membutuhkan waktu yg sangat
lama.

 PERUBAHAN NILAI SOSIAL. Perubahan nilai sosial di daerah lain akan


merubah nilai moral anak.
 NILAI MORAL YANG BERBEDA. Misal: kadang orangtua “LUPA” memberi
teladan apa yang ia ajarkan kepada anak.
 NILAI BERBEDA PADA SITUASI BERBEDA. Misal: anak boleh menyuruh
mengasuhnya mengambilkan bola. “Tapi kenapa nggak boleh menyuruh
gurunya?”
 KONFLIK DGN LINGKUNGAN SOSIAL. Misal: yang diajarkan di rumah
berlawanan dgn yang diajarkan di sekolah.

Jujur Vs Bohong

 Jangan ajarkan: “BERBOHONG YG DIMAKLUMI” Namun, ajarkan: “TIDAK


BERBOHONG TAPI TIDAK MENGATAKAN SEMUA.”
 Bentuk Bohong:

– Memutar balik keadaan


– Melebih-lebihkan
– Membual
– Melempar kesalahan ke orang lain

 Apa yang pertama Anda lakukan jika anak berbohong…?

Disiplin

 DISIPLIN tidak identik dengan HUKUMAN.


 Sebaiknya, anak melakukan harapan dengan KESADARANNYA SENDIRI,
bukan karena ingin IMBALAN atau takut HUKUMAN.
Syarat Disiplin

 PERATURAN sebagai batasan perilaku.


 Buat peraturan dengan cara DISKUSI.
 Syarat Peraturan:

– Mudah diingat
– Mudah dimengerti
– Mudah diterima
– Mudah dilaksanakan anak.

 KONSEKUENSI berhubungan dengan PELAKSANAAN


PERATURAN, HUKUMAN, dan PENGHARGAAN.
 Penerapan KONSEKUENSI harus KONSISTEN, jangan ‘PLIN-PLAN’
 SYARAT HUKUMAN

– Sesuaikan pelanggaran dan segera laksanakan.


– Harus konsisten, hindari kasihan.
– Ingat, hukum perilaku anak, bukan pribadi anak.
– Mengembangkan hati nurani.
– Sertakan penjelasan.***

 FUNGSI PENGHARGAAN: alat MENDIDIK, MEMOTIVASI, dan


PENGUATAN.
 Penerapan penghargaan:

– Pelukan, ciuman, sentuhan


– Pujian
– Hadiah
– Perlakuan istimewa.
PENYESUAIAN DIRI DAN PENERIMAAN SOSIAL PADA USIA SD

 PERKEMBANGAN SOSIAL adalah kemampuan untuk berperilaku sesuai


dengan harapan kelompok sosialnya.
 PROSES PERKEMBANGAN SOSIAL

– Belajar untuk bertingkah laku sesuai dengan norma yang berlaku.


– Anak membutuhkan teman dekat (kelompok sebaya).
– Anak akan meniru perilaku kelompoknya. Setiap teman memiliki keunikan
sendiri.

 TIGA KATA AJAIB BERSOSIALISASI (TTM)

– Tolong
– Terima kasih
– Maaf

 POLA TINGKAH LAKU KELOMPOK SEBAYA


– Anak cenderung mengikuti kelompok sebayanya, ketimbang orang tua maupun
gurunya.
– Terlalu peka/ sensitif.
– Mudah terpengaruh teman lain.
– Persaingan (baik persaingan antar anggota kelompok, kelompok dengan
kelompok lain, kelompok dengan masyarakat).
– Hubungan yang baik.
– Bertanggung jawab.
– Kesadaran sosial (empati).
– Diskriminasi sosial.
Hal-hal negatif bisa juga terjadi, misalnya gejala bullying (tingkah laku agresif yang
direncanakan untuk menyebabkan ketidak-nyamanan orang lain), seperti Geng.
PERKEMBANGAN PERAN GENDER PADA ANAK USIA SD

 IDENTITAS GENDER adalah perasaan menjadi laki-laki atau perempuan


(mulai 3 tahun).
 PERAN GENDER adalah bagaimana laki-laki atau perempuan berpikir,
bertingkah laku, dan merasakan.
 STEREOTYPE GENDER adalah keyakinan tentang karakteristik yang sesuai
menjadi perempuan dan laki-laki.
 Yang mempengaruhi peran gender adalah:

– Pengaruh orang tua.


– Pengaruh kelompok sebaya.
– Pengaruh guru.
– Pengaruh media.

 “Hendaknya menghargai apapun yang dilakukan anak bukan karena laki-laki


atau perempuan.”

UNGKAPAN

 “Bila seseorang membuat anda tidak nyaman, ikuti kata hati. Ajarkan anak
anda untuk mempercayai nurani mereka juga dengan cara mendengarkan
kata hati dan menghargai perasaannya.”
 “Cara terbaik dalam menasihati anak-anakmu adalah mencari tahu apa yang
mereka inginkan dan lalu nasehatilah mereka bagaimana melakukannya.”
(Harry S. Truman)

HAKIKAT BELAJAR ANAK SD DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Tujuan Tutorial adalah memahami:

 Pengertian belajar anak SD


 Prinsip-prinsip belajar
 Faktor yang mempengaruhi belajar dan hasil belajar
 Kesulitan Belajar
Masalah Proses Belajar

 Masalah belajar selama ini bersifat: FORMALISTIK, SENTRALISTIK,


dan BIROKRATIK.
 Belajar adalah PROSES, bukan HASIL.
 Belajar tidak dibatasi TEMPAT, WAKTU, dan SUBYEK.

Pengertian Belajar Anak SD

 Belajar adalah PERUBAHAN PERLAKU akibat dari suatu PENGALAMAN.


 Karakteristik belajar, yaitu:

1. INTENSIONAL: perubahan yang bertujuan, disengaja dan disadari, bukan


kebetulan.
2. POSITIF: perubahan menuju ke arah yang lebih baik.
3. HASIL DARI PENGALAMAN: karena dia aktif belajar, bukan karena ‘instan’.
4. EFEKTIF: berguna untuk memecahkan masalah.

 MENGAJAR berbeda dengan PEMBELAJARAN.


 Belajar harus melibatkan semua aspek: FISIOLOGIS, INTELEKTUAL,
SOSIAL, EMOSIONAL, dan MORAL.
 Ungkapan: “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari
esok lebih baik dari hari ini, maka ia adalah orang yang beruntung. Dan
sebaliknya.”

Prinsip-prinsip Belajar

 Belajar harus membantu perkembangan optimal individu sebagai manusia


utuh.
 Belajar sebagai proses terpadu harus memposisikan anak sebagai titik
sentral.
 Aktivitas pembelajaran harus membuat anak terlibat sepenuh hati (senang).
 Belajar tidak hanya dilakukan secara individual dan kompetitif, melainkan
secara kooperatif.
 Belajar harus dilakukan terus-menerus (berulang-ulang). *Pembiasaan =
Dibiasakan – Terbiasa – Kebiasaan.

 Belajar harus memberi kesempatan siswa untuk maju berkelanjutan sesuai


dengan potensi.
 Belajar memerlukan dukungan fasilitas dan kebijakan yang kondusif.
 Belajar bidang studi harus dilakukan secara terpadu.
 Belajar harus menjalin hubungan yang baik antara sekolah, keluarga dan
masyarakat.

Faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Hasil Belajar

 Faktor ANAK: usia, kondisi kesehatan fisik, kecerdasan, bakat, minat,


motivasi, dsb.
 Faktor GURU: kompetensi paedagogik, professional, social, dan personal.
 Faktor TUJUAN: membuat perencanaan yang matang.
 Faktor BAHAN BELAJAR: sesuai dengan SK, KD, dan indikator tujuan serta
alokasi waktu.
 Faktor EKONOMIS dan ADMINISTRATIF: terkait dengan fasilitas dan
sarana/prasarana.

Kesulitan Belajar

 Kesulitan belajar adalah ketidak-mampuan anak dalam mencapai taraf hasil


belajar yang sudah ditentukan dalam batas waktu yang telah ditetapkan
dalam program kegiatan belajar, sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Kriteria dan Gejala Kesulitan Belajar

 Nilai hasil belajar di bawah rata-rata kelas


 Nilai hasil belajar tidak sesuai dengan nilai dikelas sebelumnya
 Nilai hasil belajar tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya
 Lambat dalam mengerjakan tugas-tugas
 Bersikap kurang wajar (acuh, menentang/melawan guru, berpura-pura,
bohong, dsb)
 Bertingkah laku bekelainan (membolos, terlambat, mengganggu, tidak mau
mencatat, dsb)
 Emosional yang kurang wajar (murung, pemarah, tersinggungan, tidak
gembira, dsb)

Penyebab Kesulitan Belajar

 Faktor STIMULUS/PENGALAMAN BELAJAR (metode dan fasilitas/interaksi)


 Faktor INDIVIDU SISWA (karakteristik pribadi dan kondisi psikofisik)
 Faktor RESPON (kognitif, afektif, dan psikomotor).

Penanganan Kesulitan Belajar

 Selalu mengubah strategi mengajar baru agar anak tidak cepat bosan
 Utamakan ketekunan anak dalam mengerjakan sesuatu daripada kecepatan
menyelesaikan
 Selalu menggunakan media untuk menjelaskan materi pembelajaran
 Terus mengulang-ulang tema pembelajaran yang sulit
 Tempatkan siswa jauh dari jendela, pintu atau hal lain yang menarik
perhatiannya
 Kurangi gangguan visual, benda bergerak, dsb.
 Selalu melibatkan anak secara aktif dalam proses pembelajaran.

Yang perlu dihidari

 Campur tangan yang berlebihan


 Kelenyapan
 Ketidak tepatan memulai dan mengahiri kegiatan
 Penyimpangan
 Bertele-tele (mengulang-ulangi, memperpanjang penjelasan, atau mengubah
teguran menjadi ocehan yang panjang).
Ungkapan

 “Saya menemukan 4 jenis siswa: Pertama, si dungu yang tetap dungu.


Kedua, si dungu yang menjadi bijak. Ketiga, si bijak yang menjadi
dungu. Keempat, si bijak yang tetap bijak.” (Martin H. Fischer)
 “Kau dapat mengajarkan sebuah pelajaran pada seorang siswa selama
sehari; tapi jika kau mengajarinya belajar dengan menciptakan keingintahuan,
dia akan lanjutkan proses belajarnya selama dia masih hidup.” (Clay P.
Bedford)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN ANAK SD

Tujuan Tutorial adalah memahami:

 Pendekatan pembelajaran holistik dan konstruktivisme


 Pendekatan belajar experience learning dan multiple intelegence
 Pengembangan pendidikan anak di SD
 Inovasi pendidikan di SD

Pendekatan Holistik (Terpadu)

 Obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang oleh individu sebagai suatu
keseluruhan yang terorganisir, bukan jumlah bagian-bagian.
 Hasil pembelajaran tidak dilihat dampaknya dari satu aspek saja, melainkan
harus dari seluruh aspek yaitu fisik, sosial, kognitif, emosi, moral, dan
kepribadian secara utuh.
 Aplikasi pendekatan holistik di SD:

1. Wawasan pengetahuan yang mendalam (insight), yaitu keterkaitan antar


unsur dan memecahkan masalah.
2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning). Misal: makna mengapa
harus sehat, dan pengaruhnya terhadap keberhasilan, atau makna dibalik
musibah (takdir).
3. Perilaku yang bertujuan (purpusive behavior), guru sampaikan tujuan
pembelajaran.
4. Prinsip ruang hidup (life space). Materi harus terkait dengan kondisi
lingkungan (CTL).
5. Transfer dalam pembelajaran, yaitu penerapan pada situasi/daerah lain yang
berbeda.

 Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Pembelajaran berfungsi membantu perkembangan individu.


2. Pembelajaran merupakan proses pengalaman yang menjadikan anak sebagai
pusat.
3. Pembelajaran memberikan ruang gerak kepada siswa secara aktif dan
intensif.
4. Pembelajaran menempatkan individu pada posisi terhormat.
5. Harus terus belajar tanpa terbatas ruang, waktu, dan guru.
6. Pembelajaran adl proses menciptakan lingkungan dan suasana kondusif.
7. Pembelajaran bidang studi yang tak terpisah (terpadu).
8. Adanya hubungan keluarga, sekolah, dan lingkungan.

Pendekatan Konstruktivisme

 Banyak anak yang salah paham/salah mengerti ketika menyimak penjelasan


guru.
 Sebuah pepatah menyebutkan: I hear I forget, I see I Know, I do I
Understand.
 De Porter mengungkapkan manusia dapat menyerap suatu materi
sebanyak: 10% yang dibacanya, 20%yang didengarnya, 30% yang
dilihatnya, 50% dari apa yang didengar dan dilihat, 70% dari apa yang
dikerjakan.

 Pendekatan konstruktivisme adalah individu membentuk sendiri


pengetahuannya.
 Pengetahuan adalah konstruksi kognitif terhadap obyek, pengalaman, dan
lingkungan.
 Pengetahuan bukan barang yang dapat dipindah dari guru kepada siswa.
 Konstruktifisme dibedakan atas 3 level:

1. Konstruktivisme radikal (pengetahuan adl yang dikonstruksi oleh pikiran kita,


bukan representasi kenyataan).
2. Realisme hipotesis (pengetahuan adl hipotesis yang terus berkembang).
3. Konstruktifisme biasa (pengetahuan dibentuk dari kenyataan).

 Aplikasi pendekatan konstruktifisme di SD:

1. Tidak hanya pada segi pencapaian prestasi belajar (nilai angka).


2. Topik yang dipelajari dapat berdasarkan pengalaman anak sendiri.
3. Metode pembelajaran harus berorientasi pada anak dan menyenangkan.
4. Kesempatan anak untuk bermain dan bekerja sama lebih diprioritaskan.
5. Materi pembelajaran diambil dari bahan yang konkrit.
6. Membawa implikasi (dampak perubahan) terhadap guru.

Pendekatan Experience Learning

 Experience adalah guru terbaik.


 Pendekatan Experience Learning adalah proses pembelajaran dimana anak
langsung berinteraksi secara langsung dengan realitas yang dipelajari.
 Contoh: anak yang belajar menanam, menyirami, dan memupuk tanaman
sendiri.
 “ANAK-ANAK LEBIH BUTUH CONTOH DARIPADA KRITIK.”

Pendekatan Multiple Intelegence

 Masalah: Seringkali ada anggapan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan


matematis (logic smart) telah mewakili sosok pintar. Padahal sudah banyak
contoh melalui siswa yang terkenal nakal atau malas di kelas seperti Thomas
Alva Edison, justru lebih sukses dan terkenal ketimbang rekannya yg menjadi
idola seperti John Lennon.
 Multiple Intelegence merupakan kecerdasan yang terbawa sejak lahir dan
tidak dapat dibentuk (Profesor Howard Gardner).
 Kecerdasan majemuk lahir sebagai sebuah pembuktian bahwa kecerdasan
itu tidaklah tunggal (IQ) saja, tetapi kecerdasan itu berwujud majemuk.
 Macam-macam Multiple Intelegence:

Bahasa
– Kemampuan untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis
maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda.
– Anak cenderung memiliki daya ingat yang kuat, misalnya terhadap nama-nama
orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang sifatnya detail.
– Tokoh: William Shakespeare, Martin Luther King, Soekarno, Putu Wijaya, Taufiq
Ismail. Mereka para jurnalis hebat, ahli bahasa, sastrawan, dan orator.
Matematika-logika
– Kemampuan dalam berpikir secara induktif/deduktif, menurut aturan logika,
memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah
dengan menggunakan kemampuan berpikir.
– Anak menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam
menyelesaikan problem matematika. Dan permainan, seperti catur dan bermain
teka-teki.
– Contoh tokoh: Madame Currie, Blaise Pascal, B.J. Habibie.
Pemahaman ruang
– Kemampuan memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan
ruang.
– Cenderung menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan
untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi.
– Contoh tokoh: Picasso, Walt Disney, Garin Nugroho.
Kinestetik
– Kemampuan untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh
tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah.
– Anak akan lebih unggul pada cabang-cabang olahraga.
– Contoh tokoh: Michael Jordan, Martha Graham (penari balet), Susi Susanti.
Musikal
– Kemampuan untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di
sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan irama.
– Anak cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah.
– Contoh tokoh: Stevie Wonder, Melly Goeslow, Titik Puspa.
Interpersonal/sosial
– Kemampuan untuk peka terhadap perasaan orang lain.
– Anak cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain.
– Contoh tokoh: Abraham Lincoln dan Mahatma Gadhi memanfaatkan kecerdasan
ini untuk mengubah dunia.
Intrapersonal
– Kemampuan untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu
untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya
sendiri. “Bukan ADA APA DENGANMU, tapi ADA APA DENGANKU”
– Cenderung menyukai kesunyian, kesendirian, dan merenung.
– Contoh: para pemimpin keagamaan dan para psikolog.
Naturalis
– Kemampuan untuk peka terhadap lingkungan alam.
Ungkapan

 “Anak-anak tidak pernah baik dalam mendengarkan orang yang lebih tua.
Namun anak-anak tidak pernah gagal dalam meniru orang yang lebih tua.”
 “Anak-anakmu lebih butuh kehadiranmu daripada hadiahmu.”

PENGEMBANGAN DAN INOVASI PENDIDIKAN SD

Pengembangan Pendidikan Anak di SD

 SD secara horizontal (melebar) bertujuan agar pendidikan mampu


menjangkau semua anak berusia SD tanpa terkecuali.
 Setiap SD dituntut menggunakan strategi yang berbeda-beda sesuai dengan
daerahnya.
 Rumpun pendidikan SD Konvensional

1. SD Biasa (fasilitas, guru, siswa yang lengkap; kurikulum nasional, sesuai


kalender pend.)
2. SD Kecil (wilayah terpencil: 3 ruangan, 2 guru, kurikulum lokal, modul).
3. SD Pamong (menyesuaikan kondisi anak dan orang tua, untuk anak
putus/tidak sekolah).

 Rumpun SD Luar Biasa

1. SDLB (untuk anak ABK)


2. SLB (SLB Pembina dan SLB bukan pembina; pengelompokan ABK per
kelas).
3. SD Terpadu (terpadu antara ABK dan anak normal: inklusif)

 Rumpun Pendidikan Luar Sekolah. Paket A dan Ujian Persamaan SD


 Rumpun Sekolah Keagamaan

1. MI
2. Pondok pesantren (Madrasah Diniyah)

Inovasi Pendidikan di SD

 Inovasi adalah suatu upaya yang sengaja dilakukan untuk memperbaiki


praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh.
 Contoh Inovai Pendidikan SD:

1. KTSP, yang guru menentukan indikator sendiri dan Mulok sesuai dengan ciri
khas daerah.
2. Quantum Learning, kekuatan anak disesuaikan dengan masalah di
lingkungannya.
 Model Perencanaan Inovasi Pendidikan Proaktif dan Interaktif (MOPOPPI),
meliputi urutan:

1. Merumuskan tujuan
2. Mengidentifikasi masalah
3. Menentukan kebutuhan
4. Mengidentifikasi pendukung dan penghambat
5. Menentukan alternatif kegiatan, pemecahan masalah, pendayagunaan yang
ada
6. Menentukan kriteria pemilihan alternatif
7. Pengambilan keputusan
8. Menentukan kriteria penilaian hasil inovasi.

KONVENSI HAK ANAK (KHA)

Tujuan Tutorial adalah memahami:

 Konvensi anak
 Latar belakang konvensi anak

Pengertian Konvensi Hak Anak

 Konvensi adalah perjanjian di antara beberapa negara (hukum internasional).


 Hak adalah Hak Asasi Manusia.
 Hak anak yaitu:

1. Segala yang melekat pada anak sejak lahir (fisik dan psikologis).
2. Segala sesuatu yang menimbulkan kewajiban terhadap orang lain.

 Kewajiban anak yaitu:

1. Menghormati hak anak-anak lain.


2. Menghormati orang tua dan guru, sekalipun mereka ada kekurangan.**
3. Belajar sepanjang hayat untuk masa depan.

 Anak adalah setiap orang di bawah usia 18 tahun, kecuali undang-undang


nasional menetapkan umur yang berbeda.

Latar Belakang KHA

 1923 Eglantine Jebb membuat rancangan Deklarasi Hak Anak.


 1924 Deklarasi Hak Anak diadopsi oleh Liga Bangsa-bangsa.
 1948 Majelis Umum PBB mengadopsi Deklarasi Hak Asasi Manusia.
 1945 PBB dibentuk.
 1959 PBB mengadopsi Hak Anak untuk kedua kalinya.
 1979 Tahun Anak Internasional
 1989 Konvensi Hak Anak diadopsi oleh Umum PBB
 1990 Konvensi Hak Anak diberlakukan hukum Internasional pada tanggal 2
September.

Ungkapan

 Widodo Judarwanto: “Bagaimanapun kondisi biologis dan jiwa orangtua, kasih


sayang dan kelembutan adalah hak yang setiap hari didambakan
anak. Berikanlah selalu anak anda kecupan selamat malam, walaupun
mereka telah tertidur.”
 Harold Hulbert: “Anak-anak membutuhkan cinta, khususnya saat mereka
tidak berhak mendapatkannya.”
 Jika anak dibesarkan dengan CELAAN ia belajar MEMAKI, Jika anak
dibesarkan dengan PERMUSUHAN ia belajar BERKELAHI, Jika anak
dibesarkan dengan PENGHINAAN ia selalu MENYESALI DIRI, Jika anak
dibesarkan dengan TOLERANSI ia belajar MENAHAN DIRI, Jika anak
dibesarkan dengan MOTIVASI ia belajar PERCAYA DIRI, Jika anak
dibesarkan dengan DUKUNGAN ia belajar MENGHARGAI, Jika anak
dibesarkan dengan SEBAIK-BAIKNYA PERLAKUAN ia belajar
KEADILAN, Jika anak dibesarkan dengan RASA AMAN ia belajar MENARUH
KEPERCAYAAN, Dan jika anak dibesarkan dengan penuh rasa kasih sayang
dan persahabatan ia akan belajar menemukan cinta dalam setiap peristiwa
kehidupan…

JENIS HAK ANAK DAN CONTOHNYA

Tujuan Tutorial adalah memahami:

 Jenis-jenis hak anak


 Konvensi hak anak dan pendidikan
 Implikasi pelaksanaan hak anak pada pembelajaran di SD
 Contoh-contoh pelanggaran hak anak di SD
 Jenis-jenis hak anak

 Berdasarkan strukturnya, KHA dibagi:

1. Preambule (Mukaddimah)
2. Bagian Satu (Pasal 1-41 tentang Hak Bagi Semua Anak)
3. Bagian Dua (Pasal 42-45 tentang Pemantauan dan Pelaksanaan KHA)
4. Bagian Tiga (Pasal 46-54 tentang Pemberlakuan Konvensi).

 Berdasarkan isinya, KHA dibagi:

1. Berdasarkan konvensi induk HAM: Hak-hak sipil dan politik, hak-hak ekonomi,
sosial dan budaya.
2. Berdasarkan pihak yang bertanggung jawab: PENUHI, LINDUNGI, dan
HARGAI.
3. Berdasarkan cakupannya: Hak atas kelangsungan hidup, Hak untuk
berkembang, Hak untuk perlindungan, dan Hak untuk berpartisipasi dalam
masyarakat.
4. Berdasarkan perumusan Komite Hak Anak PBB: Langkah-langkah
implementasi umum, Definisi anak, Prinsip-prinsip umum, Hak sipil dan
kemerdekaan, Lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif, Kesehatan
dan kesejahteraan dasar, Pendidikan, waktu luang, dan kegiatan budaya, dan
Langkah-langkah perlindungan khusus.

Konvensi Hak Anak dan Pendidikan

 Pendidikan wajib diperoleh oleh setiap anak tanpa diskriminasi, menghargai


sosial budayanya
 Ada 3 pasal yang membahas tentang pendidikan, waktu luang dan kegiatan
budaya: Pasal 28: pendidikan dasar merupakan hak semua anak, dan wajib
disediakan oleh negara serta tersedia cuma-cuma untuk semua anak.
Pendidikan menengah dalam berbagai bentuk serta pendidikan tinggi juga
harus diusahakan agar dapat diperoleh oleh anak, dengan bantuan finansial
dari negara apabila diperlukan. Pasal 29: tujuan pendidikan adalah untuk
mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuan anak seoptimal
mungkin, mengembangkan rasa hormat terhadap hak-hak asasi manusia,
mempersiapkan anak untuk hidup yang bertanggung jawab dalam
masyarakat yang bebas serta pluralistik, dan menghormati orang tua,
identitas budaya, bahasa, nilai-nilai mereka serta lingkungan alam. Pasal 31:
anak mempunyai hak untuk beristirahat dan bersantai, bermain dan turut
serta dalam kegiatan rekreasi serta kehidupan budaya dan seni.
 “PEMAINAN BAGI ANAK SAMA HALNYA PEKERJAAN BAGI ORANG
DEWASA.”

Implikasi Pelaksanaan Hak Anak pada Pembelajaran di SD

 Lingkungan belajar meliputi: anak, keluarga, kelompok teman sebaya,


masyarakat, sekolah, dan pemerintah.
 Kurikuler: kegiatan yang berkaitan dengan kurikulum (dikelas).
 Kokurikuler: kegiatan yang berada dalam sekolah (yang mendukung kegiatan
kurikuler).
 Ekstrakurikuler: kegiatan yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang
telah terprogram sesuai keadaan dan kebutuhan.
 Tujuan kokurikuler: untuk menjelaskan suatu pokok bahasan (biasanya
dilokasi sesuai dengan topik).
 Tujuan ekstrakurikuler: agar anak dapat mengaitkan antara pengetahuan
yang diperoleh dalam kurikuler dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.
Contoh-contoh Pelanggaran Hak Anak di SD

 Di negara konflik anak mengikuti wajib militer.


 Di negara tidak konflik, masih ada pekerja anak, anak jalanan, seks anak,
penculikan dan perdagangan anak, kekerasan anak, dan sebagainya.
 Angka kasus di Indonesia:

1. 2011, kekerasan terhadap anak: 2.508 kasus.


2. 2012, kekerasan terhadap anak: 2.637 kasus. 2.637 kasus kekerasan
tersebut, 1.266 kasus adalah kekerasan seksual.
3. 2012 kasus pembuangan bayi mencapai 162 kasus atau hampir setiap 2 hari
sekali ada saja bayi yang dibuang orangtuanya.

 Rangking pendidikan Indonesia:

1. 1997 dari 49 negara, Indonesia berada di urutan 39.


2. 1999, dari 47 negara Indonesia berada di urutan 46.
3. 2002 dari 49 negara, Indonesia berada diurutan 47.
4. 2007 dari 55 negara, Indonesia berada diurutan 53.

Anda mungkin juga menyukai