Anda di halaman 1dari 2

I.

Pendahuluan
1.1 Pendahuluan
1.2 Manfaat
II. Tinjauan Pustaka
2.1 Ketahanan Pangan
Kualitas dan kuantitas konsumsi pangan oleh setiap individu akan mempengaruhi status ketahanan pangan
individu tersebut. Ketersediaan pangan dalam rumah tangga merupakan salah satu indikator keberhasilan
ketahanan pangan dalam rumah tangga itu sendiri. Menurut Sina et all (2009), terwujudnya ketahanan pangan
sampai pada tingkat rumah tangga berarti mampu memperoleh pangan yang cukup jumlah, mutu, dan
beranekaragam untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi.
2.2 Ketersediaan Pangan & Klasifikasi
Ketersediaan pangan merupakan ketersediaan pangan secara fisik di suatu daerah atau wilayah dilihat dari
segala sumber, baik itu produksi pangan domestik, perdagangan pangan dan bantuan pangan. Ketersediaan pangan
dapat ditentukan oleh beberapa hal yaitu produksi pangan di wilayah tersebut, perdagangan pangan melalui
mekanisme pasar di wilayah tersebut, stok yang dimiliki oleh pedagang dan cadangan pemerintah serta bantuan
pangan dari pemerintah atau organisasi lainnya (Suryana: 2001). Ketersediaan pangan mengacu pada pangan yang
cukup dan tersedia dalam jumlah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga sehingga dapat
dilihat pula kecukupan konsumsi normatif pada masing-masing individu (Soemarno, 2010).Ketersediaan pangan
dapat diperoleh dari produksi sendiri, pasokan pangan dari luar (impor), memiliki cadangan pangan, dan adanya
bantuan pangan (Adriani dan Wirjatmadi, 2012) Indonesia dinilai belum kokoh terkait ketahanan, kemandirian,
dan kedaulatan pangannya. Banyak penduduk Indonesia yang belum mendapatkan kebutuhan pangan yang
mencukupi, hal ini terutama terjadi pada rumah tangga yang tergolong miskin, di mana rumah tangga miskin pada
umumnya memiliki ketersediaan pangan yang terbilang rendah. Berdasarkan hasil perhitungan Food and
Agriculture Organization (FAO) pada tahun 2005, di Indonesia terdapat sekitar 6% penduduk yang menderita
kelaparan. Ketersediaan pangan dikatakan kurang apabila ketersediaan pangan kurang dari konsumsi normatif
dan dikatakan cukup apabila ketersediaan pangan lebih dari sama dengan konsumsi normative (Santi, 2015).
Klasifikasi menurut Peter Warr (Australian National Univesity, 2014) membedakan ketahanan pangan pada
empat tingkatan, yaitu (i) level global, ketahanan pangan diartikan dengan apakah supply global mencukupi 11
untuk memenuhi permintaan global; (ii) level nasional, ketahanan pangan didasarkan pada level rumah tangga.
Jika rumah tangga tidak aman pangan, sulit untuk melihatnya aman pada level nasional; (iii) level rumah tangga,
ketahanan pangan merujuk pada kemampuan akses untuk kecukupan pangan setiap saat. Ketahanan pangan
secara tersirat bukan hanya kecukupan asupan makanan hari ini saja, melainkan termasuk juga ekspektasi
permasalahan kedepan dan itu bukan hanya permasalahan saat ini saja; (iv) level individu, ketahanan pangan
merupakan distribusi makanan pada rumah tangga. Pada saat rumah tangga kekurangan makanan, individu akan
terpengaruh secara berbeda. Oleh sebab itu, yang terpenting untuk diperhatikan adalah fokus pada konsumsi
perorangan pada rumah tangga. Konsep ketahanan pangan dapat diterapkan untuk menyatakan situasi pangan
pada beberapa tingkatan yaitu tingkat global, nasional, regional (daerah), dan tingkat rumah tangga serta individu
(Soehardjo, 1996).
2.3 Neraca Bahan Makanan
2.4 Kelompok bahan pangan yang di survey
III. Prosedur Kerja
IV. Pembahasan
V. Kesimpulan
Ketersediaan pangan rumah tangga secara kuantitas diukur dari stok pangan pokok (Aini, 2010). hal ini sesuai
dengan konsep penelitian ini di mana ketersediaan pangan diukur dari ketersediaan stok pangan pokok
responden. Ketersediaan pangan mengacu pada pangan yang cukup dan tersedia dalam jumlah yang dapat
memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga sehingga dapat dilihat pula kecukupan konsumsi normatif pada
masing-masing individu (Soemarno, 2010).
VI. Daftar Pustaka
Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana
Aini, N. (2010). Ketahanan Pangan Rumah Tangga pada Keluarga Miskin di Kecamatan Tulangan, Kabupaten
Sidoarjo. Media Gizi Indonesia, 8(1), 52–61.
Santi. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Penerima Raskin (Studi
di Kelurahan Tompokersan, Kabupaten Lumajang) (Skripsi yang tidak dipublikasikan). Universitas Airlangga,
Surabaya.
Sina, Peter Garlans. (2012). Analisis Literasi Ekonomi. Jurnal Ecnomia, volume 8, No.2, Oktober 2012
Soemarno. (2010). Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan Rumah Tangga Pedesaan. Jurnal Argo Ekonomi.
Diakses dari:http://marno.lecture. ub.ac.id/files/2011/12/strategi-
pemenuhankecukupanpanganrumahtangga.pdf
Peter Warr. 2014, Food Insecurity and Its Determinants, The Australian National University.
Suryana,Achmad.2001.Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional (Online),
(http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2 005_IV_15.pdf).
Soehardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi-Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi-Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai