Kunci Jawaban Unbk Matematika 2019
Kunci Jawaban Unbk Matematika 2019
MODUL
Keterampilan Klinis Keperawatan Anak I
Diberikan pada mahasiswa Semester IV
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Nebulisasi
Terapi inhalasi adalah pemberian obat yang dilakukan secara hirupan/inhalasi dalam
bentuk aerosol ke dalam saluran napas. Terapi inhalasi masih menjadi pilihan utama pemberian
obat yang bekerja langsung pada saluran napas terutama pada kasus asma dan PPOK.
Prinsip alat nebulizer adalah mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol
sehingga dapat dihirup penderita dengan menggunakan mouthpiece atau masker. Dengan
nebulizer dapat dihasilkan partikel aerosol berukuran antara 2-5 µ. Alat nebulizer terdiri dari
beberapa bagian yang terpisah yang terdiri dari generator aerosol, alat bantu inhalasi (kanul nasal,
masker, mouthpiece) dan cup (tempat obat cair). Model nebulizer terdiri dari 3 yaitu :
INDIKASI
1. Asma Bronkialis
2. Penyakit Paru Obstruksi Kronik
3. Sindroma Obstruksi Post TB
4. Mengeluarkan dahak
KONTRAINDIKASI
1. Hipertensi
2. Takikardia
3. Riwayat alergi
4. Trakeostomi
5. Fraktur di daerah hidung, maxilla, palatum oris
6. Kontraindikasi dari obat yang digunakan untuk nebulisasi
PEMILIHAN OBAT
Obat yang akan digunakan untuk terapi inhalasi akan selalu disesuaikan dengan diagnosis
atau kelainan yang diderita oleh pasien. Obat yang digunakan berbentuk solutio (cairan),
suspensi atau obat khusus yang memang dibuat untuk terapi inhalasi. Golongan obat yang sering
digunakan melalui nebulizer yaitu beta-2 agonis, antikolinergik, kortikosteroid, dan antiobiotik.
KOMPLIKASI
Henti napas
Spasme bronkus atau iritasi saluran napas
Akibat efek obat yang digunakan seperti salbutamol (short acting beta-2 agonist) dosis tinggi
akan menyebabkan gangguan pada sistim sekunder penyerapan obat. Hipokalemi dan
disritmia dapat ditemukan pada paslien dengan kelebihan dosis.
INTERPRETASI
1. Bronkospasme berkurang atau menghilang
2. Dahak berkurang
PERHATIAN
1. Bila memungkinkan, kumur daerah tenggorok sebelum penggunaan nebulizer
2. Perhatikan reaksi pasien sebelum, selama dan sesudah pemberian terapi inhalasi
3. Nebulisasi sebaikan diberikan sebelum waktu makan
4. Setelah nebulisasi klien disarankan untuk postural drainage dan batuk efektif untuk
membantu pengeluaran sekresi
5. Pasien harus dilatih menggunakan alat secara benar
6. Perhatikan jenis alat yang digunakan
Pada alat tertentu maka uap obat akan keluar pada penekanan tombol, pada alat lain obat
akan keluar secara terus menerus.
Metode pembelajaran :
1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
2. Ceramah
3. Diskusi
4. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasli)
5. Evaluasi check list/daftar tilik dengan sistim skor
DESKRIPSI KEGIATAN TEKNIK TERAPI INHALASI DENGAN NEBULIZER
Kegiatan Waktu Deskripsi
1. Pengantar 2 menit Pengantar
2. Bermain peran 23 menit - Mengatur mahasiswa
tanya jawab - Dosen memberikan contoh bagaimana teknik terapi
inhalasi menggunakan nebulizer
- Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
bertanya
3. Praktek 90 menit - Mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok sesuai
melakukan teknik dengan ketentuan
terapi inhalasi - Setiap pasangan praktek melakukan teknik terapi
dengan nebulizer inhalasi dengan nebulizer
- Pelatih mengawasi sampai memberikan perintah bila
ada hal-hal yang diperlukan
4. Diskusi 15 menit - Apa yang dirasakan oleh mahasiswa dan
kendala/kesulitan yang dialami selama melakukan
kegiatan
- Dosen menyimpulkan apa yang dilakukan mahasiswa
Total waktu 150 menit
No Langkah/Kegiatan
Pengkajian
1 Cek kembali pesanan medik terkait indikasi, dosis dan kombinasi obat.
2 Kaji status pernafasan sebelum pemberian terapi: suara nafas, tanda-tanda distress
pernafasan.
3 Observasi sputum.
4 Kaji usia, BB dan TB, perkembangan serta kemampuan adaptasi klien.
5 Kaji riwayat kesehatan : alergi terhadap pengobatan, efek samping obat.
6 Kaji pengetahuan serta pengalaman klien dan kleuarga.
Medical Consent
1 Sapalah pasien atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan diri anda, serta
tanyakan keadaannya.
2 Berikan informasi umum kepada penderita atau keluarganya tentang
indikasi/tujuan dan cara pemakaian alat.
Persiapan alat
1 Mempersiapkan alat sesuai yang dibutuhkan :
- Main unit
- Air hose (selang)
- Nebulizer kit (masker, mouthpiece, cup)
- Obat-obatan
A. Definisi
Penghisapan lendir adalah tindakan untuk membersihkan saluran napaas bagian dalam
dengan menggunakan alat penghisap (suction) lendir melalui hidung, mulut maupun
trakea agar saluran napas bebaas dari sumbatan lendir.
B. Indikasi
Menurut Kozier & Erb (2012) indikasi dilakukannya suction ETT pada pasien adalah bila
terjadi gurgling (suara nafas berisik seperti berkumur), cemas, susah/kurang tidur,
snoring (mengorok), penurunan tingkat kesadaran, perubahan warna kulit, penurunan
saturasi oksigen, penurunan pulse ratte (nadi), irama naadi tidak teratur, respiration rate
menurun dan gangguan pa tensi jalan nafas.
Prosedur ini dikontraindikasikan pada klien yang mengalami kelainan yang dapat
menimbulkan spasme laring terutama sebagai akibat penghisapan melalui trakea,
gangguan perdarahan, edema laring, varises esophagus, perdarahan gaster, infark
miokard (Elly, 2000).
C. Tujuan
Tujuan dilakukannya suction yaitu untuk menghilaangkan secret yang menyumbat jalan
nafaas, untuk mempertahankan patensi jalan nafaas, mengambil secret untuk pmeriksaan
laboratorium, untuk mencegah infeksi dari akumulasi cairan secret.
D. Efek Suction
Efek yang dapat terjadi dari suction yaitu hipoksemia, dispnea, kecemasan, aritmia
jantung, trauma trachea, trauma bronkus, hipertensi, hipotensi, perdarahan, peningkatan
intra kranial.
E. Kanul Suction
1. Jenis
Jenis kanul suction yang ada dapat dibedakan menjadi open suction dan close
suction. Open suction merupakan kanul konvensional, dalam penggunaannnya
harus membuka sambungan antara ventilator dengan ETT pada pasien sedangkan
close suction : merupakan kanul dengan system tertutup yang selalu terhubung
dengan sirkuit ventilator dan penggunaannya tidak perlu membuka konektor
sehingga aliran udara yang masuk tidak terinterupsi.
A. KOGNITIF / PENGETAHUAN
1. Pengetahuan tentang prasat yang dilakukan
2. Rasional tindakan
3. Kemampuan komunikasi kepada klien
B. PSIKOMOTOR / TINDAKAN
Persiapan alat:
Suction set siap pakai
Tong spatel
Kasa
Bengkok
Gelas / Cawan berisi air bersih
Mayo tube ( bila perlu )
Kain pengalas / tissue
Sarung tangan
Sampiran
Persiapan perawat dan lingkungan
1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan
tindakan.
2. Menyiapkan posisi pasien sesuai
kebutuhan.
3. Menyiapkan lingkungan aman dan
nyaman.
Pelaksanaan prosedur
1. Memasang sampiran
2. Mendekatkan suction set di samping
pasien
3. Memastikan alat berjalan baik
4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
5. Gunakan sarung tangan
6. Atur posisi anak dengan cara
menempatkan anak diatas pangkuan,
posisi semi Fowler dengan kepala miring
ke salah satu sisi untuk pengisapan oral
dan baringkan ke posisi Fowler dengan
leher ekstensi untuk pengisapan nasal
7. Ukur slang pengisap dengan cara
menempatkan ujung kateter ke daun
telinga sampai ujung hidung dan beri
tanda
EVALUASI
Kebersihan jalan nafas anak disertai oksi
genisasi yang adekuat.
Tidak terjadi trauma pada mukosa jalan
nafas.
DOKUMENTASI
Catat :
Jumlah, warna, bau, serta konsistensi
secret
Perubahan kondisi pernafasan anak.
Respon anak selama prosedur
berlangsung.
Namadanparaf perawat.
C. AFEKTIF / SIKAP
1. Disiplin
2. Kemandirian
3. Penampilan
NILAI AKHIR
PEMASANGAN INFUS (INTRAVENOUS FLUID DRIP)
Pemasangan infus termasuk salah satu prosedur medis yang paling sering dilakukan
sebagai tindakan terapeutik. Pemasangan infus dilakukan untuk memasukkan bahan-bahan
larutan ke dalam tubuh secara kontinyu atau sesaat untuk mendapatkan efek pengobatan
secara cepat. Bahan yang dimasukkan dapat berupa darah, cairan atau obat-obatan. Istilah
khusus untuk infus darah adalah transfusi darah.
Indikasi infus adalah menggantikan cairan yang hilang akibat perdarahan, dehidrasi
karena panas atau akibat suatu penyakit, kehilangan plasma akibat luka bakar yang luas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tindakan pemasangan infus adalah:
*** Sterilitas :
Tindakan sterilitas dimaksudkan supaya mikroba tidak menyebabkan infeksi lokal pada
daerah tusukan dan supaya mikroba tidak masuk ke dalam pembuluh darah mengakibatkan
bakteremia dan sepsis. Beberapa hal perlu diperhatikan untuk mempertahankan standard
sterilitas tindakan, yaitu :
Distal
Gambar 1. Memlilih Lokasi Pemasangan Infus
Fiksasi :
Fiksasi bertujuan agar kanula atau jarum tidak mudah tergeser atau tercabut. Apabila
kanula mudah bergerak maka ujungnya akan menusuk dinding vena bagian dalam
sehingga terjadi hematom atau trombosis.
Pemilihan cairan infus :
Jenis cairan infus yang dipilih disesuaikan dengan tujuan pemberian cairan.
Kecepatan tetesan cairan :
Untuk memasukkan cairan ke dalam tubuh maka tekanan dari luar ditinggikan atau
menempatkan posisi cairan lebih tinggi dari tubuh. Kantung infus dipasang ± 90 cm di atas
permukaan tubuh, agar gaya gravitasi aliran cukup dan tekanan cairan cukup kuat
sehingga cairan masuk ke dalam pembuluh darah.
Kecepatan tetesan cairan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa volume tetesan tiap set infus satu dengan yang lain tidak selalu
sama dan perlu dibaca petunjuknya.
< Selang infus dipasang dengan benar, lurus, tidak melengkung, tidak terlipat atau terlepas
sambungannya.
< Hindari sumbatan pada bevel jarum/kateter intravena. Hati-hati pada penggunaan kateter
intravena berukuran kecil karena lebih mudah tersumbat.
< Jangan memasang infus dekat persendian, pada vena yang berkelok atau mengalami
spasme.
< Lakukan evaluasi secara periodik terhadap jalur intravena yang sudah terpasang.
Prosedur Pemasangan Infus
Persiapan alat :
1. Cairan yang diperlukan, sesuaikan cairan dengan kebutuhan pasien.
2. Saluran infus (infus set) : infus set dilengkapi dengan saluran infus, penjepit
selang infus untuk mengatur kecepatan tetesan.
Jenis infus set berdasarkan penggunaannya :
a. Macro drip set
b. Micro drip set
c. Tranfusion Set
Gambar 2. Infusse
Penggunaan ukuran kateter intravena tergantung dari pasien dan tujuan terapi intravena itu
sendiri.
Gambar 4. Ukuran Kateter intravena
4. Desinfektan : kapas alkohol, larutan povidone iodine 10%
5. Kassa steril, plester, kassa pembalut
6. Torniket
7. Gunting
8. Bengkok
9. Tiang infus
10. Perlak kecil
11. Bidai, jika diperlukan (untuk pasien anak)
12. Sarung tangan steril yang tidak mengandung bedak
13. Masker
14. Tempat sampah medis
Persiapan penderita :
1. Perkenalkan diri dan lakukan validasi nama pasien.
2. Beritahukan pada penderita (atau orang tua penderita) mengenai tujuan dan
prosedur tindakan, minta informed consent dari pasien atau keluarganya.
3. Pasien diminta berbaring dengan posisi senyaman mungkin.
4. Mengidentifikasi vena yang akan menjadi lokasi pemasangan infus :
- Pilih lengan yang jarang digunakan oleh pasien (tangan kiri bila pasien tidak kidal,
tangan kanan bila pasien kidal).
- Bebaskan tempat yang akan dipasang infus dari pakaian yang menutupi.
- Lakukan identifikasi vena yang akan ditusuk.
Prosedur tindakan :
1. Alat-alat yang sudah disiapkan dibawa ke dekat penderita di tempat yang mudah
dijangkau oleh dokter/ petugas.
- Dilihat kembali apakah alat, obat dan cairan yang disiapkan sudah sesuai dengan
identitas atau kebutuhan pasien.
- Dilihat kembali keutuhan kemasan dan tanggal kadaluwarsa dari setiap alat, obat
dan cairan yang akan diberikan kepada pasien.
4. Cucilah tangan dengan seksama menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk bersih dan kering.
5. Lengan penderita bagian proksimal dibendung dengan torniket.
8. Bila jarum berhasil masuk ke dalam lumen vena, akan terlihat darah mengalir keluar.
Gambar 11. Jarum masuk lumen vena, darah terlihat mengalir keluar
()
9. Turunkan kateter sejajar kulit. Tarik jarum tajam dalam kateter vena (stylet) kira-kira
1 cm ke arah luar untuk membebaskan ujung kateter vena dari jarum agar jarum
tidak melukai dinding vena bagian dalam. Dorong kateter vena sejauh 0.5 – 1 cm
untuk menstabilkannya.
Gambar 12. Tangan kanan menarik stylet ke arah luar, sambil tangan kiri
memfiksasi vena
10. Tarik stylet keluar sampai ½ panjang stylet. Lepaskan ujung jari yang memfiksasi
bagian proksimal vena. Dorong seluruh bagian kateter vena yang berwarna putih ke
dalam vena.
Gambar 13. Tarik stylet keluar, kemudian dorong seluruh bagian kateter ke
dalam vena
11. Torniket dilepaskan. Angkat keseluruhan stylet dari dalam kateter vena.
12. Pasang infus set atau blood set yang telah terhubung ujungnya dengan kantung infus
atau kantung darah.
Gambar 15. Penjepit selang infus : (kiri) posisi dikencangkan, (kanan) posisi
dilonggarkan
14. Bila tetesan lancar, pangkal jarum direkatkan pada kulit menggunakan plester.
15. Tetesan diatur sesuai dengan kebutuhan.
16. Jarum dan tempat suntikan ditutup dengan kasa steril dan fiksasi dengan plester.
Gambar 16. Tutup dengan kassa steril, fiksasi dengan plester dan
bidai
17. Pada anak, anggota gerak yang dipasang infus dipasang bidai (spalk) supaya jarum
tidak mudah bergeser.
Misalnya :
Infus set dapat mengeluarkan 1 mL cairan dalam 15 tetesan, berarti faktor
tetesan = 60/15 = 4. Jadi bila infus set tersebut memberikan cairan dengan kecepatan
25 tetes per menit berarti cairan yang masuk sebanyak 25 x 4 = 100 mL per jam.
Untuk berbagai infus set sudah ditentukan besarnya tetesan per mL seperti
tersebut di bawah ini :
Pabrik Dewasa Anak-anak
Abbott Venopak : 13-15 tetes/mL Mikro drip : 60 tetes/mL
Transfusion set : 10 tetes/mL
Baxter Plexitron : 10 tetes/mL Minimeter : 50 tetes/mL
Lutter Saftiset : 20 tetes/mL Saftiset : 60 tetes/mL
Transfusion set : 12 tetes/mL
Bila dalam infus set tidak disebutkan jumlah tetesan per mL berarti faktor tetesannya=4.
Penghitungan jumlah tetesan per menit secara sederhana adalah :
3. Larutan Protein :
- Larutan L-Asam Amino 350 kcal
- Larutan L-Asam Amino 600 kcal, 500 kcal dengan Sorbitol
- Larutan L-Asam Amino 1000 kcal
Tabel 1 : pengelolaan bayi kuning pada bayi baru lahir cukup bulan dan sehat
menurut umur (dalam jam) dan kadar bilirubin
Usia ( jam )
Dipertimbangkan Fototerapi Transfusi ganti Tranfusi ganti
fototerapi * jika fototerapi dan fototerapi
gagal ** intensif
≤ 24 *** *** *** ***
25 - 48 ≥ 12 ≥ 15 ≥ 20 ≥ 25
49 - 72 ≥ 15 ≥ 18 ≥ 25 ≥ 30
> 72 ≥ 17 ≥ 20 ≥ 25 ≥ 30
Keterangan
* terapi sinar pada kadar bilirubin darah ini tergantung keadaan klinis bayi kuning
tsb
** terapi sinar seharusnya dapat menurunkan kadar bilirubin sehingga berada kadar
dibawah untuk melakukan tranfusi ganti, tetapi jika terjadi maka dianggap bahwa
fototerapi gagal, sehingga dipertimbangkan untuk tranfusi ganti
*** bayi baru lahir cukup bulan menunjukan keadaan kuning kurang dari 24 jam
tidak dianggap sehat dan memerlukan pemantauan lebuh lanjut.
Tabel 2 : Pedoman fototerapi bayi kuning cukup bulan yang dengan dan tanpa faktor risiko
berdasarkan Canadian Pediatrics Society
Indikasi profilaksis
Bayi kecil ( BB < 1500 g ) yang cenderung berlanjut pada bilirubin yang patologis
Bayi prematur dengan memar hebat
Bayi dengan proses hemolisis sementara menunggu tranfusi ganti
Kontraindikasi
Hiperbilirubinemia karena bilirubin direk ( hepatitis )
Hiperbilirubinemia obstruktiva ( atresia biliaris )
Fototerapi distop jika diduga kadar bilirubin cukup rendah untuk terjadinya kern icterus atau
bila faktor risiko untuk terjadinya kadar bilirubin toksik telah teratasi serta bila bayi telah
cukup umur untuk menanggulanggi bilirubin yang sesuai dengan kadar bilirubin fisiologis
untuk bayi cukup bulan dan bayi kurang bulan.
Transfusi ganti
Tranfusi ganti Tranfusi ganti Tranfusi ganti Tranfusi ganti
pada kadar
pada kadar 12 – pada kadar 15 – pada kadar 18 – pada kadar 18 –
bilirubin 10 – 12
15 mg/dl 18 mg/dl 20 mg/dl 20 mg/dl
mg/dl
Ikterus secara klinis
Morfologi eritrosit
Retikulosit
Normal :
Abnormal :
ASI
Ketidakcocokan ABO
Perdarahan interna
Sferositosit
Hipotiroid
Obat (misal : penisilin)
Asfiksia
DIC, dll
Obat (misal: novobiosin), dll
a. Pengertian
Pemberian terapi sinar pada bayi baru lahir dengan pajanan sinar berintensitas tinggi
dan berspektrum terlihat untuk mengurangi kadar billirubin indireks
b. Tujuan
Mengurangi kadar billirubin
c. Indikasi
Anak dengan kadar billirubin indireks melebihi batas normal (normal 0.60-10.50
mg/dl)
d. Persiapan pasien
a. Pastikan identitas pasien
b. Kaji kondisi anak (adanya hambatan, riwayat perdarahan, fraktur)
c. Jaga privasi pasien
d. Jelaskan maksud dan tujuan pada anak/keluarga
e. Libatkan orang tua/pengasuh
e. Persiapan alat
a. Penutup mata
b. Penutup plastik
c. Lampu fluorense
d. Box bayi
e. Alas box bayi
f. Persiapan perawat
a. Lakukan pengkajian: umur, prematuritas, baca catatan keperawatan dan medis
b. Rumuskan diagnosa terkait
c. Buat perencanaan tindakan (intervensi)
d. Kaji kebutuhan tenaga perawat, minta perawat lain membantu jika perlu
e. Cuci tangan dan siapkan alat
g. Cara kerja
1) Berikan salam, perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
2) Jelaskan prosedur, tujuan dan lamanya tindakan pada keluarga
3) Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya
4) Berikan petunjuk alternatif komunikasi jika keluarga merasa tidak nyaman dengan
prosedur yang dilakukan
5) Jaga privasi pasien
6) Cuci tangan dengan air mengalir dan keringkan tangan dengan handuk
7) Siapkan box dengan penutup plastik dibawahnya untuk menghindari cedera apabila
lampu pecah
8) Hangatkan ruangan box dengan menyalakan lampu sehingga suhu dibawah sinar
lampu hingga suhu 28-30C
9) Nyalakan lampu dan pastikan semua lampu fluorense menyala
10) Ganti tabung lampu yang sudah terbakar, pemakaian 2000 jam atau 3 bulan
walaupun lampu masih bekerja
11) Pasang sprei putih/alas kasur pada pelbet, tempat tidur bayi atau incubator dan
letakkan tirai putih disekitarnya untuk memantulkan kembali sinar ke bayi
sebanyak mungkin
12) Letakkan bayi dibawah sinar fototerapi
13) Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi.
14) Jika berat bayi diatas 2 kg, letakkan bayi telanjang
15) Tutupi mata bayi dengan penutup mata
16) Ubah posisi bayi setiap 3 jam
17) Pastikan bayi juga diberi makan/minum
18) Ukur suhu bayi, bila lebih dari 37.5C hentikan sementara
19) Cek kadar billirubin setelah 12 jam
20) Hentikan bila selama 3 hari billirubin tidak terukur
21) Rapikan alat
22) Cuci tangan
h. Evaluasi
a. Evaluasi respon klien
b. Berikan reinforcement positif
c. Lakukan kontak untuk tindakan selanjutnya
d. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
i. Dokumentasi
a. Catat tindakan yang sudah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan pada catatan
keperawatan
b. Catat respon klien dan hasil pemeriksaan
c. Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PERAWATAN BAYI HIPERBILIRUBIN YANG TERPASANG FOTO TERAPI
A. PENGERTIAN
Memberikan perawatan kepada bayi yang terpasang foto terapi atau bayi yang
mengalami hiperbilirubin merupakan salah satu asuhan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan bayi yang terpasang foto terapi.
Fototerapi merupakan alat yang berupa sinar, cahaya Flourescent yang mengandung
ultraviolet dengan spectrum ideal 420 – 450 mu. Mempunyai kemampuan menurunkan
kadar bilirubin dan mengeluarkan dengan oksidasi cahaya sehingga bilirubin pathogen
berubah jadi bilirubin a-pathogen.
B. TUJUAN
2. Mengurangi/menurunkan kadar bilirubin yang pathogen.
3. Mencegah penumpukan bilirubin indirect dalam sel otak (mencegah Kern Ikterus)
C. INDIKASI
Indikasi foto terapi dan transfuse ganti berdasarkan BB
Indikasi fototerapi dan transfuse ganti berdasarkan bayi cukup bulan dan atau tanpa
resiko Canadian Pediatric Society
1. Bayi kecil (BB < 1500 gr) yang cenderung berlanjut pada kadar bilirubin patologis
2. Bayi premature dengan memar berat
3. Bayi dengan proses hemolysis sementara menunggu transfuse ganti
1. Ketidaksesuaian rhesus
2. Inkompatibilitas ABO
KONTRAINDIKASI
PERSIAPAN
Persiapan Pasien
Persiapan Alat
Persiapan Lingkungan
KOMPLIKASI
EFEK SAMPING
EVALUASI
1. Tanda-tanda hipertermi
2. Tanda-tanda dehidrasi
3. Warna kuning, kebersihan tubuh, pemenuhan cairan dan reaksi klien
Dewi, Sulisna. (2018). Modul Praktika Keperawatan Anak. Jakarta :Asosiasi Institusi
Pendidikan Vokasi Keperawatan Indonesia (AIPViKI).
Setiawati, Santun. (2017). Keterampilan Khusus Praktik Keperawatan Anak.Jakarta :
Salemba Medika.
Soemarno, SY.(2015). Perbedaan Pengaruh MWD, Inhalasi, Postural drainage 1x sehari dan
2x sehari terhadap Penurunan Sesak pada Penderita Asma
Bronchiale.JurnalFisioterapi Indonesia : Vol.5. No.2.
WongDL,MarilynHE, WilsonD, WinkelsteinML, SchwartzP. (2008). Pengaruh
tumbuhkembang pada peningkatan kesehatananak.In:WilsonD, Winkelstein
ML,SchwartzP,eds.Bukuajar keperawatan pediatric,6th ed. Jakarta:EGC.
Nn. (2012). Diari kesehatan. Diambil dari http://diarikesehatan.blogspot.com/2012/12/efek-
obat.html Diakses tanggal 23 Mei 2018
Mochfaizalhamzah. (2013). Prosedur pemberian obat. Diambil dari
http://mochfaizalhamzah.blogspot.com/2013/11/kdk1-prosedur-pemberian-obat-
dalam.html. Diakses tanggal 23 Mei 2018
Pandyeffendy. (2013). Pemberian obat. Diambil dari
http://pandyeffendy.blogspot.com/2013/09/pemberian-obat.html. Diakses tanggal 23
Mei 2018
Nn. (2017). Prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im. Diambil dari
http://www.slideshare.net/4nakmans4/prinsip-dan-teknik-pemberian-obat-oral-
sublingual-ic-sc-dan-im. Diakses tanggal 23 Mei 2018