Anda di halaman 1dari 4

GEOLOGI STRUKTUR INDONESIA

“Mud Diapir Dan Mud Vulkano Di Daerah Jawa Timur ”

Oleh

Jamjam Mursyidin Garliska

(1015006)

Jurusan Teknik Geologi


Sekolah Tinggi Teknologi Mineral Indonesia
Bandung
2018
Mud diapir dan mud volcano merupakan struktur pembubungan (piercement structures)
yang memperlihatkan lepasnya sidemen dengan tekanan berlebih (overpressure) membubung
ke atas (upward piercing) dari bawah permukaan ke permukaan bumi (from subsurface to the
Earth’ssurface) dikarenakan oleh adanya pengapungan dan perbedaan temperature.

Lumpur Sidoarjo atau yang lebih dikenal dengan Lusi, merupakan salah satu bentuk hasil
proses struktural gunungapi lumpur (mud volcano). Mud volcano adalah bentukan ekstrusif
erupsi lumpur dengan kandungan air dan gas metan yang tinggi (Satyana & Asnidar, 2008).
Sebelum mengalami erupsi, mud volcano berupa mud diapir, yaitu intrusi dari lumpur atau
batuan serpih yang mengganggu lapisan yang lebih rapat di atasnya akibat daya apung dan
tekanan turunannya. Tahapan pembentukan mud diapir dan mud volcano ditunjukkan pada
Gambar 2. Lumpur berasal dari sedimen batuan serpih muda, tebal, dan bersifat plastis yang
terdeposisi secara cepat pada zona depresi. Milkov (2000) menjelaskan bahwa mud diapirs dan
mud volcano terbentuk pada cekungan elional yang dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya

1. Tingginya aktivitas tektonik (tekanan struktur geologi dan kegempaan)


2. Sedimen muda dan tebal yang terdeposisi secara cepat,
3. Sedimen memiliki kandungan air yang relatif tinggi,
4. Adanya lapisan plastis di bawah permukaan,
5. Adanya tekanan fluida dan sedimen yang tidak terkompaksi sempurna,
6. Tingginya potensi gas dan hidrokarbon,
7. Tingginya gradien geotermal

Gambar 2. Fase pembentukan mud diapir dan volcano, fase 1 berupa embrio, fase 2 berupa diapir,
fase 3 berupa erupsi mud volcano, dan fase keempat adalah post-eruptive/collapse (Waluyo, 2007
dalam Satyana & Asnidar, 2008)
Sidoarjo terletak pada zona depresi Kendeng (Gambar 3), yang merupakan kelanjutan
dari zona Bogor-Serayu Utara, yang mengalami pengangkatan dan deformasi sejak Plio-
Pleistosen membentuk antiklinorium (Satyana & Asnidar, 2008). Material pada zona ini
berasal dari material laut dangkal, material vulkanis dari jajaran gunungapi kwarter dan batuan
sedimen kapur dari pegunungan selatan. Zona depresi Kendeng memenuhi seluruh faktor
terbentuknya mud diapir dan volcano dengan basin elional paling baik di Indonesia (Satyana
& Asnidar, 2008). Zona ini terisi oleh sedimen Meiocene sampai Pleistocene yang cepat dan
belum terkompaksi sempurna. Karena lokasinya pada batas lempeng konvergen, deposisi
tersebut tertekan dan terangkat sejak masa Plio-Pleistocene dan dipengaruhi oleh gradien
geotermal yang tinggi oleh busur magmatik di sekitarnya. Terdapat sesar aktif di sekitar zona
depresi sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4. Tidak hanya di Sidoarjo, terdapat beberapa
mud vocano dan mud diapir di sepanjang zona depresi Pulau Jawa (Gambar 4). Beberapa
diantaranya adalah Ciuyah di Kuningan Jawa Barat, Serayu Utara, kompleks Bledug Kuwu,
Sangiran, Sidoarjo, serta mud diapir dan volcano lain di sekitar Zona Kendeng bagian Timur.

Gambar 3. Fisiografi Pulau Jawa Bagian Timur Menurut Van Bemmelen 1949 (ESDM,
2013)

Gambar 4. Struktur geologi di Pulau Jawa (Natawijaya, 2007)


Lusi merupakan salah satu dari beberapa mud diapir dan volcano yang terbentuk di
Zona Kendeng bagian timur. Di sekitar Lusi, terdapat beberapa mud diapir dan volcano baik
yang masih aktif, dorman, ataupun yang sudah tidak aktif/extinct), diantaranya adalah
Porong, Kalanganyar, Semolowaru, Pulungan, dan Sedati di Sidoarjo, Gununganyar di sekitar
Surabaya, Socah di Bangkalan,dan Wringin Anom di perbatasan antara Gresik dan
Mojokerto (Satyana & Asnidar, 2008). Berdasarkan sejarah dan data geologi, terdapat mud
volcano yang erupsi pada zaman sejarah Kerajaan Jenggala dan Majapahit (abad ke 12-15) di
zona yang dulu disebut Tunggorono-Jombatan-Segunung-Canggu-Bangsal di daerah
Jombang.

Gambar 5. Distribusi mud diapir dan volcano di Pulau Jawa (Satyana & Asnidar, 2008).

Anda mungkin juga menyukai