Anda di halaman 1dari 9

Nama : M.

Iqbal Fitrianto
Kelas : 4 D4 Elektro Industri B
NRP : 13010151037

Tugas Kualitas Daya 1

Dalam menentukan kualitas daya listrik yang baik, terdapat beberapa indikator yang perlu
diperhatikan, yaitu:
 Tegangan konstan dan kontinyu
 Frekuensi konstan
 Faktor daya unity (pf = 1)
 Bentuk gelombang sinus murni

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menjaga konsistensi kualitas daya yang
baik adalah sebagai berikut:
1. Menjaga Tegangan Konstan dan Kontinyu
Untuk menjaga penyaluran tegangan konstan, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Static VAR Compensator
Static VAR Compensator adalah sumber daya reaktif yang dapat diatur besarnya.
Sumber daya reaktif yang dapat dipakai diantaranya:
 Kondensator Sinkron
 Kondensator Statis
 Static VAR Compensator
Dalam pengaturan daya reaktif kadang-kadang diperlukan pengambilan daya
reaktif dari sistem. Hal ini dapat dilakukan oleh kondensator sinkron dengan
mengecilkan arus penguat medan magnitnya. Juga dapat dilakukan dengan static VAR
compensator dengan jalan mengatur penyalaannya. Kondensator statis hanya dapat
memberikan daya reaktif kedalam sistem.

b. Kapasitor
Kapasitor digunakan untuk memperbaiki drop tegangan secara lokal dilokasi
tertentu. Pengoperasian kapasitor dilakukan oleh dispatcher.

c. Reaktor
Reaktor induktif mempunyai sifat menyerap daya reaktif sesuai dengan
kemampuannya, oleh karena itu reaktor dapat digunakan untuk pengaturan tegangan.

d. Pengaturan Tegangan dengan Tap Transformator


Transformator daya umumnya dilengkapi dengan tap pada lilitanya untuk
mengubah besarnya tegangan yang keluar dari trafo. Perubahan tegangan dilakuakan
dengan merubah posisi tap transformator. Namun tidak semua transformator dapat
dirubah posisinya dalam keadaan berbeban. Transformator yang dioperasikan di gardu
induk umumnya posisi tapnya dapat diubah dalam keadaan berbeban.
Bahkan seringkali juga dilengkapi dengan tegangan otomatis, perlu ditentukan
trafo mana yang mengindera tegangan yang keluar dari transformator untuk
selanjutnya dipakai untuk memberi komando perubahan tap transformator dalam
rangka menjaga agar tegangan yang keluar dari transformator mempunyai nilai yang
konstan.
Apabila ada dua atau lebih transformator beroperasi paralel pada masing-masing
dilengkapi dengan pengatur tegangan otomatis, perlu ditentukan transformator mana
yang akan memberi komando sedangkan yang lainnya sebagai pengikut (dalam bahasa
inggris, follower).
Hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya arus sirkulasi antar transformator
yang berlebihan dan juga jangan sampai timbul situasi osilasi pengaturan tap antar
transformator. Ada dua cara kerja Tap Changer:
 Mengubah tap dalam keadaan trafo tanpa beban. Tap changer yang hanya bisa
beroperasi untuk memindahkan tap transformator dalam keadaan transformator tidak
berbeban, disebut “Off Load Tap Changer” dan hanya dapat dioperasikan manual.
 Mengubah tap dalam keadaan trafo berbeban. Tap changer yang dapat beroperasi
untuk memindahkan tap transformator, dalam keadaan transformator berbeban,
disebut “On Load Tap Changer” dan dapat dioperasikan secara manual atau
otomatis.

e. Pengaturan Eksitasi pada Generator


Dengan pengaturan arus eksitasi, tegangan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Untuk menaikkan tegangan, arus eksitasi dapat ditambah dan berlaku juga sebaliknya.
Yang dimaksud dengan eksitasi atau biasa disebut sistem penguatan adalah suatu
perangkat yang memberikan arus penguat kepada kumparan medan generator arus
bolak-balik (alternating current) yang dijalankan dengan cara membangkitkan medan
magnetnya dengan bantuan arus searah.

f. Pelepasan SUTT
Mengingat pengaturan tegangan bersifat lokal, maka pengaturan tegangan dengan
modus operasi sirkit tunggal pada sirkit ganda SUTT 150 kV dilakukan dilokasi yang
tegangannya tinggi.
Karena modus operasi ini dapat mengurangi keandalan sistem, maka pembukaan
SUTT 150 kV agar dilakukan dengan perioritas terakhir dan penutupannya menjadi
prioritaspertama.

Sedangkan untuk menjamin kontiuitas tegangan dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Static Transfer Switch (STS)
STS terdiri dari dua blok thyristor. Masing – masing blok terdiri dari tiga modul
thyristor sesuai dengan jumlah fasa pada sistem tenaga.. Pada kondisi normal, suplai
utama melayani beban melalui saklar 1. Ketika terjadi fault atau voltage dip yang
mengganggu suplai utama, beban dilayani suplai alternatif melalui saklar 2. Waktu
perpindahan pada STS berkisar ¼ sampai ½ siklus pada frekuensi fundamental. Jadi,
durasi voltage dip berkurang menjadi hanya selama waktu perpindahan ini sehingga
beban masih dapat bertahan. Kelemahan STS ialah STS ini mengalirkan arus beban
secara kontinyu sehingga menyebabkan rugi – rugi konduksi, terutama pada aplikasi
daya besar.
Gambar 1. Static Transfer Switch

b. Uninterruptible Power Supply (UPS)


Cara tradisional untuk menghindari kegagalan produksi dan kerugian ekonomi
ialah menggunakan UPS. Daya beban diambil dari suplai daya utama melalui dua tahap
konversi daya, yakni penyearahan (AC – DC) dan inversi (DC – AC). Selama terjadi
interupsi atau voltage dip, energi dilepaskan oleh baterai sehingga tegangan beban tetap
konstan. Diagram garis tunggal untuk UPS ditunjukkan oleh Gambar 2. Suplai daya
akan tetap terjaga untuk rentang waktu beberapa menit sampai bahkan beberapa jam,
bergantung pada kaasitas baterai.

Gambar 2. Diagram garis tunggal instalasi UPS

UPS dibutuhkan bila kehilangan suplai daya menimbulkan kerugian lebih besar
dibanding harga UPS itu sendiri. Untuk beban berdaya besar, penggunaan UPS tidak
feasible mengingat besarnya rugi – rugi pada dua tahap konversi daya dan tingginya
biaya pemeliharaan baterai.

2. Menjaga Frekuensi Konstan


Untuk menjaga frekuensi konstan, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pengaturan Primer
Frekuensi pada sistem tenaga listrik dapat diatur dengan melakukan pengaturan
daya aktif yang dihasilkan generator. Pengaturan daya aktif ini erat kaitannya dengan
kenaikan jumlah bahan bakar yang digunakan untuk menaikkan daya aktif. Pada PLTU
adalah berapa laju batu bara yang ditambah untuk dibakar sedangkan pada PLTA adalah
berapa besar debit air yang dinaikkan untuk menggerakkan turbin sehingga
menghasilkan kenaikan daya aktif. Pengaturan bahan bakar ini dilakukan dengan
menggunakan governor. Sehingga pada pengaturan daya aktif ini erat kaitannya dengan
kerja governor pada sistem pembangkit thermal maupun air.
Pengaturan Primer ini pengaturan yang menggunakan sistem setting Governor
(Free Governor) pada tiap-tiap unit pembangkit. Governor Free bertugas mengatasi
dinamika beban suatu unit pembangkit dengan cepat. Governor Free digunakan di
pembangkit-pembangkit besar dengan kapasitas di atas 50 MW. Governor Free bekerja
atas dasar penyimpangan frekuensi secara lokal. Prinsip Kerja Governor Free yaitu
pengaturan besarnya kopel mekanis yang diperlukan untuk memutar generator, hal ini
berarti pengaturan pemberian uap pada turbin uap atau pengaturan pemberian bahan
bakar pada turbin gas dan mesin diesel dan pengaturan banyaknya air yang masuk
turbin air pada unit PLTU (Pusat Listrik Tenaga Uap). Respon frekuensi yang diberikan
generator ditentukan oleh:
 Speed Droop menyatakan nilai perubahan keluaran MW generator terhadap
perubahan frekuensi sistem.
 Frequency Deadband didefinisikan sebagai besar total perubahan laju (frekuensi)
yang tidak menghasilkan perubahan katub yang dikendalikan governor.
 Ramp Rate adalah laju perubahan keluaran MW generator terhadap waktu.

b. Pengaturan Sekunder
Pengaturan sekunder ini pengaturan yang menggunakan program yang mengatur
system yaitu secara LFC (Load Frequency Control) atau AGC (Automatic Generation
Control). Memanfaatkan fasilitas LFC atau AGC yang mengendalikan putaran generator
sesuai dengan fluktuasi beban. Ketika beban besar makan AGC akan memberikan bahan
bakar lebih banyak agar unit pembangkit dapat membangkitkan energi sesuai yang
dibutuhkab oleh beban.
LFC adalah pengendali frekuensi ke-dua, bereaksi lebih lambat dari Governor
Free, tapi lebih cepat dibandingkan operator. Prinsip Kerja LFC pada pembangkit
hampir sama dengan Governor Free, perbedaannya adalah LFC bekerja secara terpusat
atas dasar deteksi penyimpangan frekuensi yang dipantau oleh control center sedangkan
GOV bekerja secara local atas dasar deteksi penyimpangan frekuensi yang dipantau
oleh unit local pembangkit. LFC diatur oleh komputer master station di control center
kemudian setelah sampai di unit pembangkit diatur oleh sebuah peralatan yang disebut
Load Coordinator yang langsung berhubungan dengan peralatan control unit
pembangkit.

c. Manual Dispatch
Manual Dispatch ini dilakukan langsung oleh dispatcher dengan perintah
langsung ke tiap pembangkit untuk menaikkan atau menurunkan beban.

d. Load Shedding
Pengaturan ini dilakukan dengan melepas daya (beban) yang ada pada konsumen
karena berkurangnya supply daya dari pembangkit. Efeknya yaitu aliran tenaga listrik
yang diputus ke arah konsumen, hal ini dilakukan untuk men-stabilkan frekuensi
dimana ketika terjadi kekurangan supply daya dari pembangkit.
Jika terdapat gangguan dalam sistem yang menyebabkan daya tersedia tidak dapat
melayani beban, misalnya karena ada unit pembangkit yang besar jatuh (trip), maka
untuk menghindarkan sistem menjadi collapsed perlu dilakukan pelepasan beban.
Keadaan yang kritis dalam sistem karena jatuhnya unit pembangkit dapat dideteksi
melalui frekuensi sistem yang menurun dengan cepat.
Pada sistem tenaga listrik yang mengalami gangguan karena lepasnya (trip) unit
generator yang besar dapat mengurangi aliran daya aktif yang mengalir ke beban,
sehingga menyebabkan generator-generator yang lain dipaksa bekerja. Jika hal ini
berlangsung terus menerus dapat menyebabkan kerusakan mekanis pada batang kopel
generator karena dipaksa bekerja. Untuk itu diperlukan relay under frequency yang
berfungsi untuk mendeteksi penurunan frekeunsi sistem secara tiba-tiba akibat adanya
unit pembangkit besar yang lepas dari sistem. Salah satu cara untuk menaikkan
frekeunsi tersebut adalah dengan melepas beban.
Gambar 3. Grafik perubahan frekuensi fungsi waktu dengan adanya pelepasan beban.

Turunnya frekeunsi dapat menurut garis 1, garis 2, atau garis 3. Makin besar unit
pembangkit yang jatuh (makin besar daya tersedia yang hilang) makin cepat frekeunsi
menurun. Kecepatan menurunnya frekuensi juga bergantung pada besar kecilnya inersia
sistem. Semakin besar inersia sistem, makin kokoh sistemnya, makin lambat turunnya
frekuensi.
Dalam grafik 1 dimisalkan bahwa frekuensi menurun menurut garis 2. Setelah
mencapai titik B dilakukan pelepasan beban tingkat pertama oleh under frequency
control relay (UFR) yang bekerja setelah mendeteksi frekuensi sebesar F b dengan
adanya pelepasan beban tingkat pertama maka penurunan frekuensi berkurang
kecepatannya. Sampai di titik C UFR mendeteksi frekeunsi sebesar Fc dan akan
melakukan pelepasan beban tingkat kedua dst sampai frekeunsi sistem kembali normal
ke frekeunsi Fo.

Gambar 4. Grafik turunnya frekuensi sebagai akibat gangguan unit pembangkit.

Gambar 5. Grafik naiknya frekuensi setelah adanya pelepasan beban.

3. Menjaga Faktor Daya Unity (pf = 1)


Kapasitor merupakan komponen yang hanya dapat menyimpan dan memberikan
energi yang terbatas sesuai dengan kapsitasnya. Pada dasarnya kapasitor tersusun oleh dua
keping sejajar yang disebut electrodes yang dipisahkan oleh suatu ruangan yang disebut
dielectric yang pada saat diberi tegangan akan menyimpan energi.
Dalam sistem tenaga listrik kapasitor sering digunakan untuk memperbaiki tegangan
jaringan dan untuk menyuplai daya reaktif ke beban yang berfungsi untuk memperbaiki nilai
faktor daya dari sistem. Dalam perbaikan faktor daya kapasitor-kapasitor dirangkai dalam
suatu panel yang disebut capacitor bank. Selain itu kapasitor bank dapat juga digunakan
untuk aplikasi lain yaitu filter harmonisa, proteksi terhadap petir, untuk transformer testing,
generator impuls, voltage divider kapasitor.
Metode pemasangan kapasitor tergantung dari fungsi yang diinginkan. Cara
pemasangan instalasi kapasitor dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu: global compensation,
individual compensation, group compensation.

Gambar 6. Metode Pemasangan Instalasi Kapasitor Bank

a. Global Compensation
Dengan metode ini kapasitor dipasang di induk panel (MDP). Arus yang turun dari
pemasangan model ini hanya di penghantar antara panel MDP dan transformator.
Sedangkan arus yang lewat setelah MDP tidak turun dengan demikian rugi akibat disipasi
panas pada penghantar setelah MDP tidak terpengaruh. Terlebih instalasi tenaga dengan
penghantar yang cukup panjang Delta Voltagenya masih cukup besar.
Kelebihan:
 Pemanfaatan kompensasi daya reaktifnya lebih baik karena semua motor tidak
bekerja pada waktu yang sama.
 Biaya pemeliharaan rendah.
Kekurangan :
 Switching peralatan pengaman bisa menimbulkan ledakan.
 Transient yang disebabkan oleh energizing grup kapasitor dalam jumlah besar.
 Hanya memberikan kompensasi pada sisi atasnya (upstream).
 Kebutuhan ruang.

b. Group Compensation
Dengan metoda ini kapasitor yang terdiri dari beberapa panel kapasitor dipasang
dipanel SDP. Cara ini cocok diterapkan pada industri dengan kapasitas beban terpasang
besar sampai ribuan kva dan terlebih jarak antara panel MDP dan SDP cukup berjauhan.
Kelebihan:
 Biaya pemasangan rendah.
 Kapasitansi pemasangan bisa dimanfaatkan sepenuhnya.
 Biaya pemilaharaan rendah.
Kekurangan:
 Perlu dipasang kapasitor bank pada setiap SDP atau MV/LV bus.
 Hanya memberikan kompensasi pada sisi atas.
 Kebutuhan ruangan.

c. Individual Compensation
Dengan metoda ini kapasitor langsung dipasang pada masing masing beban
khususnya yang mempunyai daya yang besar. Cara ini sebenarnya lebih efektif dan lebih
baik dari segi teknisnya. Namun ada kekurangan nya yaitu harus menyediakan ruang atau
tempat khusus untuk meletakkan kapasitor tersebut sehingga mengurangi nilai estetika.
Disamping itu jika mesin yang dipasang sampai ratusan buah berarti total cost yang di
perlukan lebih besar dari metode diatas.
Kelebihan:
 Meningkatkan kapasitas saluran suplai.
 Memperbaiki tegangan secara langsung.
 Kapasitor dan beban ON/OFF secara bersamaan.
 Pemeliharaan dan pemasangan unit kapasitor mudah.
Kekurangan :
 Biaya pemasangan tinggi.
 Membutuhkan perhitungan yang banyak.
 Kapasitas terpasang tidak dimanfaatkan sepenuhnya.
 Terjadi fenomena transient yang besar akibat sering dilakukan switching ON/OFF.
 Waktu kapasitor OFF lebih banyak dibanding waktu kapasitor ON.

4. Menjaga Bentuk Gelombang Sinus Murni


Untuk menjaga bentuk gelombang tetap sinus murni, maka perlu mengatasi adanya
harmonisa pada sistem. Harmonisa dapat diatasi dengan menggunakan filter aktif dan filter
pasif sebagai berikut.
a. Filter Pasif
Seperti yang diketahui secara umum, arus harmonisa muncul akibat beban non
linear. Untuk menghilangkan arus harmonisa maka biasa digunakan filter harmonisa.
Filter harmonisa bisa tersusun dari rangkaian aktif maupun pasif. Sedangkan gabungan
keduanya biasa disebut filter hybrid. Berdasarkan pemasangannya pada jala-jala, filter
ini bisa dibedakan menjadi dua jenis: paralel dan seri. Tipe paralel bekerja dengan
mengalirkan arus harmonisa. Sedangkan tipe seri bekerja dengan menghambat aliran
arus harmonisa.
Ilustrasi prinsip kerja filter harmonisa tipe paralel ditunjukkan pada gambar di
bawah ini. Arus Is adalah arus fundamental dan arus Ih adalah arus harmonisa. Dua arus
ini disebabkan oleh beban non linier. Filter berfungsi untuk mengalirkan arus Ih agar
tidak masuk ke jala-jala Vs.

Gambar 7. Prinsip kerja filter harmonisa tipe paralel.

Ilustrasi prinsip kerja filter harmonisa tipe seri ditunjukkan pada gambar di bawah
ini. Filter berfungsi menahan arus harmonisa Ih dan melewatkan arus fundamental Is.
Arus harmonisa ditandai dengan silang untuk menggambarkan arus tidak bisa mengalir
karena adanya filter seri.
Gambar 8. Prinsip kerja filter harmonisa tipe seri.

Filter harmonisa pasif bisa disusun dari rangkaian kombinasi induktor, kapasitor
dan resistor. Harga filter pasif relatif murah, tapi performen kerjanya tidak terlalu baik.
Karena terdiri dari komponen pasif, filter jenis ini performennya diengaruhi oleh
impedansi jala-jala. Oleh sebab itu, pemasangan filter pasif perlu mempertimbangkan
impedansi jala-jala. Filter pasif juga mennginjeksikan daya reaktif karena terdiri dari
komponen induktor dan kapasitor.
Gambar dibawah ini menunjukkan bentuk rangkaian filter pasif single tuned dan
double tuned. Yang dimaksud dengan single tuned adalah filter mempunyai frekuensi
kerja pada satu frekuensi. Sedangkan double tuned punya dua frekuensi kerja.

Gambar 9. (a) single tuned (b) double tuned.

Filter pasif mempunyai karakteristik yang disebut quality factor (Q) seperti
gambar di bawah ini [3]. Fc adalah frekuensi kerja, sedangkan f1 dan f2 adalah batas
bawah dan atas frekuensi kerja. Beda frekuensi antara f1 dan f2 disebut sebagai
bandwidth. Quality factor menentukan ketajaman pem-filteran. Semakin tinggi nilai Q
maka bandwidth akan semakin kecil. Karakter Q tinggi bisa dimanfaatkan untuk
melewatkan frekuensi yang diinginkan tanpa mengikutkan frekuensi lain.

b. Filter Aktif
Filter harmonisa aktif dirangkai dari komponen elektronika daya seperti IGBT
atau MOSFET. Dengan menggunakan komponen ini, filter aktif mempunyai
karakteristik yang berlawanan dengan filter pasif. Filter aktif merespon arus harmonisa
relatif lebih bebas dari pengaruh kondisi pada sistem, mis: impedansi sistem. Dengan
begitu, filter aktif mempunyai performen yang sangat ideal. Untuk menunjang
performen filter aktif, maka dibutuhkan pealatan digital meliputi Analog to Digital
converter dan sebaliknya, DSP(Digital Signal Processor) untuk kontroler, maupun
FPGA untuk pembangkitan pulsa PWM. Termasuk pula penggunaan sensor
tegangan/arus. Dengan perangkat seperti ini, Filter aktif relatif jauh lebih mahal
dibanding filter pasif.
Sama halnya dengan filter pasif, berdasarkan pemasangannya bisa dibedakan
menjadi dua tipe: paralel dan seri. Untuk mudahnya kita bahas dulu yang tipe paralel.
Setelah itu yang tipe seri.
Rangkaian filter aktif tipe paralel bisa dilihat di bawah [1]. Trafo pada rangkaian
diatas bisa digunakan bisa tidak, tergantung dari rating komponen pada filter aktif. IS
adalah arus dari jala-jala, IL adalah arus beban yang mengandung arus fundamental dan
harmonisa, sedangkan IF merupakan arus filter yang sama dengan arus harmonisa pada
IL. Sehingga secara sederhana bisa dirumuskan IS=IF+IL.

Gambar 10. Rangkaian filter aktif tipe paralel.

Prinsip kerja kontroler Filter aktif paralel mengikuti prinsip ini. Ilustrasinya bisa
dilihat dibawah ini. Komponen harmonisa dan fundamental pada IL dipisahkan
menggunakan HPF. Meskipun begitu pada prakteknya perancangan HPF untuk filter
aktif cukup kompleks. Sehingga banyak metode yang telah dibuat untuk mendesain
HPF agar bisa berkerja efektif. Output dari HPF adalah sinyal referensi arus filter, IF*.
IF* dibandingkan dengan IF yang merupakan arus filter yang sebenarnya. PI controller
digunakan untuk mengatur agar IF sama dengan IF*. Kemudian sinyal output PI
dirubah menjadi sinyal PWM dan dikirim ke power converter untuk dikonversi menjadi
arus yang sebenarnya.

Gambar 11. Prinsip kerja kontroler Filter aktif paralel

Filter aktif seri menggunakan trafo seri untuk menginjeksikan tegangan VAF. VAF
yang diinjeksikan berperan seperti impedansi untuk arus harmonisa. Untuk berperan
sebagai impedansi, arus harmonisa yang mengalir di Is dideteksi. Kemudian filter aktif
memberikan injeksi tegangan VAF=K.Ish. Dengan menggunakan nilai K yang besar
maka seakan-akan ada impedansi yang besar untuk arus harmonisa pada trafo seri.

Gambar 12. Rangkaian filter aktif tipe seri.

Anda mungkin juga menyukai